Disusun oleh :
KELOMPOK 10/ KELAS A
M. Fauzan Al Mubarok 230110140010
Fadhilah Amelia 230110140013
Gitri Maudy 230110140014
Alya Mirza Artiana 230110140016
M. Rifqi Almumtaz 230110140057
Rizky Adikusuma 230110140058
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena kami telah
menyelesaikan laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang berjudul
Maturasi pada Ikan Komet dengan Menggunakan Pakan yang Diperkaya
Oleh Hormon 17- Metil Testosteron. Tujuan Penulisan laporan ini adalah
memenuhi salah satu tugas laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan
semester genap tahun akademik 2016-2017.
Laporan akhir praktikum ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tim Dosen Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
2. Tim Asisten Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang telah membimbing
dan memberikan arahan dalam kegiatan praktikum
3. Seluruh anggota kelompok 10 Perikanan A atas kerjasama dan
kekompakannya dalam kegiatan praktikum
4. Pihak-pihak lain yang membantu dan memberikan saran dalam kegiatan
praktikum dan penyusunan laporan
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan laporan akhir
praktikum ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-sarannya agar
menjadi masukkan yang berguna bagi penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan akhir praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Kegunaan .................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Komet ................................................................................. 3
2.1.1 Morfologi Ikan Komet ................................................................ 3
2.1.2 Klasifikasi Ikan Komet ............................................................... 4
2.1.3 Habitat Ikan Komet ..................................................................... 4
2.1.4 Reproduksi Hidup Ikan Komet ................................................... 5
2.2 17- Metiltestosteron .................................................................. 5
2.3 Kinerja Reproduksi ..................................................................... 6
2.4 Tingkat Kematangan Gonad ....................................................... 10
2.5 Indeks Kematangan Gonad ......................................................... 12
2.6 Hepatosomatik Indeks................................................................. 13
2.7 Fekunditas ................................................................................... 13
III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 16
3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 16
3.2.1 Alat Praktikum ............................................................................ 16
3.2.2 Bahan Praktikum......................................................................... 17
3.3 Tahapan Praktikum ..................................................................... 17
3.3.1 Persiapan Praktikum ................................................................... 17
3.3.2 Pelaksanaan Praktikum ............................................................... 17
3.4 Metode ........................................................................................ 18
3.5 Parameter yang Diamati.............................................................. 18
3.5.1 Diameter Telur ............................................................................ 18
3.5.2 Persentase Tingkat Kematangan Telur Ikan ............................... 19
3.5.3 Indeks Kematangan Gonad ......................................................... 19
3.5.4 Hepatosomatik Indeks................................................................. 19
3.5.5 Fekunditas ................................................................................... 20
3.5.6 Analisis Data ............................................................................... 20
ii
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................ 21
4.2 Pembahasan Kelompok............................................................... 28
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh pemberian hormon 17 Metiltestosteron terhadap
pertumbuhan ikan yang optimal dengan dosis pemberian yang berbeda.
1.4 Kegunaan
Manfaat dari praktikum kali ini yaitu mahasiswa mengetahui dan mampu
melakukan kegiatan maturasi pada ikan komet menggunakan hormon 17 alfa
metiltestosteron
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan komet memiliki warna yang cerah, gerak-gerik, dan bentuk tubuh yang
unik, sehingga banyak masyarakat yang menggemari ikan komet sebagai ikan hias.
Ikan komet memiliki morfologi yang relatif serupa dengan ikan mas. Perbedaan
antara ikan komet dan ikan mas terdapat pada bentuk siripnya. Sirip ikan komet
lebih panjang dari ikan mas. Karena kemiripinnya, diluar negeri ikan komet juga
disebut sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet jantan memiliki sirip dada panjang
dan tebal, kepala tidak melebar, dan tubuh lebih ramping. Sedangkan ikan komet
betina memiliki sirip dada relatif pendek dan tipis, kepala relatif kecil dan bentuk
tubuh yang agak meruncing dan gemuk (Lingga dan Heru, 1995).
Ikan komet memiliki tubuh memanjang dan memipih tegak (compressed)
mulut ikan komet terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Ikan komet
memiliki dua pasang sungut pada bagian ujung mulut. Pada bagian ujung dalam
mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun atas tiga baris dan gigi geraham
secara umum. Ikan komet memiliki sifat yang termasuk kedalam jenis sisik sikloid.
Sirip punggung memanjang dan pada bagian belakangnya berjari keras.
