TEORI DASAR
3
matahari dan hanya mendapatkan setengah penyinaran dari bagian awan
maka akan menimbulkan bayangan berwarna kelabu.
Awan cumulus adalah awan yang berbentuk seperti bunga kol dan
terbentuk karena adanya proses konveksi. Proses konveksi adalah
perpindahan panas dan massa utama yang terjadi melalui difusi dan
adveksi.
Jadi awan cumulus adalah awan tebal yang memiliki puncak yang
tinggi, bentuknya padat serta memiliki batas yang jelas. Terbentuk karena
adanya proses konveksi dan apabila terkena sinar matahari sebagian maka
akan menimbulkan bayangan berwarna kelabu. Pembentukan awan cumulus
juga disebabkan oleh faktor ketidakstabilan dari lapisan atmosfer. Dan
apabila ketidakstabilan terus berlanjut, awan cumulus dapat menjadi awan
cumola nimbus.
Proses Terjadinya Bentuk-bentuk Awan
Proses terjadinya bentuk awan disini adalah ketika awan culumus
terbentuk dan berubah fase menjadi awan cumolanimbus. Awan yang sering
kita lihat setiap hari jika diperhatikan, bentuknya tidak selalu sama, pasti akan
berubah-ubah menyesuaikan kondisi atmosfer. Dan proses terjadinya
berbagai bentuk-bentuk awan ini dikarenakan titik air yang bertemu dengan
udara yang panas, kemudian titik tersebut akan menguap dan beberapa awan
akan menghilang membentuk awan lain.
Kejadian ini pada umumnya menjadi acuan, dimana awan akan selalu
berubah-ubah bentuknya. Sedangkan air yang terdapat di awan perlahan juga
akan menguap dan mencair. Namun, beberapa dari awan ini tidak masuk
dalam kategori awan pembawa hujan.
4
Ciri-ciri dan Komposisi
Seperti pembahasan sebelumnya, bahwa setiap awan selalu memiliki
karakteristik atau ciri-ciri tersendiri. Dan berikut adalah ciri-ciri atau
karakteristik dari awan cumulus :
Bentuknya menyerupai kubah atau Menara.
Termasuk golongan awan pembawa hujan.
Warna dasarnya putih, namun apabila sebagian terkena sinar matahari
maka akan menimbulkan bayangan berwarna kelabu.
Terbentuk karena proses konveksi dan juga disebabkan oleh
ketidakstabilan di lapisan memiliki lebar sekitar 1 km
Puncaknya sangat tinggi.
Komposisi dari awan cumulus ini terdiri atas tetes-tetes air, sedangkan
kristal-kristal es atau kristal saljunya biasanya tertutup pada bagian awal yang
suhunya dibawah 0 derajat Celcius.
Jenis Awan Cumulus
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, awan cumulus
dibedakan menjadi 3 jenis :
1. Cumulus Congestus
Cumulus congestus adalah jenis awan cumulus yang didasarkan pada
rentang ketinggian rendah atau menengah. Awan ini adalah awan yang
terbentuk dari tahap peralihan antara awan cumulus mediocris dan cumula
nimbus. Proses terjadinya awan jenis ini juga dikarenakan ketidakstabilan
di lapisan atmosfer dan adanya konveksi. Karena berasal dari gerakan udara
vertikal yang kuat, awan ini biasanya lebih tinggi dan puncaknya bisa
mencapai 6 km atau bahkan bisa lebih tinggi lagi apabila di daerah
tropis.Cumulus congetus ini akan berakhir dalam calvus cumola nimbus
dalam keadaan ketidakstabilan yang cukup. Meski pada umumnya awan ini
adalah awan yang terbentuk dari tahap peralihan antara mediocris cumulus,
namun awan ini juga dapat terbentuk dari altocumulus castellanus atau
stratocumulus castellanus. Awan cumulus congetus ini bisanya menghasilkan
hujan dengan instensitas sedang hingga berat.
5
2. Cumulus Humilis
Cumulus humilis adalah awan yang memiliki luas vertikal yang kecil.
Awan ini nantinya juga akan berkembang menjadi awan cumulus mediocris
atau bisa juga menjadi awan cumulus congetus yang biasanya akan
menandakan cuaca buruk dikemudian hari. Awan ini biasanya terlihat
dibawah awan cirrostratus dan terbentuk dari panas matahari yang digunakan
untuk pendinginan proses konveksi yang nantinya menyebabkan awan
cumulifrom untuk meratakan dan berubah menjadi cumulus humilis. Dalam
hal ini, jika front hangat mulai mendekati maka akan terjadi hujan di sekitar
12 sampai 24 jam kedepan. Awan cumulus humilis ini adalah awan yang
dapat mengindikatorkan cuaca.
3. Cumulus Mediocris
Cumulus mediocris adalah awan yang memiliki karakteristik bentuk
seperti bunga kol pada awan cumulus. Pada umumnya awan ini tidak
menghasilkan curah hujan dengan intensitas rendah, namun lebih mirip
dengan intensitas curah hujan yang dihasilkan oleh awan cumulus congetus
dan cumola nimbus. Awan ini terbentuk ketika terdapat kenaikan awan dari
cumulus humilis. Seperti awan cumulus, awan ini juga membutuhkan
konveksi sebelum berkembang. Seperti udara yang naik kemudian
membentuk awan cumulus yang terus meningkat menjadi terbentuklah awan
ini. Dalam hal peramalan cuaca awan ini biasanya berada dalam front dingin
atau dalam kondisi atmosfer yang tidak stabil seperti daerah yang memiliki
tekanan rendah. Awan ini bisa berkembang menjadi cumulus congetus
sebagai awan membawa hujan, angin atau bahkan petir. Apabila awan ini ada
di pagi atau sore hari maka akan terjadi badai di kemudian hari.
b. Awan Cumolanimbus
Awan cumola nimbus adalah jenis awan yang masuk dalam kategori
awan dengan perkembangan vertikal seperti awan cumulus. Awan cumola
nimbus ini menjulang tinggi ke atas, bentuknya padat dan awan ini memiliki
hubungan dengan badai petir dan cuaca dingin. Awan cumola nimbus ini
terbentuk karena ketidakstabilan di lapisan atmosfer.
6
Pada dasarnya dapat terbentuk sendiri, penyebarannya secara
berkelompok atau disepanjang front dingin di garis squall. Awan ini adalah
salah satu awan yang dapat menciptakan petir melalui jantung awan. Awan
cumola nimbus juga awan yang terbentuk dari awan cumulus dan dapat
berkembang menjadi supercell, yaitu badai yang ditandai adanya mesosiklan,
yaitu pusaran udara dalam badai konvektif.
Dasarnya, awan ini memiliki lebar hingga beberapa kilometer, pada
bagian dasar awan umumnya terbentuk pada saat berada di ketinggian 500-
13000 kaki (200-4000 m) dan pada bagian atas puncaknya mencapai
ketinggian 20000-75000 kaki (6000-23000 m).
Proses terjadinya Awan Cumola Nimbus
Adapun fase pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb) adalah sebagai
berikut :
a) Fase Tumbuh (Towering Cumulus Stage)
Awan calon Cumulonimbus akan terlihat tumbuh pesat terutama
komponen vertikalnya karena seluruh gerakan atau arus dalam pertumbuhan
awan bergerak ke atas sehingga semakin besar dan dapat menjulang tinggi di
angkasa hingga ketinggian 15 kilometer. Substansi awan ini, semuanya
berupa butiran air sampai ketinggian 5 kilometer dan butiran air bercampur
salju (sampai puncaknya) sekitar 8 kilometer.
7
ini mendapat tekanan dari tropopause yang sangat stabil dan panas. Pada fase
ini substansinya berupa butiran air di bagian bawah, bagian tengah berupa
butiran air bercampur es dan bagian puncak semuanya berupa butiran es
(kristal). Pada tahap ini pula, arus udara dalam awan naik (up draft) dan turun
(down draft) sehingga kristal-kristal es bisa menembus bagian bawah dan
tengah. Dari sinilah lahirnya mekanisme hujan es (hail). Dan di antara arus
udara naik dan turun ini terjadi arus geseran memuntir yang dalam kondisi
tertentu tabung puntiran angin dapat menerobos sampai ke bumi mirip belalai
gajah sehingga menimbulkan angin puting beliung.
8
Jenis Cumola Nimbus
1. Cumola Nimbus Arcus
Cumola nimbus arcus pada dasarnya disebut sebagai awan badai.
Awan jenis ini bisa memberikan hujan, hujan esatau salju dan biasanya sangat
tebal. Awan ini dapat memanjang hingga 10 mil, sehingga banyak yang
mengindikasikan bahwa awan ini adalah raja diantara awan lain.
2. Cumola Nimbus Calvus
Cumola nimbus calvus adalah awan yang cukup tinggi dalam
perkembangan vertikalnya yang mampu menghasilkan curah hujan tinggi
pula. Awan ini berkembang dari awan cumulus congetus dan apabila proses
perkembangannya cukup baik maka akan menghasilkan awan cumola nimbus
incus.
3. Cumola Nimbus Capillatus
Cumola nimbus capillatus adalah awan yang terbentuk setelah
mencapai batas tingkat stabilitas lapisan stratosfer dan juga telah membentuk
karakteristik datar yang berasal dari bentuk awan cirrus yang padat dimana
awan tersebut muncul dengan bentuk struktur seperti rambut.
4. Cumola Nimbus Incus
Cumola nimbus incus adalah awan yang terbentuk sama seperti
cumola nimbus capillatus dan juga terbentuk dari perubahan awan nimbus
calvus. Sama seperti yang lainnya, awan ini juga awan yang dapat
menghasilkan badai dan petir.
5. Cumola Nimbus Mammatus
Cumola nimbus mammatus adalah awan yang sering disangkut
pautkan hubungannya dengan badai petir. Awan ini sering memperpanjang
dasar dari awan cumola nimbus, namun dapat ditemukan di bawah awan alto
cumulus, awan alto stratus, awan strato cumulus dan awan cirrus serta awan
abu vulkanik. Awan ini dapat digunakan sebagai indikasi akan terjadinya
badai yang kuat bahkan badai tornado.
9
6. Cumola Nimbus Plannus
Cumola nimbus plannus adalah merupakan awan bagian dari formasi
awan cumola nimbus yang sering naik pada ketinggian yang bahkan bisa
mencapai hingga 12 km.
7. Cumola Nimbus Pileus
Cumola nimbus pileus adalah awan yang sangat cepat dalam berubah
bentuk. Awan ini dibentuk oleh updraft yang kuat pada ketinggian yang lebih
rendah. Awan ini juga memiliki kelembapan yang sangat tidak stabil. Awan
ini dapat menyebabkan cuaca menjadi buruk dan dapat menjadi indikator
bahwa badai akan datang. Awan ini juga menandakan akan datangnya angin
kencang yang sifatnya merusak.
8. Cumola Nimbus Tuba
Cumola nimbus tuba adalah awan khusus yang terbentuk atas dasar
awan cumola nimbus. Pada dasar awan terdapat bentuk corong atau kerucut
yang terkadang dapat berkembang menjadi tornado atau angin puyuh.
9. Cumola Nimbus Velum
Cumola nimbus velum adalah awan bagian cumola nimbus yang
memiliki lapisan kecil dari awan alto stratus yang mengelilingi daerah
tengahnya saat udara lembab stabil yang diciptakan sebagai hasil
pertumbuhan dari induk awan cumola nimbus. Awan ini terlihat lebih gelap
daripada awan cumola nimbus dan dapat bertahan setelah cumola nimbus
pecah. Awan ini jarang sekali ditemukan.
10. Cumola Nimbus Virga
Cumola nimbus virga adalah sebagai awan yang dapat
mengindikasikan akan terjadi hujan. Dimana warna awan ini adalah abu-abu
seperti ketika akan terjadi hujan.
2.2. Petir
Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim
hujan di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan biasanya
disebut kilat, yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar
10
sering disebut Guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya
perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
Biasanya petir disertai dengan suara gemuruh yang biasa disebut guruh
atau biasanya dibilang geledek, suara yang kencang itu terjadi karena saat udara
dilewati petir, terjadi pemanasan dan pemuaian udara dengan sangat cepat
sehingga udara menjadi plasma dan meledak menghasilkan suara yang
menggelegar.Sebenarnya proses terbentuknya suara ini terjadi bersamaan
dengan saat terjadi petir, namun biasanya guruh baru terdengar setelah petir
terlihat. Keterlambatan suara guruh itu terjadi karena perbedaan antara
kecepatan cahaya ( 3x100000000m/s) dan kecepatan bunyi di udara ( 340 m/s ).
Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah
kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif
atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti
yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian
listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat
terjadi dari awan ke awan (intercloud), dimana salah satu awan bermuatan
negatif dan awan lainnya bermuatan positif.
Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif.
Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua
massa dengan medan listrik berbeda. Prinsip dasarnya kira-kira sama dengan
lompatan api pada busi.
Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik di awan. Energi dari pelepasan
itu begitu besarnya sehingga menimbulkan rentetan cahaya, panas, dan bunyi
yang sangat kuat yaitu geluduk, guntur, atau halilintar. Geluduk, guntur, atau
halilintar ini dapat menghancurkan bangunan, membunuh manusia, dan
memusnahkan pohon. Sedemikian raksasanya sampai-sampai ketika petir itu
melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya, sebagai akibat udara yang terbelah,
sambarannya yang rata-rata memiliki kecepatan 150.000 km/detik itu juga akan
menimbulkan bunyi yang menggelegar.
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau
dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak
terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi
11
dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu
sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya.
Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi
pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk
mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang
dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang
batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara.
12
maka kemungkinan akan terjadi petir. Dikarenakan elektron-
elektron bebas saling menguatkan satu sama lain.
Tipe-tipe petir dibagi menjadi beberpa jenis, yaitu:
a. Petir dari awan ke tanah (CG) Petir yang paling berbahaya dan
merusak. Kebanyakan berasal dari pusat muatan yang lebih rendah
dan mengalirkan muatan negatif ke tanah, walaupun kadang-
kadang bermuatan positif (+) terutama pada musim dingin.
13
c. Petir antar awan (CC) Terjadi antara pusat muatan pada awan yang
berbeda. Pelepasan muatan terjadi pada udara cerah antara awan
tersebut.
14
2.3. Sistem Proteksi Petir
Penelitian ini mengacu pada standard IEC 1024-1/1990, IEC 1024-1-
1/1993, IEC 62305 tentang proteksi terhadap sambaran petir. Menurut standar
IEC diatas, daerah yang ditempati peralatan dan personil di bagi dalam zona-
zona proteksi dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
15
Proteksi Petir Pasif
Finial Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menangkap sambaran
petir langsung pada titik yang ditentukan (yaitu terminal udara) sehingga
arus petir dapat diteruskan melalui down conductor ketanah secara aman.
