Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai lahan pertanian
sangat luas dan menjadi salah satu penghasil komoditas berbagai tanaman
seperti tanaman palawija, buah-buahan, biji-bijian seperti beras, jagung,
sorgum,kedelai, dan masih bnyak lagi komoditas pertanian yang dihasilkan.
Sebagian besar tanaman tersebut adalah sumber karbohidrat utama masyarakat
di Indonesia. Karbohidrat juga dapat diperoleh dari umbi-umbian seperti ubi
kayu, ubi jalar, talas, serta dari umbi ganyong (Canna edulis Kerr) dan
sebagainya. Umbi ganyong merupakan tanaman yang berasal dari Amerika
Selatan dan merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang dapat hidup di
Indonesia baik tumbuh liar maupun dibudidayakan di lahan pertanian
khususnya di daerah pegunungan.
Umbi ganyong banyak dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan di
daerah pegunungan karena masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi
makanan olahan tradisional sebagai makanan pokok maupun makanan
sampingan sebagai pengganti nasi. Umbi ganyong merupakan umbi yang
mempunyai karakteristik berserat tinggi, pada bagian tengahnya tebal
dandikelilingi oleh berkas kulit bersisik dengan akar serabut tebal dan
mengandung enzim phenolase yang tinggi(Herman et al., 1997). Ganyong
merupakan salah satu bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi,
terutama kandungan karbohidrat yang terdapat di dalam ganyong sehingga
dapat mengantikan nasi sebagai sumber karbohidrat utama masyarakat
Indonesia (Rukmana, 2008). Zat lain yang ada di dalamnya adalah fosfor,
kalsium, besi, vitamin B1, glukosa, alkaloid, dan getah. Umbi ini mengandung
serat dan zat besi yang lebih tinggi darai pada kentang (Murtini, 2007).
Umbi ganyong banyak dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan di
daerah pegunungan karena masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi
makanan olahan tradisional sebagai makanan pokok maupun makanan
sampingan sebagai pengganti nasi. Umbi ganyong merupakan umbi yang
mempunyai karakteristik berserat tinggi, pada bagian tengahnya tebal dan
dikelilingi oleh berkas kulit bersisik dengan akar serabut tebal dan
mengandung enzim phenolase yang tinggi(Herman et al., 1997). Ganyong
merupakan salah satu bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi,
terutama kandungan karbohidrat yang terdapat di dalam ganyong sehingga
dapat mengantikan nasi sebagai sumber karbohidrat utama masyarakat
Indonesia (Rukmana, 2008). Zat lain yang ada di dalamnya adalah fosfor,
kalsium, besi, vitamin B1, glukosa, alkaloid, dan getah. Umbi ini mengandung
serat dan zat besi yang lebih tinggi darai pada kentang (Murtini, 2007).
Sebagian besar masyarakat daerah lereng muria khususnya di Desa
Kuwukan Dawe Kudus, banyak membudidayakan umbi ganyong dan termasuk
komoditas pertanian di daerah tersebut sehingga sangat mudah
mendapatkannya dengan harga yang relatif murah. Umbi ganyong saat ini
hanya dijual baik matang atau rebusan maupun mentah di sekitar area Wisata
Religi Sunan Muria dan menjadi oleh-oleh khas Muria. Pengolahan secara
direbus hanya bisa bertahan beberapa hari saja sehingga sebagian masyarakat
berinovasi dengan mengolahnya menjadi tepung sehingga dapat diproduksi
berbagai makanan ringan dan aneka kue-kue yang memiliki nilai ekonomis
lebih tinggi dibandingkan dengan hanya direbus. Dalam proses pembuatan
tepung pada umumnya masih dilakukan secara konvensional dengan alat-alat
sederhana sehingga membutuhkan waktu yang lama dan tenaga manusia yang
banyak. Harga jual dari tepung ini tergolong lebih mahal dibandingkan dengan
tepung yang ada di pasaran karena masih sedikit masyarakat yang mampu
mengolahnya sehingga sedikit pula tepung ini beredar di pasaran bahkan
tepung ini hanya diproduksi ketika mendapatkan pesanan dari pihak pemesan.
Pada proses penepungan secara konvensional memerlukan beberapa
tahapan yang hampir semua dilakukan secara manual menggunakan alat
sederhana dengan tenaga manusia sehingga hasil produksi tepung ganyong
belum maksimal. Proses penepungan yang dilakukan dengan cara tradisional
maupun mesin rancangan sebelumnya hanya mampu mengekstrak pati kurang
dari 20% dari massa umbi ganyong. Maka proses penepungan umbi ganyong
membutuhkan sebuah teknologi permesinan yang dapat mengatasi masalah
masalah tersebut. Suatu model mesin ekstraksi telah dikembangkan sebagai
upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi tepung ganyong.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini memfokuskan pada pengaruh
kecepatan putar terhadap hasil parutan dan pemerasan yang dihasilkan, dan
menentukan kombinasi kecepatan putar sehingga diharapkan mampu
mengekstrak pati lebih dari 25% dari massa umbi ganyong. Oleh karena itu,
dalam penulisan tugas akhir ini penulis mengambil judul Analisa pengaruh
kecepatan putar terhadap kapasitas produksi mesin pemarut dan pemeras umbi
ganyong sebagai bahan tepung ganyong.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan
permasalan yang timbul dalam masalah ini yaitu mengetahui bagaimana
pengaruh kecepatan putar terhadap hasil produksi mesin pemarut dan pemeras
umbi ganyong agar memperoleh hasil pemarutan dan pemerasan yang
maksimal.

1.3 Batasan Masalah


1. Analisa yang dilakukan hanya berbahan dasar umbi ganyong putih.
2. Anlaisa memakai 3 variasi putaran yang berbeda pada mesin pemarut dan
pemeras umbi ganyong untuk menentukan kombinasi kecepatan yang
diharapkan yaitu dengan menggunakan kecepatan pemarut
900,1100,1400 Rpm dan kecepatan pemeras 100,120,140 Rpm.

1.4 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kecepatan putar terhadap hasil produksi mesin pemarut dan
pemeras umbi ganyong agar mampu mengekstrak pati lebih dari 25% dari
massa umbi ganyong sehingga mencapai kapasitas pemarutan dan pemerasan
yang maksimal.
1.5 Manfaat
Sebagai peran nyata dalam pengembangan teknologi, maka penulis
berharap dapat mengambil manfaat dari penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi penulis dapat menerapkan berbagai bidang ilmu pengetahuan
selama perkuliahan khususnya dalam bidang manufaktur.
2. Sebagai sumber informasi penting guna meningkatkan pengetahuan
bagi peneliti dalam bidang manufaktur.
3. Sebagai bahan reverensi untuk peningkatan mutu dan kualitas
perancangan berikutnya.
1.6 Sistemetika Penulisan
Adapun sistematika yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini, seperti
diuraikan berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah yang
diangakat dalam penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan yang digunakan dalam
penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan penjelasan secara terperinci mengenai teori teori yang
dipergunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta memberikan
penjelasan secara garis besar metode pemecahan masalah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Mengandung uraian tentang materi penelitian, variabel dan data yang akan
dikaji serta analisis yang dipakai dan bagan alur penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan pembahasan tentang analisis dan pengolahan data yang telah
dilakukan.
BAB V KESIMPULANA DAN SARAN
Merupakan bab akhir yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis
pemecahan masalah maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran
perbaikan atasa permasalahan yang dibahas.

Anda mungkin juga menyukai