KEWIRAUSAHAAN
SOSIAL
DAN PEMBANGUNAN SOSIAL
HERY WIBOWO
2
KEWIRAUSAHAAN
SOSIAL
DAN PEMBANGUNAN SOSIAL
3
KEWIRAUSAHAAN SOSIAL
DAN PEMBANGUNAN SOSIAL
HERY WIBOWO
4
Copyright @2017, Hery Wibowo
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Dilarang menguip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit
5
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Wibowo, Hery
Kewirausahaan Sosial dan Pembangunan Sosial
I.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar:
Asa Baru Bangsa: Kewirausahaan Sosial
iv
BA Pendahuluan................................................
B1 .... 1
BA Pembangunan
6
B2 Sosial......................18
BA Aplikasi Pola pikir Kewirausahaan
B3 Sosial......28
Bab Kewirausahaan Sosial: Telaah lebih
4 jauh.......41
5.1 Bandung
Teknopolis......................................42
5.2 Tekad untuk
Teknopolis................................60
5. Proses pembangunan & pikiran
3 apresiati.70
5. Budaya
4 Inovasi...80
5. Pembangunan Kota
5 Berkelanjutan...94
7
Kata Pengantar
Asa baru Bangsa: Kewirausahaan Sosial
8
Hal dimuka menyiratkan bahwa dunia yang kita
tinggali ini masih harus menyelasaikan banyak
sekali pekerjaan rumah-nya. Artinya, derap laju
pembangunan yang dilakukan oleh berbagai
negara, belum seutuhnya menyelesaikan semua
masalah dan memenuhi semua pembangunan.
Maka, sangat penting kiranya menaruh perhatian
pada pengembangan proses dan pola
pembangunan sosial, atau langkah pembangunan
yang berfokus pada manusia.
Kewirausahaan sosial dalam hal ini telah
semakin diyakini sebagai aktivitas yang mampu
berkontribusi pada proses pembangunan, baik dari
sisi praktik langsung di lapangan, maupun aspek
pola pikirnya. Beragam bentuk serta ruang lingkup
praktiknya telah terbukti semakin banyak
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Sejauh ini, praktikkewirausahaan sosial lahir
begitu saja di tengah masyarakat melalui orang-
orang yang memiliki semangat luar biasa untuk
9
kemandirian, untuk penyelesaian masalah sosial
dan untuk berkembangnya potensi masyarakat.
Penulis meyakini, bahwa jika gerakan ini
diperkenalkan sedini mungkin kepada kaum pelajar,
dan seluas mungkin kepada anggota masyarakat,
maka akan tersebar luas kesadaran akan
pentingnya menjadi kontributor pembangunan,
alih-alih hanya mengkritik. Akan tersosialisasi
kesadaran untuk menyebarkan semangat
kemandirian, alih-alih kebiasaan untuk tergantung
kepada pemerintah.
Buku ini secara ringkas akan mengupas
bagaimana aplikasi pola pikir kewirausahaan sosial,
ataupun bagaimana pemikiran para wirausaha
sosial diaplikasikan pada bidang-bidang dan proses
pembangunan. Selanjutnya, tentu saja buku ini
berisi ajakan untuk berkontribusi dalam beragam
praktikkewirausahaan sosial yang memungkinkan
dilakukan dalam posisi, peran dan serta lingkup
10
ruang dan waktu pembaca sehari-hari. Selamat
menikmati.
Hery Wibowo
11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kewirausahaan
Terminologi kewirausahaan saat ini merupakan
terminologi yang populer. Beragam defisini hadir
untuk mencoba mendeskripsikan terminologi
kewirausahaan. Juwaini (2011:9) menjelaskan
bahwa kewirausahaan adalah usaha atau kegiatan
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai
sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih
tinggi, baik produktivitas maupun manfaatnya.
Kewirausahaan adalah usaha yang sungguh-
sungguh dalam memenuhi kebutuhan serta
memecahkan permasalahan di masyarakat dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
12
Penjelasan lain tentang makna
kewirausahaan dijelaskan oleh Ciputra (2009)
yang berkeras tetap menggunakan
kata entrepreneurship dalam Penulis dalam
bahasa Indonesia: beberapa kali
kesempatan
Enterpreneurship adalah upaya
memberikan
untuk mengubah rongsokan dan pelatihan, selalu
kotoran menjadi emas. Tiga hal menekankan
pentingnya
yang sangat penting dalam aspek memahami pola
tersebut adalah (1) menciptakan pikir
kewirausahaan.
peluang (opportunity creating)
Penulis meyakini
bukan sekedar mencari peluang bahwa setiap
(opportunity seeking), (2) manusia sejatinya
memiliki kendali
melakukan inovasi produk
atas pikirannya
(innovation), dan (3) berani
mengambil resiko yang terukur (calculated risk
taking).
Maknanya adalah bahwa kata kewirausahaan
(entrepreneurship) menyiratkan sebuah usaha
yang sungguh-sungguh untuk mengubah hal yang
(nyaris) tidak berguna menjadi bernilai tinggi.
13
Atau dengan kata lain, ini adalah upaya yang serius
untuk meningkatkan nilai guna dan nilai jual
sebuah produk/jasa.
Penulis dalam beberapa kali kesempatan
memberikan pelatihan, selalu menekankan
pentingnya memahami pola pikir kewirausahaan.
Penulis meyakini bahwa setiap manusia sejatinya
memiliki kendali atas pikirannya. Ilmu psikol0gi
membagi manusia menjadi dua golongan berbasis
pusat kendalinya, yaitu internal locus of control
dan external locus of control. External locus of
control adalah sebuah situasi di mana seorang
individu lebih dominan dikuasai atau dikemudikan
oleh hal-hal di luar dirinya. Hal ini membuat
individu tersebut mudah terombang-ambing,
mudah menyalahkan hal-hal diluar dirinya atas
kondisi pribadinya, seperti kebelumtercapaian
targetnya, atau kebelumberhasilan usahanya.
Sebaliknya, ungkapan internal locus of control,
menggambarkan kondisi di mana seorang individu
memegang teguh kendali hidupnya. Ia bergerak
14
atas keputusannya sendiri. Ia bertindak atas
kesadaran pribadinya. Hal-hal diluar dirinya, tidak
dijadikannya sebagai kambing hitam, melainkan
justru sebagai motivasi untuk menghasilkan yang
lebih baik.