3
4
Perbedaan ciri ikan komet jantan dan ikan komet betina dijelaskan dalam
Tabel 1.
Proses oogenesis berlangsung didalam ovarium dan sel telur yang diselaputi
oleh sel folikel sehingga membentuk folikel ovarium. Proses pembelahan meiosis
dari 1 oogonium hanya menghasilkan sel telur (ovum) sebab selama pembelahan
akan terbentuk badan polar (polosit). Oosit primer dari oogonium sesudah meiosis
I akan membentuk 1 oosit sekunder dan 1 badan polar. Bersamaan dengan
pembelahan pemasakan tersebut juga terjadi pertumbuhan folikel ovarium sehingga
terbentuk folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier sampai folikel Graaf.
Folikel Graaf kemudian akan mengalami ovulasi yang menyebabkan sel telur
keluar dan ovarium menuju ke oviduct. Folikel yang ditinggalkan oleh sel telur
kemudian akan membentuk corpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron.
Sel-sel folikel selama dalam pertumbuhannya dapat menghasilkan hormon estrogen.
Pertumbuhan dan perkembangan folikel dirangsang oleh FSH, sedangkan proses
ovulasi dirangsang oleh LH.
Menurut Wallace dan Shelman (1981), proses oogenesis pada ikan dapat
dibedakan atas empat tahapan perkembangan, antara lain :
1. Tahap I berupa perkembangan struktur seluler dasar meliputi perbesaran
nukleus, pembentukan nukleoli dan organel subseluler seperti cortical
alveoli yang memegang peranan penting dalam fertilisasi. Di sekeliling
oosit berkembang dua lapisan sel yaitu sel theca dan sel granulosa yang
berperan dalam produksi hormon steroid ovarium.
2. Tahap II berupa vitelogenesis. Vitelogenesis melibatkan interaksi antara
hipofisis anterior, sel-sel folikel, hepar dan oosit. Gonadotropin yang
disekresikan oleh hipofisis anterior memacu sel-sel theca untuk
memproduksi testosteron. Testosteron berdifusi ke sel-sel granulosa dan
diaromatisasi menjadi estradiol-17. Estradiol-17 dibawa oleh aliran darah
menuju hepar untuk memacu organ tersebut membentuk vitelogenin yaitu
prekursor protein yolk. Vitelogenin dibawa oleh aliran darah dan
diinternalisasi ke dalam oosit melalui reseptor spesifik. Di dalam oosit,
vitelogenin diproses lebih lanjut menjadi protein yolk berukuran lebih kecil
yang akan digunakan sebagai cadangan makanan bagi embrio.
9
3. Tahap III adalah tahap pemasakan oosit. Selama pemasakan, oosit bergerak
dari posisi tengah menuju posisi tepi sitoplasma kemudian inti oosit
menghilang, proses ini dikenal dengan germinal vesicle break down
(GVBD). Proses ini menandai berakhirnya proses meiosis pertama.
Selanjutnya kromosom mengalami kondensasi, benang-benang spindel
terbentuk dan polar bodi pertama dilepaskan pada akhir meiosis pertama.
Hasil penelitian pada beberapa spesies ikan menunjukkan bahwa hormon
yang berperan dalam pemasakan oosit adalah 17,20-P. 17,20-P dihasilkan
atas kerjasama sel-sel theca dan sel granulosa dibawah kendali hormon
gonadotropin. Sel theca menghasilkan 17-hydroxyprogenteron. Hormon ini
berdifusi ke dalam sel-sel granulosa dan diubah menjadi 17,20-P yang juga
dikenal sebagai maturation inducing hormone (MIH). Tahap ini harus
tercapai agar oosit dapat diovulasikan dan dioviposisikan pada saat
pemijahan. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa ovulasi dipacu
oleh prostaglandin, terutama prostaglandin F2.
4. Tahap IV, oosit yang telah mengalami GVBD dioviposisikan dalam proses
pemijahan. dan progesteron selama satu siklus pemijahan.
mensintesis dan mengekskresi hormon steroid menuju peredaran darah. Pada saat
proses vitelogenesis berlangsung, granula kuning telur bertambah baik secara
kuantitas maupun ukuran yang menyebabkan volume oosit membesar. Peningkatan
nilai gonadosomatik indeks, fekunditas, dan diameter telur dapat disebabkan oleh
perkembangan oosit. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan
bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama proses tersebut
berlangsung sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad.
dengan panjang ikan. Perhitungan GI dapat dilakukan dengan rumus seperti berikut
:
GI = x 108
GI = Gonado Index
W = Berat gonad segar (gram)
L = Panjang ikan (mm)
3. Metode gravimetrik
Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan
cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.
Selajutnya telur diambil sebagian kecil ditimbang bobotnya dan jumlah telur
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
F=G/g.n
15
Dengan keterangan:
F : fekunditas jumlah total telur dalam gonad
G : bobot gonad setiap ekor ikan
g : bobot sebagian gonad
n : jumlah telur dari
4. Metode gabungan
Merupakan perhitungan fekunditas dengan menggabungkan metode
gravimetrik dan volumetrik. Dihitung dengan rumus :
F=
Dengan keterangan
F : Fekunditas
G : Berat gonad total
V : Volume pengenceran
X : Jumlah telur yang ada dalam 1 cc
Q : Berat telur contoh
16
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.4 Metode
Praktikum Maturasi pada Ikan Komet dengan Menggunakan Pakan yang
Diperkaya oleh 17 Metil Testosteron (Maturasi dan Gametogenesis) ini
menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu :
X rata-rata = xi/n
Dengan keterangan :
xi = diameter telur yang diamati
n = jumlah telur yang diamati
3.5.2 Persentase Tingkat Kematangan Telur Ikan
Kematangan telur ikan diamati dengan melihat letak inti telur ikan dari
masing-masing telur yang diamati. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
TKT fase vitelogenik = x 100 %
TKT fase awal matang = x 100%
TKT fase matang = x 100 %
Dengan keterangan:
F = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari (Fekunditas)
W = Berat seluruh gonad
w = Berat sampel sebagian kecil gonad
n = Jumlah telur dari sampel sebagian kecil gonad (w)
4.1 Hasil
berat Hormon TKT
perlaku ikan yang diamet bobot
Kel berat ikan fekunditas vitelo awal
GSI HSI
an dibed digunak er gonad matang
ah an gen matang
6 2 mg/kg 19,32 15,18 0 - 0,26 793 17,8 17,85 25,3 1,71 0,13
21
22
Ulangan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
1 2 3
Kontrol 1809 0 0 603.00 1809.00
2 mg 0 143 4 49.00 147.00
4 mg 0 0 36 12.00 36.00
6 mg 0 0 0 0.00 0.00
Total 1809 143 40 664.00 1992.00
FK = 330672.00
JKT = 2963570.00
JKP = 767790.00
JKG = 2195780.00
F tab
SK db JK KT F hit
0.05
PERLAKUAN 3 767790.00 255930.00
GALAT 8 2195780.00 274472.50 0.93 4.07
TOTAL 11 2963570.00
Kesimpulan :
Terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan pada taraf uji 5% (F
hitung < F tabel).
Tabel 5. Hasil pengamatan Tingkat Kematangan Telur Awal Matang Kelas
Ulangan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
1 2 3
Kontrol 723 0 0 241.00 723.00
2 mg 0 143 15 52.67 158.00
4 mg 0 0 42 14.00 42.00
23
6 mg 0 0 0 0.00 0.00
Total 723 143 57 307.67 923.00
FK = 70994.08333
JKT = 474172.9167
JKP = 112158.25
JKG = 362014.6667
Kesimpulan :
F hitung < F tabel = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan
pada taraf uji 5% (F hitung < F tabel).
Tabel 6. Hasil pengamatan Tingkat Kematangan Telur Matang Kelas
Ulangan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
1 2 3
Kontrol 1085 0 0 361.67 1085.00
2 mg 0 198 93 97.00 291.00
4 mg 0 0 39 13.00 39.00
6 mg 0 0 0 0.00 0.00
Total 1085 198 132 471.67 1415.00
FK = 166852.0833
JKT = 1059746.917
JKP = 254290.25
JKG = 805456.6667
24
F tab
SK db JK KT F hit
0.05
PERLAKUAN 3 254290.25 84763.42
GALAT 8 805456.67 100682.08 0.84 4.07
TOTAL 11 1059746.92
Kesimpulan :
F hitung < F tabel = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan
pada taraf uji 5%.
