Anda di halaman 1dari 3

PATOFISIOLOGI

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Tonsil berperan sebagai filter yang
menyelimuti bakteri ataupun virus yang masuk dan membentuk antibody terhadap infeksi. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik
tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut
tonsillitis falikularis. Pada tonsilitis akut dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi
parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga sakit menelan dan demam tinggi
(39C-40C). Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sakit menelan, tenggorokan akan terasa
mengental. (Charlene J. Reeves,2001).

Tetapi bila penjamu memiliki kadar imunitas antivirus atau antibakteri yang tinggi terhadap infeksi virus
atau bakteri tersebut, maka tidak akan terjadi kerusakan tubuh ataupun penyakit. Sebaliknya jika belum
ada imunitas maka akan terjadi penyakit (Arwin, 2010).

Sistem imun selain melawan mikroba dan sel mutan, sel imun juga membersihkan debris sel dan
mempersiapkan perbaikan jaringan (Sterwood, 2001).

Pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang yang menyebabkan epitel mukosa dan
jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut.
Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh
detritus (Iskandar N,1993).

Infiltrasi bakteri pada epitel jaringan tonsil akan menimbulkan radang berupa keluarnya leukosit
polymorphnuklear serta terbentuk detritus yang terdiri dari kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan
epitel yang lepas.

Patofisiologi tonsilitis kronis Menurut Farokah,2003 bahwa adanya infeksi berulang pada tonsil maka
pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian menginfeksi
tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi tempat infeksi (fokal
infeksi). Dan satu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat keadaan
umum tubuh menurun.

Proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga
pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan
terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar
fossa tonsilaris. roses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula (Rusmarjono, 2006).

MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama yang paling sering adalah sakit tenggorokan dan infeksi saluran nafas atas. Penyebab
utama yang paling banyak pada tonsilitis akut adalah bakteri grup A streptococcus B hemoliticus,
disamping itu penyebab terbanyak biasanya disebabkan oleh virus (Brodsky, Poje, 2006).

Menurut Effiaty Arsyad Soepardi, et al, (2007),yang merupakan gejala klinis:

Gejala lokal, yang bervariasi dari rasa tidak enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit sampai sakit
menelan.

Gejala sistemis, seperti rasa tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala, demam subfebris, nyeri otot
dan persendian.

Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis yang mungkin tampak,
yakni:

Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan sekitar, kripte yang
melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.

Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di dalam
tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar dan ditutup eksudat yang purulen.

Bila laring terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring

hiperemisis, tonsil membengkak, hiperemisis.

ANAMNESIS

Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan dari
anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus,
sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri
pada leher.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biasanya membesar (hipertrofi) terutama
pada anak atau dapat juga mengecil (atrofi), terutama pada dewasa, kripte melebar detritus (+) bila
tonsil ditekan dan pembesaran kelenjar limfe angulus mandibula
Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 T4:
T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvula.
T2 : batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior uvula sampai jarak anterior uvula.
T3 : batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior uvula sampai jarak pilar anterior
uvula.
T4 : batas medial tonsil melewati jarak anterior uvula sampai uvula atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai