Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritik

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Manusia memiliki keistimewaan tersendiri daripada makhluk lainnya hal ini

ditunjukkan dengan kelebihan yang dimiliki manusia namun tidak dimiliki makhluk

lain yaitu akal. Manusia diberi akal untuk berfikir, mengetahui, memahami,

menerapkan, menganalisis, menilai, dan menciptakan sesuatu (Yamin, (2013).

Dari tabel 2.1 dapat diketahui arti belajar melalui tabel yang di adaptasi dari

Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs & Telfer, 1987; Winkel,1991 dalam

(Dimyati dan Mudjiono, 2013) dibawah ini.

Tabel 2.1 Ciri-ciri umum pendidikan, belajar dan perkembangan

No Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan


1. Pelaku Guru sebagai pelaku Siswa yang Siswa yang mengalami
pendidik dan siswa yang bertindak belajar perubahan
terdidik atau pebelajar
2. Tujuan Membantu siswa untuk Memperoleh hasil Memperoleh perubahan
menjadi pribadi mandiri belajar dan mental
yang utuh pengalaman hidup
3. Proses Proses interaksi sebagai Internal pada diri Internal pada diri
faktor eksternal belajar pebelajar pebelajar
4. Tempat Lembaga pendidikan Sembarang tempat Sembarang tempat
sekolah dan luar sekolah
5. Lama waktu Sepanjang hayat dan Sepanjang hayat Sepanjang hayat
sesuai jenjang lembaga
6. Syarat terjadi Guru memiliki Motivasi belajar kuat Kemauan mengubah diri
kewibawaan pendidikan
7. Ukuran Terbentuk pribadi Dapat memecahkan terjadinya perubahan
keberhasilan terpelajar masalah positif
8. Hasil Pribadi sebagai Hasil belajar sebagai Kemajuan ranah
pembangun yang dampak pengajaran kognitif, afektif, dan
produktif dan kreatif dan pengiring psikomotorik

8
9

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil dan pengalaman belajar dimana saja

dan sepanjang hayat untuk memecahkan suatu masalah dan mempertinggi derajatnya.

Menurut Slameto (Dimyati dan Mudjiono, 2013) belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Selain itu, Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2013) berpendapat bahwa

belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal,

dan hasil belajar.

Pembelajaran, berasal dari kata belajar yang maknanya telah diketahui

sebelumnya kini dapat diambil kata pembelajar dimana menurut Yamin (2013)

memiliki arti yaitu seorang profesionalis yang menjalankan fungsi-fungsinya dengan

menggunakan metodologi untuk membelajarkan siswa dengan cara yang tidak

konstan, sehingga mencipta perubahan yang baik pada siswa. Oleh karena itu,

pembelajaran tidak diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu konsep

yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang

berkaitan dengan teknologi kemajauan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud

pengembangan kualitas sumber daya manusia (Yamin, (2013).

Menurut Miarso (Yamin, 2012), pembelajaran adalah suatu usaha yang di

sengaja, bertujuan dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang

relatif menetap pada diri orang lain. Selain itu, menurut Yamin (2013) pembelajar

memiliki tugas utamanya adalah mendidik dan membimbing siswa untuk belajar serta

mengembangkan dirinya.
10

2.1.2 Belajar Mengajar

Menurut Djamarah dan Zain (2013) belajar mengajar merupakan suatu kondisi

yang dengan sengaja diciptakan dimana guru menciptakannya guna membelajarkan

siswa.

1. Ciri-ciri belajar mengajar

Kegiatan belajar mengajar memiliki beberapa ciri yang menurut Suardi

(Djamarah dan Zain, 2013), yaitu; (a) belajar mengajar memiliki tujuan, yakni

membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu dan menempatkan siswa

sebagai pusat perhatian; (b) adanya suatu prosedur (jalannya interaksi) yang

direncanakan, didesain, untuk mencapai tujuan secara optimal; (c) adanya suatu

materi, dan materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar; (d) ditandai dengan aktivitas siswa. Aktivitas dalam hal

ini, baik secara fisik maupun secara mental; (e) dalam kegiatan belajar mengajar guru

berperan sebagai pembimbing; (f) kegiatan belajar mengajar membentuk disiplin; (g)

ada batas waktu, yang artinya setiap tujuan akan diberi ketetapan waktu tujuan

tersebut sudah harus tercapai; dan (h) evalusi, disini bertujuan untuk mengetahui

tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

Menurut Djamarah dan Zain (2013) beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan suatu proses belajar mengajar, yaitu; (a) tujuan, tujuan adalah pedoman

sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar; (b)

guru, yaitu tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada

siswa di sekolah; (c) siswa yaitu orang yang dengan sengaja datang ke sekolah dan
11

orang tuanyalah yang memasukannya untuk dididk agar menjadi orang yang berilmu

pengetahuan di kemudian hari; dan (d) kegiatan pengajaran, pola umum kegiatan

pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan siswa dengan bahasa sebagai

perantaranya.

2.1.3 Pembelajaran Berbasis Proyek

A. Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) atau disingkat PjBL

adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media

(Daryanto, (2014). Selain itu, menurut (Sutirman, (2013) PjBL merupakan model

pembelajaran inovatif yang memfokuskan pada belajar kontekstual melakui kegitan

yang kompleks.

Pembelajaran di Indonesia pada saat ini masih dominan dengan pembelajaran

tradisional, oleh karena itu pembelajaran berbasis proyek dapat digunakan untuk

mengubah kelas tradisional (Sutirman, (2013) yang umumnya bercirikan praktik

kelas yang berdurasi pendek dan aktivitas pembelajaran berpusat pada guru

(Sutirman, (2013). Pembelajaran berbasis proyek didasarkan pada teori

kontruktivisme dan merupakan pembelajaran siswa aktif. Selain itu, proses

pembelajaran melalaui PjBL memungkinkan guru untuk belajar dari siswa dan belajar

bersama siswa (Sani, (2014).

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan produk

atau proyek yang nyata dimana proyek yang dibuat oleh siswa mendorong berbagai
12

kemampuan tidak hanya pengetahuan atau masalah teknis, tetapi juga keterampilan

praktis seperti mengatasi informasi yang tidak lengkap atau tidak tepat; menentukan

tujuan sendiri; dan kerjasama kelompok (Sutirman, (2013). Tidak hanya itu, menurut

Sani (2014) pembelajaran beebasis proyek juga dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat perencanaan, berkomunikasi,

menyelesaikan masalah, dan membuat.

Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk melakuakan

aktivitas belajar saintifik berupa kegiatan: (a) bertanya; (b) melakukan pengamatan;

(c) melakukan penyelidikan atau percobaan; (d) menalar; dan (e) menjalin hubungan

dengan orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data (Sani, (2014).

Selain itu, mnurut Sani (2014) proses identifikasi dalam pembuatan proyek juga

membutuhkan keterampilan berpikir dimana keterampilan berpikir yang perlu

dimiliki oleh siswa adalah berpikir kreatif, menyelesaikan masalah, membuat

keputusan, melihat gambar ide, menalar, dan mengetahui cara belajar.

B. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

Karakteristik pembelajaran berbasis proyek menurut Daryanto (2014), adalah:

1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;


2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan
atau tantangan yang diajukan;
4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atau aktivitas yang sudah
dijalankan;
7. Produk akhir aktivitas belajar dan dievaluasi secara kualitataif; dan
8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
13

Selain itu, berdasarkan hasil review dalam Sani (2014) dikemukakan beberapa

karakteristik PjBL, yakni sebagai berikut:

1. Fokus pada permasalahan untuk penguasaan konsep penting dalam pelajaran.


2. Pembuatan proyek melibatkan siswa dalam melakukan investigasi konstruktif
3. Proyek harus realistik.
4. Proyek direncanakan oleh siswa.

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Merurut Wena (Sutirman, 2013) pembelajaran berbasis proyek memiliki

beberapa prinsip dalam penerapannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah; (a) sentralisasi,

maksudnya bahwa model pembelajaran ini merupakan pusat dari strategi

pembelajaran, karena siswa mempelajari konsep utama dari suatu pengetahuan

melalaui kerja proyek. Pekerjaan proyek merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh siswa di kelas; (b) pertanyaan penuntun, hal ini mengandung

makna bahwa pekerjaan proyek yang dilakukan oleh siswa bersumber pada

pertanyaan atau persoalan yang menuntun siswa untuk menemukan konsep mengenai

bidang tertentu; (c) investigasi konstruktif, artinya bahawa dalam pembelajaran

berbasis proyek terjadi proses investigasi yang dilakukan oleh siswa untuk

merumuskan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek; (d) otonomi,

yaitu dalam pembelajaran berbasis proyek siswa diberi kebebasan atau otonomi untuk

menentukan target sendiri dan bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan; dan

(e) realistis, yang artinya bahwa proyek yang dikerjakan oleh siswa mereupakan

pekerjaan nyata.
14

Selain itu beberapa prinsip pembelajaran berbasis proyek menurut Kurniasih

dan Sani (2014), adalah:

1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas pada


kehidupan nyata untuk memperkaya pelajaran
2. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau
topik yang telah ditentukan dalam pelajaran
3. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik
yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya).

D. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Sani (2014) beberapa keutamaan yang diperoleh dengan menerapkan

PjBL, yaitu; (a) melibatkan siswa dalam permasalahan dunia nyata; (b) membutuhkan

proses inkuiri, penelitian, keterampilan merencanakan, berpikir kritis, dan

keterampilan menyelesaikan masalah dalam upaya membuat proyek; (c) melibatkan

siswa dalam belajar menerapkan pengetahuan dan keterampilan; dan (d) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan interpersonal; (e) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup

dan bekerja (mengalokasikan waktu, bertanggung jawab, belajar melalui pengalaman,

dan sebagainya); dan (f) mencakup aktivitas refleksi yang mengarahkan siswa untuk

berpikir kritis tentang pengalaman dan menghubungkan pengalaman tersebut pada

pengalaman belajar lainnya.

Selain itu, beberapa keuntungan lain menggunakan pembelajaran berbasis

proyek menurut Sani (2014) adalah; (a) meningkatkan motivasi siswa untuk belajar

dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting; (b) meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang kompleks; (c) membuat siswa

lebih aktif; (d) meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama; (e) mendorong
15

siswa mempraktikkan keterampilan berkomunikasi; (f) meningkatkatkan kemampuan

siswa dalam mengelola sumber daya; (g) memberi pengalaman kepada siswa; (h)

memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia

nyata; (h) melibatkan siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan menerapkan

pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata; (i) membuat

suasana belajar menjadi menyenangkan.

Pengalaman yang dilakukan oleh Intel Corporation melalui Intel Teach

Program 2007 (Sutirman, 2013), menunjukkan bahwa penerapan PjBL membawa

keuntungan bagi siswa, yaitu:

1. Meningkatkan frekuensi kehadiran, menumbuhkan kemandirian, dan sikap


positif terhadap belajar.
2. Memberikan keuntungan akademik yang sama atau lebih baik dari model lain,
dimana siswa yang terlibat dalam proyek memiliki tanggung jawab yang lebih
besar untuk pembelajaran merekan sendiri.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
yang kompleks, seperti berfikir tingkat tinggi, pemecahan masalah, bekerja
sama, dan berkomunikasi.
4. Memperluas akses belajar siswa sehingga menjadi strategi untuk melibatkan
siswa dengan beragam budaya.

Sedangkan jika dilihat dari perspektif siswa yang dikutip dari Sutirman (2013)

pembelajarn berbasis proyek memiliki kelebihan, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan analisis dan sintesis tentang


suatu konsep;
2. Membiasakan siswa untuk melakukan proses belajar dan bekerja secara
sistematis;
3. Melatih siswa untuk melakukan proses berfikir secara kritis dalam rangka
memecahkan suatu masalah yang nyata;
4. Menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar dan bekerja;
5. Menumbuhkan produktivitas siswa.
16

E. Kelemahan Pembelajarn Berbasis Proyek

Beberapa kelemahan pembelajaran berbasis proyek menurut Daryanto (2014)

adalah:

1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.


2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru
memegang peran utama di kelas.
4. Banyak peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Menurut Daryanto (2014) untuk dapat mengatasi kelemahan dari

pembelajran berbasis proyek dapat dilakukan dengan cara membatasi waktu,

memfasilitasi siswa dalam menghadapi masalah dan menyediakan peralatan

yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek.

F. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Sani (2014) perencanaan PjBL harus mencakup empat langkah harus

mencakup langkah penting berikut ini; (a) mengelompokkan siswa untuk

mengerjakan sebuah proyek; (b) mengajukan pertanyaan kompleks dan mengarahkan

untuk mengerjakannya; (c) membuat rancangan, jadwal perencanaan penyelesaian

proyek, serta mempersentasikan proyek; (d) memberikan umpan balik dan penilaian

atas proyek yang telah dibuat.

Selain itu, menurut Daryanto (2014) penerapan pembelajaran berbasis proyek

dengan langkah sebagai berikut; (a) penentuan pertanyaan mendasar yang dapat

memberi penugasan kepada siswa; (b) mendesain perencanaan proyek yang


17

melibatkan siswa dan guru; (c)menyususn jadwal; (d) memonitor siswa dan kemajuan

proyek; (e) menguji hasil; (f) mengevaluasi pengalaman.

Secara umum tahap pembelajaran berbasis proyek menurut Sani (2014). digambarkan

sebagai berikut:

Pertanyaan Rencana Penjadwalan Monitor Penilaia Evaluasi


n
Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran Berbasis Proyek

Berdasarkan komponen tersebut, menurut Sani (2014) tahapan PjBL yang perlu

direncanakan adalah sebagai berikut.

1. Mengajukan pertanyaan esensial atau pertanyaan penting. Pertanyaan yang


diajukan sebaiknya terkait dengan permasalahan dunia nyata yang
membutuhkan investigasi mendalam. Siswa harus merasakan bahwa pekerjaan
yang mereka lakukan dapat mengatasi permasalahan terkait dengan pertanyaan
yang diajukan. Guru dapat merumuskan pertanyaan esensial dengan
memperhatikan bahwa pertanyaan yang diajukan seharusnya dapat melibatkan
siswa untuk belajar, bersifat terbuka (open ended), dan sejalan dengan tujuan
pembelajaran.
2. Membuat perencanaan. Kegiatan perencanaan untuk memberikan solusi melalui
pengerjaan proyek sebaiknya dilakukan dengan melibatkan siswa. kegiatan
belajar yang dilakukan harus diselearaskan dengan kurikulum yang digunkan di
sekolah. Guru perlu mengarahkan siswa untuk memilih aktivitas yang sesuai
dan memastikan agar proyek dapat dikerjakan berdasarkan ketersediaan bahan
dan sumber belajar yang ada.
3. Membuat penjadwalan. Guru perlu mengarahkan siswa untuk membuat
penjadwalan dalam membuat pengerjaan proyek. Siswa diminta menetapkan
waktu untuk pengerjaan tahapan proyek secara rasional. Siswa diberi kebebasan
dalam menetapkan tahapan yang akan dilakukan, namun guru perlu
memberikan arahan jika tahapan tersebut tidak sesuai dengan yang seharusnya
dilakukan.
4. Mengawasai (monitor) kemajuan belajar. Guru perlu melakukan monitoring
terhadap pelaksanaan proyek sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah
disepakati. Pada tahap ini, guru bertindak sebagai fasilitator yang memberikan
arahan, fasilitas, dan pemberi semangat bagi siswa untuk giat belajar dan
mengerjakan proyek secara optimal.
5. Melakukan penilaian. Penilaian dalam PjBL mencakup penilian penguasaan
siswa terkait topik pembelajaran, penilaian proses pembelajaran yang mencakup
sikap dan keterampilan, penilaian produk, dan kinerja siswa dalam
menampilkan produk.
6. Evaluasi. Evalusi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa
dalam melkukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan baik secara
individual maupun kelompok.
18

Menurut The George Locus Educational Foundation yang dikutip Sabar

Nurohman (Sutirman, 2013), langkah-langkah PjBL, yaitu:

1. Memulai dengan pertanyaan esensial


Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
mendorong siswa untuk melakukan aktivitas.
2. Membuat desain rencana proyek
Siswa dengan pendampinagan dari guru membuat desain rencana proyek yang
akan dilakukan. Rencana proyek ditentukan oleh siswa sendiri mengaju kepada
pertanyaan esensial yang telah dikemukakan sebelumnya.
3. Membuat jadwal
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal pelaksanaankegitan
pembelajaran. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3)
mengarahkan siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) mengarahkan siswa
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyeki, (5)
meminta siswa untuk memberi alasan tentang cara yang dipilih.
4. Menilai hasil
Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi
kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai, dan menjadi bahan pertimbangan dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
5. Refleksi
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan cecara
individu maupun kelompok.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif

A. Konsep Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suprijono (2011) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih

luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih

dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kelompok dalam pembelajaran

kooperatif itu dapat terdiri dari dua orang saja, tetapi juga dapat terdiri dari banyak

orang. Selain itu istilah kooperatif memiliki makna yaitu menggambarkan

keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif

(Suprijono, (2011).
19

B. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends (2007) dalam Yusminiwati menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif memiliki ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.


2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.
3. Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.
4. Sistem penilaian berorientasi kelompok maupun idividu.

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Dzaki (2009) menyatakan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif sebagai

berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpiman dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

D. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Risal (2011) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap,


dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajaryang bersifat terbukadan
demokratis.
2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh
siswa.
3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-
keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
4. Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar
karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya
lebih bermakna bagi dirinya.
20

E. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Risal (2011) mengemukakan kelemahan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Bisa menjadi tempat ngobrol atau gosip


Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat
menjadi tempat mengobrol.
2. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok dan debat sepele ini sering
membuang waktu percuma.
3. Bisa terjadi kesalahan kelompok dalam menarik kesimpulan atau memahami
suatu konsep.

F. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Sintak model permbelajaran kooperatif menurut Suprijono (2011) terdiri dari

enam fase, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Prilaku Guru


Fase 1: Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan mempersiapkan siswa untuk siap belajar
siswa
Fase 2: Present information Mempersentasikan informasi kepada siswa secara
Menyajikan informasi verbal
Fase 3: Organize students into lerning teams Memberikan penjelasan kepada siswa tentang
Mengorganisir siswa kedalam tim-tim belajar cara pembentukan tim belajar dan membantu
kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study Membantu tim-tim belajar selama siswa
Membantu kerja tim dan belajar mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials Menguji pengetahuan siswa mengenai berbagai
Mengevaluasi materi pembelajaran atau kelompok-kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan
Memberikan pengakuan atau penghargaan persentasi individu maupun kelompok

2.1.5 Berpikir Tingkat Tinggi

Berpikir menurut kamus bahasa Indonesia adalah menggunakan akal budi

untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang di

ingatan. Menurut Endrayanto dan Harumurti (2014) tujuan pendidikan bisa

diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu keterampilan berpikir, tingkah laku

(prilaku), dan keterampilan fisik.


21

Dimensi proses kognitif merupakan keterampilan berpikir yang hendak

dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran (Endrayanto dan Harumurti, (2014).

Menurut Yamin (2013) berpikir yang baik lebih penting daripada memiliki jawaban

yang benar atas suatu permasalahan. Sehingga berpikir pun perlu dikembangkan agar

terbentuk pola pemikiran yang semakin baik dan membiasakan pemikiran yang logis,

realistis, dan kompleks (Putriyani, (2014).

Menurut Taksonomi Bloom (Haryati, 2013) kemampuan kognitif adalah

kemampuan berpikir yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi yang diklasifikasikan menjadi kategori berpikir tingkat rendah

(lower-level thinking) dan berpikir tingkat tinggi (higher-level thinking). Russel dan

Airasian (2009) dalam (Endrayanto dan Harumurti, (2014) menyatakan bahwa aspek

proses kognitif yang tidak hanya mengukur kemampuan ingatan (hafalan) termasuk

jenjang berpikir tingkat tinggi.

Menurut Putriyani (2014) keterampilan merupakan kemampuan untuk

menggunakan akal, pikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah,

maupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna. Sehingga keterampilan berpikir

perlu untuk dikembangkan karena menurut Putriyani (2014) keterampilan tidak hanya

meliputi gerakan motorik, melainkan juga fungsi mental yang bersifat kognitif.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut Endrayanto dan Harumurti (2014)

mencakup kemampuan; (a) mentransfer, siswa yang memiliki kemampuan

mentransfer tentu saja tidak hanya memiliki kemampuan mengingat. Sebagai salah

satu contoh ketika seorang siswa membantu menjelaskan sebuah materi kepada teman

lainnya tentunya kegiatan mentransfer pengetahuan ini dibarengi dengan pemahaman


22

yang dimiliki jika tidak mana mungkin siswa tersebut dapat memberi penjelasan

kepada siswa lain; (b) berpikir kritis, kemampuan ini mencakup kemampuan menalar,

mempertanyakan dan menyelidiki, mengamati dan menggambarkan, membandingkan

dan menghubungkan, serta menemukan; dan (c) pemecahan masalah, dalam hal yaitu

menyangkut keinginan siswa mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Anderson et al, 2001 (Endrayanto dan Harumurti, (2014) merevisi aspek

kognitif pada Taksonomi Bloom menjadi:

Taksonomi Revisi
Bloom Taksonomi Bloom

Dimensi
Tersendiri
Dimensi
Pengetahuan
Kata
benda

Pengetahuan Kata Mengingat


kerja

Pemahaman Mengerti/memahami

Aplikasi Menerapkan
Dimensi
Proses
Analisis Menganalisis kognitif

Sintesis Mengevaluasi

Evaluasi Menciptakan

Gambar 2.2 Aspek Kognitif pada Taksonomi Bloom


23

Penjelasan setiap kategori pada proses kognitf tersebut menurut Endrayanto dan

Harumurti (2014) adalah:

a. Mengingat, kategori aspek mengingat mencakup proses berpikir yakni


mengenal kembali dan menghafal.
b. Mengerti, pada kategori ini siswa dapat memahami ketika menentukan
hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan kemampuan di masa
lalu. Dimana mencakup proses seperti menginterpretasikan, memberikan
contoh, mengklasifikasikan, menyimpulkan, menduga, membandingkan, dan
menjelaskan.
c. Menerapkan
Menerapkan merupakan kemampuan menggunakan prosedur tertentu untuk
menyelesaikan masalah. Kategori pada aspek ini mencakup proses kemampuan
melakukan sesuatu dan mengimplementasikannya.
d. Menganalisis, pada tahap ini menekankan pada kemampuan memilah, menggali
pola hubungan, serta membedakan faktor sebab-akibat. Kategori aspek
menganalisis mencakup kemampuan membedakan, mengorganisasi, dan
memberikan simbol/nama.
e. Mengevaluasi, kompetensi pada tahap ini yaitu mencakup kemampuan untuk
menyusun pendapat serta mempertanggung jawabkannya. Kategori pada aspek
mengevaluasi mencakup memeriksa atau mengecek dan mengkritik.
f. Menciptakan
Menciptakan diartikan sebagai meletakkan beberapa unsur (elemen) dalam
suatu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuk dalam satu kesatuan yang
koheren atau fungsional. Mencipta merupakan generalisasi ide baru, hasil
(produk) atau cara pandang baru dari suatu kejadian atau fenomena. Aspek
menciptakan meliputi memahami masalah dengan melakukan generalisasi,
merancang atau merencanakan kegiatan, dan melakukan apa yang sudah
direncanakan sehingga dihasilkan hasil atau produk tertentu.

2.1.4.1 Indikator Berpikir Tingkat Tinggi

Sutrisno dalam Putriyani (2014) menyatakan berpikir tingkat tinggi atau lebih

dikenal dengan nama Higher Order Thinking Skill merupakan wilayah berpikir dalam

tataran menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dalam struktur taksonomi

bloom. Selain itu menurut Rianawaty (2011) keterampilan berpikir dapat

didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah kedalam langkah-langkah

nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir.


24

Menurut Patricia dkk keterampilan berpikir tingkat tinggi Higher Order

Thinking Skill (HOTS) jika ditinjau dari ranah kognitif pada Taksonomi Bloom,

berada pada level C4 (menganalisis), C5 ( mengevaluasi) dan C6 (mengkreasi).

Tabel 2.3 Kategori Berpikir

Jenjang Berpikir Tingkat Rendah Jenjang Berpikir Tingkat tinggi


Mengingat Menganalisis
Mengerti Mengevaluasi
Mengaplikasikan Menciptakan
Sumber: Endaryanto dan Harumurti (2014)

Menurut Nicherson dalam (Putriyani, 2014) jenjang keterampilan berpikir

tingkat tinggi dikemukakan oleh Bloom untuk domain kognitif seperti tertera pada

tabel berikut.

Tabel 2.4 Jenjang Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Jenjang Keterampilan Berpikir Domain Kognitif Bloom


(sebelum revisi, 1956)
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Analisis
- Menggunakan kemampuan berpikir tinggi Menguraikan informasi secara detail
- Menginterpretasi, menganalisis, atau
memanipulasi informasi Sintesis
- Mengkritik informasi, ide, atau pendapat Menggabungkan informasi-informasi yang
- Membuat kesimpulan, membuat perkiraan, diterima menjadi sebuah kesimpulan
mengajukan pemecahan masalah,
membuat pilihan, mengungkapkan Evaluasi
pendapat, membuat keputusan dan Membuat keputusan dari hasil analisa dan
menghasilkan sesuatu yang baru. kriteria yang ditemukan
25

Tabel 2.5 Kategori Proses Kognitif Jenjang Berpikir Tingkat Tinggi

Jenjang Kategori proses kognitif dan Kata kerja Hasil belajar


contoh oprerasional
Mengnalisis - Membedakan (misal : Menganalisis Grafik
membedakan antara Memecahkan Survey
bilangan rasional dan Mendiagnosis Daftar cek
bilangan irasional) Menyeleksi Bagan
- Mengorganisasikan (misal : Menguji Outline
struktur dari suatu deskripsi Menemukan Database
sejarah berdasarkan bukti- Mengukur Abstraksi
bukti sejarah dan Menstransfer Laporan
menjelaskannya)
- Menghubungkan (misal :
menentukan sudut pandang
seorang penulis dari paham
politiknya)
Mengevaluasi - Memeriksa (misal : Membandingkan Debat
menentukan solusi ilmiah Menilai Panel
berdasarkan data observasi) Mengkritik Laporan
- Mengkritik (misal : Memutuskan Evaluasi
menentukan salah satu Memprediksi Investigasi
metode terbaik dari dua Menguji Kesimpulan
metode untuk memecahkan Memproyeksi Keputusan
masalah tertentu) Menyimpulkan Karangan
Memperinci
Merangkum
Menciptakan - Menggeneralisasikan (misal Mengategorikan Film
: menggeneralisasikan Mengombinasika Cerita
hipotesis berdasarkan Menyusun Proyek
fenomena yang diamati) Mengarang Rencana
- Merencanakan (misal : Menghubungkan Lagu koran
membuat rencana karya Membangun Produk media
ilmiah berdasarkan topik Menciptakan Iklan
sejarah yang disajikan) Mengkreasikan Lukisan
Mengoreksi
- Memproduksi (misal : Merancang
membangun habitat untuk Meningkatkan
spesies tertentu berdasarkan Merumuskan
tujuan-tujuan tertentu) Menggabungkan
Memadukan
Mereparasi
Menyiapkan
Menampilkan
Membuat
Merekonstruksi
Memproduksi
Sumber: Endrayanto dan Harumurti (2014)
26

2.2 Fluida

Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Fluida menyesuaikan diri dengan

wadah yang ditempatinya.

Berdasarkan sifat ketermampatan fluida mencakup dua macam zat yaitu zat cair

yang termasuk zat inkompresibel atau zat yang tidak dapat dimampatkan, dan gas

yang termasuk zat kompresibel atau zat yang dapat dimampatkan. Fluida secara

umum dapat dibagi atas dua jenis yaitu fluida diam dan fluida bergerak. Fluida diam

biasanya disebut juga dengan fluida statis dan fluida bergerak disebut juga dengan

fluida dinamis.

2.3.1 Fluida Statik

Fluida statis (fluida tak mengalir) adalah zat alir dalam keadaan diam

(hidrostatis).

2.3.1.1 Pengertian Tekanan


Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja per satuan luas bidang.

||
= (2.1)

Keterangan:

P = tekanan (N/m2),

F = gaya (N)

A = luas bidang (m2)

Tekanan berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan luas

bidang. Sifat penting dari fluida diam adalah disetiap titik fluida diam besar tekanan

kesegala arah sama.


27

2.3.1.2 Tekanan Hidrostatik

Tekanan hidrostatis (Ph) adalah tekanan yang disebabkan oleh zat cair (fluida).

Pada tekanan hidrostatis dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang menyebabkan zat cair

dalam suatu wadah selalu tertarik kebawah. Semakin tinggi zat cair dalam wadah,

maka semakin berat zat cair itu, sehingga semakin besar tekanan yang dikerjakan zat

cair pada dasar wadah. Dengan kata lain pada posisi yang semakin dalam dari dasar

wadah, maka tekanan hidrostatis semakin besar.

Pada fluida diam tekanan zat zair seperti yang ditunjukkan gambar 2.3 besarnya

tekanan disuatu titik sebanding dengan kedalaman titik tersebut, jenis zat dan massa

jenis zat cair.

h g
A
Permukaan dasar wadah

Gambar. 2.3 Tekanan hidrostatis terhadap permukaan dasar wadah

Untuk menentukan persamaan tekanan hidrostatis ditinjau kembali persamaan 2.1

menganggap wadah yang digunakan wadah silinder.

Secara umun dituliskan.


= (2.2)

Dimana W = m g, dengan = dan V = A h sehingga didapat persamaan:


28


= = (2.3)

Keterangan:

= Tekanan hidrostatis (Nm-2

= Massa jenis zat (kg/m3)

= Gaya gravitasi (m/s2)

= Ketinggian zat cair (m)

= Luas penampang wadah (m2)

Berdasarkan persamaan tekanan diatas tekanan hidrosatatis didalam titik fluida

ditentukan oleh kedalaman fluida yang diukur dari permukaan dan tidak bergantung

pada luas penampang tempat fluida serta tidak bergantung kepada bentuk penampang.

Dengan demikian tekanan pada titik seperti gambar 2.4 tersebut tekanan hidrostatis di

titik A , B, dan C berbeda, semakin dalam tekanan dalam letak suatu titik dalam air

maka semakin besar tekanan dititik tersebut.

A
B
C

Gambar. 2.4 Tekanan hirostatis pada berbagai titik

Perlu diperhatikan bahwa tekanan yang dituliskan dengan persamaan 2.3

merupakan hidrostatis yang tidak memperhitungkan tekanan atmosfer. Tekanan di

suatu titik suatu fluida yang sebenarnya disebut tekanan absolut, yang digambarkan

sebagai berikut.
29

P0

Gambar. 2.5 Tekanan hidrostatis mutlak

Jika udara luar diperhitungkan seperti pada gambar 2.5 maka besar tekanan

pada titik dalam fluida merupakan tekanan total. Secara matematis persamaan

tekanan total dituliskan:

= 0 +

= 0 + (2.4)

Keterangan:

= Tekanan total (Nm-2)

0 = Tekanan udara luar (Nm-2)

= Massa jenis zat (kg/m3)

= Percepatan gravitasi bumi (m/s2)

= Ketinggian zat cair (m)

2.3.1.3 Hukum Pascal

Prinsip Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada fluida dalam

suatu tempat akan menambah tekanan keseluruhan dengan besar yang sama. Blaise

Pascal seorang ilmuwan Prancis menyatakan bahwa tekanan yang diberikan suatu
30

fluida (zat cair) dalam ruang tertutup diteruskan sama besar kesegala arah. Pernyataan

ini dikenal dengan hukum Pascal.

F1 F2
A1 A2

P.A2
P.A1
Zat cair

Gambar.2.6 Prinsip kerja dongkrak hidrolik

Suatu alat, misalnya dongkrak hidrolik, dapat dijelaskan melalui analisis seperti

terlihat pada Gambar 2.6 Apabila pengisap 1 ditekan dengan gaya F1, maka zat cair

menekan ke atas dengan gaya PA1. Tekanan ini akan diteruskan ke penghisap 2 yang

besarnya PA2. Karena tekanannya sama ke segala arah, maka didapatkan persamaan

sebagai berikut.

1 = 2
1 2
= (2.5)
1 2

2.3.1.4 Hukum Archimedes

Prinsip Archimedes adalah gaya apung yang berkerja pada benda yang

dimasukkan dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan.

Gambar.2.7 Gaya Archimedes pada sebuah benda yang dicelupkan ke


dalam zat cair
31

Secara matematis dituliskan:


= dengan =


= (2.6)

Keterangan:

= massa zat cair (kg)

= massa jenis zat cair (kg/m3)

= volume zat cair yang dipindahkan oleh benda (m3)

a. Terapung

> w

g > g

> (2.7)

b. Melayang

= w

g = g

= (2.8)

c. Tenggelam

< w

g < g

< (2.9)
32

2.3.1.5 Tegangan permukaan pada fluida

a. Tegangan permukaan zat cair

Tegangan permukaan zat cair adalah kecendrungan permukaan zat cair untuk

menegang sehingga permukaan seperti ditutupi oleh selaput tipis. Tegangan

permukaan air akibat adanya gaya adesi dan kohesi pada zat cair tersebut.

Gambar. 2.8 Resultan gaya ke bawah yang berkerja pada molekul-molekul di permukaan atas
di dekat permukaan

Molekul-molekul di dalam fluida akan selalu mengalami gaya tarik-menarik

dengan molekul-molekul sejenisnya. Gaya ini disebut gaya kohesi. Namun, molekul-

molekul yang berada pada permukaan atau sangat dekat dengan permukaan lebih

banyak mengalami gaya ke bawah karena lebih banyak molekul-molekul lain yang

menarik kebawah dibandingkan menarik ke atas, seperti yang diilustrasikan gambar

2.8

b. Gaya tegangan permukaan

Besarnya gaya yang bekerja pada permukaan zat cair tiap satuan panjang

didefinisikan sebagai tegangan permukaan.

Perhatikan gambar berikut:

Gambar.2.9 Rangkaian kawat untuk mengukur tegangan permukaan selaput tipis larutan sabun
33

Gambar 2.9 menunjukkan percobaan sederhana untuk melakukan pengukuran

kuantitatif tentang tegangan permukaan. Seutas kawat dilengkungkan membentuk

huruf U dan kawat kedua berperan sebagai peluncur yang diletakkan di ujung kawat

berbentuk U. Ketika rangkaian kedua kawat tersebut dimasukkan ke dalam larutan

sabun, kemudian dikeluarkan. Akibatnya, pada rangkaian kawat terbentuk selaput

tipis cairan sabun. Selaput tipis tersebut akan memberikan gaya tegangan permukaan

yang menarik peluncur kawat ke bagian atas kawat U (jika berat peluncur kawat

sangat kecil). Ketika Anda menarik peluncur kawat ke bawah, luas permukaan

selaput tipis akan membesar dan molekul-molekulnya akan bergerak dari bagian

dalam cairan ke dalam lapisan permukaan.

Dalam keadaan setimbang, gaya tarik peluncur ke bawah sama dengan tegangan

permukaan yang diberikan selaput tipis larutan sabun pada peluncur.

+
= (2.10)

Jika l adalah panjang peluncur kawat maka gaya F bekerja pada panjang total 2l

karena selaput tipis air sabun memiliki dua sisi permukaan. Dengan demikian,

tegangan permukaan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tegangan

permukaan F dengan panjang d tempat gaya tersebut bekerja yang secara matematis

dinyatakan dengan persamaan:


= (2.11)

adalah koefisien tegangan permukaan, d adalah panjang permukaan, F

adalah gaya tegangan permukaan. Pada contoh ini panjang permukaan adalah 2l

sehingga kita bisa menuliskan:


34


= (2.12)
2

Dengan :

= Gaya tegangan permukaan (N)

= koefesien tegangan permukaan(Nm-2)

l = Panjang garis permukaan (m)

2.3.1.6 Kapilaritas

Sekarang kita meninjau pengaruh tegangan permukaan pada pipa kapiler. Bila

gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis disebut kohesi, maka gaya tarik antara

molekul yang tidak sejenis disebut adesi. Salah satu contoh adesi adalah gaya tarik

antara cairan dengan dinding pipa kapiler. Pada pipa kapiler terdapat gaya kohesi

yaitu antar molekul cairan yang membentuk tegangan permukaan dan gaya adesi

antara cairan dengan dinding pipa.

Bila kohesi lebih besar dari adesi maka resultan gaya akan mengarah ke tabung

hingga membentuk kelengkungan ke atas atau terjadi miniskus cembung. Sebaliknya

bila gaya adesi lebih besar dari gaya kohesi maka resultan gaya akan mengarah ke

tabung sehingga membentuk kelengkungan ke bawah.

2.3.1.7 Viskositas

a. Pengertian viskositas pada fluida

Viskositas (kekentalan) fluida dipengaruhi oleh suhu. Untuk suhu yang lebih

rendah umumnya zat cair menjadi lebih kental (koefesien viskositasnya menjadi lebih

besar), seperti yang diamati pada madu.


35

b. Hukum Stokes untuk fluida kental

Percobaan Stokes:

Stokes malakukan percobaan dengan cara melepaskan sebuah bola kedalam

fluida. Dari hasil percobaan, Stokes memberikan suatu hukum tentang besarnya gaya

penahan/gaya penghambat fluida terhadap gerak bola akibat adanya gesekan antara

permukaan bola dengan fluida.

Besar gaya gesek fluida/gaya Stokes itu ada

= (2.13)

Keterangan:

= gaya stokes (newton)

= koefisien kekentalan/kekentalan fluida (N.det/m2)

v = kecepatan relatif bola terhadap fluida (m/s)

Untuk benda yang berbentuk bola dengan jari-jari r, maka berdasarkan hasil

perhitungan labiratorium dapat ditunjukkan bahwa:

= 6

Oleh karena itu, persamaan gaya gesekan fluida untuk benda berbentuk bola

dirumuskan sebagai berikut:

= 6 (2.14)

2.3.2 Fluida Dimanis

2.3.2.1 Persamaan Kontinuitas

Persamaan kontinuitas menjelaskan bahwa debit aliran (volume fluida tiap

satuan waktu) selalau tetap. Misalnya fluida mengalir pada luas penampang berbeda.
36

Jika fluida dianggap ideal, debit aliran (Q) di setiap titik tetap, tidak bargantung pada

waktu dan luas penampang pipa. Dengan kata lain, debit aliran di ujung pipa yang

satu sama dengan debit pada ujung yang lain (asas kontinuitas). Dengan demikian,

diperoleh persamaan sebagai berikut.

1= 1 1 dan 2 = 2 2 , Karena 1 = 2 , maka:

1 1 = 2 2 (2.14)

2.3.2.2 Hukum Bernoulli

Gambar 2.10 Skema Persamaan Bernoulli


(Anonim, 2010)

Hukum bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan

energi yang dialamai oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah

tekanan (P), energi kinetik per satuan volume, dan energi potensial persatuan volume

memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis lurus. Jika

dinyatakan dalam persamaan menjadi.


1 1
1 + 2 12 + 1 = 2 + 22 + 2 (2.15)
2
37

Keterangan:

P = tekanan fluida (N/2 )

= massa jenis fluida (kg/3 )

v = kecepatan aliran fluida (m/s)

h = ketinggian atau kedudukan fluida (m)

g = percepatan gravitasi bumi (m/ 2 )

2.3.2.3 Aplikasi Persamaan Bernoulli

1. Alat Penyemprot

Persamaan Bernoulli menyiratkan bahwa untuk fluida yang mengalir dan

perubahan energi potensialnya sangat kecil, misalnya dalam pipa horizontal, tekanan

P berkurang ketika kecepatan aliran bertambah. Kita dapat menambah kecepatan

fluida dengan cara memperkecil luas penampang, semakin besar penurunan tekanan

yang kita peroleh. Prinsip inilah yang digunakan dalam berbagai alat penyemprot,

seperti penyemprot obat nyamuk, penyemprot parfum, dan pengharum ruangan.

2. Gaya Angkat Sayap Pesawat

Gaya angkat pesawat terbang bukan karena mesin, tetapi pesawat bisa terbang

karena memanfaatkan hukum bernoulli yang membuat laju aliran udara tepat di

bawah sayap, karena laju aliran di atas lebih besar maka mengakibatkan tekanan di

atas pesawat lebih kecil daripada tekanan pesawat di bawah. Perbedaan tekanan ini

akan menghasilkan suatu gaya keatas yang tegak lurus dengan arah aliran fluida.

Gaya inilah yang disebut gaya angkat, yang berperan mengangkat pesawat terbang ke

atas.
38

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Sastrika, dkk yang berjudul pengaruh model

pembelajaran berbasis proyek terhadap pemahaman konsep kimia dan keterampilan

berpikir kritis (2013) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir

kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis proyek dan siswa yang

belajar dengan model pembelajaran konvesional.

Berdasarkan hasil penelitian Latifa Nurrachman (2015) yang berjudul

perbedaan keterampilam berpikir tingkat tinggi antara siswa yang menggunakan

model pembelajaran bebasis masalah (problem based learning) dan pembelajaran

berbasis proyek (project based learning) pada konsep fungi menyimpulkan bahwa

tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir tingkat tinggi antara siswa yang

diajarkan menggunakan problem based learning (PBL) dengan siswa yang

menggunakan project based learning (PjBL).

Berdasarkan hasil penelitian Luthvitasari, dkk yang berjudul implementasi

pembelajaran fisika berbasis proyek terhadap keterampilan berpikir kritis, berpikir

kreatif dan kemahiran generik sains (2012) menyimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis proyek memberikan pengaruh terhadap peningkatan

krterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, dan kemahiran generik

sains siswa SMK.


39

2.4 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan dua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Adapun kerangka konseptual dalam rencana penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Populasi

Teknik sampel

Sampel

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Model Pembelajaran Model Kooperatif


Berbasis Proyek

Post-Test

Hasil post-test Hasil Post-test

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

Analisis Statistik

Kesimpulan

Gambar 2.11 Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai