TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik di permukaan. Ilmu ukur tanah merupakan
bagian dari ilmu yang dinamakan geodesi. Ilmu geodesi mempunyai 2 maksud dan tujuan yaitu :
a. Maksud ilmiah yaitu untuk mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
b. Maksud praktis yaitu ilmu yang mempelajar penggambaran dari sebagian besar atau sebagian
kecil permukaan bumi yang dianamakan peta.
Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis dari ilmu geodesi,
maksud tersebut dicapai dengan mempelajari bagaimana cara melakukan pengukuran diatas
permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak beraturan, karena adanya gunung dan lembah yang
curam. Untuk memudahkan pengukuran permukaan bumi yang tak beraturan tersebut maka
dibuatlah suatu bidang perantara. Bidang perantara tersebut adalah datar. Meski permukaan bumi
itu lengkung tapi kita anggap datar karena permukaan bumi yang akan diukur itu tidak punya
satuan yang lebih panjang dari 50 Km, biasanya yang diukur adalah hutan, jalan raya, jalan
kereta api, bendungan, saluran air, jembatan dan lain sebagainya.
Pemetaan (Surveying) adalah penentuan lokasi titik yang terdapat diatas,pada maupun
dibawah permukaan bumi. Untuk penentuan lokasi diperlukan adanya suatu kerangka referensi,
yang direpresentasikan dengan menggunakan bench mark (alam maupun buatan manusia).
Bench mark ini digunakan sebagai titik awal pengukuran. Untuk pengukuran poligon ini Bench
mark menggunakan arak Utara sebagai titik awal.
Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan ekstraterestris. Pemetaan
terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berpangkal
di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan
menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik maupun satelit).
Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari
suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan
jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat
suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya.
2.3 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Groot (1991) yang dikutip oleh Abidin (2007), Sistem Informasi Geografis
(SIG) adalah terjemahan dari terminologi berbahasa Inggris Geographical Information System
(Eropa) atau Geographic Information System (Amerika Utara) yang biasa disingkat GIS. Sistem
Informasi Geografis (SIG) biasanya dikaitkan dengan suatu sistem berbasis komputer yang
didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan
informasi spasial. Informasi spasial sendiri dapat didefinisikan sebagai informasi yang
mengandung, sebagai karakteristik kunci, lokasinya pada, di bawah, ataupun di atas permukaan
bumi, dimana lokasi tersebut didefinisikan dalam suatu sistem koordinasi terkait bumi.
Dari perspektif pengguna, paling tidak terdapat 3 fungsi utama dari Sistem Informasi
Geografis (SIG), yaitu spatial database management system (DBMS), visualisasi dan mapping,
serta analisis spasial. Fungsi dari spatial database management system adalah meliputi
kemampuan untuk identifikasi sumber data, teknik koleksi data, serta preprocessing data dan
atribut-atributnya. Fungsi dari visualisasi dan mapping dapat dimanfaatkan setelah basisdata
spasial disiapkan dan terisi oleh data. Visualisasi dan mapping akan membuat data menjadi
tersaji dengan jelas di hadapan penggunanya (Kusumadewi, 2009).
Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak. Rangkaian titik
tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik tersebut dapat dihitung dengan
data masukan yang merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak. Posisi titik-titik dilapangan
dapat ditentun dengan mengukur jarak dan sudut kearah titik kontrol. Posisi titik-titik kontrol
haruslah mempunyai ketelitian yang tinggi dan distribusinya dapat menjangkau semua titik.
Berdasarkan bentuk geometrisnya, 3olygon dapat dibedakan atas 3olygon terbuka dan 3olygon
tertutup.
Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak berimpit atau tidak
pada titik yang sama. Poligon terbuka terbagi atas:
Dimana :
A, n = titik tetap1,2..,n = titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1,S2,..,Sn = sudut = azimuth awal
DA1,DA2= jarak antar titik
Pada poligon jenis ini hanya dapat dilakukan koreksi sudut saja dengan persyaratangeometris,
sebagai berikut:
S + F(S)= (akhir awal) + n x 180
Keterangan :
akhir = azimuth akhir
awal = azimuth awal
S = jumlah sudut
F(S) = kesalahan sudut
c. Poligon Terbuka Sempurna
Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap. Pada poligon ini juga hanya dapat dilakukan
koreksi sudut dengan menggunakan persamaan (2.21) dan tanpa ada pengikat titik.
Keterangan :
D12,D23,.., = jarak antar titik
S2,S3,.., = sudut
12 = azimuth awal
Keterangan :
A(XA;Y) = koordinat awal
DA1, D12 = jarak pengukuran antara titik
B(XB;YB)= koordinat akhir
S1,S2.. = sudut
Poligon tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir saling berimpit atau pada
posisi yang sama atau saling bertemu. Pada poligon tertutup ini secara geometris bentuk
rangkaian poligon tertutup bila memiliki dua titik tetap biasa dinamakan dengan poligon tertutup
terikat sempurna.
Poligon Tertutup
Keterangan:
Keterangan:
: Jumlah sudut
d Sin : Jumlah x
d Cos : Jumlah y
X : Jumlah selisih absis ( X )
Y: Jumlah selisih ordinat ( Y )
f() : Kesalahan sudut
f(x) : Kesalahan koordinat X
f(y) : Kesalahan koordinat Y
n : Jumlah titik pengukuran
D : Jarak / sisi poligon
: Azimuth
Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut :
Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat dilanjutkan tetapi jika
selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan dilakukan cek lapangan atau pengukuran
ulang.
= 1 + 1
f. Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( kXi dan kYi )
kXi = ( di / d ) . X
kYi = ( di / d ) . Y
Dalam hal ini X = X dan Y = Y. Jika kesalahan absis dan ordinat bertanda
negatif (-) maka koreksinya positif (+) begitu juga sebaliknya.
Keterangan:
Xn, Yn: koordinat titik n
Xn-1, Yn-1: koordinat titik n-1
Keterangan:
n : Nomor titik
Xn, Yn: Koordinat terkoreksi titik n
Xn-1.n, Yn-1.n: Koordinat titik ke n-1
dn: Jarak sisi titik n-1 ke n
n-1.n: Azimuth sisi n-1 ke n
Keterangan:
f(d) : Kesalahan jarak
f(x) : Kesalahan linier absis
f(y) : Kesalahan linier ordinat
d : Jumlah jarak
K : Ketelitian linier
d. Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka :
Syarat sudut :
Syarat absis :
Syarat ordinat :
Syarat absis
Syarat ordinat
Toleransi Pengukuran
() Di mana:
= +
S : Sudut terkoreksi
S : Sudut ukuran
ii. Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan semua sudut titik
hasil koreksi (S):
Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi
rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun
melintang.
Pengukuran profil umumnya dibedakan atas profil memanjang searah dengan sumbu
proyek dan profil melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu proyek pada interval
jarak yang tertentu. (Basuki, S. 2006)
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil
memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya
dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang
maupun melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas
terlihat. (Nurjati, 2004 )
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat
datar profil memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran
kearah samping kiri dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan
dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi
yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh
pada titik B) maka potongan diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu
dibuatkan 2 buah potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan
arah belokan selanjutnya.
H2 = HA+HA2
Hn = HA+HAn
2.7 Theodolit
Theodolite adalah salah satu alat ukur pemetaan yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki
sudut mendatar saja. Di dalam theodolite sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam
survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga
memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan
kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut
vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
(Farrington 1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan
atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan
ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan
dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997).
Instrumen pertama lebih seperti alat survei theodolite benar adalah kemungkinan yang
dibangun oleh Joshua Habermel di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod.
Alat survei theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787 dengan
diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survei theodolite besar yang terkenal, yang dia buat
menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri.
Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolite sering
digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
vertikalnya dibuat 90.
Dengan adanya teropong pada theodolite, maka theodolite dapat dibidikkan kesegala arah.
Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolite sering digunakan untuk menentukan sudut
siku-siku pada perencanaan atau pekerjaan pondasi, theodolite juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan
garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang
vertical.
Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-rata
atauMean sea Level (MSL) atau system referensi lain yang dipilih.Sistem referensi ini
mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan
sebagainya. Namun demikian masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan system
referinsi.
Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu tidak selalu
harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan dengan titik-
titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi oengukuran. Titik-titik tersebut umumnya telah
diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z) yang disebut Banch Mark (BM). Banch
mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan) dan kokoh dipermukaan bumi yang
berbentuk tugu atau patok beton sehingga terlindung dari faktor-faktor pengrusakan.
Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk kepentingan proyek-
proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth Work) misalnya untuk menghitung
volume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya pengukuran sipat datar profil memanjang
(Long section) dan sipat datar profil melintang (Cross section).
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat ketelitian sesuai
dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada setiap pengukuran akan
selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi
kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan.Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di
dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.
2.8.1 Bagian dan Fungsi Waterpass
1. Sekrup A, B, C adalah sekrup yang digunakan untuk menyetting nivo kotak agar gelembung
2. Cermin yaitu komponen dari waterpass yang berfungsi untuk melihat kedudukan gelembung
3. Sekrup penggerak halus horizontal yaitu sekrup yang digunakan untuk memutar alat ke arah
4. Sekrup pengatur fokus adalah sekrup yang digunakan untuk mengatur fokus objek sehingga
terlihat dengan jelas. Kurang lebih sama dengan fokus pada kamera DSLR
5. Optical alignment Index yaitu digunakan untuk acuan pengukuran tinggi alat ke tanah
7. Lensa okuler yaitu lensa yang digunakan untuk melihat objek yang terletak didepan
8. mata pembidik.