Anda di halaman 1dari 11

Peranan dan Fungsi Hutan Bakau (Mangrove) dalam Ekosistem Pesisir

Januari 27, 2009 oleh plantus

08/03/04 Lain-lain: Artikel-dkp.go.id

Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh
beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut
pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah
dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah
yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses
bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir
di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti
sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara
timbal balik (Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elmen dalam ekosistem memiliki peran dan
fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya
(daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan.
Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas
lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Menurut Davis, Claridge dan Natarina (1995), hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai
berikut :
1. Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup
disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat
mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia
(Limnodrumus semipalmatus)
2. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami
dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.
3. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur.
Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air,
karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau,
kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan.
Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai
sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan
lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies
tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
6. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang
dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ
meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain
yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan
bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena
pemindahan pasir dan lumpur.
7. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling
efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
8. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis
satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
9. Rekreasi dan pariwisata
H utan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang
ada di dalamnya.
10. Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang
yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
11. Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses
ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
12. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam
bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan
melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru
mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan
bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
13. Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan
tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
14. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi
berkembangnya kondisi alam.
Hutan Mangrove dan Perikanan
Dalam tinjauan siklus biomassa, hutan mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap

ekosistem air, menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan, tempat

kawin/pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove

adalah dalam bentuk partikel bahan organik (detritus) yang dihasilkan dari dekomposisi serasah

mangrove (seperti daun, ranting dan bunga). Selama proses dekomposisi, serasah mangrove

berangsur-angsur meningkat kadar proteinnya dan berfungsi sebagai sumber makanan bagi

berbagai organisme pemakan deposit seperti moluska, kepiting dang cacing polychaeta. Konsumen

primer ini menjadi makanan bagi konsumen tingkat dua, biasanya didominasi oleh ikan-ikan buas

berukuran kecil selanjutnya dimakan oleh juvenil ikan predator besar yang membentuk konsumen

tingkat tiga Singkatnya, hutan mangrove berperan penting dalam menyediakan habitat bagi aneka

ragamjenis-jenis komoditi penting perikanan baik dalam keseluruhan maupun sebagian dari siklus

hidupnya.

https://anekaplanta.wordpress.com/2009/01/27/peranan-dan-fungsi-hutan-bakau-mangrove-
dalam-ekosistem-pesisir/
Mengapa Ekosistem Pesisir Penting?
Ekosistem pesisir bagi kawasan desa pesisir dirasa penting karena :

Dapat sebagai tempat tinggal terumbu karang, yang nantinya dapat melindungi masyarakat pesisir dari
badai dan juga bencana tsunami.
Mangrove memiliki nilai ekonomis dan mempunyai nilai strategis yang mampu mendukung industri
utama seperti usaha perikanan dan pariwisata.
Pantai dengan hutan bakau adalah kawasan pesisir yang merupakan habitat alami hutan bakau
(mangrove) yang berfungsi memberikan perlindungan pada perikehidupan pantai dan lautan.
Melestarikan keberadaan hutan bakau mangrove sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat
berkembang biaknya pelindung pantai air laut serta pelindung usaha budidaya di belakangnya. Selain itu,
juga dapat menghemat biaya pemulihan dan bantuan bencana internasional pasca bencana.
Apa Keterkaitanya dengan perkembangan wilayah?
Keterkaitannya sangat banyak, karena lebih dari 42 daerah Kota dan 181 Kabupaten Indonesia berada di
pesisir. Apabila ditangani dengan dan pemanfaatan tepat guna, maka pesisir pun mampu menunjang
perekonomian daerah bahkan nasional. Seperti menurut data 1989 pada BPS bahwa kontribusi pesisir
terhadap PDB sebesar 24%. Selain itu, adanya cadangan sumber daya masa depan dikawasan pesisir, juga
mampu menunjang perkembangan wilayah.

Agar Mangrove dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis perlu dilakukan beberapa tahap mulai dari
analisis eksisting desa baik kondisi fisik atau sosial, analisis fungsi mangrove, penentuan Neraca Sumber
Daya Mangrove yaitu dengan menentukan kesesuaian lahan yang mendukung untuk tempat tumbuhnya
mangrove, hingga penentuan nilai ekonomi/ jual dari tanaman mangrove seperti pada bagan berikut :

Analisis eksisting desa pesisir dilakukan dengan mengamati kondisi alam di sekitar pantai seperti ketinggian,
jenis tanah, iklim, dan guna lahan. Guna lahan daerah pedesaan umumnya masih didominasi oleh
penggunaan sektor prime yaitu sawah dan tambak. Sedangkan untuk kawasan mangrove masih sangat kecil
presentasinya. Dilihat dari eksisting sosial budayanya, kawasan pesisir umumnya banyak ditinggali oleh
masyarakat dengan golongan pra sejahtera hingga sejahtera dengan mata pencaharian sebagai nelayan. Dari
hasil pengamatan eksisting, diketahui bahwa rata rata kawasan pesisir masih kurang dikembangkan
sehingga perlu adanya alternatif lainnya yang bisa dikembangkan untuk peningkatkan pendapatan desa
seperti pemanfaatan hutan mangrove yang cenderung tidak dihiraukan dan tumbuh begitu saja.

Untuk menentukan nilai dan biaya dari hasil pemanfaatan hutan mangrove, dapat dihitung dengan beberapa
metode berikut :

Perhitungan NSDA Mangrove


Metode ini dilakukan untuk menghitung potensi sumber daya mangrove yang bisa didapatkan dari
pemanfaatan optimal seluruh luas lahan mangrove. Dari perhitungan ini dapat diketahui potensi profit yang
bisa didapatkan jika pemanfaatan hutan mangrove dilakukan optimal.

Hutan Mangrove sebagai Produsen Kayu


Metode ini digunakan untuk menghitung keuntungan yang didapat dari pemanfaatan produksi kayu
mangrove.
Hutan Mangrove sebagai Pelindung Abrasi
Perhitungan ini dilakukan untuk menentukan nilai mangrove sebagai pelindung dari abrasi. Apakah akan
mampu menahan resiko abrasi dan rob/air pasang atau tidak tergantung pada pemanfaatan mangrove itu
sendiri.

Sebagai contoh perhitungan, sebuah desa pesisir dengan luas 5601 ha dengan luas pesisir 1507 ha dan luas
hutan mangrove eksisting 569 ha.

Sumber Daya Lahan Hutan Cadangan Fisik Sumber Daya Hut


Potensi Lahan Pesisir (ha)
Mangrove Eksisting (ha) Mangrove (ha)
1.507 569 983
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa masih terdapat cadangan sumber daya hutan mangrove yang berasal
dari luas lahannya. Sehingga sumber daya hutan mangrove masih dapat dioptimalkan untuk nilai ekonomi
maupun ekologis.

Dari segi ekonomis, perhitungannya dapat dilakukan berdasarkan rumus diatas. Jika dari luas eksisting hutan
mangrove yaitu 569 ha, ditemukan Hutan Mangrove utuh seluas 258 ha atau 45,34% dan 311 ha atau 54,65%
yang tidak utuh. Dengan produksi tahun 2014 sebanyak 21 kayu/hektar. Maka, nilai ekonomis kayu
mangrove sebagai berikut :

Hutan Mangrove utuh (45,34% 258 x 21 5418

Hutan Mangrove tidak utuh (54,65%) 311 x 21 x 0,25 1632,75

Jumlah 7050,75
Standar Nilai jual kayu sebesar Rp. 81.600/m3. Nilai total kayu mangrove untuk lahan eksisting diperkirakan
sebesar 7.050,75 x 81.600 = Rp. 575.341.200. Dari perhitungan tersebut didapat potensi sumber daya
moneter Mangrove adalah Rp. 2.582.395.200. Yang artinya desa tersebut memiliki cadangan potensi
produksi Hutan Mangrove sebesar Rp. 2.007.054.000. Dengan jumlah cadangan yang cukup besar,
pemanfaatan potensi lahan pesisir masih dapat ditingkatkan untuk pengoptimalan produksi Mangrove.
Apakah pentingnya Mangrove?
Hutan mangrove dapat melindungi tambak perairan ikan dan ekosistem laut yang dikelola oleh
masyarakat.
Melindungi dari resiko bencana rob, abrasi, bahkan tsunami. Abrasi mengakibatkan banyak masalah
seperti hilangnya lahan permukiman, tambak dan bahkan mata pencaharian utama penduduk tersebut
yang nanti berimbas pada tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir.
Warga atau para nelayan yang ada di kawasan pesisir, bisa mencicil kehidupannya atau menyokong
kebutuhan hidupnya dengan membuat industri kecil gula dari kayu bakar mangrove.
Selain bisa memproduksi kayu, mangrove juga menciptakan lapangan kerja untuk penambak udang dan
kepiting.
Mangrove memiliki perakaran kokoh sehingga dapat meredam gelombang dan menahan sedimen, yang
artinya dapat bertindak sebagai pembentuk lahan (lahan cruiser).
Batang mangrove dapat melindungi permukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi
air laut.
Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan desa pesisir setidaknya harus mampu mengakomodasi tiga hal pokok yaitu mitigasi
bencana, pengembangan perekonomian pesisir, dan perlindungan ekosistem. Berikut beberapa rekomendasi
strategi pengelolaan hutan Mangrove :

Hutan mangrove digunakan sebagai benteng alami untuk mengurangi dampak abrasi dan hal itu juga
masih belum dapat optimal. Maka dapat direncanakan pembuatan Buffer Zone sebagai rencana
penghalang bencana.
Pohon Mangrove juga dapat diolah menjadi bahan produksi yang dapat dijual seperti bahan
makanan, snack, minuman, atau kerajinan.
Dilakukan pelatihan kepada masyarakat dalam pengolahan kayu Mangrove menjadi barang barang
bernilai jual tinggi sehingga masyarakat dapat menjamin perekonomiannya secara mandiri.
Selain itu, hutan Mangrove dapat juga dikembangkan sebagai lokasi wisata, dengan menyediakan perahu
/ boot yang akan menarik biaya untuk tiap tarikannya.
Strategi pengembangan dan pemanfaatan hutan Mangrove dapat berjalan optimal seiring dengan adanya
pengelolaan yang baik oleh masyarakat setempat dan juga dukungan dari pemerintah daerah.

http://www.berdesa.com/pemanfaatan-hutan-mangrove-untuk-pengembangan-desa-pesisir/
PERANAN, MANFAAT DAN FUNGSI
HUTAN MANGROVE
Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah
pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun peranan,
manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri.

Tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri
tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang
menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove tersebar di seluruh
lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila
keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.

Menurut kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai "the natural abode of a plant or animal, esp. the
particular location where it normally grows or lives, as the seacoast, desert, etc". terjemahan bebasnya
kira-kira adalah, tempat bermukim di alam bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan
tumbuh secara biasa dan normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu tempat
tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat mangrove. Di habitat ini
bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua habitat sama kondisinya, tergantung pada
keaneka ragaman species dan daya dukung lingkungan hidupnya.
Telah banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove, bersifat dinamis,
artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil bersamaan dengan berjalannya waktu.
Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan
dasar laut. Tetapi sedikit orang yang mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika
perubahan pulau, bahkan cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa mangrove itu dapat
membentuk suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan penting dalam membentuk pulau.

Beberapa berpendapat bahwa sebenarnya mangrove hanya berperan dalam menangkap, menyimpan,
mempertahankan dan mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan struktur akarnya yang lebat,
sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove sebagai shoreline stabilizer daripada sebagai
island initiator atau sebagai pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar
pohon mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran mangrove
sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut di sepanjang garis pantai dan
menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau
di daerah tropis memiliki pohon mangrove.

Bila buah mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai menemukan tanah di lokasi lain
tempat menetap buah tersebut akan tumbuh menjadi pohon baru. Di tempat ini, pohon mangrove akan
tumbuh dan mengembangkan sistem perakarannya yang rapat dan kompleks. Di tempat tersebut
bahan organik dan partikel endapan yang terbawa air akan terperangkap menyangkut pada akar
mangrove. Proses ini akan berlangsung dari waktu ke waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan
lumpur atau barisan pasir (sand bar). Melalui perjalanan waktu, semakin lama akan semakin bertambah
jumlah pohon mangrove yang datang dan tumbuh di lokasi tanah ini, menguasai dan mempertahankan
daerah habitat baru ini dari hempasan ombak laut yang akan meyapu lumpur dan pasir. Bila proses ini
berjalan terus, hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu pulau kecil yang mungkin akan terus
berkembang dengan pertumbuhan berbagai jenis mangrove serta organisme lain dalam suatu
ekosistem mangrove.

Dalam proses demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk pulau. Sebagai barisan
pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar perisai terhadap hantaman gelombang laut di
zona terluar daratan pulau. Hutan mangrove juga melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari
pengaruh gelombang dan badai yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus sumber
nutrien bagi organisme yang hidup di tengahnya.

Daun mangrove yang jatuh akan terurai oleh bakteri tanah menghasilkan makanan bagi plankton dan
merupakan nutrien bagi pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae yang berkembang akan menjadi
makanan bagi berbagai jenis organisme darat dan air di habitat yang bersangkutan. Demikianlah suatu
ekosistem mangrove dapat terbentuk dan berkembang dari pertumbuhan biji mangrove.
Pada saat terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu yang bertambat.
Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang dan angin serta mencegah erosi
pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel
endapan, memperlambat aliran arus air. Apabila mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di
pantai maka akan dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh gelombang
laut, dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian menyebabkan
kematian pada ikan dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan pula
melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass).

Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non
economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic vallues). Beberapa
manfaat mangrove antara lain adalah:

Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai.


Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran
mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan
yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan
dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena
proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang
ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove
memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan
berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya
erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat
berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang
habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.
Menjernihkan air.
Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan
tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan
zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari
daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon
api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih.
Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga
menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar
pernafasan dan menyebabkan pohon mati.
Mengawali rantai makanan.
Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro
organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil
air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim
atau berkunjung di habitat mangrove.
Melindungi dan memberi nutrisi.
Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan
invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu
karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di
daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari
makan di habitat mangrove.
Manfaat bagi manusia.
Masyarakat daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan dapat
dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove adalah pohon
berkayu yang kuat dan berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan
bunganya semua dapat dimanfaatkan manusia. Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung
dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
Tempat tambat kapal.
Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu. Dalam
keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal
dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam
ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
Obat-obatan.
Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam obat
dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa species mangrove tertentu
dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove
dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah
sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove) atau Excoecaria
agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini
mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air
buah dan kulit akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai
sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut
dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang
dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun
mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan
pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
Pengawet.
Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam
dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi
coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini
banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit
pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
Pakan dan makanan.
Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur atau
lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api
mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang
berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .
Bahan mangrove dan bangunan.
Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat dalam
bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya berguna
sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi,
dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah
tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat
tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau
bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya
dapat dibuat tali atau bahan jaring.
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:

A. Manfaat / Fungsi Fisik :

1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil


2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya
lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan
yang tawar
6. 6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

B. Manfaat / Fungsi Biologis :


1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton,
sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

C. Manfaat / Fungsi Ekonomis :


1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan,
kosmetik, dll
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.
http://ekologi-hutan.blogspot.co.id/2011/10/peranan-manfaat-dan-fungsi-hutan.html

Anda mungkin juga menyukai