Kewirausahaan sosial adalah sebuah
dorongan yang kuat dari dalam diri untuk
menyelesaikan masalah sosial. Para pelaku
kewirausahaan sosial, cenderung adalah orang-
orang yang siap bertarung, siap menghadapi
beragam kemungkinan hambatan/tantang yang
menghadang serta siap dengan resiko yang
mungkin belum terpikirkan sebelumnya.
15
Padjadjadaran pada pelaksanaan Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW), terutama dalam setahun kedepan.
16
Pelatihan dan seleksi ini digelar, untuk mengukur komitmen
dan kemampuan para peserta dalam mengerjakan usahanya
setahun kedepan. Melalui pelatihan, sedikit demi sedikit itu
diberikan materi tentang komitmen, kesungguhan. Agar
mereka yang terpilih, sudah terseleksi komitmennya, ujar Dr.
Hery.
17
menghasilkan manfaat buat lingkungan sekitar, harap Dr.
Hery.
Diungkapkan Dr. Hery, beberapa peserta sudah ada yang
memiliki konsep sosial tersebut. Namun, sebagian besar
peserta masih menganggap baru konsep tersebut. Ada
beberapa yang sudah berjalan sociopreneur-nya, tapi sebagian
besar itu sesuatu yang baru. Mereka jadi dapat wawasan baru
dan tantangan setahun kedepan, ungkapnya.
Adapun materi yang diangkat pada pelatihan kali ini
diantaranya adalah mengenai pemahaman dasar tentang
kewirausahaan, peran dan fungsi mahasiswa dalam
mengembangan hardskill dan softskill, kerangka
pengembangan sociopreneur, serta tentang kolaborasi,
kinerja, dan manajemen pengelolaan.
Bertindak sebagai pemateri adalah tim LPKA yang biasa
bergelut di bidang kewirausahaan, dan pemateri undangan
dari Komunitas Tangan di Atas. Pelatihan terdiri dari
pemaparan materi, tanya jawab, brainstorming, presentasi
kelompok, dan diskusi kelompok. Sebagai puncak dari
kegiatan seleksi, para peserta pun diminta untuk melakukan
presentasi bisnisnya dihadapan juri dan peserta melalui
metode round robin.
Dengan digelarnya kegiatan ini, Dr. Hery pun berharap
kedepannya akan semakin banyak mahasiswa yang menjadi
18
wirausahawan. Menurut Dr. Hery, mahasiswa sangat
berpotensi untuk menjadi wirausahawan, karena mereka
memiliki ilmu, kesempatan, peluang, dan jejaring .
19
salahnya menyebarkan semangat ini sejak dini.
Jika satu dari setiap seratur orang generasi muda
dapat menjadi wirausaha, hal ini merupakan
sesuatu yang sangat baik. Hal ini dapat menjadi
harapan baru bagi Indonesia, untuk memiliki
sekelompok orang yang dapat diharapkan
membantu bergeraknya roda lokomotif
pembangunan.
20
pertumbuhan ekonomi dan membantu
terwujudnya pemerataan ekonomi.
Secara umum, kecakapan kewirausahaan
adalah modal dasar bagi terciptanya ragam
kreativitas dan inovasi.
Juwaini (2011:9) menjelaskan Kecakapan
bahwa arti penting
kewirausahaan bisnis dalam kewirausahaan, akan
kehidupan suatu masyarakat memungkinkan
atau bangsa adalah
pemiliknya yntuk
meningkatkan pendapatan
masyarakat, mengurangi angka mengubah hal yang
pengangguran, memanfaatkan
kurang berguna
sumber daya ekonomi (terutama
yang belum termanfaatkan menjadi lebih berguna,
secara optimal) menjadi hal yang kurang
produktif, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan bernilai menjadi lebih
membantu terwujudnya bernilai. Artinya, ini
pemerataan ekonomi.
adalah sebuah
keterampilan ataupun
kapasitas untuk
menghasilkan sesuatu
21
yang baru dari kondisi yang ada, ini adalah
kemampuan untuk memproduksi hal-hal yang
belum terpikirkan sebelumnya.
23
Bergantung waktu Tak bergantung waktu
(Santosa, 2011:XXVIII)
24
telalu detail dan kaku, sehingga kurang spontan?
Pertanyaan seperti ini menjadi menarik,
mengingat sifat psikologis kewirausahaan adalah
hal-hal yang cenderung berani, spontan, intuitif,
imajinatif dan mengedepankan kreativitas. Hal ini,
kemudian berlaku pula pada praktik
kewirausahaan sosial
Kewirausahaan Sosial
Terminolog kewirausahaan sosial memiliki banyak
definsi. Seorang ahli menyatakan bahwa
kewirausahaan sosial adalah sebuah proses yang
melibatkan aplikasi inovatif dan kombinasi
sumber-sumber untuk memperbesar kesempatan
dalam rangka mengkatalisasi perubahan sosial dan
atau menyelesaikan masalah sosial (Mair & Marty,
2006:37 dalam London, 2010:8).
Gerakan kewirausahaan sosial beberapa
tahun terakhir ini telah menjadi sebuah gerakan
global yang mendunia (Bornstein 2006, Nicholls,
2008). Selain itu, gerakan ini ternyata mulai marak
25
berkembang juga di Indonesia. Majalah SWA
(swa.co.id diunduh 6/3/2011) menyatakan bahwa
kewirausahaan sosial kian terbukti mampu
menyembuhkan berbagai penyakit sosial seperti
kemiskinan, keterbelakangan dan kesehatan
masyarakat. Hal ini berarti bahwa gerakan
kewirausahaan telah semakin diyakini mampu
memberikan harapan dan manfaat bagi
masyarakat luas.
Artikel yang ditulis oleh Haryadi dan
Waluyo (2006) mengupas perjalanan LSM Bina
Swadaya yang dikenal sebagai pelopor
kewirausahaan di Indonesia. Gerakan ini dianggap
mendobrak pemikiran lama yang memisahkan
aktivitas kewirausahaan dengan gerakan bermisi
sosial. LSM Bina Swadaya adalah salah satu
pelopor gerakan yang berhasil menyatukan usaha
sosial dan bisnis. Artinya telah lahir sebuah model
usaha yang belum pernah dilakukan oleh aktivis
lain di Indonesia sebelumnya.
26
Kajian terkait kewirausahaan sosial juga
mulai marak dilakukan oleh para peneliti. Kajian
dari Lumpin (2010) menyatakan bahwa proses
kewirausahaan yang dilakukan dalam kerangka
aktivitas kewirausahaan sosial, tidak jauh berbeda
dengan proses kewirausahaan bisnis. Artinya, ini
adalah sebuah model kewirausahaan baru yang
belum banyak dilakukan orang sebelumnya, yaitu
menggabungkan tujuan sosial dan aktivitas/pola
pikir kewirausahaan yaitu menggunakan daya
kreativitas dan inovasi. Kajian selanjutnya dari
Zoltan, dkk (2010) menyatakan bahwa
kewirausahaan sosial memiliki kemiripan dengan
gerakan philantropis, yang sama-sama bergerak
untuk penciptaan nilai sosial yang
berkesinambungan. Praktik dan telaah lainnya
terkait kewirausahaan sosial yangdilakukan oleh
M. Yunus (2010) yang kemudian dituangkan
dalam buku Bisnis Sosial (Sistem Kapitalisme Baru
yang Memihak Kaum Miskin). Melalui kajiannya, ia
27
membedakan antara bisnis sosial dengan
kewirausahaan sosial.
28
BAB 2
Pembangunan Sosial
Paradigma dalam memandang praktik
pembangunan
1
Rachbini, Didik J. 2001. Pembangunan Ekonomi
29
daya manusia karena terbukti merupakan faktor
yang signifikan.
30
Paradigma Fungsionalis
31
A. Paradigma Interpretatif
32
menghalanginya mencapai pemenuhan dirinya
sebagai manusia sejati (Fakih, 2009:34)
Pembangunan
Terminologi pembangunan adalah sebuah istilah
yang memiliki makna yang sangat luas dan
33
multidimensional. Upaya untuk memahaminya,
memerlukan kesabaran dan juga kajian dari
beragam definisi.
Peet (1999:1) menjelaskan pembangunan
(Development) sebagai using the productive
resources of society to improve the living conditions
of the poorest people. In its weaker sense,
Development means more of everything for
everyone in the context of a lot more for a few.
Melalui definisi tersebut, terlihat bahwa proses
pembangunan merupakan sebuah proses yang
menggunakan sumber daya produktif untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi hidup
(kehidupan), terutama kaum menengah ke bawah.
34
G. White2 yang menyatakan bahwa pembangunan
(development) adalah peningkatan kemampuan
orang untuk mempengaruhi masa depannya.
Artinya bahwa proyek dan program-program
bukan saja perlu membuahkan perubahan-
perubahan yang fisik dan konkrit, melainkan juga
perlu menghasilkan hal-hal semacam itu dengan
cara tertentu sehingga rakyat memperoleh
kemampuan yang lebih besar untuk memilih dan
memberikan tanggapan terhadap perubahan-
perubahan tersebut. Ini berarti bahwa perubahan
yang terencana harus memperhatikan potensi
individu-individu disamping mempertahikan
otonomi mereka sebagai pribadi-pribadi3.
2
Coraile Bryant & Louise G. White.1989. Manajemen
Pembangunan untuk Negara Berkembang (judul asli; Managing
Development in the third World. LP3ES. Cetakan kedua, Januari.
Halaman 21
3
Abdul Said dan Brady Tyson, Education and Development; The
Emerging Dialoge, Harvard Educational Review 1981, dalam
ibid 1989.
35
Pemahaman dimuka berimplikasi pada cara
pandang (frame of thinking) bahwa titik berat
pembangunan (development) adalah pada sisi
pembangunan manusia, dan bukan hanya
bangunan/sarana dan prasarana fisik semata.
Sebuah tujuan yang mulia tentu saja, walaupun
tidak sederhana dalam implementasinya. Namun
paling tidak gagasan ini juga sudah melengkapi
diri dengan perangkat konsep pendukung, untuk
tidak menjadikannya sebuah pikiran yang
mengawang-awang. Berikut lanjutannya4,
pembangunan sebagai suatu peningkatan
kapasitas untuk mempengaruhi masa depan
mempunyai beberapa implikasi tertentu. Pertama,
itu berarti memberikan perhatian terhadap
kapasitas, terhadap apa yang perlu dilakukan
untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga
guna membuat perubahan. Kedua, ia mencakup
keadilan (equity), perhatian yang berat sebelah
4
Ibid, hal 22
36
kepada kelompok tertentu akan memecah belah
masyarakat dan mengurangi kapasitasnya. Ketiga,
penumbuhan kuasa dan wewenang dalam
pengertian bahwa hanya jika masyarakat
mempunyai kuasa dan wewenang tertentu maka
mereka akan menerima manfaat pembangunan.
Dan akhirnya pembangunan berarti perhatian
yang bersungguh-sungguh terhadap saling
ketergantungan di dunia serta perlunya menjamin
bahwa masa depan dapat ditunjang
kelangsungannya. Kapasitas apapun yang tercapai
akan cepat punah, kecuali jika kita mengetahui dan
menangani masalah-masalah kelangkaan dan
keterbatasan sumber-sumber daya yang ada.
37
banyak. Selanjutnya, teori pembangunan akhirnya
harus menjadi bahan pertimbangan untuk terus
menerus berpikir dan menggali potensi lokal yang
memang telah disediakan oleh Sang Maha Pencipta
untuk dikembangkan demi kepentingan
masyarakat yang lebih luas.
38
BAB 3
Aplikasi Pola Pikir Kewirausahaan Sosial
39
melibatkan kedua hal tersebut.
41
Maka kesuksesan kewirausahaan tidak hanya
diukur dengan uang. Tidak ada nilainya, uang jika
hasil dari berbuat curang, atau menyakiti pihak
lain. Tidak ada maknanya profit besar jika
membohongi pelanggan dan menyengsarakan
orang banyak. Sukses kewirausahaan adalah
padanan integritas antara kata dan perbuatan,
antara nilai/norma dan prilaku. Ini adalah
keseimbangan langkah, dan kejernihan pikiran.
42
Pesismisme dan Kewirausahaan Sosial5
5
Tulisan ini pernah dimuat oleh penulis di innovation-
thinking.blogspot.com
43
(state) sudah semakin ringan dan berkurang. Hal
ini disebabkan karena lebih dari 55000 warga
negaranya telah menjadi wirausaha sosial. Ini
adalah bukan gerakan anti pemerintah, namun
gerakan yang dilakukan dengan penuh kesadaran
bahwa sangat sulit bagi suatu Negara untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan kepentingan seluruh
warga negaranya. Artinya, perlu ada dukungan
dari bawah (bottom up) terkait usaha pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan tersebut.
51
BAB 4
KEWIRAUSAHAAN SOSIAL:
TELAAH LEBIH LUAS
52
Selain karena memang penulis tinggal di kota
Bandung, secara keseharian kota Bandung juga
sering terobservasi melalui aktivitas sehari-hari,
oleh karena itu tepat kiranya jika kota Bandung
diangkat menjadi contoh kajian pola pikir
kewirausahaan sosial maupun proses
pembangunan sosial.
6
Tulisan ini pernah dimuat dalam koran Pikiran Rakyat Maret
2015
53
satu rangkaian acara Konferensi Asia Afrika 2015
(Pikiran Rakyat, 27/2/2015). Inilah pertanda
bahwa proyek
ambisius berbiaya
trilyunan rupiah akan
Berpikir apresiatif
segera dimulai bukan berarti
ditengah beragam menafikan apa
yang negatif.
permasalahan kota
Bukan
yang masih mendera. membutakan diri
terhadap
Pikiran Apresiatif kelemahan dan
jugabukan tidak
Tidak dapat mengakui
kekurangan. Sebab
dipungkiri bahwa
setiap orang pasti
Kota Bandung saat ini pernah salah dan
masih memiliki setiap sistem
organisasi/institusi
sejumlah pekerjaan
pasti pernah
rumah seperti banjir, mengalami
kemacetan, jalan kegagalan.
55
mengakui kekurangan. Sebab setiap orang pasti
pernah salah dan setiap sistem organisasi/institusi
pasti pernah mengalami kegagalan. Maka, berpikir
apresiatif adalah upaya menghargai apa yang ada
pada diri kita, dan menaruh fokus pada apa yang
terbaik dari manusia dan sistem manusia seperti
organisasi dan masyarakat.
56
yang di atas rata-rata, sehingga pada saatnya akan
dapat sekaligus
memperbaiki masalah
yang ada. Sumber daya
berbasis potensi
Beragam hal lokal yang
seperti banyaknya dikembangkan
dengan pesat
jumlah perguruan
(competitive
tinggi, dinamika advantage),
kreativitas anak muda seyogianya akan
dapat
Bandung, walikota
memberikan
yang pro terhadap keuntungan yang
teknologi adalah berlipat, karena
belum tentu
beberapa potensi yang
dapat dilakukan
dijadikan alasan oleh kota lain
penguat untuk yang memiliki
ragam potensi
terbangunnya kota yang berbeda.
yang akrab dengan
teknologi. Keberanian
untuk memutuskan
mengembangkan potensi, alih-alih hanya
57
menyelesaikan masalah, adalah sebuah langkah
yang sangat taktis. Sumber daya berbasis potensi
lokal yang dikembangkan dengan pesat
(competitive advantage), seyogianya akan dapat
memberikan keuntungan yang berlipat, karena
belum tentu dapat dilakukan oleh kota lain yang
memiliki ragam potensi yang berbeda. Sehingga,
pada waktunya, dapat menolong APBD yang
membawa peningkatan kesejahteraan warga
Bandung.
58
kini dibutuhkan pendekatan yang out of the box
59
sehingga menghasilkan capaian yang abnormal
60
dan diatas rata-rata.Kasali (2014) mengingatkan
61
bahwa pernyataan terkenal dari Charles Darwin
62
yaitu survival of the fittest dalam karyanya the
Origin of Species, telah sepatutnya dirubah menjadi
survival of the fastest.
Artinya,pada era teknologi
komunikasi dan globalisasi
Tulisan
ini, siapa yang paling cepat Opini dari
(berubah, bertindak, Budi Rajab
(Pikiran
berkolaborasi, berkarya)
Rakyat,
adalah yang dapat bertahan 6/3/15)
dan berkembang. menyataka
n bahwa
Sebaliknya, mereka yang kota
lamban, loyo, malas berubah Bandung
harus
serta tidak lincah akan
semakin
tergilas perkembangan realistis
jaman. Rencana dalam
melihat aksi
pembangunan Bandung
urbanisasi
Teknopolis adalah sebuah sebagai
harapan sekaligus sesuatu
yang tidak
tantangan.Ini adalah terelakkan
jawaban terhadap
63
keharusan pemerintah kota Bandung untuk
bertindak cepat (fast) dan berinovasi dengan
strategi baru (out of the box) untuk menghadapi
tantangan yang semakin kompleks.
Silicon Valley
Agility
65
visi.Sehingga walaupun tanpa riset yang
mendalam, komprehensif dan waktu kajian yang
panjang-, rencana tetap harus dilanjutkan karena
kebutuhan begitu mendesak.Maka, yang
diperlukan adalah pemimpin bermental singa
untuk bisa menghadapi ribuan masalah yang
mungkin menghadang pada era ketidakpastian
ekonomi dan politik yang sedang dihadapi
Indonesia saat ini.
66
kota Bandung ketika membangun Teknopolis.
Hingga, mental singa dan level ketangkasan
(agility) akan menjadi faktor penentu
keberhasilan.
67
bidang teknologi informasi) untuk berkonsentrasi
di zona baru tersebut, di antara beragam potensi
lainnya yang dimiliki kota Bandung. Sementara
melalui pemahaman (3) Operasional agility,
pemerintah kota Bandung diingatkan untuk
membangun sumber daya manusia pendukung
yang tangkas untuk mengatasi tantangan harian
yang cenderung rutin dan berulang. Artinya,
semakin tidak dibutuhkan SDM yang lamban, loyo,
bermental dilayani serta berorientasi profit
pribadi untuk membangun kota teknopolis. Maka,
demi mewujudkan harapan bersama ini, sang
pemimpin dengan mental singanya- tak perlu
ragu untuk menyingkirkan mereka yang
berpotensi menghambat untuk keluar dari
lapangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kondisi karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
68
bersama. Jaringan sosial (social networks) perlu
dibangun untuk menghasilkan sinergi antar
stakeholder . Selain itu perceived value yang positif
serta window of opportunity dari area ini perlu
dipromosikan untuk menarik minat vendor-
vendor besar bidang teknologi informasi untuk
berinvestasi. Tak lupa, perhatikan pula dampak
terhadap lingkungan alam sekitar seperti yang
diingatkan aktivitas Wahli kepada Walikota
Bandung (pada media ini), sehingga tidak justru
menjadikan bencana bagi masyarakat sekitar.
69
kontribusi positif, layak diperhitungkan sejak awal
untuk memberikan sense of belonging yang tinggi.
70
4.2 Tekad untuk Teknopolis
71
Bandung Teknopolis adalah hadiah dari Bandung
untuk Indonesia, karena negara sebesar kita belum
punya kota berbasis inovasi. Ide ini terbengkalai
selama 10 tahun dan oleh Developer cenderung
hanya akan dijadikan perumahan. Sejak menjabat
jadi walikota, kawasan ini saya konsep ulang
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat
ke-2 Kota Bandung. Karena SDM di Bandung
sangat siap, maka dipilihlah pusat pertumbuhan
dengan konsep ICT Economy yang dapat menyerap
400 ribu lapangan kerja. Di Bandung Teknopolis
akan ada pusat riset, zona start up, kantor-kantor
inovasi, dan 2 danau besar yang masing-masing
luasnya 30 Ha untuk atasi banjir juga untuk
sumber air minum Bandung Timur. Untuk
mendukung pusat pertumbuhan baru, kantor-
kantor Pemkot akan pindah ke Bandung
Teknopolis. Akses baru dari pintu tol Exit 149,
konstruksinya akan dimulai tahun ini. Jadi akses
ke Stadion GBLA juga mudah. Dengan Bandung
Teknopolis ini, growth ekonomi Bandung yang jadi
72
salah satu terbaik di negeri ini 9% bisa naik double
digit, dan ujungnya untuk kemakmuran warga.
73
Perencanaan perkotaan, menurut
Friedmann dalam Pontoh (2009) adalah tidak
semata-mata
merupakan
persoalan
Perencanaan
instrumentasi perkotaan,
sasaran-sasaran menurut
secara efisien; Friedmann dalam
Pontoh (2009)
perencanaan
adalah tidak
perkotaan adalah semata-mata
juga suatu proses merupakan
yang memungkinkan persoalan
instrumentasi
masyarakat
sasaran-sasaran
menemukan masa secara efisien;
depannya. Artinya, perencanaan
sebuah perencanaan perkotaan adalah
juga suatu proses
kota yang inspiratif
yang
mutlak diperlukan, memungkinkan
demi membangun masyarakat
harapan dan asa menemukan masa
depannya
74
warga kota, terkait masa depan mereka di kota
yang ditinggali bersama.
77
penumpang.Maka, mentalitas pengemudi, sudah
selayaknya dimiliki pemimpin yang memegang
amanah besar untuk terus memperjuangkan
visinya. Sebab sekali visi goyah, ribuan orang akan
menjadi korban karena ketidakjelasan arah tujuan
sehingga dapat berakibat chaos.
Rambu Perkotaan.
79
pemimpin yang sekeras singa dalam
memperjuangkan visinya untuk menyejahterakan
seluruh warga, adalah sesuatu yang sangat
berharga untuk didukung.
80
4.3 Proses Pembangunan dan Pikiran
Apresiatif
Pembicaraan
Anda membantu
menciptakan
Masyarakat saat ini
dunia Anda. sudah sangat bosan
Berbicaralah dengan komunikasi yang
cenderung defisit
tentang
ataupun negatif. Media
kebahagiaan, masa, sering membuat
bukan pernyataan negatif
ataupun provokatif
ketidakpuasan. sebagai headlines
Berbicaralah mereka. Para
komentator politik
tentang harapan,
misalnya, terlalu sering
bukan membicarakan sisi
keputusasaan. negatif dari
partai/pemimpin yang
Biarkan kata-
menjadi objek bahasan.
kata Anda
membalut luka,
bukan
menyebabkannya (William Martin, penafsir
modern kitab Tao Te Ching). Ucapan klasik
81
tersebut tampaknya pas dengan kondisi
masyarakat Indonesia saat ini yang sering
dibombardir dengan kalimat-kalimat negatif,
ataupun pernyataan-pernyataan yang provokatif.
Masyarakat saat ini sudah sangat bosan dengan
komunikasi yang cenderung defisit ataupun
negatif. Media masa, sering membuat pernyataan
negatif ataupun provokatif sebagai headlines
mereka. Para komentator politik misalnya, terlalu
sering membicarakan sisi negatif dari
partai/pemimpin yang menjadi objek bahasan.
Keluarga-kelurga di meja makan, terlalu sering
membahas masalah kesulitan ekonomi, anak yang
tidak mau belajar, harga sayur yang
membumbung, dan lain sebagainya. Karyawan
kantor hampir selalu membahas rendahnya upah
mereka, betapa tidak adilnya bos mereka, betapa
beruntungnya kerja di perusahaan lain dan lain-
lain. Sehingga se-positif apapun kita, jika setiap
hari dibombardir seperti itu, akan sulit sekali
82
melepaskan diri dari nuansa negatif dan wacana
defisit itu (Wibowo, 2010).
Padahal,
beragam kajian
menyatakan
bahwa
Berbagai penelitian
pembicaraan kita
psikologi menyimpulkan
membantu
bahwa manusia yang
menciptakan
selalu berpikir positif,
dunia kita. Jika
hidupnya akan jauh
setiap hari kita
lebih sehat dan bahagia
selalu
dibombardir
oleh berbagai
pernyataan
negatif, seperti Bandung lautan sampah, Bandung
penuh dengan masalah sosial, gepeng memenuhi
wajah kota Bandung, bantuan sosial
diselewengkan dan lain-lain, maka secara tidak
sadar, kita akan membentuk atmospher
komunikasi yang negatif, terutama di alam bawah
83
sadar kita. Dan parahnya, nuansa ini kemudian
mempengaruhi cara kita berkomunikasi sehari-
hari. Masyarakat berpontensi akan menjadi mudah
menyalahkan daripada menghargai, mencari
kambing hitam daripada memberikan apresiasi.
Komunikasi negatif, pada gilirannya akan
membuat persepsi bahwa apa yang dilakukan
pemerintah selalu salah, tidak tepat sasaran dan
lain-lain. Hal ini dapat membawa dampak buruk,
seperti sikap apatis, penuh prasangka dan lain-
lain.
Berpikir Apresiatif
Berbagai penelitian psikologi
menyimpulkan bahwa manusia yang selalu
berpikir positif, hidupnya akan jauh lebih sehat
dan bahagia. Apa makna berpikir positif? Yaitu
membuang/mengganti pikiran/perasaaan negatif
menjadi pikiran/perasaan yang positif. Sederhana,
namun tidak selalu mudah untuk dilakukan. Saat
ini, perkembangan kajian psikologis, saat ini telah
melampui batas-batas itu. Kita, tidak lagi sekedar
84
diajak untuk berpikir positif, namun lebih jauh
lagi, yaitu berpikir apresiatif. Artinya, kita harus
apresiatif terhadap berbagai kisah/aspek
kehidupan manusia.
Apresiatif berarti menghargai, memberi
nilai tambah, mengambil pelajaran. Praktik
apresiatif akan membuat kita menjadi mahluk
yang menghargai segala sesuatunya, termasuk
menghargai hal-hal kecil di sekeliling kita. Dan,
dengan berpikir apresiatif, kita tidak hanya akan
mengubah yang negatif menjadi positif, namun
kita akan belajar menghargai apa yang sudah kita
miliki/kita capai. Kita akan terdorong untuk
melihat, apa yang sebenarnya saya miliki, atau ada
ada dibalik segala pencapaian kita (walaupun
belum maksimal) dan bukan sebaliknya, berusaha
mengorek luka lama yang menyebabkan kegagalan
kita. Berpikir apresiatif adalah meningkatkan yang
sudah ada alih-alih mengoreksi kesalahan
(Wibowo, 2010)
85
Agar menjadi lebih jelas penulis akan
mengutip tulisan dari Diana Whitney & Amanda
Trosten (dalam Hery W, 2010) tentang berpikir
apresiatif sebagai berikut: berpikir apresiatif
bukan berarti menafikan apa yang negatif. Bukan
membutakan diri terhadap kelemahan. Bukan
tidak mengakui kekurangan. Setiap orang pasti
pernah salah. Setiap keluarga pasti punya aib.
Setiap organisasi pasti pernah mengalami
kegagalan. Maka, berpikir apresiatif adalah upaya
menghargai apa yang ada pada diri kita,
mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita
lalui. Melalui berpikir apresiasi, kita diajak untuk
lebih fokus pada apa yang terbaik dari manusia
dan sistem manusia, apa yang memberi nafas pada
kehidupan. Artinya, kita selalu punya pilihan
untuk melihat sebuah kondisi, apakah dari sisi
positif atau negatif. Selanjutnya, kita juga selalu
punya pilihan, apakah ingin mengkomunikasikan
suatu pesan secara positif atau negatif.
Sapaan Kang Emil
86
Walikota Bandung saat ini, menurut hemat
penulis, telah mulai menggunakan pendekatan ini.
Beragam cara dilakukan walikota (terutama
melalui sosial media). Kang Emil, setiap hari selalu
menyapa warga Bandung dengan kalimat-kalimat
positif. Beliau selalu berusaha menghargai setiap
langkah atupun perubahan positif yang dilakukan
oleh warga Bandung. Misalnya, ucapan terima
kasih bagi pelajar yang telah memanfaatkan Damri
gratis, ucapan apresiasi bagi warga yang
berkunjung ke Braga Culinary Night, foto bersama
dengan siswa sekolah yang menggunakan baju
tradsional pada hari Rabu, berterima kasih untuk
yang tidak merokok pada hari Selasa dan lain-lain.
Baru-baru ini, walikota juga membuat baliho super
besar untuk mengucapkan rasa terima kasihnya
kepada warga bandung, yang telah menghidupkan
kembali semangat gotong royong terkait gerakan
pembuatan sejuta biopori. Tidak sampai disana,
walikota juga mengajak RT pembuat Biopori
terbanyak untuk makan malam bersama.
87
Semangat ini, kemudian juga ditularkan pada para
kepala Dinas. Upaya membangun komunikasi
apresiatif dengan warga kota Bandung,
ditindaklanjuti dengan menginstruksikan setiap
kepala Dinas memiliki akun media sosial untuk
menampung aspirasi warga.
Sungguh, menurut hemat penulis ini adalah
bentuk komunikasi apresiatif yang luar biasa
ditengah arus komunikasi negatif yang sudah
mentradisi. Mengapa? Karena setiap warga
Bandung sebenarnya selalu siap sedia untuk
bergandeng tangan membangun kota tercinta.
Warga Bandung tidak menuntut honor ataupun
bayaran pada partisipasi dan kontribusinya
mereka untuk kota ini. Namun, ucapan terima
kasih yang tulus, justru jauh lebih menyentuh
kebutuhan mendasar mereka (basic psychological
needs). Bentuk penghargaan inilah yang justru
berpotensi membuat warga ketagihan untuk
mengulangi partisipasi mereka lagi. Hebatnya,
bentuk ungkapan apresiasi terhadap apa yang
88
telah dilakukan warga ini, dilakukan hampir setiap
hari melalu berbagai media, above the line maupun
below the line, baik on-line maupuan off-line.
Sehingga kebutuhan psikologis warga kota benar-
benar dipenuhi.
Warga perkotaan dewasa ini, sudah tidak
sama dengan warga 15-25 tahun yang lalu. Kaum
intelektual sudah semakin banyak. Kelompok
berpendidikan tinggi dan berwawasan luas ini juga
semakin terasa kehadirannya dalam skema
piramida penduduk. Artinya, pola pikir mereka
juga sudah berbeda. Richard Florida, menyebut
golongan ini sebagai the creative class (yaitu
sebuah cluster tersendiri di masyarakat, yang
memiliki kemandirian ekonomi, wawasan serta
daya inovasi yang tinggi). Kelompok ini, tidak lagi
memerlukan sentuhan materi/finansial untuk
diajak bergerak ataupun berpartisipasi. Namun,
sebagai mahluk manusia, mereka membutuhkan
bentuk apresiasi yang pas untuk memenuhi basic
needs mereka.
89
Walhasil, dua kombinasi antara gaya
kepemimpinan dari Ridwal Kamil dan kondisi
psikologis warga kota Bandung, sangat
menjanjikan untuk menghasilkan Bandung Juara.
Bukan hanya juara dalam pembangunan fisik,
namun terutama dalam index of happiness. Berikut
adalah ajakan Kang Emil untuk warga tercintanya
yang disampaikan melalui facebook Jika kita tidak
bisa menjadi bagian dari solusi, setidaknya kita
bukan bagian dari masalah. Kota Bandung akan
lambat membaik jika warga tidak ikut serta dalam
mentaati peraturan. Demi Bandung yang lebih
baik, mari mentaati peraturan dengan keikhlasan,
bukan karena paksaan. Sungguh ajakan persuasif
yang menyejukkan hati, dan mendorong lidah
untuk berkata siap kang .
90
4.4 Budaya Inovasi
91
(global warning), krisis energi
(pasca berakhirnya
Kepongahan
industrialisme jor-joran yang
karena merasa
mengakibatkan pemborosan
memiliki kekayaan
energi sehingga saat ini sumber
sumber daya alam
energi semakin langka dan
yang melimpah,
mahal) dan tentunya adalah
adalah awal dari
krisis pangan.
bencana karena
Khususnya di Indonesia, dapat berujung
92
santapan yang menemani masyarakat Indonesia.
94
kekayaan sumber daya alam yang melimpah,
adalah awal dari bencana karena dapat berujung
pada sikap malas, santai dan tidak merasa perlu
untuk membangun daya saing.Maka, inilah saat
yang tepat untuk mengalihkan fokus
pembangunan pada aset intangibles.
95
Makna Inovasi
96
dalam mentransformasi input menjadi output
sedemikian rupa sehingga menciptakan
perubahan besar positif dalam perbandingan
antara nilai-nilai harga dan manfaat. Watts
Humprey menjelaskan bahwa inovasi adalah
upaya mengubah ide menjadi sesuatu yang dapat
diproduksi/pabrikasi dan dipasarkan.
97
dalam dunia Inovasi. Hasilnya kini, kedua negara
tersebut diproyeksi akan menjadi poros ekonomi
ketiga di dunia.
Kasali (2012)
Budaya Inovasi menjelaskan bahwa
values atau tata nilai
Perubahan adalah kumpulan nilai
fokus pada yang diturunkan dari
sesuatu yang
penciptaan
dipercayai (ending
inovasi, akan belief) dan
mudah dilupakan memberikan kekuatan
bila dijalankan.
dan menjadi Artinya, isu ke-inovasi-
jargon belaka jika an ini, perlu menjadi
isu yang
tidak disertai
diperbincangkan,
dengan perubahan dihayati dan dilakukan
perilaku. Maka bersama.
untuk menunjang
cita-cita
penciptaan inovasi yang lebih kontributif dan
mensejahterakan, mutlak diperlukan sebuah
98
budaya ataupun tata nilai baru (new values),
sebagai panduan bersama. Kasali (2012)
menjelaskan bahwa values atau tata nilai adalah
kumpulan nilai yang diturunkan dari sesuatu yang
dipercayai (ending belief) dan memberikan
kekuatan bila dijalankan. Artinya, isu ke-inovasi-
an ini, perlu menjadi isu yang diperbincangkan,
dihayati dan dilakukan bersama. Ketika seluruh
warga negara menghayati bersama dan berjalan
seirama, maka terciptalah apa yang disebut
dengan keunggulan inovasi (competitive inovative).
99
seluruh Indonesia perlu dilanjutkan, tentunya
dengan diseminasi hasil penelitian kepada
masyarakat.
Muscle memory
Bottom Up
101
mengakar pada kebutuhan masyarakat.Sikap
lapang dada untuk mengangkat keanekaragaman
kearifan lokal Indonesia, dapat menjadi sebuah
daya ungkit (leverage) bagi pengayaan varian
inovasi yang telah terbukti konstruktif dan
kontributif bagi masyarakat luas.sistem pengairan
sawah terasering, penyimpanan beras pada suku
badui, dan lain-lain adalah beberapa dari ribuan
inovasi tradisional yang dapat diangkat.
102
(value creator); yaitu upaya untuk menghasilkan
nilai tambah setiap saat, (3) Pemimpin (leader);
yaitu mengambil keputusan dan mengarahkan
gerakan inovasi bangsa, (4) Pencipta Kesempatan
(Oppotunity Generator); yaitu pemerintah aktif
memberikan banyak skema kesempatan untuk
pengembangan inovasi melalui berbagai jalur
seperti jalur pendidikan, UKM, individu, umum
dan lain-lain, serta (5) Pencipta kesejahteraan
(Welfare Creator); Inovasi yang diterima oleh
banyak seyogianya akan menghasilkan
keuntungan bagi penciptanya dan lingkungan
sosial sekitarnya. Sehingga, jika semua berjalan
lancar, hadirnya Direktorat Inovasi akan dapat
menjaga asa Indonesia untuk tetap berjalan
menuju cita-cita yang telah dirumuskan oleh
pendiri bangsa ini.
103
104
5.5 Pembangunan Kota Berkelanjutan7
7
Artikel ini pernah dimuat dalam rubrik Feature di Koran Pikiran
Rakyat pada hari Selasa 9 Juni 2014
105
Kisah Sedih
106
RT dan RW, masih banyak kita temui selokan air
yang penuh dengan sampah, pembangunan
perumahan yang masih mengecilkan peran
saluran pembuangan air dan lain-lain. Belum
selesai kita mengurut dada, di daerah resapan air
Dago atas, telah terkapling ratusan hektar lahan
untuk dibangun hotel, apartemen ataupun
perumahan yang berpotensi menggangu sistem
ekologis lingkungan kota Bandung. Daftar tersebut
tentu saja masih sangat panjang jika harus diurai
satu demi satu. Maka, wajar jika muncul
pertanyaan besar yaitu; sudahkah masyarakat
Bandung memandang ke arah yang sama dengan
pemerintah kota? ataukah mereka
memandang/berjalan ke arah sebaliknya? Atau,
meminjam istilah group Band Sheila on Seven
seberapa pantas beberapa tahun ke depan, Kota
Bandung (masih) menyandang gelar Capital of Asia
Africa? Pertanyaan yang lebih hiperbola mungkin
berbunyi, apakah warga siap membangun, atau
membunuh kotanya sendiri?
107
Urban Suicide
108
tidak egois dan boros
memikirkan pemenuhan Secara umum, perhatian
yang perlu dicurahkan
kebutuhan dan
pada keberlanjutan
kepentingan untuk hari pembangunan
ini saja. (Budiharjo, 2014) antara
lain mencakup
Hal ini menjadi keseimbangan ekologis
(environment),
urgen sebagai slogan
penyediaan lapangan
preventif, sebelum kota kerja (employment),
tersebut membunuh pemberdayaan
masyarakat
dirinya sendiri ataupun (empowerment),
memperpendek usianya penegakan hukum
sendiri (urban suicide). (enforcement),
pelibatan swasta
Mengingat bahwa (engagement),
fenomena membunuh kota kenyamanan warga
(enjoyment), etika
tempat hidup sendiri
pembangunan (ethics of
adalah bukan fenonema development), keadilan
baru, maka deklarasi (equity), konservasi
energi dan estetika
pembangunan
lingkungan.
berkelanjutan yang
didukung oleh puluhan
109
negara tersebut menjadi penting. Prinsip pertama
dari deklarasi lingkungan Pembangunan, Rio
tahun 1992 berbunyi human beings are the centre
of concern for sustainable development. They are
entitled to a healthy and productive life in harmony
with nature. Artinya, manusia ataupun
penduduk/warga negara merupakan aspek yang
paling krusial dalam proses pembangunan
berkelanjutan. Makna lanjutannya adalah bahwa
kepastian kesinambungan kota, bukan hanya
ditentukan oleh seberapa besar sumber daya alam
ataupun jumlah APBD-nya, namun lebih terletak
pada kualitas penduduknya.
Kota Berkelanjutan
Ukuran,
Kepadatan dan Heterogenitas, adalah kerangka
untuk mengembangkan perencanaan kota yang
113
lebih strategis dan visioner. Pemahaman tentang
konsep Strenght Based Approach, akan memandu
pengelola kota untuk melihat tiga kacamata
tersebut sebagai potensi dan sumber daya
pengembangan kota, alih-alih sumber masalah.
Keberagaman dan kepadatan jumlah penduduk
akan dapat dianggap sebuah modal (capital) dan
sumber daya (resources) penggerak pembangunan.
Konsep urbanisme gaya hidup ini, pada gilirannya,
hanya memerlukan ayunan yang tepat dari
fasilitator kota, kapan harus sangat tegas dan
kapan memberi toleransi. Ibarat praktik pola asuh
kepada anak, pihak pemerintah kota sebagai orang
tua perlu paham kapan memberikan apresiasi
yang tinggi, dan kapan saat yang tepat untuk
memberikan sanksi yang membangun.
Frekuensi Visi
114
Pada konteks kota Bandung, kita melihat
bahwa salah satu pekerjaan rumah terbesar
adalah mengedukasi
warga Bandung itu
sendiri. Bukan karena
Maka sudah
permasalahan level
seyogianya kita
pendidikan sebenarnya, selaku warga
namun lebih ke arah kota mengganti
penyamaan frekuensi kritik menjadi
dan persepsi terhadap aksi nyata, dan
visi dan misi yang telah mengganti
dicanangkan. Semakin keluhan menjadi
seragam pikiran warga sumbangan
Bandung tentang pemikiran
konsep pembangunan konstruktif
116
Hery Wibowo8
8
Penulis adalah Dosen di Departemen Kesejahteraan Sosial
UNPAD
117
seyogianya agak sulit aplikasi buku rapor tersebut
dapat menghasilkan luaran yang memuaskan.
Setidaknya, setiap individu warga perlu
mengetahui, Saya diharapkan berperilaku seperti
apa? Atau Warga yang baik/aktif, itu adalah yang
berperilaku seperti apa?
Perubahan Perilaku
118
menyenangkannya (membuatnya bahagia), dan
atau manusia akan menghilangkan perilaku yang
tidak diinginkan publik, jika diancam oleh suatu
hukuman (punishment) yang akan menimpanya,
jika ia terus mempertahankan perilaku buruknya.
Perspektif humanistik
121
terlibat dan paritispatif) akan berhasil, jika
masyarakat memandang bahwa menjadi warga
yang peduli dan kontributif, adalah sesuatu yang
dapat meningkatkan citra diri/status sosial
mereka.
122
pelaku usaha. Selanjutnya, aplikasi go-jek, (usaha
ojek melalui basis teknologi media sosial) yang
digagas Nadim Makarim juga telah berhasil
mengubah ribuan pengangguran menjadi pekerja
yang memiliki penghasilan hampir rutin. Seorang
Kepala Desa di Karang Bajo di Kaki Gunung Rinjani
Nusa Tenggara Timur, telah berhasil mengubah
warganya menjadi lebih aktif, peduli, terlibat, dan
bertanggung jawab melalui teknologi media sosial.
Lewat blog dan laman facebook, sang kepala desa
menyebarkan pesan-pesan optimisnya dan
keluhuran budi.
123
kekayaan budaya tradisional sekaligus
membangun sikap optimis dan positif. Sanggar
Waringin yang dibangun Pak Ana ditengah hiruk
pikuk terminal angkutan kota Stasiun Bandung,
sebagai contoh telah berhasil mengubah sikap
anak-anak yang dulunya lebih suka menghabiskan
waktu di terminal (ngelem, malak, minum dll)
menjadi anak-anak yang lebih suka membaca buku
dan mengaji, melalui pendekatan rumah baca dan
belajar sambil bermain.
124
penting- membawa dampak terhadap
perekonomian.
Posmodernisme Bandung
125
Hery Wibowo9
9
Dosen di Departemen Kesejahteraan Sosial UNPAD
126
pertimbangan terbaik tentang apa yang harus
dilakukan hari ini meskipun terkadang harus
melupakan nostalgia masa lalu. Prinsipnya, tradisi
tidak wajib dipertahankan, terutama jika telah
menemukan cara-cara baru untuk menghasilkan
hal-hal yang lebih baik.
127
Mari kita lihat analogi yang lain. Taman-
taman indah di kota Bandung, yang dibangun
dengan kreativitas dan estetika yang tinggi,
merupakan penyebab (antesenden) bagi hadirnya
beragam komunitas baru yang berpotensi
memberikan kontribusi bagi kota. Hadirnya
beberapa komunitas musik berprestasi misalnya
(seperti kelompok pecinta ukulele), adalah
dampak dari dibangunya taman musik. Jikapun
tidak berhubungan langsung, telah tidak terhitung
hadirnya banyak komunitas yang mengusung
aktivitas positif atas dasar seringnya mereka
kumpul bersama di taman-taman kota Bandung.
Keseriusan Bandung
Rapor Warga
129
Satu pemikiran sederhana adalah bahwa jika
pemerintah kota mengingkan perilaku warga
berubah, maka perlu dipikirkan untuk
menghadirkan faktor penyebab. Semakin menarik
faktor penyebab, semakin besar kemungkinan
terbentuk perilaku yang diharapkan. Buku Rapor, -
alih-alih dianggap sebagai sesuatu yang
menyenangkan-, mungkin dalam hal ini justru
dianggap sebagai ancaman ataupun pengawas
dari perilaku warga. Beberapa warga, mungkin
akan berpikir bahwa pemerintah terlalu otoriter,
karena membatasi dan mengatur/mengendalikan
perilaku warga.
130
memerlukan ratusan bahkan ribuan ide yang
harus bersaing untuk mendapatkan yang tempat
terbaik. Maka, isu buku rapor dan pigura post-
modernisme, adalah satu dari ribuan gagasan yang
hadir bergantian untuk menghadirkan perubahan
baru serta menggeser tradisi lama. Post-
modernisme adalah kebebasan. Maka kebebasan
berpikir, adalah pintu gerbang menuju Bandung
yang lebih baik.
Daftar Pustaka
132