com
Jl. Boulevard Graha Famili Selatan Kav 1 Graha Famili Surabaya 60228 Indonesia
Pembuat Dokumen
Authorized Person
ii
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT NATIONAL HOSPITAL
NOMOR: /Per/Dirut/NH/II/2017
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT NATIONAL HOSPITAL
TENTANG PANDUAN FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS
(FMEA) DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT NATIONAL HOSPITAL
KEDUA : Panduan Failure Mode Effects Analysis di lingkungan Rumah Sakit
National Hospital sebagaimana terlampir dalam peraturan ini.
KETIGA : Panduan Failure Mode Effects Analysis di lingkungan Rumah Sakit
National Hospital digunakan dalam pelaksanaan analisis aktivitas
yang berisiko terhadap keselamatan pasien di Rumah Sakit National
Hospital.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 01 Februari 2017
Direktur Utama,
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................. v
BAB I DEFINISI ......................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ........................................................................................ 2
BAB III TATA LAKSANA .......................................................................................... 3
BAB IV DOKUMENTASI ........................................................................................... 12
v
Lampiran
Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit National Hospital
Nomor : /Per/Dirut/NH/II/2017
Tanggal : 01 Februari 2017
BAB I DEFINISI
Failure Mode Effects Analysis (FMEA) adalah metode perbaikan kinerja dengan
mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi, dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses. FMEA adalah proses proaktif, dimana
kesalahan dapat dicegah dan diprediksi dan mengantisipasi kesalahan serta
meminimalkan dampak buruk. FMEA adalah alat dari Manajemen Risiko.
Proses adalah transformasi input menjadi output yang berkaitan dengan Kejadian,
aktivitas dan mekanisme yang terstruktur
Modus adalah cara atau perilaku yang dapat menimbulkan kegagalan
Analisis adalah penyelidikan secara detail suatu proses
Kegagalan adalah saat suatu sistem atau bagian dari sistem tidak sesuai dengan
yang diharapkan baik secara sengaja ataupun tidak disengaja.
Dampak adalah konsekuensi modus kegagalan.
1
BAB II RUANG LINGKUP
Seluruh anggota staf memiliki tanggung jawab pribadi dalam hal pelaksanaan
analisis risiko, dan seluruh tingkatan manajemen harus mengerti dan
mengimplementasikan strategi dan kebijakan manajemen risiko dengan mengikuti
panduan ini.
2
BAB III TATA LAKSANA
LANGKAH-LANGKAH FMEA
A. Bentuk Tim dan Pilih proses
1. Bentuk Tim yang terdiri dari multidisiplin. Sebaiknya tidak lebih dari 10
orang (ideal 4-8 orang). Pilihlah anggota Tim yang memiliki pengetahuan
tentang proses yang akan dianalisis, mewakili bidang yang akan dianalisis
dan unit yang terkait, orang yang berkepentingan untuk menerapkan
perubahan. Boleh ditentukan anggota yang tidak terkait tetapi memiliki
kemampuan menganalisis. Pimpinan Tim diutamakan adalah orang yang
memiliki kemampuan sebagai leader.
2. Pilih proses
a. Proses yang berisiko tinggi misalnya obat yang berisiko tinggi
b. Proses yang ada kecenderungan kesalahan, misalnya penghitungan dosis,
komunikasi per telepon, peralatan infus yang terkontrol
c. Posedur baru, misalnya prosedur diagnostik baru, protokol terapi yang
baru atau berubah, proses mengoperasionalkan alat infus baru di IGD
d. Penggunaan peralatan, misalnya proses pemeriksaan darah di
laboratorium
e. Desain fasilitas yang baru atau yang direnovasi
f. Aspek lain yang tidak termasuk proses klinis, misalnya proses
mengkomunikasikan hasil pemeriksaan laboratorium ke dokter
Sumber informasi:
a. komplain pasien
b. Laporan insiden
c. Laporan kesalahan medis
d. Hasil monitoring kejadian yang tidak diinginkan
e. Hasil asesmen lingkungan
f. Hasil asesmen kontrol infeksi
g. Klaim hukum atau asuransi
h. Umpan balik dari karyawan
i. Umpan balik dari kastamer
3
j. Data dari rumah sakit lain
k. Data dari Komite Keselamatan Pasien
4
dengan pasien. Ada lagi kegagalan yang laten yaitu akibat kebijakan organisasi
antara lain alokasi sumber daya, edukasi, pelatihan, desain unit dan peraturan
manajerial lain.
Yang perlu diperhatikan saat brainstroming adalah:
1. Fokus pada pencegahan dampak, meningkatkan keselamatan, meningkatkan
outcome yang positif dan meningkatkan kenyamanan pasien
2. Tujuannya : untuk melihat dimana terjadi kegagalan proses
3. Pertanyaan : Apa yang dapat terjadi bukan apa yang terjadi
Penentuan skala untuk menilai modus kegagalan dapat ditentukan sendiri oleh
organisasi.
5
2 org -4 Pengunjung Pengunjung
Pengunjung
LEVEL PROBABILITAS
6
2. Proses pelayanan apa yang potensial tinggi volume dan sering terjadi
kesalahan keselamatan
3. Proses pelayanan apa saja yang banyak hubungan / keterkaitan dalam
pelayanan kepada pasien yang bila terjadi masalah sering menimbulkan
dampak.
7
d. Kesalahan biasanya terjadi pada saat perpindahan langkah atau adanya
langkah yang terabaikan
6. Kendala waktu, misalnya ada golden period
7. Kultur yang hirarkis, staf enggan berkomunikasi dan berkolaborasi satu
dengan lainnya.
a. Suatu proses akan menghadapi risiko kegagalan lebih tinggi dalam unit
kerja dengan budaya hirarki dibandingkan dengan unit kerja yang
budayanya berorientasi pada tim
b. Staf enggan berkomunikasi & berkolaborasi satu dengan yang lain
c. Perawat enggan bertanya kepada dokter atau petugas farmasi tentang
medikasi, dosis, serta element perawatan lainnya
d. Budaya hirarki sering tercipta misalnya dalam menentukan penggunaan
obat, verifikasi lokasi pembedahan oleh tim bedah.
e. Tata cara berkomunikasi antar staf dalam proses pelayanan kesehatan
sangat menentukan hasilnya.
8. Risk Priority Number (RPN) sering digunakan untuk menghitung kritisnya
keadaan sebagai suatu prioritas. RPN = Dampak x Probabilitas x Detectibility,
RPN tinggi menjadi perhatian untuk menjadi prioritas.
Skala Detectibility 1-5
8
E. Identifikasi akar penyebab dari modus kegagalan
Identifikasi akar penyebab dari modus kegagalan, bisa menggunakan RCA untuk
menganalisis apa yang bisa salah dalam proses dan sistem.
Potensial penyebab dicari dengan metode brainstorming:
1. Beri waktu anggota tim memikirkan penyebab sebelum rapat dengan
memberikan materi modus kegagalan sebelum rapat.
2. Beri kesempatan masing-masing anggota mengemukakan pendapat secara
bergiliran.
3. Ulang menyebut modus kegagalan supaya tidak keluar dari konteks rapat.
Penyebab insiden:
1. Penyebab langsung adalah kegagalan sistem yang terjadi langsung
menyebabkan dampak / konsekuensi yang berada superfisial menunjukkan
penyebab. Hal ini dapat diketahui dari pertanyaan MENGAPA yang
pertama. Penyebab langsung bisa saja terdiri dari beberapa penyebab. Faktor
penyebab langsung antara lain faktor manusia, faktor peralatan, faktor yang
berhubungan dengan informasi, faktor lingkungan dan faktor lain.
2. Penyebab tidak langsung yang mendasari penyebab langsung. Akar masalah
adalah faktor penyebab yang paling dasar berada jauh dari insiden, apabila
dikoreksi atau dirubah akan mencegah terjadinya error dikemudian hari.
Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan akan di kontrol, eliminasi,
dan diterima. Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang
akan dieliminasi atau dikontrol.
9
5. Mengurangi duplikasi, misalnya dengan email dapat diketahui beberapa
orang
6. Menggunakan teknologi, misalnya komputerisasi resep
7. Membangun mekanisme yang lebih aman, misalnya penggunaan infusion
pump
8. Dokumentasi dengan baik terutama komunikasi verbal
9. Menciptakan kultur kerja tim, misalnya dengan visite ronde yang diikuti oleh
semua disiplin.
Strategi baru di susun berdasarkan literatur yang sesuai, bekerja sama dengan
sejawat dan berpikir out of the box.
Identifikasi penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tersebut dan
tentukan apakah diperlukan dukungan manajemen puncak untuk melaksanakan
rekomendasi tersebut.
10
Evalusi efektifitas dari aksi yang ditentukan. Hitung kembali kegagalannya. Bila
tidak ada perbaikan, maka lanjutkan kembali FMEA.
AKTIVITAS TIM
1. Pertemuan pendahuluan adalah menentukan topik dan memberi motivasi pada
semua anggota Tim.
2. Pertemuan pertama melakukan gambaran proses dan identifikasi subproses serta
verifikasi ruang lingkup
3. Pertemuan kedua melakukan kunjungan ke unit kerja yang terkait untuk
observasi proses, verifikasi semua langkah proses dan subproses apakah sudah
benar
4. Pertemuan ketiga melakukan brainstorming modus kegagalan, berdiskusi dengan
petugas pada unit yang terlibat dalam proses.
5. Pertemuan keempat menidentifikasi penyebab modus kegagalan dan berdiskusi
antar anggota Tim, bila perlu berdiskusi lagi dengan petugas pada unit yang
terlibat dalam proses untuk memperoleh tambahan informasi.
6. Pertemuan kelima melakukan rincian modus kegagalan dan penyebabnya pada
lembar kerja FMEA. Lakukan analisa RPN. Lakukan identifikasi tindakan
perbaikan dan tindaklanjuti tanggungjawabnya.
7. Pertemuan selanjutnya memonitor Person In Charge (PIC) untuk setiap tindakan
perbaikan, uji perubahan yang diajukan. Bila hasil uji menunjukkan perbaikan,
maka lakukan pertemuan dengan Pimpjnan untuk persetujuan semua tindakan
perbaikan.
11
BAB IV DOKUMENTASI
12
Potensial
Modus
1
PROSES
Kegagalan
Form RPN
Penyebab
SUB PROSES
Potensial dari
Kegagalan
Form Alur Proses
Probabilitas
Tanggal : ..
Efek Potensial 2
dari
Kegagalan
Dampak
3
LAMPIRAN FORM DOKUMENTASI
Kontrol saat
ini
Detectibility
4
RPN
Tindakan
Ulang
Probabilitas
Dampak
Detectibility
13
RPN Baru
Modus
NO
Kegagalan
Penyebab
Rekomendasi
YANG LAMA
Direktur Utama,
Aksi
Form Rencana Aksi:
Petugas yang
Dampak Waktu
Implementasi
Detectibility
Tempat
Implementasi
Sumber Biaya
Probabilitas
Monitoring
Evaluasi
Dampak
14
Tanggal
RPN