Tidak tertutup kemungkinan bahwa bayi Ibu memiliki alergi dengan makanan tertentu, meskipun
terkadang dugaan alergi makanan belum tentu terjadi padanya. Alergi makanan terjadi karena
ada suatu reaksi kekebalan tubuh yang menyimpang dan akibatnya langsung ditunjukkan oleh
tubuh. Misalnya, pada anak yang alergi seafood, ketika ia mengonsumsi udang, maka protein
udang yang masuk, akan dianggap berbahaya oleh sistem kekebalan tubuh, sehingga menyerang
organ tubuh seperti kulit yang menjadi gatal, hingga sesak nafas.
Dengan memahami bagaimana alergi bereaksi dalam tubuh si Kecil, Ibu bisa mengetahui tanda-
tanda awal jika ia memiliki alergi terhadap makanan tertentu, seperti berikut:
o Perut bayi membesar (kembung), pupnya lebih cair atau mencret, dan buang air
lebih sering dari biasanya, tetapi tidak disertai lendir atau darah.
o Bayi lebih rewel karena rasa tidak nyaman pada organ pencernaannya.
o Batuk.
o Muntah.
o Nafas tersengal-sengal.
Seperti yang telah dijelaskan, beberapa tanda awal tersebut akan tampak pada bayi Ibu, tetapi
penyebab alergi belum dapat dipastikan secara jelas sampai Ibu berkonsultasi dengan dokter
anak. Tubuh bayi maupun dewasa memiliki antibodi yang disebut IgE, yang merupakan protein
pendeteksi zat makanan yang masuk ke dalam tubuh. Ketika zat makanan tertentu yang
menyebabkan alergi masuk, antibodi ini akan melepaskan zat-zat seperti histamin. Nah, inilah
yang menyebabkan reaksi alergi, baik ringan maupun berat.
Gejala-gejala awal seperti gatal-gatal, bengkak, atau kesulitan bernafas pada bayi biasanya
muncul hingga dua jam setelah zat penyebab alergi dari makanan tertentu masuk ke dalam
tubuh. Perhatikan bayi Ibu ketika tanda-tanda awal ini terlihat, karena pada beberapa kasus
alergi makanan pada bayi, hal ini dapat berlanjut menjadi sangat parah bila tidak segera
ditangani.
Dalam beberapa kasus juga ditemukan gejala alergi pada pencernaan seperti muntah atau diare
yang kronis dan diderita cukup lama oleh bayi hingga menimbulkan eksim pada kulit. Eksim
adalah area kering pada kulit yang tampak seperti bercak kemerahan dan bersisik, yang muncul
pada wajah, lengan, hingga area kaki bayi, namun tidak pada area popok.
Ada juga kasus dimana reaksi alergi karena makanan muncul pada bayi, walaupun makanan
tersebut pernah diberikan kepada bayi sebelumnya dan tidak ada masalah alergi apapun. Jadi,
bayi yang memiliki ataupun memiliki potensi alergi terhadap telur, misalnya, mungkin tidak akan
menunjukkan reaksi alergi tertentu saat pertama kali mengonsumsi telur, namun setelah beberapa
kali mengonsumsi, baru tampak gejala reaksinya.
Makanan pendamping ASI kemungkinan dapat menimbulkan reaksi alergi. Melalui penelitian,
terdapat 8 kelompok makanan yang dapat memicu alergi, yaitu:
Bagian telur, terutama putih telur, bisa menyebabkan reaksi alergi. Akibat yang
ditimbulkan biasanya berupa rasa gatal di sekujur tubuh. Kulit tampak kemerahan
ataupun bengkak-bengkak.
1. Kacang tanah
Protein nabati yang terdapat dalam kacang tanah termasuk tinggi. Beberapa
makanan pendamping ASI yang mengandung kacang tanah dapat menyebabkan
rasa gatal pada tubuh bayi, juga munculnya bisul-bisul dengan warna kemerahan
pada area tangan dan wajah bayi.
1. Gandum
Alergi karena jenis makanan yang mengandung gandum seperti roti atau sereal,
dapat mengakibatkan berbagai gejala alergi seperti gatal-gatal, sesak napas dan
mual, termasuk reaksi alergi fatal yang disebut anafilaksis. Bagi bayi dengan
alergi gandum, sebaiknya menghindari makanan yang mengandung gluten dan
semolina. Sebagai alternatif, Ibu bisa menggunakan beras atau jagung.
1. Kacang kedelai
Alergi kedelai biasanya ditemukan pada bayi yang diberikan susu yang
mengandung kedelai. Makanan lain yang mengandung protein kedelai dan dapat
menimbulkan gejala alergi pada anak-anak adalah miso soup, saus kedelai, dan
makanan yang mengandung minyak kedelai.
1. Kacang
Kacang yang tumbuh di pohon seperti kenari, kacang mede, dan pistasio. Reaksi
alergi yang ditimbulkan serupa dengan reaksi alergi pada bayi yang mengonsumsi
kacang tanah.
Waktu pertama kalinya bayi Ibu terserang alergi, tentunya akan membuat Ibu semakin
waspada bila reaksi alergi terjadi kembali. Walaupun reaksi pertamanya terhadap
alergi makanan mungkin tampak ringan, bukan tidak mungkin selanjutnya akan
bertambah berat. Selain menghindarkan bayi dari makanan yang dapat menimbulkan
alergi, sebaiknya Ibu juga berkonsultasi dengan dokter anak untuk memperoleh
informasi seputar tindakan yang harus dilakukan, termasuk petunjuk tentang
bagaimana menangani reaksi alergi bayi.
Jika bayi Ibu menunjukkan gejala alergi ringan, dan reaksinya terjadi selang beberapa
jam tertentu, konsultasikan dengan dokter anak agar pengujian alergi dapat dilakukan
pada si Kecil. Dokter tentunya dapat menemukan penyebab alergi dari hal atau
makanan tertentu yang tidak dapat dicerna oleh bayi.
Setelah masalah alergi pada bayi Ibu telah ditemukan oleh dokter anak, pastikan
bahwa semua orang di rumah, termasuk pengasuh anak dan keluarga dekat,
mengetahui perihal alergi pada si Kecil sehingga mereka tahu apa yang tidak boleh
dikonsumsi olehnya, dan tindakan yang perlu dilakukan ketika reaksi alergi terjadi.