Akne di Indonesia
Edisi 2
Resume Hasil
Indonesian Acne Expert Meeting 2015
Editor
SJARIF M. WASITAATMADJA
ABRAHAM ARIMUKO
LILIK NORAWATI
IRMA BERNADETTE
LILI LEGIAWATI
ISBN
Akne adalah salah satu penyakit kulit yang sangat sering terjadi. Di
Indonesia penyakit ini menempati urutan 3 besar dari jumlah pengunjung
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit maupun
Klinik Dermatologi. Sayangnya penatalaksanaan terhadap penyakit ini
masih berbeda dari satu dokter ke dokter lainnya, dari satu klinik ke
klinik lainnya, dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya dan bahkan
dari satu pusat pendidikan dokter atau dokter spesialis kulit ke pusat
pendidikan lainnya.
Peserta dari meeting adalah para pakar di Institusi Pendidikan, para pakar
di luar Institusi Pendidikan dalam hal ini para praktisi, para wakil dari
Cabang PERDOSKI serta dari PP PERDOSKI dan Kolegium Kesehatan Kulit
dan Kelamin. Para pembicara sebagai pengaju masalah ditunjuk dari 8
wakil Institusi Pendidikan, sedangkan para penyanggah dimintakan dari
semua perwakilan Institusi Pendidikan dan pakar yang hadir. Meeting
diselenggarakan di Hotel Borobudur Jakarta pada hari Kamis tanggal
22 November 2012 yang lalu sehari penuh atas sponsor PT. Transfarma
Medica Indah.
Hasil dari IAEM 2012 berupa Rekomendasi yang dapat digunakan sebagai
pedoman kerja dari seluruh Dokter/Dokter Spesialis Kesehatan Kulit dan
Kelamin di Indonesia baik yang berada di Institusi Pendidikan maupun
para praktisi yang di luar pendidikan dan dapat juga digunakan sebagai
pedoman materi pendidikan Dokter/Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
dalam penyakit akne.
ii
KATA PENGANTAR
Edisi 2
iii
KATA PENGANTAR
Ketua KSDKI
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Kelompok Studi
Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) telah menerbitkan Rekomendasi
Penatalaksanaan Akne Indonesia. Buku rekomendasi ini merupakan revisi
dari konsensus Indonesian Acne Expert Meeting 2012.
Besar harapan kami, pedoman yang telah direvisi ini dapat digunakan
sebagai pedoman kerja dari seluruh Dokter/Dokter Spesialis Kesehatan
Kuit dan Kelamin di Indonesia baik yang berada di Institusi Pendidikan
maupun para praktisi yang di luar pendidikan dan dapat juga digunakan
sebagai pedoman materi pendidikan Dokter/Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin dalam menangani penyakit Akne.
Kami juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih kami kepada dr. Sjarif
M. Wasitaatmadja, SpKK(K), FINSDV, FAADV selaku penggagas dan editor
buku ini dan para kontributor yang telah menyumbangkan ilmu dan
keahliannya dalam penyusunan buku panduan ini.
iv
KATA PENGANTAR
Ketua PP PERDOSKI
Panduan ini merupakan konsensus dari para Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin dari divisi kosmetik di 13 pusat pendidikan kolegium Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin di seluruh Indonesia, yang dikoordinir oleh
Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik (KSDKI) dengan editor dr. Sjarif
M. Wasitaatmadja, SpKK(K), FINSDV, FAADV.
Aamiin YRA,
v
DAFTAR ISI
vi
PEDOMAN TATA LAKSANA AKNE
DI INDONESIA
Sebagai Hasil dari IAEM 2015
1. DEFINISI
Akne adalah penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang
ditandai dengan adanya lesi polimorfik berupa komedo, papul, pustul,
nodus dan kista di tempat predileksi. Predileksi akne adalah di muka,
leher, bahu, lengan atas, dada atas dan punggung atas, meskipun
akne dapat timbul di daerah lain yang mengandung kelenjar sebasea
misalnya paha dan bokong.
2. EPIDEMIOLOGI
Akne merupakan penyakit kulit yang banyak terjadi pada hampir
80%-100% populasi dan pada rentang umur dari bayi sampai orang
tua, dengan peak age terbesar pada remaja umur 16-19 tahun
pada pria atau 14-17 tahun pada wanita. Kasus terdapat di seluruh
dunia dengan berbagai faktor penyebab sebagai pencetus, misalnya
genetik, ras, stres, dietasi, kosmetik, obat-obatan, tekanan fisik, dan
kebiasaan merokok.
Di Indonesia akne merupakan kasus ke-3 terbanyak yang datang
untuk berobat di RSUP dan RSUD.
3. ETIOPATOGENESIS
Terdapat empat patogenesis yang paling berpengaruh pada
timbulnya AV, yaitu:
d. Proses inflamasi
Proses inflamasi yang diperantarai sistem imun dapat melibatkan
limfosit CD4 dan makrofag, yang menstimulasi vaskularisasi
pilosebaseus dan memicu hiperkeratinisasi folikular.
4. KLASIFIKASI/PENGGOLONGAN
Belum ada penggolongan/klasifikasi yang disepakati secara universal.
Terdapat berbagai sistem klasifikasi berdasarkan: jenis lesi, penyebab
terjadinya, dan ada atau tidak adanya peradangan.
Yang diputuskan dipakai masih tetap klasifikasi yang dibuat oleh
Plewig dan Kligman tahun 1976 yang ditetapkan dalam IAEM 2012
yaitu: Akne sejati yang terdiri dari akne vulgaris, akne venenata dan
akne fisik yang dapat dibedakan dari acneiform eruption.
AKNE SEJATI:
5. GRADASI
Gradasi/tingkat berat ringannya penyakit.
7. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding (differential diagnosis, DD) akne dapat dibuat
berdasarkan usia penderita seperti yang IAEM 2012 lakukan (DD
untuk akne bayi, infantil, anak, remaja, dewasa, dan tua) sehingga
tertulis banyak sekali DD.
Gejala klinis agak berbeda karena lebih banyak terjadi pada wanita,
lebih inflamatif dan terletak di area lebih bawah misalnya dagu dan
rahang bawah, leher, dan bahu bagian atas.
Terapi lini kedua (2nd line therapy) pada akne derajat ringan baik yang
komedonal maupun yang kombinasi pustul adalah asam azelaik.
Terapi lini ketiga (3rd line therapy) pada akne komedonal maupun
kombinasi adalah asam retinoat + BPO atau antibiotik (AB) topikal
dengan pertimbangan meningkatkan konsentrasi atau frekuensi
aplikasi obat. Setiap perubahan dipikirkan setelah terapi 6-8 minggu.
Terapi topikal lini pertama adalah tetap asam retinoat, BPO, dan AB.
Terapi lini kedua dan lini ketiga adalah asam azelaik, asam salisilat,
dan kortikosteroid (KS) intralesi.
Terapi lini pertama topikal adalah AB topikal. Terapi lini kedua dan
ketiga topikal adalah asam azelaik, asam salisilat, dan KS intralesi.
Terapi lini pertama, kedua dan ketiga topikal pada wanita hamil atau
menyusui adalah BPO.
LEVEL OF
GRADE CHARACTERISTICS
DISEASE
(Thiboutot et al. New insights into the management of acne: an update from Global
Alliance to improve Outcomes in Acne Group. J Am Acad Dermatol. 2009;60:S1-50)
Fractional
thermolysis
(deep or
shallow) PRP,
Micro-
needling
Derma-
brasion
CO2 laser
resurfacing
GRADASI HPA
Note: The final grade depends on the highest grade in each column.
Jenis terapi untuk HPA adalah obat topikal dan terapi prosedural
minimal invasif pada lesi HPI. Tidak ada rekomendasi pilihan terapi
awal, kedua dan seterusnya.
GRADE /
MILD MODERATE SEVERE
THERAPY
- AB lain F: Isotret
ORAL
GCS/CSS (AF)
RA: Retinoic Acid, BPO: Benzoyl Peroxide, AB: Antibiotik, Dox: Doxicyclin,
Azitro: Azitromycin, E: Eritromycin, AA: Azelaic Acid, AS: SA: Salicylic Acid,
TAIL: Triamcinolon Acetonide Intra Lesi, AAn: Anti Androgen, F: Female,
M: Male, IsotO: Isotretinoin Oral, AB>: Antibiotik konsentrasi >, GCS:
GlucoCorticoid Systemic, CSS: CorticoSteroid Systemic, AF: Akne Fulminan,
KIE: Komunikasi Informasi Edukasi, SC: Skin Care, SP: Skin Peeling, LL: Laser
and Light Therapy, K: Kosmeseutikal, PPX: Papulex (ABA, Nicotinamide,
Zinc PCA), SS: Sunscreen yang Hipoalergenik dan Non Komedogenik.
DAFTAR PESERTA
Partisipan: