Presen Jurnal
Presen Jurnal
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah ke otak yang dapat timbul secara mendadak
dengan gejala atau gejala yang sesuai dengan daerah yang terganggu
(Rosjidi, 2007). Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai, dengani
angka kematian cukup tinggi dan penyebab utama kelumpuhan pada orang
dewasa. Pascastroke adalah suatu fase setelah serangan stroke terjadi.
Terdapat 2 fase pascastroke yaitu: Fase akut (kurang dari 3 minggu) dan
Fase post akut (lebih dari 3 minggu).
Pada serangan pertama penderita pascastroke, kemungkinan angka
kematian 30-35% dan mendapat kelumpuhan 35-40%. Stroke merupakan
masalah penting bagi kesehatan masyarakat karena memiliki angka
kesakitan, kelumpuhan , kematian dan biaya tinggi. Angka kejadian stroke
akan terus berlanjut, tetapi dengan kemajuan dan penanganan stroke,
deteksi dini, CT Scan, MRY dan usaha-usaha perawatan intensif akan
menurunkan angka kematian dan dapat mengurangi kelumpuhan karena
stroke. Rehabilitasi stroke memegang peranan penting untuk mengurangi
beban dari perawatan stroke jangka lama.
Setelah stroke terjadi, kebanyakan penderita pascastroke mengalami
kelumpuhan dengan kelemahan tangan yang lebih parah dibandingkan
kaki, sebagian mengalami gangguan bahasa, bicara dan menelan dan
selebihnya disertai dengan gangguan lain di antaranya gangguan rasa,
nyeri bahu, depresi. Penderita pascastroke cenderung menunjukkan
kelumpuhan yang lebih besar dari yang sebenarnya terjadi. Pada suatu
studi stroke di Copenhagen yang terpapar pada www.pontianakpost.com,
menerangkan dari 515 penderita pascastroke yang menerima terapi
rehabilitasi, 69% di antaranya mempunyai kesalahan dalam memfungsikan
tangan baik ringan sampai berat. Kesalahan yang terjadi diduga salah
satunya disebabkan karena kecenderungan penderita untuk lebih
menggunakan tangan yang sehat dalam melakukan aktivitas sehari-hari
walaupun sebenarnya mampu untuk menggunakan tangannya yang
lumpuh (learned nonuse), dimana pada akhirnya hal tersebut menjadi
suatu kebiasaan.
Rehabilitasi penderita pascastroke bertujuan agar penderita
pascastroke dapat mencapai tingkat kemandirian secara maksimal
sehingga diharapkan dapat kembali pada komunitasnya, meminimalkan
pengaruh akibat kelumpuhan penderita pascastroke dan mengoptimalkan
kualitas hidup bagi keduanya baik untuk penderita maupun keluarga,
mencegah komplikasi medis dan mengantisipasi kebutuhan rehabilitasi
jangka panjang.
Salah satu problem rehabilitasi pascastroke adalah gangguan
menelan. Penderita pascastroke sering disertai dengan kesulitan waktu
menelan. Hal ini merupakan problem serius, yang pada akhimya dapat
mengancam kehidupan penderita karena bila tidak terdeteksi secara dini
dan tidak tertangani secara adekuat dapat menyebabkan tidak
tercukupinya kebutuhan nutrisi sehingga akan memperpanjang proses
rehabilitasi, menambah biaya perawatan, memperparah kondisi pasien,
sampai menimbulkan komplikasi.
B. TUJUAN
1. Menambah referensi pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi status nutrisi pada pasien pascastoke post
hospitalisasi.
2. Mendapatkan evidence based dalam memberikan asuhan
keperawatan tentang nutrisi pada pasien pasca stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. NUTRISI PASCASTROKE
1. Tujuan pemberian nutrisi adalah :
a. Membantu mempertahankan kesehatan yang baik (mempertahankan
keadaan gizi).
b. Membuat keadaan gizi tubuh menjadi lebih baik.
c. Memperlambat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif.
d. Untuk mengatur semua proses yang terjadi dalam tubuh.
e. Memberikan unsur-unsur yang diperlukan untuk sel jaringan tubuh
yang aus. (contoh : rambut yang rontok, kuku, bekas luka, menstruasi,
dll).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi adalah:
a. Tinggi badan, berat badan dan jenis kelamin
Berpengaruh terhadap nutrisi seseorang. Seorang pria dan wanita
membutuhkan kalori yang berbeda untuk seharinya demikian juga
dengan tinggi badan dengan berat badan yang merupakan suatu
faktor penting, terutama bila memperhitungkan kebutuhan kalori.
b. Faktor aktivitas
Jumlah dan jenis aktivitas seseorang harus diperhitungkan karena
sangat mempengaruhi kebutuhan kalori.
c. Tingkat kesehatan
Kondisi dengan berbagai penyakit menyebabkan tubuh memerlukan
lebih banyak nutrisi dan kalori. Angka metabolisme basal lebih tinggi
pada orang yang suhunya di atas normal sehingga kebutuhan
kalorinya juga lebih besar dibandingkan orang yang suhunya netral.
d. Iklim
Turut mempengaruhi kebutuhan nutrisi dan kalori orang yang tinggal
di daerah yang beriklim dingin menggunakan lebih banyak kalori
dibandingkan orang yang tinggal di daerah panas.
e. Status ekonomi
Status ekonomi seseorang akan berpengaruh pada daya beli
makanan, sehingga berpengaruh pada konsumsi pangan seseorang
yang akhirnya berdampak pada keadaan gizi seseorang itu.
d. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan akan berpengaruh pada nutrisi seseorang, orang
yang terbiasa dengan makanan restoran (banyak mengandung
karbohidrat, lemak dan kolesterol) cenderung mengalami kelebihan
zat gizi tersebut yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatan
nanti.
e. Kesenangan dan ketidaksenangan
Sikap seseorang terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh
pengalaman, baik yang dirasakan menyenangkan atau tidak. Hal ini
menyebabkan sikap individu dapat mempunyai sifat suka dan tidak
suka terhadap makanan. Yang tentunya akan berpengaruh pada
nutrisi orang tersebut.
f. Tingkat pendidikan dan pengetahuan
Umumnya berpengaruh pada tingkat pemahaman seseorang tentang
gizi makanan. Orang mempunyai pengetahuan yang rendah walaupun
ekonominya cukup tinggi dalam memilih makanan kurang
memperhatikan gizi dari makanan yang dipilih.
Dalam waktu lama penurunan, status nutrisi akan terjadi setelah onset
stroke. Beberapa aspek penting yang mempengaruhi adalah waktu makan,
persiapan makan, proses makan, sehingga memerlukan bantuan dalam
mempersiapkan makanan dan pendampingan dalam proses makan yang
bertujuan untuk mencegah lingkaran setan kekurangan nutrisi dan
perkembangan kelelahan. Dengan kata lain seseorang yang kelelahan akan
memiliki status nutrisi yang rendah dan orang dengan status nutrisi yang
rendah memiliki resiko tinggi terjadi kelelahan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Dari Hasil penelitian bahwa, dalam waktu lama, penurunan status
nutrisi akan terjadi setelah onset stroke. Beberapa aspek penting yang
mempengaruhi adalah waktu makan, persiapan makan, proses makan,
sehingga memerlukan bantuan dalam mempersiapkan makanan dan
pendampingan dalam proses makan yang bertujuan untuk mencegah
lingkaran setan kekurangan nutrisi dan perkembangan kelelahan.
B. SARAN
1. Perawat harus memperhatikan kebutuhan nutrisi pasien pascasrtoke
post hospitalisasi.
2. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi
pada pasien pascastroke dan keluarga.
3. Perawat dan keluarga hendaknya selalu memberikan motivasi pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/nutrisi-untuk-orang-dewasa.html
http://arwinlim.blogspot.com /abstrak_nutrisi_2004.htm
http://cme.fk.ui.ac.id/abstrak_nutrisi_2004.htm
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/stroke/
http://www.combiphar.com/article.php?id_news=157
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=143459
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0002/21/IPTEK/stro10.htm
JURNAL
Disusun Oleh
FEBRIKA AGRI AMSIRTA S.Kep
KP. 03.00181