Anda di halaman 1dari 7

Mencari contoh dan sistem kerja sensor

1. Sensor Potensiometric pasistion sensor piezoresistive thermoresistive


optoresistive
2. Sensor Preproresistive piezoresistive
3. Sensor Thermoresistive thermoresistive
4. Sensor Optoresistive optoresistive
Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara potensial
elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini berguna untuk
menentukan titik setara suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti indikator visual.
Contoh pada titrasi asam-basa, redoks, kompleksometri, dan pengendapan. Alat yang
digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometer atau pH meter dengan
elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur. Metode potensiometri
saat ini telah banyak digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi. Metode ini dapat
digunakan secara langsung untuk menentukan konsentrasi suatu ion (ion selective electrode).
Alat-alat yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah elektroda
pembanding (reference electrode), elektroda indikator (indicator electrode) dan alat
pengukur potensial (Sukardjo, 1989).
Potensiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari pengukuran perubahan
potensial dari elektroda untuk mengetahui konsentrasi dari suatu larutan. Potensiometri
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengukuran potensial dari suatu sel
elektrokimia yang terdiri dari elektroda dan larutan. Larutan tersebut berisi komponen utama
yang mempunyai kemampuan mengion. Dasar metode potensiometri adalah membuat sel
elektrik dari analat suatu larutan sehingga perbedaan potensial sel tersebut berkaitan dengan
konsentrasi larutan.Yang menjadi dasar dari potensiometri ialah terjadi pemisahan muatan
yang berada di elektroda dan di larutan, saat sebuah electroda dimasukkan kedalam sebuah
larutan, dan perbedaan ini yang menyebabkan adanya potensial, dengan kata lain
potensiometri dapat dijelaskan sebagai pengukuran beda potential suatu sistem
(larutan/padatan) tanpa ada aliran listrik dalam sistem tersebut (Khopkar, 1994).
Alat yang juga menjadi bagian utama dalam metode potensiometri ini ialah adanya
voltmeter. Voltmeter dapat membaca atau menampilkan besarnya beda potensial antara
electrode indicator dengan electrode pembandingnya. Penggunaannya sendiri harus
disambungkan dengan kedua indicator dengan bantuan kawat. Nilai beda potensial yang
dibaca ialah pada saat nilai yang ditampilkan oleh voltmeter konstan dan tidak berubah. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai tersebut merupakan besarnya nilai potensial sel.
Nilai beda potensial didapat dari perbedaan dari dua buah elektroda yang
dipergunakan, namun untuk mengetahui hal itu diperlukan beberapa perangkat alat yang
digunakan agar nilai perubahan beda potensial dapat dibaca, diantaranya ialah elekroda
acuan, elektroda indikator, jembatan garam, larutan yang dianalisis, dan voltmeter. Sebagai
pertimbangan bahwa pengukuran voltase dilakukan dengan arus yang sangat kecil atau tidak
ada arus yang mengalir. Jika dilihat berdasarkan rumus berikut :
V = I.R
karena arus tidak mungkin dihilangkan (I = 0), maka cara yang paling mungkin ialah dengan
memperbesar nilai tahanan/hambatan (R). Alat yang cukup ideal untuk melakukan
pengukuran ini minimal memiliki tahanan sebesar 108 Ohm sehingga didapatkan nilai arusnya
sebesar 10-8 A. Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu
elektroda dengan harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak
peka terhadap komposisi larutan yang sedang diselidiki. Suatu electroda yang memenuhi
persyaratan di atas disebut elektroda pembanding. Pasangan elektroda pembanding adalah
elektroda indikator yang potensialnya tergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki
(Hendayana, 1994).
Elektroda acuan adalah elektroda yang potensial standarnya diketahui, konstan,
mengikuti persamaan Nernst.
Ecell = Eind Eref + Ej
Persamaan Nernst: E = 0,0591/n log K

Keterangan:
Ecell : Potensial sel
Eind : Potensial elektroda indikator
Eref : Potensial elektroda acuan
Ej : Potensial sambungan cair (liquid junction potential)
Terdapat beberapa jenis elektroda acuan/ standar yakni Saturated Hydrogen
Electrode (SHE), Saturated Colomel Electrode (SCE) dan Ag/AgCl (Khopkar, 1990).
Elektroda indikator merupakan alat yang dapat mengindikasikan atau mengukur
besarnya perubahan potensial yang terjadi. Nilai dari potensial yang terbaca merupakan
pengukuran nilai potensial elektroda indikator terhadap elektroda standar/reference.
Elektroda indikator dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni metal elektroda dan membran
elektroda. Pengembangan sensor potensiometri terfokus pada indikator elektroda, salah satu
teknik yang sedang berkembang adalah modifikasi electroda. Elektroda ini dibuat dengan
cara menggabungkan material elektroda dengan zat aktif sehingga reaksi berlangsung di
elektroda itu sendiri. Hal ini akan meningkatkan kinerja sensor khususnya kecepatan
merespons reaksi dan selektifitas sensor dalam mendeteksi analit (Tim Penyusun, 2012).
Pada praktikum ini, digunakan electrode membrane untuk mengukur konsentrasi
analit. Elektroda indikator ini biasanya peka/sensitif terhadap satu jenis ion saja. Tegangan
yang ditimbulkan bergantung pada banyaknya ion dalam larutan yang mengenai
permukaannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah atau konsentrasi ion dalam larutan, tetapi
praktikum ini tidak menggunakan elektroda indikator membran. Membran yang digunakan
dalam electrode indicator ini ialah PTFE membrane, Polytetrafluoroethylene (PTFE)
merupakan polimer floro sintesis yang bersifat hidrofobik. Sifatnya sangat tidak reaktif
karena kekuatan ikatan atom karbon dan fluoro. Membrane ini digunakan sebagai alat
pelindung dan alat pendeteksi fluida dan kontaminan(Wikipedia, 2012)

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Batang gelas atau Batang Plastik berbentuk silinder
- PTFE membran
- Conductor (Kawat Cu)
- Voltmeter
- Gelas kimia
- Cutter
- Botol semprot
- Tissue

3.1.2 Bahan
- Larutan standar CuSO4 0.1; 0.05; 0.01 dan 0.005M

3.2 Cara Kerja


3.2.1
larutan CuSO4 0.01M

Prosedur Disain Sensor

- Diisikan pada ruang kosong sehingga kawat tembaga yang dimasukkan terendam sedalam
1cm dari dasar tabung gelas plastik berbentuk pipa yang ditutup ujungnya dengan membran
dan diikat dengan karet (O ring)
-
Hasil
Disisipkan bahan isolator di ujung tabung untuk menahan posisi kawat Cu tidak bergerak

3.2.2 Pengujian Sensor


Larutan CuSO4

- Dipersiapkan 5 20 mL dengan konsentrasi 0.5M


- Dimasukkan dalam beaker gelas
- Dimasukkan sensor potensiometri yang sudah dibuat
- Dimasukkan juga logam Cu kedua sebagai elektroda referensi.
- Dihubungkan kedua elektroda di atas dengan Voltmeter,
- Dicatat nilai potensialnya ketika nilai voltase sudah konstant
- Diulangi percobaan tersebut sebanyak tiga kali
- Dihitung standart deviasinya dan nilai relatif standar deviasinya.
- Diangkat elektroda dan bilas dengan akuades, ganti larutan dalam beaker dengan larutan
CuSO4 dengan konsentrasi , 0.1; 0.05; 0.01 dan 0.005M dan
- Dibuat kurva kalibrasi berdasar potensial yang terukur dengan konsentrasi larutan standar
yang sesuai.
- Ditentukan linier range, sensitifitas dari elektroda yang dibuat.
Hasil

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
0,005 M 0,01 M 0,05 M 0,1M 0,5 M
Pengulangan 1 0,53 mV 0,9 mV 0,44 mV 0,35 mV 0,35 mV
Pengulangan 2 0,73 mV 0,8 mV 0,45 mV 0,32 mV 0,3 mV
Rata - rata 0,63 mV 0,85 mV 0,445 mV 0,335 mV 0,325 mV

5.2 Pembahasan
Metode yang digunakan untuk menganalisis sampel saat ini sangat beragam. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai sampel yang diteliti. Dalam elektroanalisis
dipelajari cara-cara analisi sampel dengan metode pendekatan menggunakan teknik elektro.
Salah satu metode yang ada di dalamnya ialah metode Potensiometri. Potensiometri adalah
cabang ilmu kimia yang mempelajari pengukuran perubahan potensial dari elektroda untuk
mengetahui konsentrasi dari suatu larutan. Yang menjadi dasar dari Potensiometri ialah
terjadi pemisahan muatan yang berada di elektrode dan di larutan, saat sebuah electrode
dimasukkan kedalam sebuah larutan, dan perbedaan ini yang menyebabkan adanya
potensial. Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara
potensial elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini
berguna untuk menentukan titik setara suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti
indikator visual. Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometer
atau pH meter dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur.
Metode potensiometri memiliki beberapa macam yang dibedakan berdasarkan jenis
elektroda yang digunakan. Dua komponen elektroda yang digunakan yakni reference
electrode dan indicator electrode. reference electrode merupakan elektroda pembanding
yang digunakan untuk membandingkan nilai potensial yang terbaca olehindicator electrode.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat digunakan sebagai reference
electrode ialah :
Mematuhi persamaan Nersnt bersifat reversible
Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
Indicator electrode merupakan elektroda kedua yang digunakan. Elektrode ini
berfungsi untuk menganalisis atau membaca potensial yang ditimbulkan oleh sampel dan
nilai tersebut akan mengindikasikan seberapa besar konsentrasi sampel. Elektroda indikator
secara umum dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
Elektroda indikator logam
Elektroda logam adalah elektroda yang dibuat dengan menggunakan lempengan
logam atau kawat yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Elektroda logam dapat
dikelompokkan ke dalam elektroda jenis pertama (first kind), elektroda jenis kedua (second
kind), elektroda jenis ketiga (third kind), elektroda redoks. Dari berbagai macam elektroda
logam, dalam percobaan ini menggunakan elektroda jenis pertama, elektroda yang langsung
berkesinambungan dengan kation yang berasal dari logam tersebut
Elektroda indikator membran
Elektroda indikator ini biasanya peka atau sensitif terhadap satu jenis ion saja.
Tegangan yang ditimbulkan bergantung pada banyaknya ion dalam larutan yang mengenai
permukaannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah atau konsentrasi ion dalam larutan, tetapi
praktikum ini tidak menggunakan elektroda indikator membran.
Praktikum kali ini membuat sebuah design membrane electrode dari bahan yang
sederhana. Langkah awal yaitu mendesain sensor untuk pengukuran analit secara
potensiometri. Bahan yang digunakan dalam membuat sensor ini yaitu, wadah pulpen, kawat
tembaga, dan membran dalam rokok. Penyusunannya yaitu dengan menggunakan bulpen
yang bening supaya kawat yang tercelup dalam larutan CuSO4 dapat terlihat. Kemudian
ditutup ujung bulpen dengan menggunakan filter rokok dan dipastikan larutannya tidak
meresap dan tidak menetes. Setelah itu dimasukkan kawat tembaga dan diisi dengan larutan
CuSO4, logam Cu sebagai indikator elektroda.
Sampel atau analit yang digunakan dalam praktikum ini ialah larutan CuSO4 dengan
konsentrasi 0.1, 0.05, 0.01, dan 0.005 M dan CuSO4 0.01 M sebagai larutan
standartnya. Setelah semua sampel dibuat maka dilakukan pengukuran terhadap potensial
sampel menggunakan electrode yang telah dibuat. Dan hasilnya seperti yang telah
dicantumkan dalam table hasil pengamatan. Dari hasil tersebut, dibuat grafik yang
menghubungkan antara konsentrasi dengan beda potensial. Yang mana semakin tinggi
konsentrasi maka beda potensialnya semakin tinggi pula dan dapat diartikan bahwa
konsentrasi berbanding lurus dengan beda potensial. Berikut merupakan grafik antara beda
potensial dan konsentrasi. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang lebih tinggi aktifitas
dari ionnya lebih banyak sehingga menghasilkan arus yang lebih tinggi pula dan
menunjukkan beda potensial yang besar.
Grafik hubungan antara konsentrasi dengan beda potensial rata rata
Hasil praktikum yang diperoleh, tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan
referensi. Dapat dilihat pada grafik, bahwa nilai R jauh dari 1 maka dapat diindikasikan
bahwa terjadi penyimpangan jauh dari data yang diperoleh. Hal ini dikarenakan kondisi
sensor yang tidak baik. Terjadi kebocoran pada ujung sensor, sehingga data yang didapatkan
tidak valid. Kesalahan pengenceran juga akan mempengaruhi hasil yang didapat karena
konsentrasilah yang mempengaruhi percobaan ini. Selain itu, kesalahan praktikan dalam
membaca skala yang ditunjukkan pada voltmeter kemungkinan juga merupakan faktor
kesalahan yang dilakukan pada praktikum kali ini.

Optocoupler
Pengertian Optocoupler dan Prinsip Kerjanya Dalam Dunia Elektronika, Optocoupler juga
dikenal dengan sebutan Opto-isolator, Photocoupler atau Optical Isolator. Optocoupler adalah
komponen elektronika yang berfungsi sebagai penghubung berdasarkan cahaya optik. Pada
dasarnya Optocoupler terdiri dari 2 bagian utama yaitu Transmitter yang berfungsi sebagai
pengirim cahaya optik dan Receiver yang berfungsi sebagai pendeteksi sumber cahaya.
Masing-masing bagian Optocoupler (Transmitter dan Receiver) tidak memiliki hubungan
konduktif rangkaian secara langsung tetapi dibuat sedemikian rupa dalam satu kemasan
komponen.

Simbol dan Bentuk Optocoupler


Dibawah ini adalah Simbol Optocoupler dan Bentuk-bentuknya :

Jenis-jenis Optocoupler
Jenis-jenis Optocoupler yang sering ditemukan adalah Optocoupler yang terbuat dari bahan
Semikonduktor dan terdiri dari kombinasi LED (Light Emitting Diode) dan Phototransistor. Dalam
Kombinasi ini, LED berfungsi sebagai pengirim sinyal cahaya optik (Transmitter) sedangkan
Phototransistor berfungsi sebagai penerima cahaya tersebut (Receiver). Jenis-jenis lain dari
Optocoupler diantaranya adalah kombinasi LED-Photodiode, LED-LASCR dan juga Lamp-
Photoresistor.
Prinsip Kerja Optocoupler
Pada prinsipnya, Optocoupler dengan kombinasi LED-Phototransistor adalah Optocoupler yang
terdiri dari sebuah komponen LED (Light Emitting Diode) yang memancarkan cahaya infra merah
(IR LED) dan sebuah komponen semikonduktor yang peka terhadap cahaya (Phototransistor)
sebagai bagian yang digunakan untuk mendeteksi cahaya infra merah yang dipancarkan oleh IR
LED. Untuk lebih jelas mengenai Prinsip kerja Optocoupler, silakan lihat rangkaian internal
komponen Optocoupler dibawah ini :

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Arus listrik yang mengalir melalui IR LED akan
menyebabkan IR LED memancarkan sinyal cahaya Infra merahnya. Intensitas Cahaya
tergantung pada jumlah arus listrik yang mengalir pada IR LED tersebut. Kelebihan Cahaya Infra
Merah adalah pada ketahanannya yang lebih baik jika dibandingkan dengan Cahaya yang
tampak. Cahaya Infra Merah tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Cahaya Infra Merah yang dipancarkan tersebut akan dideteksi oleh Phototransistor dan
menyebabkan terjadinya hubungan atau Switch ON pada Phototransistor. Prinsip kerja
Phototransistor hampir sama dengan Transistor Bipolar biasa, yang membedakan adalah
Terminal Basis (Base) Phototransistor merupakan penerima yang peka terhadap cahaya.

Aplikasi Optocoupler
Optocoupler banyak diaplikasikan sebagai driver pada rangkaian pada Mikrokontroller, driver
pada Motor DC, DC dan AC power control dan juga pada komunikasi rangkaian yang
dikendalikan oleh PC (Komputer).

Anda mungkin juga menyukai