Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya
fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum
diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak diduga-
duga, yakni segera setelah timbul keluhan. Kejadian cardiac arrest yang
menyebabkan kematian mendadak terjadi ketika sistem kelistrikan jantung
menjadi tidak berfungsi dengan baik, dan menghasilkan irama jantung yang
tidak normal. Yaitu hantaran listrik jantung menjadi cepat (ventricular
tachycardia), atau tidak beraturan (ventricular fibrillation). Irama denyut
jantung yang tidak teratur (arrhythmia) menyebabkan jantung berhenti
berdenyut secara mendadak. Namun ada beberapa kejadian cardiac arrest
disebabkan karena perlambatan denyut jantung yang berlebihan (bradycardia)
(American Heart Association, 2010).
Defibrillator adalah alat life saving yang digunakan untuk mengatasi
Sudden Cardiac Arrest (SCA), sebuah kondisi yang terjadi ketika jantung
tiba-tiba berhenti memompa. Bila defibrilator menganalisis irama jantung dan
mengenali ritme abnormal, hal tersebut akan terjadi akan putuskan apakah di
beri kejutan listrik atau tidak.( St John Ambulance Australia Inc, 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan defibrilasi?
2. Apa tujuan dari defibrilasi?
3. Apa saja indikasi dalam defibrilasi?
4. Apa saja kontraindikasi dalam defibrilasi?
5. Apa saja persiapan alat untuk defibrilasi?
6. Bagaimana prosedur melakukan defibrilasi?
7. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan defibrilasi?
8. Bagaimana tools untuk melakukan defibrilasi?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari defibrilasi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari defibrilasi.
3. Mahasisawa mampu mengetahui indikasi defibrilasi.
4. Mahasiswa mampu mengetahui kontraindikasi defibrilasi.
5. Mahasiswa mampu menyiapkan alat untuk melakukan defibrilasi.

1
6. Masiswa mampu melakukan prosedur tindakan defibrilasi.
7. Mahasiswa mampu mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan defibrilasi.
8. Mahasiswa mampu mengetahui tools defibrilasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Defibrilasi adalah pengiriman aliran listrik ke jantung untuk mengakhiri
fibrilasi ventrikel dan pulseless ventricular talikardi. (Saskatoon Health
Region, 2013)

2
Defibrillator adalah alat life saving yang digunakan untuk mengatasi
Sudden Cardiac Arrest (SCA), sebuah kondisi yang terjadi ketika jantung
tiba-tiba berhenti memompa. Bila defibrilator menganalisis irama jantung dan
mengenali ritme abnormal, hal tersebut akan terjadi akan putuskan apakah di
beri kejutan listrik atau tidak.( St John Ambulance Australia Inc, 2010)

B. TUJUAN
Untuk menentukan adanya fibrilasi ventrikel dengan cara memberikan
arus listrik melewati dinding dada pasien. Fibrilasi yang dilakukan dengan
segera telah memperlihatkan peningkatan yang berarti meyerupai tindakan
resusitasi yang berhasil. (Saskatoon Health Region, 2013)

C. INDIKASI
Defibrilasi diindikasikan pada pasien yang tidak sadar dengan irama jantung
fibrilasi ventrikel atau pulmoness ventricular tachycardia.(Flinders
University).
Menurut Potter, A. dan Perry, Anne G (2010) defibrilasi merupakan tindakan
resusitasi prioritas utama (rekomendasi class I) yang ditujukan pada:
1. Ventrikel fibrilasi (VF)
Fibrilasi ventrikel adalah kelainan ritme jantung, di mana jantung akan
berdenyut secara sangat cepat. Hal ini dipicu oleh adanya gangguan pada
rangsangan (impuls) listrik di jantung, sehingga bilik jantung (ventrikel)
bergetar secara tidak terkontrol.

2. Ventrikel takikardi tanpa nadi (VT non-pulse) pada pasien tidak sadar
atau nadi sangat lemah.
Ventrikel Takikardi adalah kecepatan ventriktler sekurangnya 120 detik
permenit yang terjadi diventrikel. Ventrikel Takikardi yang berlanjut
(Takikardi ventri kuler bertahan setidaknya 30 detik) terjadi pada penyakit
jantung yang bervarias i yang merusak ventrikel.
3. Bila ada kemungkinan yang memperlihatkan asistole dan mengarah pada
fibrilasi ventrikel.

D. KONTRAINDIKASI
Menurut Potter, A. dan Perry, Anne G (2010) :
1. Intoksikasi digitalis.
Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron,

3
Stimulasi cepat atrium dengan pemacu temporer (TPM) dapat merubah
atritmia supraventrikular.
Fibrilasi ventrikel adalah kelainan ritme jantung, di mana jantung akan
berdenyut secara sangat cepat. Hal ini dipicu oleh adanya gangguan pada
rangsangan (impuls) listrik di jantung, sehingga bilik jantung (ventrikel)
bergetar secara tidak terkontrol.
2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik
Temporer Pace Maker (TPM) / alat pacu jantung.
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
Irama sinus merupakan suatua irama arus listrik jantung yang ditemukan
pada orang normal(heart rate 60-100 x/ menit).
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.
Fibrilasi Atrium/atrial (FA) adalah salah satu jenis aritmia, yaitu kondisi
kesehatan yang mengacu pada hantaran sinyal listrik yang tidak benar
atau tidak teratur pada jantung. FA ditandai dengan denyut jantung tidak
teratur dan sering cepat atau bergetar.
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin
profilaktik.
6. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM
dapat menghentikan takiaritmia.

E. PERSIAPAN ALAT
Menurut Sandy N Syah (2016), persiapan alat defribilasi meliputi:
1. Defibrillator (defibrillator eksternal otomatis(AED), AED semiautomated,
defibrillator standar dengan monitor.
2. Paddle atau patch perekat
3. Gel
4. EKG monitor dengan perekam
5. Peralatan oksigen
6. Kit intubasi
7. Peralatan darurat pacing
8. Manset tekanan darah (otomatis atau manual)
9. Pulse recorder
10. Monitor saturasi oksigen
11. Akses intravena
12. Alat suction

F. PROSEDUR
Menurut Saskatoon Health Region (2013) :
Catatan: Pastikan kompresi jantung sedang berlangsung saat defibrillator
sedang disiapkan dan verifikasi ada tidaknya denyut jantung.
a. Defibrilasi Manual:

4
1. Hidupkan defibrilator. Terapkan hands free elektroda.
2. Identifikasi fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel pulseless dan
mengkonfirmasi ada tidaknya denyut jantung.
3. Pilih tingkat energi yang sesuai. (200 joule untuk orang dewasa atau 2
joule / kg untuk pediatri).
4. Konfirmasi dengan pemeriksaan visual bahwa irama masih VF atau VT.
5. Jika menggunakan hand held paddles posisikan paddles di dada.
6. Isi defibrillator ke level energi yang dipilih.
7. Pastikan bahwa semua aman. Termasuk memberikan peringatan lisan
dan melakukan pemeriksaan visual dari tindakan.
Catatan: Ini adalah tanggung jawab dari operator defibrillator untuk
menjamin keamanan semua personil sebelum memberikan shock.
8. Tekan dan tahan tombol saat sampai shock disampaikan.

9. Segera melanjutkan CPR selama 5 siklus (sekitar 2 menit) dan


kemudian memeriksa kembali ritme. Guncangan berikutnya dilakukan
dengan pedoman ACLS / PALS.

10. Untuk keamanan, defibrilator harus segera dibersihkan jika tidak


diperlukan. Selalu ganti hand held paddles dan letakan pada tempatnya
jika tidak dipakai.

b. Penggunaan AED (Automatic External Defibrillator) untuk defibrilasi

Menurut Saskatoon Health Region (2013) :

1. Hidupkan AED / Defibrillator

2. Terapkan hands free elektroda di posisi lateral anterior sementara CPR


sedang berlangsung.

3. Tekan tombol ANALISIS. Hentikan CPR. Jangan menyentuh pasien.


Segera analisis kondisi pasien.

4. Jika terdapat syok berikan massage . Jika terdengar suara menunjukkan


bahwa AED sedang dalam pengisian.

5. Bila pengisian selesai (kurang dari 2-3 detik) STAND CLEAR, PUSH
TO SHOCK massage tersampaikan. Tombol kejut LED berkedip.

5
6. Pastikan bahwa semuanya aman. Ini termasuk peringatan lisan dan
melakukan pemeriksaan visual pada setiap tindakan.

7. Ketika semua aman, tekan dan tahan tombol sampai arus listrik
tersampaikan. Ketika energi tersampaikan akan diberi pemberitahuan.

Catatan: Ini adalah tanggung jawab dari operator defibrillator untuk


menjamin keamanan semua personil sebelum memberikan kejut.

8. Segera melanjutkan CPR. Terdapat sebuah penghitung waktu selama 2


menit pada saat mesin akan meminta untuk menganalisa kembali irama.

9. Jika sewaktu-waktu setelah menekan tombol ANALYZE, AED


mendeteksi ritme yang tidak dapat dideteksi, segera lanjutkan CPR.

c. Perawatan Post Defribilasi

Menurut British Heart Foundation, (2013) :

1. Kaji status hemodinamik pasien.

Pemantauan hemodinamis adalah pengkajian status sirkulasi klien


meliputi pengukuran denyut nadi, tekanan intra arteri, nilai normal
MAP (Mean Arterial Pressure) 70-90 mmHg, CVP (Central Venus
Pressure) nilai normal 6-12 cm H2O4- 15 mmHg.

2. Kaji status neurologis pasien.

Pemeriksaan status neurologis meliputi pemeriksaan kesadaran


dengan melakukan pengukuran GCS, yaitu pemeriksaan respon mata
(Eye), respon gerak (Motorik), dan respon bicara (Verbal).

3. Memonitor irama jantung untuk mendeteksi pengulangan irama


menggunakan EKG. Untuk mendeteksi adanya kelainan irama
jantung seperti ventrikel fibrasi (ritme jantung yang terlalu cepat),
dan memonitor kestabilan irama sinus.

d. Pemilihan energi untuk defibrilasi

Menurut American Heart Association (2010), pemilihan energi untuk

6
defibrilasi atau kardioversi sebagai berikut :

a) Kebutuhan energi atrial fibrilasi adalah sebagai berikut:

1. 200 Joule untuk perangkat monofasik

2. 120-200 Joule untuk perangkat biphasic

b) Kebutuhan energi atrial flutter adalah sebagai berikut:

1. 100 Joule untuk perangkat monofasika

2. 50-100 Joule untuk perangkat biphasic

c) Tachycardia ventrikel dengan kebutuhan energi pulsa adalah sebagai


berikut:

1. 200 Joule untuk perangkat monofasik

2. 100 Joule untuk perangkat biphasic

d) Fibrilasi ventrikel atau kebutuhan energi takikardia ventrikel pulseless


adalah sebagai berikut:

1. 360 Joule untuk perangkat monomorfik

2. 120-200 Joule untuk perangkat biphasic

G. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


Menurut AARC and Respiratory Care Journal (2000), hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Proses resusitasi(RJP/CPR)
Defibrilasi ditujukkan untuk meningkakan outcome pasien. Penentu paling
penting untuk bertahan hidup pada fibrilasi ventrikel adalah defibrilasi.
Pemantauan terus menerus sangat diperlukan unruk mengetahui beberapa
komponen. Di antara komponen ini adalah respon waktu,, kinerja CPR,
upaya defibrilasi time-to-first, kembalinya sirkulasi spontan, tingkat
komplikasi, fungsi peralatan, perawatan peralatan, dan ketersediaan
peralatan.

2. Peralatan
Semua perawatan harus didokumentasikan dan disimpan dalam catatan.
Termasuk dalam dokumentasi harus dilakukan pemeriksaan rutin terhadap

7
energi yang dikeluarkan, kondisi baterai, fungsi pemantau dan perekam
yang benar, dan adanya pemakaian sekali pakai(disposable) yang
diperlukan untuk memaksimalkan fungsi defibrilator, termasuk elektroda
dan bantalan defibrilasi. Defibrillator harus diperiksa setiap shift (46)
untuk memastikan fungsi, kondisi dan fungsi kabel dan paddle; adanya
elektroda defibrilasi, kertas, dan baterai cadangan (sebagaimana berlaku);
dan pengisian(pengisian energy), indikator pesan, alarm/lampu, monitor,
dan perekam EKG.

3. Pelatihan
Melakukan pelatihan khusus terhadap pemakaian defibrillator, karena tidak
sembarang orang bisa mengoperasikan defribrilator.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Defibrilasi adalah pengiriman aliran listrik ke jantung untuk mengakhiri
fibrilasi ventrikel dan pulseless ventricular talikardi.
Defibrillator adalah alat life saving yang digunakan untuk mengatasi
Sudden Cardiac Arrest (SCA), sebuah kondisi yang terjadi ketika jantung
tiba-tiba berhenti memompa. Bila defibrilator menganalisis irama jantung dan
mengenali ritme abnormal, hal tersebut akan terjadi akan putuskan apakah di
beri kejutan listrik atau tidak.
Defibrilasi dilakukan untuk menentukan adanya fibrilasi ventrikel
dengan cara memberikan arus listrik melewati dinding dada pasien. Fibrilasi
yang dilakukan dengan segera telah memperlihatkan peningkatan yang berarti
meyerupai tindakan resusitasi yang berhasil.

B. Saran
Defibrillator merupakan salah satu peralatanyang tergolong teknologi
canggih, dalam pengoperasiannya pun harus memakai prosedur yang telah
ada.Maka dari itu kita sebagai operator hendaklah mengutamakan keamanan
dalam pengoperasiannya.

DAFTAR PUSTAKA

9
Saskatoon Health Region. 2013. Police and Procedures Defribilation

Syah Sandy N. 2016. Defibrilation and Cardioversion. Medscape

Potter, A. dan Perry, Anne G.2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7.


Jakarta: Salemba Medika.
Ribek, Nyoman, dkk. 2011. Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik
Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes
Denpasar.
John, St. 2010. Saving Lives Throught First Aid. Australia : Ambulance Australia
Inc

10

Anda mungkin juga menyukai