Ulangan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
1 2 3
Kontrol 5.36 1.69 5.24 4.10 12.29
4 mg 1.04 1.71 3 1.92 5.75
6 mg 3.83 1.89 2.7 2.81 8.42
8 mg 3.8 2.27 1.324 2.46 7.394
Total 14.03 7.56 12.264 11.28467 33.854
FK = 95.50777633
JKT = 23.41809967
JKP = 7.716969
JKG = 15.70113067
F tab
SK db JK KT F hit
0.05
PERLAKUAN 3 7.72 2.57
1.31 4.07
GALAT 8 15.70 1.96
25
TOTAL 11 23.42
Kesimpulan :
F hitung < F tabel = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan
pada taraf uji 5%.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Hepatosomatik Indeks Kelas
Ulangan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
1 2 3
Kontrol 0.49 0.32 0.79 0.53 1.599
4 mg 0.32 0.13 0.11 0.19 0.56
6 mg 0.17 0.44 0.33 0.31 0.937
8 mg 0.4 0.5 0.4 0.43 1.3
Total 1.377 1.389 1.63 1.465333 4.396
FK = 1.610401333
JKT = 0.387348667
JKP = 0.202388667
JKG = 0.18496
F tab
SK db JK KT F hit
0.05
PERLAKUAN 3 0.20 0.07
GALAT 8 0.18 0.02 2.92 4.07
TOTAL 11 0.39
Kesimpulan :
F hitung < F tabel = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan
pada taraf uji 5%.
26
Ulangan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
1 2 3
Kontrol 0.28 0.08 0.26 0.21 0.62
4 mg 0.05 0.09 0.15 0.10 0.29
6 mg 0.04 0.09 0.13 0.09 0.26
8 mg 0.19 0.11 0.07 0.12 0.37
Total 0.56 0.37 0.61 0.51 1.54
FK = 0.197633333
JKT = 0.067566667
JKP = 0.0267
JKG = 0.040866667
F tab
SK db JK KT F hit
0.05
PERLAKUAN 3 0.03 0.01
GALAT 8 0.04 0.01 1.74 4.07
TOTAL 11 0.07
Kesimpulan :
F hitung < F tabel = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan
pada taraf uji 5%.
Tabel 10. Fekunditas per 5 gr berat ikan sampel
Ulangan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
1 2 3
Kontrol 765 0 0 255.00 765.00
4 mg 0 261 6 89.00 267.00
6 mg 0 0 22 7.33 22.00
27
FK = 112133.3333
JKT = 552968.6667
JKP = 110611.3333
JKG = 442357.3333
F tab
SK db JK KT F hit
0.05
PERLAKUAN 3 110611.33 36870.44
GALAT 8 442357.33 55294.67 0.67 4.07
TOTAL 11 552968.67
Kesimpulan :
F hitung < F tabel = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan
pada taraf uji 5%.
Ulangan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
1 2 3
Kontrol 29.7 0 0 9.90 29.70
4 mg 0 0 50.2 16.73 50.20
6 mg 0 0 40 13.33 40.00
8 mg 0 0 0 0.00 0.00
Total 29.7 0 90.2 39.97 119.90
FK = 1198.000833
JKT = 3804.129167
28
JKP = 469.3758333
JKG = 3334.753333
F tab
SK db JK KT F hit
0.05
PERLAKUAN 3 469.38 156.46
GALAT 8 3334.75 416.84 0.38 4.07
TOTAL 11 3804.13
Kesimpulan :
F hitung < F tabel = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antar perlakuan
pada taraf uji 5%.
akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat
terjadi pemijahan. Terkadang IKG dihubungkan dengan Tingkat Kematangan
Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan
gonad, sehingga akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dengan di
luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam
dan pola pemijahannya. Berdasarkan tabel hasil pengamatan, persentase terbesar
berada pada kelompok kontrol dan nilai terkecil berada pada kelompok dengan
dosis hormon sebesar 2 mg/kg bobot. Nilai tabel anova menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan nyata antara perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena
pemberian pakan yang kurang teratur, akuarium yang kurang terjaga kualitas airnya,
pakan yang diberikan tidak dimakan oleh ikan, frekuensi pemberian pakan yang
kurang tepat dan faktor stres ikan.