Finial (terminal) udara dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga
dapat melindungi peralatan / instalasi / personil. Finial udara untuk gedung-
gedung dipasang di atas atap struktur yang bersangkutan sesuai dengan
bentuk bangunannya dengan metoda perencanaan sebagai berikut:
a. Franklin Rod (Sudut Lindung)
Pengamanan bangunan terhadap sambaran kilat dengan
menggunakan system penangkal petir Franklin Rod merupakan cara
yang tertua namun masih sering digunakan karena hasilnya dianggap
cukup memuaskan, terutama untuk bangunanbangunan dengan bentuk
tertentu, seperti misalnya : menara, masjid dan bangunan-bangunan lain
yang beratap runcing. Franklin Rod (Tongkat Franklin), alat ini berupa
kerucut tembaga dengan daerah perlindungan berupa kerucut dengan
sudut puncak 1120. Agar daerah perlindungan besar, Franklin Rod
dipasang pada pipa besi dengan tinggi 1-3 meter. Makin jauh dari
Franklin Rod makin lemah perlindungan di dalam daerah perlindungan
tersebut. Franklin roda dapat dilihat berupa tiang-tiang di bubungan
atap bangunan. Sistem yang digunakan untuk mengetahui area proteksi
dari penyaluran petir ini adalah dengan menggunakan sistem proteksi
kerucut.
16
b. Bola-Gelinding
Metode bola bergulir baik digunakan pada bangunan yang
bentuknya rumit. Dengan metode ini seolah-olah ada suatu bola dengan
radius R yang bergulir di atas tanah, sekeliling struktur dan di atas
struktur ke segala arah hingga bertemu dengan tanah atau struktur yang
berhubungan dengan permukaan bumi yang mampu bekerja sebagai
penghantar. Titik sentuh bola bergulir pada struktur adalah titik yang
dapat disambar petir dan pada titik tersebut harus diproteksi oleh
konduktor terminasi udara. Semua petir yang berjarak R dari ujung
penangkap petir akan mempunyai kesempatan yang sama untuk
menyambar bangunan. Besarnya R berhubungan dengan besar arus
petir yang dinyatakan dengan persamaan :
() = 0,75 ............................................................................ (1)
Bila ada arus petir yang lebih kecil dari nilai I tersebut mengenai
bangunan, bangunan masih bisa tahan. Tetapi bila arus petir lebih besar
dari arus tersebut, akan ditangkap oleh penangkap petir.
Gambar 2.12 Zona Proteksi Metode Bola Bergulir (Rolling Sphere Method)
Metoda bola bergulir mempunyai beberapa parameter, yaitu
jarak sambar, distribusi arus puncak, sudut lindung dan daerah
indung.
17
Jarak sambar
Radius proteksi
18
Radius proteksi bola bergulir dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
= 1 (2 1 ) ................................................................. (3)
2 2
1 = [1 2 2 22 ] ............................................................ (4)
1 1
Dimana:
= sin1 (1 ) ....................................................................... (5)
19
Sedangkan sudut lindung dua buah batang tegak yang terpisah
jarak S didapatkan dengan persamaan (utuk S < 2r):
= cos 1 (1 2) ..................................................................... (6)
dimana:
a = sudut lindung (derajat)
h = tinggi struktur (m)
r = jarak sambar (m)
S = jarak antara dua buah batang tegak (m)
Tabel 2.1 Sudut lindung menurut IEC-62305
Daerah lindung
20
Mesh
Penghantar untuk finial-atas, penghantar pada atap, harus membentuk
suatu poligon tertutup dimana ujung-ujung poligon tersebut berada dekat
dengan ujung-ujung bangunan.
21
2.4. Op-Amp Inverting (Pembalik Muatan)
Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu
rangkaian terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal,
dengan beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi
masukan dan penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama
dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan
penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang kecil. Op-amp memiliki
simbol seperti yang terlihat pada gambar dibawah.
22
Sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat adalah
sebagai berikut :
+ = .............................................................................................. (7)
Dimana i = 0, maka
= ................................................................................................... (8)
0
= = = ...................................................................... (9)
0
= = = .......................................................................(10)
= ..........................................................................................(11)
23