Tugas Aktuator Sensor
Tugas Aktuator Sensor
Keterangan:
Ecell : Potensial sel
Eind : Potensial elektroda indikator
Eref : Potensial elektroda acuan
Ej : Potensial sambungan cair (liquid junction potential)
Terdapat beberapa jenis elektroda acuan/ standar yakni Saturated Hydrogen
Electrode (SHE), Saturated Colomel Electrode (SCE) dan Ag/AgCl (Khopkar, 1990).
Elektroda indikator merupakan alat yang dapat mengindikasikan atau mengukur
besarnya perubahan potensial yang terjadi. Nilai dari potensial yang terbaca merupakan
pengukuran nilai potensial elektroda indikator terhadap elektroda standar/reference.
Elektroda indikator dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni metal elektroda dan membran
elektroda. Pengembangan sensor potensiometri terfokus pada indikator elektroda, salah satu
teknik yang sedang berkembang adalah modifikasi electroda. Elektroda ini dibuat dengan
cara menggabungkan material elektroda dengan zat aktif sehingga reaksi berlangsung di
elektroda itu sendiri. Hal ini akan meningkatkan kinerja sensor khususnya kecepatan
merespons reaksi dan selektifitas sensor dalam mendeteksi analit (Tim Penyusun, 2012).
Pada praktikum ini, digunakan electrode membrane untuk mengukur konsentrasi
analit. Elektroda indikator ini biasanya peka/sensitif terhadap satu jenis ion saja. Tegangan
yang ditimbulkan bergantung pada banyaknya ion dalam larutan yang mengenai
permukaannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah atau konsentrasi ion dalam larutan, tetapi
praktikum ini tidak menggunakan elektroda indikator membran. Membran yang digunakan
dalam electrode indicator ini ialah PTFE membrane, Polytetrafluoroethylene (PTFE)
merupakan polimer floro sintesis yang bersifat hidrofobik. Sifatnya sangat tidak reaktif
karena kekuatan ikatan atom karbon dan fluoro. Membrane ini digunakan sebagai alat
pelindung dan alat pendeteksi fluida dan kontaminan(Wikipedia, 2012)
3.1.2 Bahan
- Larutan standar CuSO4 0.1; 0.05; 0.01 dan 0.005M
- Diisikan pada ruang kosong sehingga kawat tembaga yang dimasukkan terendam sedalam
1cm dari dasar tabung gelas plastik berbentuk pipa yang ditutup ujungnya dengan membran
dan diikat dengan karet (O ring)
-
Hasil
Disisipkan bahan isolator di ujung tabung untuk menahan posisi kawat Cu tidak bergerak
5.1 Hasil
0,005 M 0,01 M 0,05 M 0,1M 0,5 M
Pengulangan 1 0,53 mV 0,9 mV 0,44 mV 0,35 mV 0,35 mV
Pengulangan 2 0,73 mV 0,8 mV 0,45 mV 0,32 mV 0,3 mV
Rata - rata 0,63 mV 0,85 mV 0,445 mV 0,335 mV 0,325 mV
5.2 Pembahasan
Metode yang digunakan untuk menganalisis sampel saat ini sangat beragam. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai sampel yang diteliti. Dalam elektroanalisis
dipelajari cara-cara analisi sampel dengan metode pendekatan menggunakan teknik elektro.
Salah satu metode yang ada di dalamnya ialah metode Potensiometri. Potensiometri adalah
cabang ilmu kimia yang mempelajari pengukuran perubahan potensial dari elektroda untuk
mengetahui konsentrasi dari suatu larutan. Yang menjadi dasar dari Potensiometri ialah
terjadi pemisahan muatan yang berada di elektrode dan di larutan, saat sebuah electrode
dimasukkan kedalam sebuah larutan, dan perbedaan ini yang menyebabkan adanya
potensial. Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara
potensial elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini
berguna untuk menentukan titik setara suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti
indikator visual. Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometer
atau pH meter dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur.
Metode potensiometri memiliki beberapa macam yang dibedakan berdasarkan jenis
elektroda yang digunakan. Dua komponen elektroda yang digunakan yakni reference
electrode dan indicator electrode. reference electrode merupakan elektroda pembanding
yang digunakan untuk membandingkan nilai potensial yang terbaca olehindicator electrode.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat digunakan sebagai reference
electrode ialah :
Mematuhi persamaan Nersnt bersifat reversible
Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
Indicator electrode merupakan elektroda kedua yang digunakan. Elektrode ini
berfungsi untuk menganalisis atau membaca potensial yang ditimbulkan oleh sampel dan
nilai tersebut akan mengindikasikan seberapa besar konsentrasi sampel. Elektroda indikator
secara umum dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
Elektroda indikator logam
Elektroda logam adalah elektroda yang dibuat dengan menggunakan lempengan
logam atau kawat yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Elektroda logam dapat
dikelompokkan ke dalam elektroda jenis pertama (first kind), elektroda jenis kedua (second
kind), elektroda jenis ketiga (third kind), elektroda redoks. Dari berbagai macam elektroda
logam, dalam percobaan ini menggunakan elektroda jenis pertama, elektroda yang langsung
berkesinambungan dengan kation yang berasal dari logam tersebut
Elektroda indikator membran
Elektroda indikator ini biasanya peka atau sensitif terhadap satu jenis ion saja.
Tegangan yang ditimbulkan bergantung pada banyaknya ion dalam larutan yang mengenai
permukaannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah atau konsentrasi ion dalam larutan, tetapi
praktikum ini tidak menggunakan elektroda indikator membran.
Praktikum kali ini membuat sebuah design membrane electrode dari bahan yang
sederhana. Langkah awal yaitu mendesain sensor untuk pengukuran analit secara
potensiometri. Bahan yang digunakan dalam membuat sensor ini yaitu, wadah pulpen, kawat
tembaga, dan membran dalam rokok. Penyusunannya yaitu dengan menggunakan bulpen
yang bening supaya kawat yang tercelup dalam larutan CuSO4 dapat terlihat. Kemudian
ditutup ujung bulpen dengan menggunakan filter rokok dan dipastikan larutannya tidak
meresap dan tidak menetes. Setelah itu dimasukkan kawat tembaga dan diisi dengan larutan
CuSO4, logam Cu sebagai indikator elektroda.
Sampel atau analit yang digunakan dalam praktikum ini ialah larutan CuSO4 dengan
konsentrasi 0.1, 0.05, 0.01, dan 0.005 M dan CuSO4 0.01 M sebagai larutan
standartnya. Setelah semua sampel dibuat maka dilakukan pengukuran terhadap potensial
sampel menggunakan electrode yang telah dibuat. Dan hasilnya seperti yang telah
dicantumkan dalam table hasil pengamatan. Dari hasil tersebut, dibuat grafik yang
menghubungkan antara konsentrasi dengan beda potensial. Yang mana semakin tinggi
konsentrasi maka beda potensialnya semakin tinggi pula dan dapat diartikan bahwa
konsentrasi berbanding lurus dengan beda potensial. Berikut merupakan grafik antara beda
potensial dan konsentrasi. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang lebih tinggi aktifitas
dari ionnya lebih banyak sehingga menghasilkan arus yang lebih tinggi pula dan
menunjukkan beda potensial yang besar.
Grafik hubungan antara konsentrasi dengan beda potensial rata rata
Hasil praktikum yang diperoleh, tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan
referensi. Dapat dilihat pada grafik, bahwa nilai R jauh dari 1 maka dapat diindikasikan
bahwa terjadi penyimpangan jauh dari data yang diperoleh. Hal ini dikarenakan kondisi
sensor yang tidak baik. Terjadi kebocoran pada ujung sensor, sehingga data yang didapatkan
tidak valid. Kesalahan pengenceran juga akan mempengaruhi hasil yang didapat karena
konsentrasilah yang mempengaruhi percobaan ini. Selain itu, kesalahan praktikan dalam
membaca skala yang ditunjukkan pada voltmeter kemungkinan juga merupakan faktor
kesalahan yang dilakukan pada praktikum kali ini.
Optocoupler
Pengertian Optocoupler dan Prinsip Kerjanya Dalam Dunia Elektronika, Optocoupler juga
dikenal dengan sebutan Opto-isolator, Photocoupler atau Optical Isolator. Optocoupler adalah
komponen elektronika yang berfungsi sebagai penghubung berdasarkan cahaya optik. Pada
dasarnya Optocoupler terdiri dari 2 bagian utama yaitu Transmitter yang berfungsi sebagai
pengirim cahaya optik dan Receiver yang berfungsi sebagai pendeteksi sumber cahaya.
Masing-masing bagian Optocoupler (Transmitter dan Receiver) tidak memiliki hubungan
konduktif rangkaian secara langsung tetapi dibuat sedemikian rupa dalam satu kemasan
komponen.
Jenis-jenis Optocoupler
Jenis-jenis Optocoupler yang sering ditemukan adalah Optocoupler yang terbuat dari bahan
Semikonduktor dan terdiri dari kombinasi LED (Light Emitting Diode) dan Phototransistor. Dalam
Kombinasi ini, LED berfungsi sebagai pengirim sinyal cahaya optik (Transmitter) sedangkan
Phototransistor berfungsi sebagai penerima cahaya tersebut (Receiver). Jenis-jenis lain dari
Optocoupler diantaranya adalah kombinasi LED-Photodiode, LED-LASCR dan juga Lamp-
Photoresistor.
Prinsip Kerja Optocoupler
Pada prinsipnya, Optocoupler dengan kombinasi LED-Phototransistor adalah Optocoupler yang
terdiri dari sebuah komponen LED (Light Emitting Diode) yang memancarkan cahaya infra merah
(IR LED) dan sebuah komponen semikonduktor yang peka terhadap cahaya (Phototransistor)
sebagai bagian yang digunakan untuk mendeteksi cahaya infra merah yang dipancarkan oleh IR
LED. Untuk lebih jelas mengenai Prinsip kerja Optocoupler, silakan lihat rangkaian internal
komponen Optocoupler dibawah ini :
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Arus listrik yang mengalir melalui IR LED akan
menyebabkan IR LED memancarkan sinyal cahaya Infra merahnya. Intensitas Cahaya
tergantung pada jumlah arus listrik yang mengalir pada IR LED tersebut. Kelebihan Cahaya Infra
Merah adalah pada ketahanannya yang lebih baik jika dibandingkan dengan Cahaya yang
tampak. Cahaya Infra Merah tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Cahaya Infra Merah yang dipancarkan tersebut akan dideteksi oleh Phototransistor dan
menyebabkan terjadinya hubungan atau Switch ON pada Phototransistor. Prinsip kerja
Phototransistor hampir sama dengan Transistor Bipolar biasa, yang membedakan adalah
Terminal Basis (Base) Phototransistor merupakan penerima yang peka terhadap cahaya.
Aplikasi Optocoupler
Optocoupler banyak diaplikasikan sebagai driver pada rangkaian pada Mikrokontroller, driver
pada Motor DC, DC dan AC power control dan juga pada komunikasi rangkaian yang
dikendalikan oleh PC (Komputer).