diameter telur yang diamati dibagi dengan jumlah telur yang diamati. Kelompok
dengan diameter rata-rata telur yang terdata yaitu pada kelompok 11 sebesar 40 m
dan kelompok 1 sebesar 27m . Kebanyakan kelompok lainnya masih memiliki
TKG yang rendah sehingga belum ada telur yang dihasilkan. Menurut para ahli,
kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi umur induk, ukuran induk dan genetik. Faktor eksternal
meliputi pakan, suhu, cahaya, kepadatan dan populasi. Genetika induk ikan juga
akan mempengaruhi mutu telur yang akan dihasilkan. Dua faktor internal non
genetik yang mempengaruhi mutu telur dan keturunan ikan yang penting adalah
umur induk dan ukuran tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikan betina
yang memijah untuk pertama kali menghasilkan telur berukuran kecil. Diameter
telur meningkat dengan jelas untuk pemijahan kedua dan laju peningkatan ini lebih
lambat pada pemijahan-pemijahan selanjutnya. Bobot telur lebih bergantung
kepada umur dibandingkan diameter telur. Hubungan antara umur induk betina
dengan ukuran telur adalah kuadrat dimana induk betina muda yang memijah untuk
pertama kali memproduksi telur-telur berukuran kecil, induk betina yang berumur
sedang menghasilkan telur-telur berukuran besar dan induk betina yang sudah tua
kembali menghasilkan telur berukuran kecil
Perbedaan ukuran diameter telur tersebut disebabkan oleh mutu pakan yang
diberikan kepada induk, baik protein, lemak maupun unsur mikronutrien,
sedangkan komponen utama bahan baku telur adalah protein, lipida, karbohidrat
dan abu. Induk ikan induk yang pakannya ditambah vitamin E menghasilkan
diameter telur rata-rata lebih besar bila dibandingkan dengan yang tanpa diberi
vitamin E. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat perbedaan yang cukup jauh
dan bahkan masih ada indukan yang TKG-nya masih berupa perkembangan II
dimana belum ada telur yang dihasilkan. Hal ini dapat disebabkan karena
pemberian pakan yang kurang optimal pada masing-masing kelompok baik itu
waktu pemberian, frekuensi, dan kuantitas pakan.
vitelogenik didapatkan dari jumlah telur dengan inti di tengah dibagi jumlah telur
yang diamati dikali 100 %. Fase awal matang didapatkan dari jumlah telur dengan
inti tidak di tengah dibagi jumlah telur yang diamati dikali 100 % dan fase matang
didapatkan dari jumlah telur dengan inti yang melebur dibagi jumlah telur yang
diamati dikali 100 %. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kelompok 10
terhadap 30 butir telur, 1 butir berada dalam fase vitelogenin yaitu sebesar 3,33 %,
4 butir dalam fase awal matang yaitu sebesar 13,33%, dan 25 butir pada fase matang
83,33%. Nilai ini diapat dikatakan cukup tinggi bila dibandingkan dengan
kelompok lain. Sebagian besar ikan yang diamati oleh beberapa kelompok masih
belum menghasilkan telur.
Mutu telur didefenisikan sebagai potensi telur untuk menyangga kehidupan
embrio yang ada didalamnya dan menopang kehidupan larva sebelum mendapatkan
makan dari luar. Beberapa indikator tentang mutu telur antara lain: warna telur yang
normal dengan abnormal dapat dilihat dari warnanya. Telur ikan komet yang baik
adalah transparan dan terang. Persentase tingkat kematangan akhir telur juga
dipengaruhi oleh kualitas sperma. Semakin baik kualitas spermatozoanya semakin
tinggi pula derajat pembuahannya. Kematangan akhir telur juga dipengaruhi dari
pakan yang diberikan kepada induk. Apabila pakan yang digunakan dalam
praktikum ditambahkan vitamin E, maka dapat meningkatkan kemungkinan untuk
mendapatkan kualitas telur yang baik karena penambahan vitamin E dalam pakan
sampai batas tertentu akan menghasilkan derajat tetas telur yang tinggi.Vitamin E
berfungsi sebagai pemelihara keseimbangan metabolik dalam sel dan sebagai anti
oksidan intraseluler. Komponen utama telur adalah kuning telur yang merupakan
sumber energi material bagi embrio yang sedang berkembang, jumlah dan mutu
kuning telur sangat menentukan keberhasilan perkembangan embrio dan pasca
embrio. Vitamin E yang diberikan dalam pakan induk mempunyai suatu peranan
penting dalam proses reproduksi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas
telur, daya tetas telur dan kelangsungan hidup larva.
32
4.2.5 Fekunditas
Fekunditas didapatkan dari berat seluruh gonad (W) dikalikan dengan
jumlah telur dari sampel sebagian kecil gonad (n) dibagi dengan berat sampel
sebagian kecil gonad (w) maka akan didapatkan hasil fekunditas dalam satuan butir.
Fekunditas yang didapat oleh kelompok 10 yaitu sebesar 111.720 butir. Fekunditas
terbesar diperoleh kelompok 11 dengan nilai 118.625 butir. Persentase derajat
pembuahan yang tinggi selain dipengaruhi persentase kematangan akhir telur juga
dipengaruhi oleh kualitas sperma. Semakin tinggi persentase kematangan akhir dan
semakin baik kualitas spermatozoanya semakin tinggi pula derajat pembuahannya.
Kematangan akhir telur juga dipengaruhi dari pakan yang diberikan kepada induk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan itu Nikolsky (1969) membuat kaidah utama sebagai berikut :
a. Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun lagi,
fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas mutlaknya.
b. Fekunditas mutlak atau relatif sering yang terjadi kecil pada ikan-ikan atau kelas
umur yang jumlahnya banyak, terjadi untuk spesies yang mempunyai perbedaan
makanan diantara kelompok ukuran.
c. Pengukuran fekunditas terbanyak dalam persediaan makanan berhubungan
dengan telur yang dihasilkan oleh ikan yang cepat pertumbuhannya, lebih
gemuk dan lebih besar.
d. Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad lebih awal serta
fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan
predator dalam jumlah besar.
e. Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolisme yang mengadakan
reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan menghasilkan perubahan
dalam pertumbuhan.
f. Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan makanan
melalui kematangan gonad yang terjadi lebih awal.
g. Kualitas telur terutama isi kuning telur bergantung kepada umur dan persediaan
makanan dan dapat berbeda dari satu populasi ke populasi yang lain.
33
5.1 Kesimpulan
Maturasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempercepat
kematangan gonad ikan. Kegiatan maturasi dapat dilakukan dengan menggunakan
hormon 17- Metiltestosteron. Dosis hormon 17- Metiltestosteron yang tepat bila
dilihat dari hasil praktikum yaitu dengan dosis 4mg/kg bobot tubuh ikan.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini yaitu :
Praktikan seharusnya menjaga kualitas air dari ikan uji agar tidak
menimbulkan faktor stress
Pemberian pakan harus dilakukan secara teratur sesuai dengan ketentuan
yang telah diberikan
Perhitungan dosis hormon dan pakan yang diperlukan harus dilakukan
secara teliti
34
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air.University Riau Press. Riau.
217 p.
Arief, F. A. (2009). Aspek biologi Pertumbuhan, Reproduksi dan Kebiasaan Makan
Ikan Selar Kuning. diakses pada 28 mei 2017: http://scribd.com
Bagenal, T.B. and E. Braum, 1968. Eggs and Early Life History, dalam W.E. Ricker
ed. Methods for Assesments of Fish production in Fresh Water. Blackwell
Scientific Publication, p 159 181
Bagenal, T.B. 1978. Aspects of fish fecundity, In: Gerking, SD (ed). Methods of
Assessment of Ecology of Freshwater Fish Production. Blackwell Scientific
Publications, London, pp.75-101.
Bowen, R. 24 2006. Growth Hormone (Somatotropin). Colostate
Djuhanda, T. 1981 dan Murtdjo M 2002. Morfologi Ikan. Jakarta : Gramedia
Effendie, M. I. (2002). Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara
Goenarso. (2005). Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka
Gursina. (2008). Budidaya Ikan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Hadiaty, R.K., 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan Osteochilus jeruk H&S. Berita
Biologi, Vol. 5, No.2: 151-156, August 2000
Hidayat, Rezi. 2010. Efektivitas Spawnprim pada Proses Ovulasi dan Pemijahan
Ikan Komet Carassius Auratus. Institut Pertanian Bogor
Kusmini. 2001. The documents of releasing GI Macro. Research Institute For
Freshwater Fisheries. 11 p.
Lingga, P., & Heru S. (1995). Ikan Hias Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya
Nikolsky, G. V. 1963. The Ecology of Fishes. Translated By L. Birkett. Academic
Press
Permadi. (2009). Teknologi Reproduksi (Spawning) dalam Pembenihan Ikan.
Bandung: Institut Teknologi Bandung
35
36
LAMPIRAN
37
Pakan diangin-anginkan
4. Pengamatan gametogenesis
Timbangan Nampan
Memasukkan ikan
43
Gametogenesis