Anda di halaman 1dari 6

ALASAN MASIH DIPERLUKANNYA PANCASILA DI

PERGURUAN TINGGI
30 September 2010

yudhislibra Uncategorized Tinggalkan komentar

ALASAN MASIH DIPERLUKANNYA PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI

Saat ini mungkin ideologi bangsa indonesia telah luntur, mengapa demikian??? Mungkin adanya
beberapa faktor yang membuat para warga indonesia telah melupakan PANCASILA. Contohnya
disini adalah melemahnya persatuan di dalam masyarakat dan kurangnya kepercayaan rakyat
kepada pemerintah sehingga banyak rakyat yang menentang aturan pemerintah sehingga
menimbulkan suatu masalah yang berujung perang saudara.

Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan di semua jenjang pendidikan di Indonesia adalah


implementasi dari UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 9 ayat (2)
yang menyatakan bahwa setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan di Indonesia Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Di tingkat Pendidikan Dasar hingga Menengah, substansi Pendidikan Kewarganegaraan


digabungkan dengan Pendidikan Pancasila sehingga menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan
sebagai MKPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian).

Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain:

a. agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen
terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM.

b. agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai
tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai.

c. agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikaN
konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal.

d. agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan
demokrasi.

e. agar mahasiswa mampu memebrikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan
kebijakan publik.

f. agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).


Ke depan, guna menguatkan pancasila sebagai vision of state, paling tidak ada dua persoalan
yang penting menjadi agenda bersama. Pertama, membumikan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Membumikan Pancasila berarti menjadikan nilai-nilai
Pancasila menjadi nilai-nilai yang hidup dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila yang sesungguhnya berada dalam tataran filsafat harus diturunkan ke dalam hal-hal
yang sifatnya dapat diimplementasikan. Sebagai ilustrasi, nilai sila kedua Pancasila harus
diimplementasikan melalui penegakan hukum yang adil dan tegas. Contoh, aparat penegak
hukum harus tegas dan tanpa kompromi menindak pelaku kejahatan, termasuk koruptor. Tanpa
penegakan hukum yang tegas, Pancasila hanya rangkaian kata-kata tanpa makna dan nilai serta
tidak mempunyai kekuatan apa-apa.

Kedua, internalisasi nilai-nilai Pancasila, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal
(masyarakat). Pada tataran pendidikan formal, perlu revitalisasi mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan (dulu pendidikan moral pancasila) di sekolah. Pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan selama ini dianggap banyak kalangan gagal sebagai media penanaman nilai-
nilai Pancasila. Pembelajaranpendidikan kewarganegaraan sekadar menyampaikan sejumlah
pengetahuan (ranah kognitif), sedangkan ranah afektif dan psikomotorik masih kurang
diperhatikan. Ini berakibat pembelajaran pendidikan kewargs negaraan cenderung menjenuhkan
siswa. Hal ini diperparah dengan adanya anomali antara nilai positif di kelas yang tidak sesuai
dengan apa yang terjadi dalam realitas sehari-hari.

ALASAN MASIH DIPERLUKANNYA PANCASILA DI


PERGURUAN TINGGI
30 September 2010

yudhislibra Uncategorized Tinggalkan komentar

ALASAN MASIH DIPERLUKANNYA PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI

Saat ini mungkin ideologi bangsa indonesia telah luntur, mengapa demikian??? Mungkin adanya
beberapa faktor yang membuat para warga indonesia telah melupakan PANCASILA. Contohnya
disini adalah melemahnya persatuan di dalam masyarakat dan kurangnya kepercayaan rakyat
kepada pemerintah sehingga banyak rakyat yang menentang aturan pemerintah sehingga
menimbulkan suatu masalah yang berujung perang saudara.

Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan di semua jenjang pendidikan di Indonesia adalah


implementasi dari UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 9 ayat (2)
yang menyatakan bahwa setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan di Indonesia Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Di tingkat Pendidikan Dasar hingga Menengah, substansi Pendidikan Kewarganegaraan


digabungkan dengan Pendidikan Pancasila sehingga menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan
sebagai MKPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian).
Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain:

a. agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen
terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM.

b. agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai
tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai.

c. agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikaN
konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal.

d. agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan
demokrasi.

e. agar mahasiswa mampu memebrikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan
kebijakan publik.

f. agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).

Ke depan, guna menguatkan pancasila sebagai vision of


state, paling tidak ada dua persoalan yang penting menjadi
agenda bersama. Pertama, membumikan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Membumikan Pancasila berarti menjadikan nilai-nilai
Pancasila menjadi nilai-nilai yang hidup dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila
yang sesungguhnya berada dalam tataran filsafat harus
diturunkan ke dalam hal-hal yang sifatnya dapat
diimplementasikan. Sebagai ilustrasi, nilai sila kedua
Pancasila harus diimplementasikan melalui penegakan
hukum yang adil dan tegas. Contoh, aparat penegak hukum
harus tegas dan tanpa kompromi menindak pelaku
kejahatan, termasuk koruptor. Tanpa penegakan hukum
yang tegas, Pancasila hanya rangkaian kata-kata tanpa
makna dan nilai serta tidak mempunyai Wednesday, April
15, 2015
Alasan dan Tujuan Mempelajari Pancasila
Oleh: Suprapto Estede

Ada beberapa alasan mengapa Pancasila harus dipelajari oleh setiap anak bangsa Indonesia. Beberapa
alasan itu antara lain:

1. Pancasila adalah perjanjian luhur yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia untuk dijadikan sebagai
jiwa dan kepribadian bangsa, falsafah hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Sebagai jiwa
bangsa, Pancasila melekat pada eksistensi bangsa Indonesia.

2. Sebagai falsafah hidup bangsa, Pancasila bukan hanya untuk dimiliki, apalagi sekedar dijadikan
pusaka. Nilai-nilai luhur Pancasila harus dapat dihayati dan terwujud dalam perilaku nyata setiap anak
bangsa dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

3. Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi dasar pedoman dalam kehidupan bernegara, baik bagi
pemerintah (dalam arti luas) maupun bagi setiap dan segenap warganegara Indonesia. Jadi,
warganegara yang baik adalah warganegara yang mentaati segala peraturan yang didasarkan kepada
nilai-nilai Pancasila, yang tidak menyimpang apalagi bertentangan dengan Pancasila.

4. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang pluralistik, yang ber-bhinneka tunggal ika.
Dalam perjalanan sejarah dan gerak kehidupan bangsa Indonesia telah terbukti bahwa Pancasila cocok
sebagai falsafah pemersatu bangsa. Sangat disadari bahwa bangsa majemuk itu sangat potensial untuk
bertumbuhnya benih konflik dan dis-integrasi, sehingga sangat diperlukan adanya falsafah pemersatu
yang bisa diterima oleh segenap komponen kemajemukan bangsa.

5. Ilmu dan pemahaman yang baik dan benar tentang Pancasila perlu dipelajari oleh setiap anak bangsa
untuk dapat mewarisi dan menjaga kelestariannya. Setiap generasi penerus harus mampu mewarisi ilmu
dan pemahaman itu dari generasi pendahulunya.

Dengan demikian, maka dapat pula dijelaskan bahwa yang menjadi tujuan setiap anak bangsa Indonesia
ini mempelajari Pancasila adalah:

1. Untuk mengenal Pancasila


Tujuan pada tahapan dan tingkatan terendah adalah dimulai dari mengenal apa itu Pancasila. Pada
tingkatan ini setidak-tidaknya setiap anak bangsa sudah mulai mengetahui bahwa Pancasila itu ada, dan
Pancasila itu bukan nama bagi makanan atau nama orang atau nama binatang purba atau nama lainnya,
melainkan Pancasila adalah nama bagi falsafah atau pandangan hidup bangsa dan dasar negara kita,
Indonesia.

2. Untuk memahami Pancasila


Pada tahapan berikutnya, mempelajari Pancasila adalah untuk memahaminya secara benar dan
sedalam-dalamnya. Sampai seberapa dalam pemahamannya tentu berbeda-beda pada masing-masing
anak bangsa, tergantung banyak faktor penyebabnya. Tetapi yang pasti, setiap pemahaman yang terjadi
akan melahirkan satu dari dua kemungkinan kesimpulan.
Pertama, kesimpulan yang positif, yang menilai bahwa Pancasila itu baik, cocok dan karena itu
diperlukan. Kesimpulan ini membawa kepada proses penerimaan yang positif pula, yaitu menerima
Pancasila secara ikhlas, tegas, dan penuh kesadaran.
Kedua, kesimpulan yang negatif, yang menilai bahwa Pancasila itu tidak ada manfaatnya, tidak cocok
dan karena itu tidak diperlukan. Kesimpulan ini berpotensi membawa kepada proses penolakan atau
penerimaan yang negatif, yaitu menerima Pancasila karena terpaksa, ragu-ragu, atau sekedar sebuah
siasat atau strategi. Misal, dalam sejarah bangsa tercatat, partai komunis yang semula nampaknya
menerima Pancasila kemudian terbukti bahwa penerimaannya itu tidaklah ikhlas, bahkan kemudian
mencoba mengganti Pancasila dengan ideologi lain, yaitu komunisme.
Dan untuk dapat meningkat kepada tahapan berikutnya, maka syaratnya, penerimaannya itu haruslah
penerimaan yang positif.

3. Untuk menghayati Pancasila


Menghayati atau menjiwai adalah memasukkan kedalam jiwa. Dengan penerimaan yang positif akan
memungkinkan terjadinya proses internalisasi, proses mendarah-dagingkan nilai-nilai luhur Pancasila
kedalam diri pribadi masing-masing individu anak bangsa, sehingga akan mewarnai kepribadian dan
sikap perilakunya.

4. Untuk mengamalkan Pancasila


Nilai-nilai luhur Pancasila itu tentu sia-sia dan tidak ada manfaatnya jika tidak diamalkan. Pada tahapan
ini tujuan mempelajari Pancasila tidak hanya berhenti pada sekedar memahami, tetapi bagaimana nilai-
nilai yang sudah difahami secara benar dan dihayati dengan keikhlasan itu dapat terwujud secara nyata
dalam bentuk amal atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5. Untuk melestarikan Pancasila


Jika Pancasila sudah mampu diamalkan dan merasakan manfaat darinya, maka akan tumbuh kesadaran
untuk menjaga agar Pancasila itu dapat terus dilestarikan, terus dapat dimiliki, dihayati, dan diamalkan.
Proses pelestarian ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan menjaga agar Pancasila tidak
dirongrong, tidak diselewengkan, bahkan agar Pancasila tidak diganti dengan ideologi lain. Kedua,
dengan mewariskan nilai-nilai luhur Pancasila itu kepada generasi muda penerus estafeta kehidupan
bangsa, utamanya melalui proses pendidikan, baik pendidikan informal, formal, maupun pendidikan
non-formal.

Demikian uraian secara ringkas. Semoga redaksinya mudah difahami, dan bermanfaat.***

kekuatan apa-apa.

Kedua, internalisasi nilai-nilai Pancasila, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal
(masyarakat). Pada tataran pendidikan formal, perlu revitalisasi mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan (dulu pendidikan moral pancasila) di sekolah. Pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan selama ini dianggap banyak kalangan gagal sebagai media penanaman nilai-
nilai Pancasila. Pembelajaranpendidikan kewarganegaraan sekadar menyampaikan sejumlah
pengetahuan (ranah kognitif), sedangkan ranah afektif dan psikomotorik masih kurang
diperhatikan. Ini berakibat pembelajaran pendidikan kewargs negaraan cenderung menjenuhkan
siswa. Hal ini diperparah dengan adanya anomali antara nilai positif di kelas yang tidak sesuai
dengan apa yang terjadi dalam realitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai