Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH BANJIR TERHADAP WILAYAH JAKARTA

NAMA ANGGOTA :

1. DINI ANDRIANIAGUSTIN

2. HANIFAH DWI JAYANTI

3. INAYATUL MARFUAH HAKIM

4. SUCI MAULIDYA

X-IIS 1

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang PENGARUH
BANJIR TERHADAP WILAYAH JAKARTA
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini, termasuk guru pembimbing kami yaitu ibu
Dwiana Puji R,s.Pd
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah kami dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.

Wassalamualaikum wr.wb

JAKARTA, 11 NOVEMBER 2016

PENYUSUN

Ii
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL....i

KATA PENGANTAR......................ii
DAFTAR ISI....iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN......................................................................................... 2
1.4 MANFAAT PENELITIAN......... 2

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................... 3


2.1 PERISTIWA BANJIR DI JAKARTA......................................................................... 3
2.2 PENYEBAB BANJIR............................................................................................. 4
2.3 WILAYAH RAWAN BANJIR.......................... 4

2.4 DAMPAK BANJIR..... 6

BAB III PEMBAHASAN... 7

3.1 PENANGANAN BANJIR.... 9

BAB IV PENUTUP..... 9

4.1 KESIMPULAN..... 9

4.2 SARAN. 9

BAB V DAFTAR PUSTAKA....... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di setiap musim hujan, banjir menjadi salah satu masalah yang serius.
Wilayah Jakarta, tangerang, dan Bekasi yang sebelumnya tidak pernah terkena banjir
kini tidak bias mengelak lagi. Pada umumnya banjir disebabkan oleh kecerobohan
masyarakatnya, seperti membuang sampah ke tempat penampungan air, serta
membangun permukiman di daerah-daerah resapan air hujan. Akibatnya tempat
penampungan air hujan tidak dapat lagi menampung air hujan yang terus bertambah
sehingga banyak daerah-daerah/ wilayahnya yang terendam dengan air.
Jakarta merupakan salah satu daerah yang rawan banjir. Karena 4actor setiap
kali musim penghujan, wilayah Jakarta selalu terendam air. Secara geomorfologis,
40% wilayah Jakarta terdiri dari dataran rendah pantai dengan ketinggian kurang dari
10m, bahkan di beberapa tempat berada di kurang lebih 1m di bawah muka air
pasang (maksimum). Jakarta merupakan daerah aliran 13 sungai yang bermuara di
Teluk Jakarta. Daerah aliran 13 sungai juga menyebar merata di semua wilayah
Jakarta. Oleh karena itu, secara alamiah daerah dengan ketinggian rendah akan
terendam.
Banjir di Jakarta juga terjadi karena penggunaan lahan di kawasan DAS
Ciliwung tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah. Akibatnya, sebagian
besar air hujan tidak terserap tanah, tetapi mengalir di permukaan tanah, lalu
langsung masuk ke sungai. DAS Ciliwung ada topografinya sehingga di mana pun air
jatuh di DAS itu pada akhirnya mengalir ke Sungai Ciliwung. Beberapa kali banjir
melanda Jakarta dan merenggut korban jiwa dan harta benda penduduk. Selain
besarnya curah hujan yang ada, banyak faktor yang mempengaruhi besarnya banjir
yang terjadi di kota Jakarta.

1
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang menyebabkan banjir?
Wilayah Jakarta mana saja yang rawan banjir?
Apa dampak dari banjir tersebut?

1.3 Tujuan

Memberikan pemahaman tentang penyebab peristiwa banjir di Jakarta dan


penanganan yang seharusnya dilakukan.

1.4 Manfaat

1. Mengetahui penyebab banjir di Jakarta.


2. Mengetahui bagaimana dampak banjir di Jakarta.
3. Mengetahui bagaimana penanganan banjir.

2
BAB II
LANDASAN MATERI

2.1 Peristiwa Banjir di Jakarta

Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air
yang berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan. Banjir merupakan bencana
alam yang tidak mungkin dapat dicegah oleh manusia. Namun manusia dapat
melakukan upaya-upaya tertentu untuk mengurangi resiko banjir. Di daerah
permukiman kita bisa meningkatkan infiltrasi air ke tanah, misalnya kita tidak
membuat talang air untuk mengalirkan air hujan langsung ke selokan, air hujan
biarkan jatuh ke halaman rumah. menghimbau agar masyarakat tidak membuang
sampah ke tempat penampungan air, mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang
banjir, tidak melakukan penebangan hutan di DAS bagian hulu, melakukan
pengerukan sedimen di daerah hilir.
Banjir terjadi karena sumber-sumber air tidak mampu lagi menampung
banyaknya air, baik air hujan, salju yang mencair, maupun air pasang sehingga air
meluap melampaui batas-batas sumber air. Air yang meluap tersebut juga tidak
mampu diserap oleh daratan di sekitarnya sehingga daratan menjadi tergenang.
Hujan yang sangat deras dan dalam waktu yang lama merupakan penyebab
terjadinya banjir yang umum terjadi di seluruh dunia.
Hingga awal abad ke-20, Kota Jakarta, yang waktu itu bernama Batavia,
hanyalah daerah yang terletak di kiri kanan Sungai Ciliwung bagian hilir. Banjir pun
hanya terjadi akibat meluapnya sungai tersebut. Ketika itu, luapan Ciliwung terjadi
lebih sering akibat dibukanya kebun-kebun teh di daerah hulu. Pada awal tahun
1920-an digali saluran banjir, yang sekarang dikenal sebagai Banjir Kanal Barat.
Saluran yang berawal dari Manggarai tersebut jalurnya melalui pinggir atau luar kota
dan dibuat lebih besar dari ukuran Ciliwung yang asli. Dengan demikian, aliran banjir
dapat mengalir ke laut tanpa menganggu Jakarta. Bahkan, lewat kota pun tidak.
Kondisi yang baik ini bertahan selama sekitar empat puluh tahun. Pada awal
tahun 1960-an, timbul masalah-masalah banjir baru yang membengkak dengan
cepat. Penyebabnya, Kota Jakarta telah bertumbuh pesat dan banyak daerah hunian
baru yang berada di luar daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Daerah-daerah
tersebut mengalami banjir akibat luapan sungai-sungai lain di dekatnya. Sungai-
sungai tersebut, misalnya Kali Krukut, Grogol dan Cipinang-Sunter yang memang
sering meluap. Tetapi, karena disekitarnya sebelumnya tidak ada perumahan, hal
itu, tidaklah menjadi masalah. Selain itu, urbanisasi yang cepat dan banyaknya
permukiman di daerah rendah yang tidak dilengkapi dengan sarana drainase yang
cukup menjadi penyebab lainnya. Akibatnya, terjadi genangan karena hujan
setempat tidak bisa keluar ke sungai atau ke laut.

3
2.2 Penyebab Banjir

Bencana alam, seperti banjir, yang terjadi pada tahun 2003 dan yang
berlanjut sampai awal tahun 2004 kalau ditelusuri disebabkan oleh dua kelompok
faktor yakni faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia dan faktor yang dapat
dikendalikan manusia. Curah hujan kecepatan angin, dan geologi merupakan contoh
faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Penelusuran faktor-faktor yang
berpengaruh pada peristiwa alam yang menimbulkan bencana dua tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa ada faktor alamiah yang tidak bisa dikendalikan manusia, tetapi
juga banyak faktor yang sebetulnya berasal dari intervensi manusia, termasuk arah
kebijakan yang tidak tepat, pengelolaan DAS Ciliwung yang tidak lagi memenuhi
kadah-kaidah konservasi lahan, Curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, angin
kencang, gempa bumi, dan letusan gunung berapi merupakan contoh-contoh faktor
alam yang tidak bisa dikendalikan manusia. Sedangkan masalah illegal logging di
kawasan hutan, pemukiman, dan budidaya pertanian di lereng gunung merupakan
bentuk intervensi yang sebetulnya dapat dikendalikan manusia.
Para pakar cuaca dari BMG dan ahli hidrologi dari Departemen Pekerjaan
Umum menyatakan pada Januari-Februari 2004, curah hujan di Jakarta akan
meningkat. Setidaknya tiga faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, sirkulasi
udara dan angin yang melintasi Indonesia. Angin Munson Asia bertiup dari Asia ke
Australia. Angin ini melalui Indonesia. Dan angin ini bertiup secara intensif pada
bulan ini. Faktor kedua, kondisi perairan di Indonesia terjadi keadaan makro fisis dan
mikro fisis. Ketiga, faktor global. El Nino dan La Nina yang berpengaruh pada cuaca
Indonesia. Ketiga faktor ini selalu berfluktuasi. Oleh karena itu, iklim selalu akan
berfluktuasi. Secara alami, pemicu banjir adalah curah hujan. Secara kuantitas
memang sulit menentukan besarnya intensitas curah hujan tersebut. Sulitnya
pengukuran disebabkan tidak meratanya hujan yang mengguyur Jakarta.

2.3 Wilayah Rawan Banjir

Curah hujan pada Januari-Februari 2005 diproyeksikan di atas normal. Badan


Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi beberapa daerah di DKI Jakarta
rawan banjir. Daerah rawan banjir dibagi menjadi dua kategori, yaitu daerah rawan
banjir tinggi dan sedang. Yang termasuk daerah rawan banjir tinggi adalah
Cengkareng Barat, Kedaung Kali Angke, Kapuk, Kelapa Gading Barat, Utan Kayu
Selatan, Kayumanis, Balimester, Kampung Melayu, Pisangan Baru dan Cipinang
Melayu. Sedangkan daerah rawan banjir sedang antara lain Pegadungan, Semanan,
Kamal, Kapuk Muara, Desa Baru, Kebon Jeruk, Pademangan Barat, Menteng,
Kuningan Barat, Rawa Barat, Gunung Sahari Selatan, Bungur, Senen, Tanah Tinggi,
Kramat, Gondangdia, Tugu Selatan, Tugu Utara, Kebon Bawang, Sungai Bambu,
Kebon Pala, Cawang, Cililitan, Kelapa Dua Wetan, dan Kramat Jati.

4
LOKASI POTENSI BANJIR BERDASAR CURAH HUJAN
BULAN JANUARI DAN FEBRUARI 2005 DI DKI JAKARTA

WILAYAH DENGAN KATEGORI BANJIR (JANUARI 2005)


WILAYAH
TINGGI SEDANG

Kapuk Muara, Pademangan Barat, Tugu Selatan,


JAKARTA UTARA Kedaung Kali Angke, Kelapa Gading Barat
Tugu Utara, Kebon Bawang, Sungai Bambu, Kamal

Pegadungan, Semanan, Wijayakusuma, Duri Kepa,


JAKARTA BARAT Kapuk, Cengkareng barat
Desa Baru, Kebon Jeruk

Kuningan Barat, Rawa Barat, Pela Mampang,


JAKARTA SELATAN Balimester Mampang Prapatan, Tegal Parang, Bangka, Duren
Tiga, Ragunan, Pejaten Barat, Cilandak Timur

Utan Kayu Selatan, Kayumanis, Kampung Melayu, Susukan, Ciracas, Cawang, Cililitan, Kelapa Dua
JAKARTA TIMUR
Pisangan Baru, Cipinang Melayu Wetan, Kramat Jati, Kebon Pala

Menteng, Gunung Sahari Selatan, Bungur, Senen,


JAKARTA PUSAT
Tanah Tinggi, Kramat, Gondangdia

WILAYAH KATEGORI BANJIR SEDANG (FEBRUARI 2005)

JAKARTA UTARA Penjaringan,Tanjung Priok,Koja,Cilincing,Pluit,Kelapa Gading Utara,

Cengkareng,
JAKARTA BARAT
Kali Deres, Grogol, Meruya Hilir, Kembangan, Semanan, Kebon Jeruk, Rawa Buaya, Angke

Kebonbaru, UluJami, Pesanggrahan, Mampang Prapatan, Pulo, Bidara Cina, Pela Mampang, Petogogan,
JAKARTA SELATAN
Bukitduri,

JAKARTA TIMUR Pulogadung, Cipinang Besar Utara, Kramat Jati, Kampung Melayu, Cipinang Besar Selatan, Cawang,

JAKARTA PUSAT Petamburan, Tanah Abang, Kebon Sirih, Kemayoran, Pasar Baru, Sawah Besar, Serdang,

5
2.4 Dampak Banjir

Banjir dari tahun ke tahun mengancam hampir semua wilayah di DKI Jakarta. Banjir
terbesar memang terjadi pada siklus enam tahunan yang terakhir kali terjadi pada Januari
2002. Banjir kali ini sangat parah. Bahkan lebih parah dari tahun 1996. Kampung Melayu
terendam hingga 2,5 meter, Kalibata 4 meter, sementara Cawang sampai 6 meter, dan
masih banyak lagi daerah-daerah lainnya yang tenggelam seperti Bintaro, Kelapa Gading,
Manggarai, dan lain-lain. Banjir merupakan bencana alam yang selalu merugikan kehidupan.
Namun, banjir juga dapat menguntungkan bagi lingkungan. Oleh karena itu, banjir
memberika dampak positif dan dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya. Dampak
positif dari banjir adalah menyuburkan tanah di daerah sepanjang aliran karena banjir
mengangkut tanah yang subur dari hulu. Adapun dampak negatifnya adalah korban yang
meninggal hingga saat ini mencapai 14 orang, sementara pengungsi mencapai 365 ribu
orang lebih, melumpuhkan kegiatan manusia, menghanyutkan tanaman dan lapisan humus
tanah, merusak rumah dan harta benda, Menggenangi daerah pertanian, memutus
hubungan transportasi, mengurangi persediaan air bersih.
Pencemaran bakteri coli. Sebelum banjir saja, akhir 1999, pengujian beberapa contoh air
di kawasan Jakarta menunjukkan, air kolam (di pinggiran kota) sekitar 10.000 sel, air kolam
di pertamanan 5.000-8.000 sel, kolam di bundaran Hotel Indonesia minimal 2.000 sel.
Sedang pada sumur penduduk di tepi sungai di atas 10.000 sel. Pada sumur penduduk yang
paling jauh dari sungai maksimum 1.000 sel. Air PAM Jakarta di sekitar kawasan kota
mengandung kurang dari 5 sel dan air PAM yang masuk/ melalui permukiman kumuh antara
25-50 sel (karena kebocoran atau dibocorkan penduduk). Di keran-keran hotel-hotel
umumnya antara 1-5 sel. Dampak dari banjir juga dapat mengakibatkan munculnya:

1. Bakteri patogen terutama penyakit penyebab tipus, paratipus, kolera, disentri, selalu
dijumpai di air selokan, sungai, dan tentu saja air banjir. Penyebabnya antara lain
akibat air keruh, banyak kotoran manusia dan sampah yang membusuk.
2. Bakteri penghasil toksin atau racun, yang sering menyebabkan keracunan makanan
secara massal misalnya makanan katering di pesta atau pabrik. Bakteri ini tergolong
aerobik seperti Pseudomonas ataupun anaerobik seperti Clostridium yang dapat
mematikan.
3. Jamur penghasil mikotoksin (racun jamur) yang di samping merupakan penyebab
keracunan makanan, juga bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Ini
bisa dilihat tumbuh pada tepung atau hasil olahannya yang berwarna kebiruan,
kehijauan, atau warna lainnya.
4. Curah hujan di kawasan hulu juga bisa membawa spora (bibit) jamur liar yang
kemudian tumbuh di lapangan, kebun ataupun pekarangan rumah. Waspadai jamur
ini karena beracun dan dapat mematikan kalau dimakan.
5. Mikroba terutama bakteri yang menimbulkan terjadinya korosi pada berbagai bahan
bangunan dan peralatan rumah tangga, rel kereta api, tiang dan kerangka jembatan,
pipa PAM maupun pipa lainnya. Mikroba juga merusak tembok, yang diawali dengan
tumbuhnya jamur berwarna gelap (hitam, biru, merah, hijau).

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penanganan Banjir

Setelah mempelajari dengan saksama berbagai aspek penyebab banjir,


Substansinya adalah mengendalikan aliran air dari hulu sungai dan membatasi
volume air masuk kota. Karena itu, perlu dibangun saluran kolektor di pinggir selatan
kota untuk menampung limpahan air, dan selanjutnya dialirkan ke laut melalui
tepian barat kota. Saluran kolektor yang dibangun itu kini dikenal sebagai "Banjir-
Kanal" yang memotong Kota Jakarta dari Pintu Air Manggarai bermuara di kawasan
Muara Angke. Pencegahan di wilayah hulu, yaitu dengan membangun beberapa
bendungan untuk penampungan sementara, sebelum air di alirkan ke hilir. Usaha
yang dapat dilakukan untuk penanggulangan banjir adalah menjauhkan
permukiman, industri dan pusat pertumbuhan lainnya dari daerah banjir yang sudah
secara historis dipetakan oleh hujan. Untuk mengurangi kerugian banjir akibat hujan,
perlu dikembangkan peringatan dini. Caranya, dengan mengukur tinggi hujan di
berbagai tempat, lalu dibuat kurva hubungan antara curah hujan (tinggi hujan)
dengan tinggi muka air sungai yang akan terjadi.
Daerah aliran sungai (DAS) adalah wilayah yang potensial menjadi daerah
tangkapan air hujan yang akan mengalirkan ke sungai yang bersangkutan. Perubahan
fisik yang terjadi di DAS akan berpengaruh langsung terhadap retensi DAS terhadap
banjir. Retensi DAS adalah kemampuan DAS untuk menahan air di bagian hulu.
Perubahan tata guna lahan, misalnya dari hutan dijadikan perumahan, perkebunan
atau lapangan golf akan menyebabkan retensi DAS ter-sebut berkurang secara
drastis. seluruh air hujan akan dilepaskan DAS ke arah hilir. Sebaliknya semakin besar
retensi suatu DAS semakin baik, karena air hujan dapat dengan baik diresapkan
(diretensi) dan secara perlahan-lahan dialirkan ke sungai hingga tidak menimbulkan
banjir di hilir. Pemerintah menyatakan, penanggulangan masalah banjir di wilayah
Jabotabek sebagai bagian dari rencana menyeluruh selama 10 tahun akan dimulai
pada April 2002.
Sebagai permulaan program tersebut adalah perbaikan Pintu Air Manggarai
sehingga mampu menampung kapasitas air yang masuk, meningkatkan kapasitas
Banjir Kanal Barat dari 300 m3/dt saat ini menjadi 350 m3/dt. Selain itu,
meningkatkan polder-polder (penampungan air) yang ada, memperbanyak pompa
dan membangun rumah susun untuk warga yang terkena bencana banjir. Pemda
diminta untuk menyediakan tempat penampungan bagi pengungsi banjir di 80 titik
rawan banjir.

7
Mengenai penataan wilayah Bogor, Puncak, Cianjur (Bopunjur) pemerintah
tengah memikirkan untuk memberi intensif bagi wilayah Bopunjur jika nantinya
kawasan tersebut dikembalikan fungsinya sebagai daerah resapan. Juga melakukan
penutupan dan peninggian tanggul kritis serta menanggulangi kerusakan tebing
akibat erosi.
Di daerah permukiman juga kita bisa meningkatkan infiltrasi air ke tanah.
Misalnya, kita tidak membuat talang air untuk mengalirkan air hujan langsung ke
selokan. Air hujan biarkan jatuh ke halaman rumah. Karena itu, pembangun properti
harus diberi panduan membuat sumur resapan dan diwajibkan untuk membuatnya.
Jika air yang jatuh ke atap seluas 500 meter persegi itu masuk ke dalam tanah. Ini
akan membantu meningkatkan cadangan air tanah.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air
yang berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan. Banjir merupakan bencana
alam yang tidak dapat dicegah oleh manusia. Banjir terjadi karena sumber-sumber
air tidak mampu lagi menampung banyaknya air, baik air hujan, salju yang mencair,
maupun air pasang sehingga air meluap melampaui batas-batas sumber air. Banjir
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia dan
faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia.
Para pakar cuaca dari BMG dan ahli hidrologi dari Departemen Pekerjaan
Umum menyatakan pada Januari-Februari 2004, curah hujan di Jakarta akan
meningkat. Setidaknya tiga faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, sirkulasi
udara dan angin yang melintasi Indonesia. Angin Munson Asia bertiup dari Asia ke
Australia. Angin ini melalui Indonesia. Dan angin ini bertiup secara intensif pada
bulan ini. Faktor kedua, kondisi perairan di Indonesia terjadi keadaan makro fisis dan
mikro fisis. Ketiga, faktor global. El Nino dan La Nina yang berpengaruh pada cuaca
Indonesia. Daerah rawan banjir dibagi menjadi dua kategori, yaitu daerah rawan
banjir tinggi dan sedang.
Akibat banjir, belasan orang meninggal terbawa arus banjir, melumpuhkan
kegiatan sektor wisata, juga mengakibatkan munculnya berbagai macam jenis
bakteri Setelah mempelajari dengan saksama berbagai aspek penyebab banjir,
Substansinya adalah mengendalikan aliran air dari hulu sungai dan membatasi
volume air masuk kota, meningkatkan polder-polder (penampungan air) yang ada,
memperbanyak pompa dan membangun rumah, membuat talang air untuk
mengalirkan air hujan langsung ke selokan, dan membuat sumur resapan.

4.2 Saran

Untuk mengurangi peristiwa banjir, sebaiknya pemerintah melakukan


peringatan dini. Tinggi muka air sungai di daerah hulu harus selalu dipantau untuk
dapat memberikan peringatan lebih awal. Dengan demikian, penduduk dapat
disiapkan untuk mengamankan diri dan barang-barangnya beberapa jam sebelum
banjir terjadi. Pemerintah DKI Jakarta dan Jawa Barat juga melakukan kerjasama
menangani masalah DAS Ciliwung. Mengatasi banjir di hilir (Jakarta), yang pertama
prinsipnya adalah meningkatkan infiltrasi air di daerah hulu DAS Ciliwung, yakni
daerah atas dari Jakarta.
Selain itu pemerintah DKI Jakarta perlu membuat tim mitigasi bencana banjir
yang solid dan profesional sehubungan banjir di Jakarta saat ini sudah menjadi tradisi
tiap musim penghujan.
9
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak, Tegi. 2004 Banjir Jakarta: Konsep No, Korupsi Yes. [online]. Tesedia:
http: //www.elsam.or.id. [12 November 2016].

nn.2005. Banjir Jakarta. [online]. Tersedia: http: // www.suarapublik.org/januari


2005/
[12 November 2016].

Basongko, Djoko. 2002. Masalah Banjir di Jakarta. Tersedia: http:


//www.kompas.com.
[12 November 2016].

Supriyanto, Agus. 2005. Puluhan Ribu Warga Jakarta Mulai Mengungsi. Tersedia:
http: //www.tempointeraktif.com [12 November 2016].

Hestiyanto, Yusman. 2005. Geografi 1. Jakarta: Yudhistira.(12 November 2016)

10

Anda mungkin juga menyukai