Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

DISUSUN OLEH :

MEI ALVIN KURNIAWAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

SERANG BANTEN

2017
1. Definisi Penyakit
Chronik Kidney Disease adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). (Nursalam, 2006)
Chronik Kidney Disease adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk memperhatikan metabolisme keseimbangan
cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner & Suddarth, 2002)
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).

2. Etiologi Penyakit
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.
Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
a. Saluran kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Saluran kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomaly
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

3. Klasifikasi Penyakit
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2.
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15 - 29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg ) : 72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.

4. Tanda dan gejala klinis (manifestasi klinis)


a. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
- Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
- Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
b. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
c. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
- Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effuse perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
- Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
- Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
- Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot otot ekstremitas.
- Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
- Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
- Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis,
hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

- System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

5. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan / terapi
- Obat anti hipertensi yang sering dipakai adalah Metildopa (Aldomet), propanolol
dan klonidin. Obat diuretik yang dipakai adalah furosemid (lasix).
- Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena
yang memasukan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian kalsium glukonat 10%
intravena dengan hati-hati sementara EKG terus diawasi. Bila kadar K + tidak dapat
diturunkan dengan dialisis, maka dapat digunakan resin penukar kation natrium
polistiren sulfonat (Kayexalate).
- Pengobatan untuk anemia yaitu : rekombinasi eritropoetin (r-EPO) secara meluas,
saat ini pengobatan untuk anemia uremik : dengan memperkecil kehilangan darah,
pemberian vitamin, androgen untuk wanita, depotestoteron untuk pria dan transfusi
darah.
- Asidosis dapat tercetus bilamana suatu asidosis akut terjadi pada penderita yang
sebelumnya sudah mengalami asidosis kronik ringan, pada diare berat yang
disertai kehilangan HCO3. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian
pemberian NaHCO3 parenteral.
- Dialisis : suatu proses dimana solut dan air mengalir difusi secara pasif melalui
suatu membran berpori dari suatu kompartemen cair menuju kompartemen
lainnya.
Dialisis peritoneal : merupakan alternatif dari hemodialisis pada penanganan gagal
ginjal akut dan kronik.
Pada orang dewasa, 2 L cairan dialisis steril dibiarkan mengalir ke dalam rongga
peritoneal melalui kateter selama 10-20 menit. Biasanya keseimbangan cairan
dialisis dan membran semipermeabel peritoneal yang banyak vaskularisasinya
akan tercapai setelah dibiarkan selama 30 menit.

b. Pembedahan
Transplantasi ginjal : prosedur standarnya adalah memutar ginjal donor dan
menempatkannya pada fosa iliaka pasien sisi kontralateral. Dengan demikian ureter
terletak di sebelah anterior dari pembuluh darah ginjal, dan lebih mudah
dianastomosis atau ditanamkan ke dalam kandung kemih resipien.

6. Pengkajian Keperawatan Fokus


a. Wawancara
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data klien secara lengkap dan sistematis
yang terdiri dari identitas klien dan identitas penanggung jawab.
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting atau
keluhan yang sangat dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan
utama pada pasien gangguan sistem perkemihan secara umum antara lain:
Pasien mengeluh sakit di pinggang.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya yang
meliputi Palliative, Quality atau Quantity, Region, Skala, dan Timing dan
semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk
menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.
Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi memberikan dampak
terhadap buang air kecil, berapa lama dan apakah terdapat perubahan pola
eliminasi ( BAK )? Bagaimana aktifitasnya? Pekerjaannya, lingkungan, gaya
hidup dan apakah ada infeksi saluran kemih?. Pengkajian ini akan
memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan intervensi yang
tepat sesuai dengan kondisi pasien.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu bertujuan untuk menggali berbagai
kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini, tanyakan penyakit yang
berkaitan dengan sistem perkemihan yang pernah dialami sebelumnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada keluarga mengenai adakah yang mengalami penyakit yang
berkaitan dengan sistem perkemihan yang sama di anggota keluarganya.

Pola Aktivitas Sehari hari


Mengkaji pola aktivitas sehari hari klien mulai dari pola nutrisi kebiasaan klien
mengkonsumsi apa saja, mengkaji personal hygiene klien, eliminasi klien adakah
keluhan saat BAK dan BAB, dan pola istirahat klien adakah keluhan atau tidak
dalam aktivitas sehari harinya.

b. Pemeriksaan fisik fokus


1. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi
2. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan

Inspeksi
a. Inspeksi umum : konjungtiva, ujung kuku, mukosa mulut, mukosa bibir,
kelembaban.
b. Inspeksi abdomen : adanya asites, distensi vesika urinaria.
c. Ukur lingkar perut.
d. Inspeksi vagina : warna kulit, kebersihan dan kelembaban meatus uretra, labia
mayora dan minora.
e. Inspeksi penis : warna kulit, meatus uretra. Inspeksi adanya lesi atau tidak,
tanda infeksi dan pruritus.
f. Inspeksi urine output : warna, jumlah, discharge, hematuri.
g. Ukur CRT.

Auskultasi
a. Auskultasi suara paru
b. Auskultasi bruit vaskuler di area aorta, arteri renalis, arteri iliaka, dan arteri
femoralis. Faktor predisposisi

Palpasi
a. Palpasi ringan untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan lepas.
b. Melakukan palpasi dalam untuk ginjal.
c. Melakukan pemeriksaan asites
- Menggunakan pemeriksaan balotemen
- Menggunakan perkusi
d. Palpasi kandung kemih terhadap distensi
e. Kaji edema ekstremitas

Perkusi
Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA),
lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.
Jika ada abnormalitas maka klien akan mengeluh nyeri saat di ketuk CVA.

PATHWAY

Infeksi Saluran Gangguan kongenitas dan


Diabetes
Kemih herediter Aktifitas Life style
Melitus
Kerusakan nefron ginjal
Kondisi glukosuria
Reaksi antigen antibody
hiperglikemia Terbentuk agregat molekul

Viskositas darah Beberapa terperangkap di


mengental glomerolus
Suplay darah, nutrisi dan O2 Respon inflamasi
menurun Jaringan parut merusak korteks
Hipoperfusi ginjal Glomeroli dan tubulus menjadi
jaringan parut

Kerusakan ginjal secara Kerusakan glomerolus parah


bertahap
CKD
glukosuria Fungsi eritropoetin menurun Gangguan tekanan osmotik
Pengeluaran cairan dan Eritrosit menurun dan hidrostatik
elektrolit Perpindahan shift cairan dari
anemia
poliuria polidipsi intraveskular ke interstitial
Suplai O2 dan nutrisi
kejaringan menurun Retensi cairan
Gangguan Ketidakseimbangan Keletihan
7. Analisa Data edema
eliminasi urine nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Data Etiologi Masalah
Kelebihan volume
DS : Faktor predisposisi ( ISK, Diabetes cairan
Kelebihan volume
- Ansietas Melitus, aktifitas, life style,
cairan
DO : kongenital dan herediter )
- Suara napas tidak
abnormal
- Peubahan elektolit
Kerusakan nefron ginjal
- Anasaka
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan pola
pernapasan Reaksi antigen antibody
- Asupan melebihi haluaran
- Distensi vena jugularis
- Oliguria Terbentuk agregat molekul.
- Efusi pleura Beberapa terperangkap di
- Gelisah glomerolus
- Kenaikan berat badan
dalam periode singkat.

Respon inflamasi

Jaringan parut merusak sisa korteks

Glomeruli dan tubulus menjadi


jaringan parut
Kerusakan glomerolus parah

CKD

Retensi cairan dan natrium

Edema

Kelebihan volume cairan

DS : Faktor predisposisi ( ISK, Diabetes Ketidakseimbangan


- Tidak nafsu makan Melitus, aktifitas, life style,
nutrisi : Kurang
- Ketidakmampuan kongenital dan herediter )
dari kebutuhan
memakan makanan
- Mengeluh gangguan tubuh
Kerusakan nefron ginjal
sensasi rasa
DO :
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen Reaksi antigen antibody
- Menghindari makanan
- Bising usus hiperaktif
- Membran mukosa pucat Terbentuk agregat molekul.
- Tonus otot menurun Beberapa terperangkap di
- Kelemahan otot glomerolus
mengunyah
- Kelemahan otot untuk
menelan. Respon inflamasi

Jaringan parut merusak sisa korteks

Glomeruli dan tubulus menjadi


jaringan parut
Kerusakan glomerolus parah

CKD

Fungsi eritropoetin menurun

Eritrosit menurun

Anemia

Suplai oksigen dan nutrisi ke


jaringan menurun

Hipoaktif. Nausea

Nafsu makan menurun (anoreksia )

Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang


dari kebutuhan tubuh

DS : Faktor predisposisi ( ISK, Diabetes Gangguan


- Sering berkemih Melitus, aktifitas, life style,
eliminasi urine
- Ada dorongan untuk kongenital dan herediter )
berkemih
DO :
- Disuria Kerusakan nefron ginjal
- Inkontinensia
- Nokturia
- Retensi Reaksi antigen antibody

Terbentuk agregat molekul.


Beberapa terperangkap di
glomerolus

Respon inflamasi
Jaringan parut merusak sisa korteks

Glomeruli dan tubulus menjadi


jaringan parut

Kerusakan glomerolus parah

CKD

Glukosuria

Pengeluaran cairan dan elektrolit

Poliuria . polidipsi

Gangguan eliminasi urine

DS : Faktor predisposisi ( ISK, Diabetes Keletihaan


- Mengatakan kurang energi Melitus, aktifitas, life style,
kongenital dan herediter )
yang tidak kunjung reda.
- Merasa bersalah karena
tidak dapat menjalankan
Kerusakan nefron ginjal
tanggung jawab.
- Mengatakan tidak mampu
mempertahankan aktifitas Reaksi antigen antibody
fisik pada tingkat yang
biasanya. Terbentuk agregat molekul.
- Mengatakan tidak mampu Beberapa terperangkap di
mempertahankan rutinitas glomerolus
yang biasanya.
DO :
- Letargi Respon inflamasi
- Lesu
- Gangguan konsentrasi
- Peningkatan kebutuhan Jaringan parut merusak sisa korteks

istirahat
- Penurunan performa.
Glomeruli dan tubulus menjadi
jaringan parut

Kerusakan glomerolus parah

CKD

Fungsi eritropoetin menurun

Eritrosit menurun

Anemia

Suplai oksigen dan nutrisi ke


jaringan menurun

Keletihan

8. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Intervensi
Tujuan (NOC) Aktifitas (NIC)
Keperawatan (NIC)

Kelebihan volume Fluid Balance Fluid - Pertahankan catatan


Setelah dilakukan
cairan berhubungan Management intake dan output
tindakan keperawatan
dengan gangguan yang akurat.
selama 3 x 24 jam - Monitor vital sign
mekanisme regulasi.
- Monitor masukan
kelebihan volume
makanan atau cairan
cairan dapat teratasi,
dan hitung ingtake
dengan kriteria hasil :
- Terbebas dari kalori harian
edema. - Monitor status
- Terbebas dari
nutrisi
distensi vena - Batasi masukan
jugularis. cairan pada keadaan
- Memelihara
hiponatrermi dilusi
tekanan vena
dengan serum Na <
sentral, tekanan
130 mEq/l.
kapiler paru, - Kolaborasi dengan
output jantung dan dokter jika tanda
vital sign dalam cairan berlebih
batas normal. muncul memburuk.
- Terbebas dari
kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan.
- Menjelaskan
indikator kelebihan
cairan.

Ketidakseimbangan Status Gizi Manajemen - Pantau kandungan


Setelah dilakukan
nutrisi : Kurang dari Nutrisi nutrisi dan kalori
tindakan keperawatan
kebutuhan tubuh pada catatan asupan
selama 3 x 24 jam - Timbang pasien
berhubungan dengan
ketidakseimbangan pada interval yang
ketidakmampuan
nutrisi kurang dari tepat
untuk mengabsorpsi
- Ketahui makanan
kebutuhan tubuh
nutrien.
kesukaan klien
dapat teratasi, dengan
- Berikan informasi
kriteria hasil :
yang tepat tentang
- Mengerti faktor
kebutuhan nutrisi
yang meningkatkan
dan bagaimana
berat badan.
- Mengidentifikasi memenuhinya.
- Tentukan dengan
tingkah laku
melakukan
dibawah kontrol
kolaborasi dengan
klien. ahli gizi jika
- Memodifikasi diet
diperlukan jumlah
dalam waktu yang
kalori, dan jenis zat
lama untuk
gizi yang
mengontrol berat
dibutuhkan untuk
badan.
memenuhi
- Menggunakan
kebutuhan nutrisi.
energi untuk
aktivitas sehari-hari.

Gangguan eliminasi Urine elimination Management - Pantau eliminasi


Setelah dilakukan
urine berhubungan elimination urine termasuk
tindakan keperawatan
dengan penyebab urine frekuensi,
selama 3 x 24 jam
multipel. konsistensi, bau,
gangguan eliminasi
volume dan warna,
urine dapat teratasi,
jika perlu.
dengan kriteria hasil : - Ajarkan klien
- Tidak mengalami
tentang tanda dan
disuria
gejala infeksi saluan
- Tidak mengalami
kemih.
urgensi dan
- Ajarkan klien untuk
frekuensi
minum 200 ml
- Tidak mengalami
cairan saat makan,
retensi
- Tidak kesulitan diantara makan dan
pada saat berkemih. di awal petang.

Keletihan Energy conservation Energy - Observasi adanya


Setelah dilakukan
berhubungan dengan management pembatasan klien
tindakan keperawatan
anemia. dalam melakukan
selama 3 x 24 jam
aktivitas.
keletihan dapat - Kaji adanya faktor
teratasi, dengan yang menyebabkan
kriteria hasil : kelelahan.
- Memverbalisasikan - Monitor nutrisi dan
peningkatan energi sumber energi yang
dan merasa lebih adekuat.
Monitor pasien akan
baik.
- Menjelaskan adanya kelelahan fisik
penggunaan energi dan emosi secara
untuk mengatasi berlebihan.
kelelahan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2000). Hand Book for Brunner & Suddarth Text Book Medical
Surgical Nursing. (Penerjemah Yasmin Asih, S.Kp). Lipincott Raven Publishers.
(Sumber Asli diterbitkan tahun 1996).

Doenges. Marilynn. E (2000). Nursing Care Plans Guidelines For Planning and Documenting
Patients. (Penerjemah : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati). Philadelphia, F.A. Davis.
(Sumber Asli diterbitkan tahun 1993).

Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Vol. 1 / Barbara Engram :
Alih Bahasa, Suharyati Samba ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta :
EGC. 1998.

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta : EGC

Matovinovic, Mirjana. (2009). Pathophysiology And Classification of Kidney Diseases.


http://www.ifcc.org. Diakses pada Januari 24, 2015. Pukul 10.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai