Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Ukur Tanah

Secara umum ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik di permukaan. Ilmu ukur tanah merupakan
bagian dari ilmu yang dinamakan geodesi. Ilmu geodesi mempunyai 2 maksud dan tujuan yaitu :
a. Maksud ilmiah yaitu untuk mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
b. Maksud praktis yaitu ilmu yang mempelajar penggambaran dari sebagian besar atau sebagian
kecil permukaan bumi yang dianamakan peta.
Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis dari ilmu geodesi,
maksud tersebut dicapai dengan mempelajari bagaimana cara melakukan pengukuran diatas
permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak beraturan, karena adanya gunung dan lembah yang
curam. Untuk memudahkan pengukuran permukaan bumi yang tak beraturan tersebut maka
dibuatlah suatu bidang perantara. Bidang perantara tersebut adalah datar. Meski permukaan bumi
itu lengkung tapi kita anggap datar karena permukaan bumi yang akan diukur itu tidak punya
satuan yang lebih panjang dari 50 Km, biasanya yang diukur adalah hutan, jalan raya, jalan
kereta api, bendungan, saluran air, jembatan dan lain sebagainya.

2.2 Pemetaan (Surveying)


Pengertian pemetaan secara harfiah menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1987 : 859)
adalah suatu proses, cara, perbuatan membuat peta, kegiatan pemotretan yang dilakukan melalui
udara dimana dalam kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan hasil pencitraan yang baik
tentang suatu daerah. ( Yusuf, et. al, 1957 : 452).
Pengertian lain tentang pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang
berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan,
sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memilki ciri
khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat. (soekidjo,1994 : 34).

Pemetaan (Surveying) adalah penentuan lokasi titik yang terdapat diatas,pada maupun
dibawah permukaan bumi. Untuk penentuan lokasi diperlukan adanya suatu kerangka referensi,
yang direpresentasikan dengan menggunakan bench mark (alam maupun buatan manusia).
Bench mark ini digunakan sebagai titik awal pengukuran. Untuk pengukuran poligon ini Bench
mark menggunakan arak Utara sebagai titik awal.
Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan ekstraterestris. Pemetaan
terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berpangkal
di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan
menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik maupun satelit).
Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari
suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan
jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat
suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya.
2.3 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi berbasis komputer


digunakan untuk menyajikan secara digital dan menganalisa penampakan geografis yang ada dan
kejadian di permukaan bumi (Supriadi,2007).

Menurut Groot (1991) yang dikutip oleh Abidin (2007), Sistem Informasi Geografis
(SIG) adalah terjemahan dari terminologi berbahasa Inggris Geographical Information System
(Eropa) atau Geographic Information System (Amerika Utara) yang biasa disingkat GIS. Sistem
Informasi Geografis (SIG) biasanya dikaitkan dengan suatu sistem berbasis komputer yang
didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan
informasi spasial. Informasi spasial sendiri dapat didefinisikan sebagai informasi yang
mengandung, sebagai karakteristik kunci, lokasinya pada, di bawah, ataupun di atas permukaan
bumi, dimana lokasi tersebut didefinisikan dalam suatu sistem koordinasi terkait bumi.

2.3.1 Fungsi Utama Sistem Informasi Geografis (SIG)

1. Melakukan proses penyimpanan, perhitungan, dan menampilkan hubungan spasial antara


obyek.
2. Menyimpan dan memanipulasi berbagai jenis atribut dari obyek.
3. Melakukan analisis spasial.
4. Mengintegrasikan data spasial yang didapat dari berbagai sumber.

Dari perspektif pengguna, paling tidak terdapat 3 fungsi utama dari Sistem Informasi
Geografis (SIG), yaitu spatial database management system (DBMS), visualisasi dan mapping,
serta analisis spasial. Fungsi dari spatial database management system adalah meliputi
kemampuan untuk identifikasi sumber data, teknik koleksi data, serta preprocessing data dan
atribut-atributnya. Fungsi dari visualisasi dan mapping dapat dimanfaatkan setelah basisdata
spasial disiapkan dan terisi oleh data. Visualisasi dan mapping akan membuat data menjadi
tersaji dengan jelas di hadapan penggunanya (Kusumadewi, 2009).

2.4 Pengukuran Poligon

Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak. Rangkaian titik
tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik tersebut dapat dihitung dengan
data masukan yang merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak. Posisi titik-titik dilapangan
dapat ditentun dengan mengukur jarak dan sudut kearah titik kontrol. Posisi titik-titik kontrol
haruslah mempunyai ketelitian yang tinggi dan distribusinya dapat menjangkau semua titik.
Berdasarkan bentuk geometrisnya, 3olygon dapat dibedakan atas 3olygon terbuka dan 3olygon
tertutup.

2.4.1 Poligon Terbuka

Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak berimpit atau tidak
pada titik yang sama. Poligon terbuka terbagi atas:

a. Poligon Terbuka Terikat Sempurna


Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik yang tetap.

Gambar : 2.12 Poligon terbuka terikat sempurna

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk poligon terbuka terikat sempurna :


1. S + F(S)= (akhir awal) + (n-1) x 180

2. d Sin + F(X)= Xakhir Xawal

3. d Cos + F(Y)= Yakhir Yawal


Keterangan :
S : jumlah sudut
d : jumlah jarak
: azimuth
F(S): kesalahan sudut
F(X): kesalahan koordinat X
F(Y):kesalahan koordinat Y

b. Poligon Terbuka Terikat Sepihak


Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada.

Gambar : 2.13 Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Dimana :
A, n = titik tetap1,2..,n = titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1,S2,..,Sn = sudut = azimuth awal
DA1,DA2= jarak antar titik
Pada poligon jenis ini hanya dapat dilakukan koreksi sudut saja dengan persyaratangeometris,
sebagai berikut:
S + F(S)= (akhir awal) + n x 180
Keterangan :
akhir = azimuth akhir
awal = azimuth awal
S = jumlah sudut
F(S) = kesalahan sudut
c. Poligon Terbuka Sempurna
Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap. Pada poligon ini juga hanya dapat dilakukan
koreksi sudut dengan menggunakan persamaan (2.21) dan tanpa ada pengikat titik.

Gambar : 2.14 Poligon Terbuka Sempurna

Keterangan :
D12,D23,.., = jarak antar titik
S2,S3,.., = sudut
12 = azimuth awal

d. Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth


Pada prinsipnya poligon terbuka dua azimuth sama dengan poligon terbuka terikat sepihak hanya
saja pada titik awal dan titik akhir diadakan pengamatan azimuth sehingga koreksi siditnya
sebagai berikut :
S + F(S)= [(akhir awal) + n] x 180
Keterangan :
akhir = azimuth akhir
awal = azimuth awal
S = jumlah sudut

e. Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat


Poligon terbuka terikat dua koordinat merupakan poligon yang titik awal dan titik akhirnya
berada pada titik tetap. Pada poligon ini hanya terdapat koreksi jarak sebagai berikut:
d sin = jumlah X/jumlah Y
X/Yakhir = koordinat X/Yakhir
X/Yawal = koordinat X/Yawal
Gambar : 2.16 Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat

Keterangan :
A(XA;Y) = koordinat awal
DA1, D12 = jarak pengukuran antara titik
B(XB;YB)= koordinat akhir
S1,S2.. = sudut

2.4.2 Poligon Tertutup

Poligon tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir saling berimpit atau pada
posisi yang sama atau saling bertemu. Pada poligon tertutup ini secara geometris bentuk
rangkaian poligon tertutup bila memiliki dua titik tetap biasa dinamakan dengan poligon tertutup
terikat sempurna.

Poligon Tertutup
Keterangan:

1, 2, 3, ..., n : titik kontrol poligon


D12, D23,..., Dn1 : jarak pengukuran sisi poligon
S1, S2, S3, ..., Sn : sudut
Syarat geometris dari poligon tertutup sebagai berikut.

1. = ( n 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )


2. = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
3. + () = ( n 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )
4. + () = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
5. ( D . sin ) = X = 0
6. ( D . cos ) = Y = 0
7. ( D . sin ) + (x) = 0
8. ( D . cos ) + (y) = 0

Keterangan:
: Jumlah sudut
d Sin : Jumlah x
d Cos : Jumlah y
X : Jumlah selisih absis ( X )
Y: Jumlah selisih ordinat ( Y )
f() : Kesalahan sudut
f(x) : Kesalahan koordinat X
f(y) : Kesalahan koordinat Y
n : Jumlah titik pengukuran
D : Jarak / sisi poligon
: Azimuth

Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut :

a. Menghitung jumlah sudut

= hasil pengukuran - ( n - 2 ).180

Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat dilanjutkan tetapi jika
selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan dilakukan cek lapangan atau pengukuran
ulang.

b. Mengitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( ki )



=

Jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+), begitu juga
sebaliknya.

c. Menghitung sudut terkoreksi

= 1 + 1

d. Menghitung azimuth sisi poligon ()


Misal diketahui azimuth awal (1-2 )

2-3 = 1-2 + 180 - 2 ( untuk sudut dalam )


2-3 = 1-2 - 180 + 2 ( untuk sudut luar )

Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360, maka :

2-3 = ( 1-2 + 180 - 2 ) - 360

Apabila azimuth kurang dari 0, maka :

2-3 = ( 1-2 + 180 - 2 ) +


360

e. Menghitung selisih absis dan selisih ordinat ( X dan Y )

X1-2 = d1-2 . sin 1-2


Y1-2 = d1-2 . cos 1-2

f. Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( kXi dan kYi )
kXi = ( di / d ) . X
kYi = ( di / d ) . Y

Dalam hal ini X = X dan Y = Y. Jika kesalahan absis dan ordinat bertanda
negatif (-) maka koreksinya positif (+) begitu juga sebaliknya.

g. Menghitung selisih absis ( X ) dan ordinat ( Y ) terkoreksi


Koordinat ( X,Y )
X1-2 = X1-2 + k X1-2 Misal diketahui koordinat awal ( X1 , Y1 ) maka :
X2 = X1 + X1-2
Y1-2 = Y1-2 + k Y1-2 Y2 = Y1 + Y1-2
Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan koordinat awal maka
perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika koordinat akhir tidak sama dengan
koordinat awal maka perhitungan tersebut dinyatakan salah karena titik awal dan titik akhir
poligon tertutup adalah sama atau kembali ketitik semula.

a. Untuk mengukur koordinat sementara semua titik polygon

Xn = Xn-1 + d Sin n-1.n Yn = Yn-1 + d Cos n-1.n

Keterangan:
Xn, Yn: koordinat titik n
Xn-1, Yn-1: koordinat titik n-1

b. Untuk mengukur koordinat terkoreksi dari semua titik polygon

Xn = Xn-1.n + dn Sin n-1.n + (dn / d) x f(x)

Yn = Yn-1.n + d Cos n-1.n + (dn / d) x f(y)

Keterangan:
n : Nomor titik
Xn, Yn: Koordinat terkoreksi titik n
Xn-1.n, Yn-1.n: Koordinat titik ke n-1
dn: Jarak sisi titik n-1 ke n
n-1.n: Azimuth sisi n-1 ke n

c. Untuk mengukur ketelitian polygon

f(d) = ()2 + ()2


=
()

Keterangan:
f(d) : Kesalahan jarak
f(x) : Kesalahan linier absis
f(y) : Kesalahan linier ordinat
d : Jumlah jarak
K : Ketelitian linier
d. Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka :
Syarat sudut :

Syarat absis :

Syarat ordinat :

e. Untuk poligon tertutup yang diukur sudut luarnya maka :


Syarat sudut :

Syarat absis

Syarat ordinat
Toleransi Pengukuran

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon:


i. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi

() Di mana:
= +
S : Sudut terkoreksi
S : Sudut ukuran

ii. Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan semua sudut titik
hasil koreksi (S):

a) Urutan hitungan azimuth sisi poligon searah jarum jam

n.n+1 = (n-1.n +180)


n.n+1 = (n-1.n + ) 180

b) Urutan hitungan azimuth sisi poligon berlawanan arah jarum jam


Di mana:
n.n+1 = (n-1.n + ) 180 n : Nomor titik
n.n+1 = (n-1.n +180) n.n+1: Azimuth sisi n ke n+1
n-1.n: Azimuth sisi n-1 ke n
2.5 Pengukuran Detail Situasi
Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang
mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal secara bersama-sama dalam suatu
gambar peta. Titik-titik detail situasi dapat dibedakan atas titik detail buatan seperti gedung,
jembatan, jalan, parit, dan sebagainya, serta titik detail alam seperti pohon, sungai, gunung, dan
bentuk alam lainnya. Pengukuran situasi adalah serangkaian pengukuran suatu daerah dengan
cara menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam jumlah yang
cukup sehingga dapat mewakili atau menggambarkan daerah tersebut dan seisinya secara jelas
mungkin dengan skala tertentu.
Tujuan Pemetaan situasi dan detail yaitu untuk memindahkan bayangan dari sebagian
atau seluruh permukaan bumi yang tidak teratur ke dalam suatu bidang datar yang dinamakan
peta. Peta ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan tata ruang wilayah tersebut
seperti perencanaan tata ruang pertanian.
Adapun kegunaan dari pemetaan detail dan situasi adalah :
1. Menggambarkan keadaan dari suatu wilayah atau daerah
2. Dapat mengetahui perkiraan luas suatu daerah atau wilayah
3. Dapat menentukan jarak, arah, beda tinggi dan kemiringan dari suatu tempat ke tempat yang
lain
4. Dapat menentukan posisi horizontal dan vertikal secara bersamaan dalam suatu peta

2.5.1 Langkah langkah Pengukuran Detail Situasi

Untuk melakukan pengukuran titik-titik detail dilakukan tahapan sebagai berikut


1. Letakkkan alat theodolith kompas dititik-titik kerangka/ikat/referensi
2. Atur alat theodolit sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada umumnya
3. Ukur tinggi alat, Tinggi alat adalah jarak antara pusat sumbu mendatar dengan permukaan
paku pada patok atau pilar
4. Bidik rambu yang diletakkan pada titik yang akan diletakkan pada titik yang akan dibidik
5. Baca benang tengah, benang atas, benang bawah, sudut miring, sudut azimuth /sudut
horizontalnya
6. Ukur tinggi patok yang ada
7. Detail yang perlu dibidik adalah :
a. Bangunan (sudut bangunan)
b. Jalan (Tepi jalan)
c. Sungai
d. Tanaman/sawah/tegalan (batas-batasnya)
e. Pagar
f. Saluran/parit/gorong-gorong jembatan
g. Pilar beton /titik-titik referensi
h. Titik-titik di atas perukaan tanah yang mempunyai relief yang berbeda (disesuaikan dengan
skala yang digunakan)
8. Pengukuran titik-titik detail dilakukan searah jarum jam dan dibuat sketct pengukuran yaitu
meliputi nomor titik, tanda, perkiraan garis kontur dan sebagainya
9. Data ditulis pada buku ukur atau form detail situasi
10. Cari koreksi Boussole :
Koreksi Bossoule = Azimuth Geografi Azimuth Magnetis
11. Setelah data-data dari titik satu selesai pindahkan alat ke titik yang lain, demikian seterusnya
Untuk penyajian gambar peta situasi tersebut perlu dilakukan pengukuran sebagai berikut
a. Pengukuran titik fundamental (x0, y0, h0, dan A0)
b. Pengukuran kerangka horizontal (sudut dan jarak )
c. Pengukuran kerangka tinggi
d. Pengukuran titik detail ( arah, beda tinggi, dan jarak terhadap titik detail yang dipilih sesuai
dengan skalanya)
Maksud dari pengukuran detail situasi adalah untuk memberikan data topografi diatas
peta sehingga diperoleh bayangan atau informasi dari reliesf bumi. Kelengkungan dan ketelitian
data topografi tersebut sangat tergantung dari kerapatan titik detail yang dikukur. Untuk
mengukur titik detail yang lengkap dan efisien, maka harus dipahami maksud dan kegunaan peta
yang akan dibuat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur secara detail adalah segala benda atau
bangunan yang terdapat di areal yang sipetkan akan menambah kelengkapan data pada peta
tersebut.
2.5.2 Prinsip Kerja Detail Situasi
Pada dasarnya prinsip kerja yang dilperlukan untuk pemetaan suatu daerah selalu
dilakuakn dalam dua tahapan, yaitu :
1. Penyelenggaraan kerangka dasar sebagai usaha dalam penyebaran titik ikat
2. Pengambilan data titik detail yang merupakan wakil gambaran fisisk bumi yang akan muncul
di petanya
Kedua proses ini diakhiri dengan tahapan penggambaran dan kontur.
Untuk pemetaan diperlukan nya kerangka dasar. Kerangka dasar adalah sejumlah titik
yang diketahui koordinatnya dalam system terentu yang mempunyai fungsi sebagai pengikat dan
pengontrol ukuran baru. Titik-titik kerangka dasar harus ditempatkan menyebar merata diseluruh
daerah yang akan dipetakan dengan kerpatan tertentu. Dalam pengukuran untuk pembuatan peta
ada dua jenis kerangka dasar yaitu kerangka dasar vertikal (Z) dan kerangka dasar horizontal
(x,y)
Pada saat pengukuran di lapangan, data yang diambil untuk pengukuran detail adalah :
1.Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan
2. Jarak optis atau jarak datar antara titik kerangka dan titik detail
3. Sedut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang bersangkutan, atau sudut jurusan
magnetis dari arah titik detail yang bersangkutan

Pada pengukuran detail menggunakan theodolite , rumus perhitungan jarak yaitu :


Jarak =0,1 (BA-BB) sin2v
Sementara rumus perhitungan beda tinggi yaitu :
h = (50 (BA-BB) x (sin 2v) + (tinggi alat BT)
1000
Perhitungan Elefasi menggunakan rumus :
E = h0 h
Keterangan :
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
BT = Benang Tengah
v = sudut vertikal
2.6 Pengukuran Sipat Datar Profil

Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi
rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun
melintang.

Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya


permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian dari masing-
masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan
kereta api, irigasi jalur pipa dan lain-lain, seperti dalam:

1. Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.


2. Menghitung volume pekerjaan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.

Pengukuran profil umumnya dibedakan atas profil memanjang searah dengan sumbu
proyek dan profil melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu proyek pada interval
jarak yang tertentu. (Basuki, S. 2006)

Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil
memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya
dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang
maupun melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas
terlihat. (Nurjati, 2004 )

2.6.1 Profil Melintang

Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat
datar profil memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran
kearah samping kiri dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan
dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi
yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh
pada titik B) maka potongan diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu
dibuatkan 2 buah potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan
arah belokan selanjutnya.

Gambar 2.4 Arah Potongan


Melintang
Cara Pengukuran :

1. Tempatkan alat di atas titik A.


2. Lakukan centering.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.
6. Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik relief.
8. Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.

2.6.2 Profil Memanjang


Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat
datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat
datar profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai berikut :
Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan dilakukan
pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.
Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.
Cara Pengukuran :

Alat di Atas Titik.

Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik

1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).


2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi AB,
untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+HA1

H2 = HA+HA2

Hn = HA+HAn

2.7 Theodolit

Theodolite adalah salah satu alat ukur pemetaan yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki
sudut mendatar saja. Di dalam theodolite sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).

Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam
survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga
memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan
kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut
vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
(Farrington 1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan
atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan
ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan
dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997).
Instrumen pertama lebih seperti alat survei theodolite benar adalah kemungkinan yang
dibangun oleh Joshua Habermel di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod.
Alat survei theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787 dengan
diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survei theodolite besar yang terkenal, yang dia buat
menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri.
Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolite sering
digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
vertikalnya dibuat 90.
Dengan adanya teropong pada theodolite, maka theodolite dapat dibidikkan kesegala arah.
Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolite sering digunakan untuk menentukan sudut
siku-siku pada perencanaan atau pekerjaan pondasi, theodolite juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

2.7.1 Bagian dan Fungsi Theodolit

Sumber : Balai Diklat Tambang


Mechanical Theodolit
Bagian theodolite dan fungsinya
Fokus benang : Mengatur kefokusan benang
Fokus bidik : Memfokuskan bidikan
Lensa pengatur cahaya : Penerus cahaya agar bayangan terlihat jelas
Front sight : Alat pembidik bagian depan
Inverter knob : Menunjukan sudut azimuth
Sekrup penggerak halus horizontal : Menggerakan theodolite
Sekrup sentering : Mengatur kedudukan theodolite agar tepat di atas titik patok
Lensa titik patok : Melihat titik patokannya
Nivo bulat : Indikator penunjuk kedataran
Sekrup pengerak halus vertikal : Menggerakan theodolite secara halus dengan arah
horisontal
Sekrup pengunci vertikal : Mengunci agar benda tidak bergerak secara vertikal.
2.8 Waterpass

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan
garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang
vertical.

Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut


dengan Levelling atauWaterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan tiggi suatu
titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system referensi atau bidang acuan.

Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-rata
atauMean sea Level (MSL) atau system referensi lain yang dipilih.Sistem referensi ini
mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan
sebagainya. Namun demikian masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan system
referinsi.

Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu tidak selalu
harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan dengan titik-
titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi oengukuran. Titik-titik tersebut umumnya telah
diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z) yang disebut Banch Mark (BM). Banch
mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan) dan kokoh dipermukaan bumi yang
berbentuk tugu atau patok beton sehingga terlindung dari faktor-faktor pengrusakan.

Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk kepentingan proyek-
proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth Work) misalnya untuk menghitung
volume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya pengukuran sipat datar profil memanjang
(Long section) dan sipat datar profil melintang (Cross section).

Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat ketelitian sesuai
dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada setiap pengukuran akan
selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi
kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan.Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di
dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.
2.8.1 Bagian dan Fungsi Waterpass

Bagian dari alat ini adalah

1. Sekrup A, B, C adalah sekrup yang digunakan untuk menyetting nivo kotak agar gelembung

tepat ditengah lingkaran

2. Cermin yaitu komponen dari waterpass yang berfungsi untuk melihat kedudukan gelembung

udara pada nivo pada saat bersamaan membidik rambu.

3. Sekrup penggerak halus horizontal yaitu sekrup yang digunakan untuk memutar alat ke arah

horizontal secara halus.

4. Sekrup pengatur fokus adalah sekrup yang digunakan untuk mengatur fokus objek sehingga

terlihat dengan jelas. Kurang lebih sama dengan fokus pada kamera DSLR

5. Optical alignment Index yaitu digunakan untuk acuan pengukuran tinggi alat ke tanah

6. Lensa objektif yaitu lensa yang digunakan untuk menangkap objek.

7. Lensa okuler yaitu lensa yang digunakan untuk melihat objek yang terletak didepan

8. mata pembidik.

Anda mungkin juga menyukai