T1 - Teknik Arsitek

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Apa Dan Ke-Apaan Dalam Arsitektur

(Arsitektur Perancangan Arsitektur)

Muhamad Nur Ichsan

Mahasiswa Program Magister, Departemen Arsitektur,

Program Studi Perancangan Arsitektur, Universitas Indonesia


ichsannmuhammadd@gmail.com

Untuk mengungkapkan suatu ajaran keilmuan tertentu, seseorang harus

mengenal terminologi beserta artinya dengan tepat. Karena sebelum mendapati

suatu istilah atau nama tersebut ada suatu rumusan rumusan dan proses panjang

yang menyertai nama atau istilah tersebut. Proses ini dapat dilihat secara Ontologi

atau fisik (apa) dan psikologi atau metafisik (ke apaan) dari suatu nama atau

istilah tertentu. Jika ditinjau secara ontologi atau fisik kita dapat tinjau dari

keberadaan atau existensi istilah tersebut yang dapat diserap dan dirasakan

melalui indra yang kita miliki. Hal ini menyebabkan bentuk yang dihasilkan lebih

bersifat objektif karena istilah tersebut nyata dan dapat dirasakan. Jika ditinjau

secara psikologi atau metafisik dapat hal ini dirasakan secara psikiologi yang

berdasarkan pengetahuan seseorang, oleh karena itu metafisik ini lebih bersifat

subyektif karena pengetahuan setiap individu berberda satu dan yang lainnya.

Dalam menyampaikan pengertian pengertian dan rumusan dari investigasi

tersebut dibutuhkan suatu bahasa atau simbol sehingga memudahkan untuk orang

lain agar memahaminya. Hasil rumusan dari tinjauan fisik dan metafisik tersebut

kemudian diuji baik oleh diri sendiri maupun orang lain sehingga akan selalu

dapat dinilai benar atau salah, penilaian ini dapat ditentukan dengan melihat fakta

fakta yang detemukan secara langsung atau yang ditangkap oleh indra kita

Universitas Indonesia
maupun melihatnya secara tidak langsung dengan cara mengaitkannya dari sisi

sosial, budaya, politik, dan sebagainya kemudian mengambil kesimpulan dari hal

tersebut. Hasil dari rumusan ini yang nantinya menjadi cikal bakal suatu keilmuan

tertentu tapi sebelum menjadi suatu keilmuwan baru hal tersebut harus dilihat

kembali dari sisi logikanya, metodologinya, dan keilmuwan lainnya.

Bila kita lihat dari sisi arsitektur terutama pada awal abad ke 20, ada

beberapa arsitek tersohor yang mencoba menerjemahkan arsitektur dengan

menggunakan metode ini. Gaya yang di hasilkan oleh para arsitek ini dapat

berupa gaya rasionalis, yaitu gaya yang mencoba mengaplikasikan arsitektur

secara teori teori ke ilmuwan tertentu, seperti pengaplikasian teori Cartesian oleh

Laugier yang ingin diterapkan oleh Miles Van Der Rohe, Laugier mengatak

bahwa esensi dari arsitektur adalah kolom, balok, dan pedimented roof yang

merupakan aplikasi dari teori Certesian itu sendiri dan mengabaikan elemen

seperti pintu, jendela, dinding, dan sebagainya. Hal ini coba diaplikasikan oleh

Miles Van Der Rohe dalam karyanya yang berjudul Crown Hall di Illinois Institut

Of Technology (1955). Dalam karyanya ini Van Der Rohe mengikuti pengertian

arsitektur yang esensinya hanya terdapat pada balok, kolom, dan pedimented roof.

Kemudian Rohe memanfaatkan kaca sebagai elemen untuk mengisi ruang yang

dihasilkan oleh kolom dan balok. Elemen kaca ini kemudian menimbulkan sensasi

yang berbeda. Jika kita amati secara fisik dan metafisik dari karya Van Der Rohe

ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa bentuk dari karya ini (Crown Hall)

sebagai bentuk fisik yang dapat dilihat dan dirasakan oleh indra kita, kemudian

secara metafisiknya adalah suasana keruangan yang dihasilkan oleh elemen kaca

yang nyata bentuknya tetapi karena sifat kaca yang tembus pandang sehingga

Universitas Indonesia
menyebabkan seperti pembatas yang ada bentuknya tetapi disamarkan sehingga

seperti tidak ada. Selain gaya rasionalis ada juga gaya yang bersifat empiris

dimana para arsitek ini seakan ingin membuktikan teori teori yang dikemukakan

oleh para filsuf arsitek pada zaman sebelumnya dengan mengeluarkan pemikiran

pemikiran mereka mengenai bagaimana arsitektur yang ideal itu seharusnya,

seperti Sullivan, Form Follow Function, Wright, Internal Space Is The Reality

Of The Building, atau Le Corbusier, The Plan Is The Generator.

Sebelum mengetahui penerapan apa dan ke apaan dalam perancangan arsitektur,

saya akan mengkaji apa itu perancangan arsitektur dulu sebelumnya. Perancangan

adalah proses merancang yang terjadi dalam pikiran seseorang yang menghasilkan

konsep pemikiran yang didasari pada suatu kasus tertentu. Sedangkan arsitektur

yang berasal dari kata- kata Yunani, arche dan tectoon. Arche, berarti tukang;

sedangkan tectoon berarti kepala. Dalam hal ini, arsitektur terkait dengan

pembangun dan lingkung bangun. Karena arsitektur sebagai objek dalam

perancangan maka segala pemikiran dalam proses perancangan tersebut sangat

memperhatikan faktor faktor tentang pemahaman kebiasaan kebiasaan

manusia yang menjadi pengguna dari hasil arsitektur tersebut. Pemahaman

manusia ini berkaian dengan aktivitas manusia baik secara, sosial, ekonomi,

budaya, maupun politik. Selain memperhatikan faktor tersebut dalam merancang

juga harus memperhatikan faktor ekologi dan lingkungan sekitar dimana proyek

tersebut dilakukan sehingga dapat bersinergi dengan alam sekitar. Proses berfikir

inilah yang Jadi bisa dikatakan ke-apaan atau psikologis dalam perancangan

arsitektur karena semua proses ini dilakukan di dalam pemikiran setiap orang

yang menimbulkan perbedaan interpertasi pada setiap manusia yang pada

Universitas Indonesia
akhirnya tergantung pada pengetahuan si manusia itu masing masing. Kemudian

hasil yang dikeluarkan dari pemikiran tersebut mulai dari konsep disain, sampai

dengan bangunan yang teerbangun tersebut merupakan apa dari perancangan

arsitektur, karena hasil ini dapat dilihat dan dirasakan oleh indra yang kita miliki.

Hasil yang ditangkap oleh indra inilah yang kemudian menjadi pengetahuan baru

bagi pengamatnya tersebut. Proses metafisik kemudian terjadi kembali di pikiran

si pengamat tersebut sehingga dia bisa menangkap atau tidak dari pengetahuan si

perancang bangunan tersebut. Jadi selain sebagai bentuk fisik (apa) bangunan atau

arsitektur tersebut merupakan media komunikasi atau bahasa yang disampaikan

oleh para arsitek kepada para pengamat atau orang lain yang melihat atau

merasakan karya tersebut.

Sources

Bochenski, J.M., The Methods for Contemporary Thoughts, New York : Harper

Torchbooks, 1968.

Broadbent, G., Bagian Buku Design In Architecture Chapter 4 : Architecture and


the Human Science

Patridge, Eric., Origins A short Etymological Dictionary of Modern English, New


York : Routledge, 1961.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai