Berdasarkan jumlah pelanggan, daya tersambung dan energi total yang terpakai dalam
waktu tahun 1997-1999 mengalami pertumbuhan dengan nilai 6,060/o, 7,82o/o, dan
g,70o/o. Dampak positif dari peningkatan tersebut juga memberikan dampak langsung
jaringan
Disisi lain peningkatan kebutuhan energi listrik harus dibarengi dengan perluasan
pelayanan dan peningkatan kualitas pada beberapa desa yang belum terlayani energi
listrik (49 desa dengan jumlah 12.558 KK)
1. perumahan dengan golongan tipe A adalah 450 VAAVatt, tipe B adalah 900 VA/watt
4. Penerangan jalan membutuhkan 10o/o energi listrik dari total kebutuhan rumah
tangga.
5. Perkiraan kehilangan energi listrik dalam transmisi diperkirakan 30o/o dari total energi
listrik yang dibutuhkan.
Kebutuhan energi untuk perumahan dibagi dalam tiga kategori sesuai dengan kebutuhan
tipe rumah, energi listrik yang dibutuhkan dalam tahap I (2000-2005) sebanyak
90.166.600 VA/Watt dan untuk tahap II dibutuhkan sebanyak 95.3171.950 VA/Watt.
Estimasi kebutuhan energi listrik yang diperinci menurut tipe rumah pada tahap I adalah
Seluruh aktivitas pada fasilitas tersebut membutuhkan energi listrik untuk meningkatkan
kinerja operasionalnya. Jumlah kebutuhan energi listrik untuk tahap I (pertama) Tahun
2000 - 2005 sebanyak 54.099.960 VA/Watt dengan rincian sebagai berikut : (1)
perdagangan dan perkantoran membutuhkan 22.541.650 VA/Watt, (2) fasilitas sosial dan
pelayanan umum sebanyak 22.54I.650 VA/Watt, dan (3) penerangan jalan membutuhkan
suplai sebanyak 90.116.660 VAAffatt. (Tabel 4.24)
Kebutuhan energi listrik pada tahap II Tahun 2005 - 2010 mengalami peningkatan,
dengan tingkat kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan sebanyak 57.223.t7L
VA/lVatt, jadi kebutuhan energi listrik bertambah sebesar 3.L23.2LL y4fffatt dari tahap
sebelumnya (54.099.960 VAAVatt), Lihat Tabel 4.24
Tabel 4.23
Estimasi Kebutuhan Listrik Untuk Perumahan di Kabupaten Bone
Tahun 2000 - 2O1O
fahan f fPertamal Tahun 2OOO - 2OOS
Jml. Kebutuhan Perumahan Kebutuhan Listrik Perumahan
No Kecamatan Manorrri Yina Drrmrh Mcnrrrrri Tim Plrmth Jumlah
Pddk
Tioe A TiDe B TiDe c TiDe A Tine B Tioe C
01 Bontocani r6.738 2008 1004 336 903600 903600 436800 2244000
0z Kahu 31.921 3830 1915 638 1723500 1723500 829400 4276400
03 Kajuara 30.603 3672 1835 612 1652400 550800 795600 2998800
04 Salomekko 13.643 1637 819 273 736650 737100 354900 1828650
05 Tonra 10.654 t278 639 213 575100 287550 276900 I 139550
UO Patimpeng 14.500 1740 870 290 783000 783000 377000 1943000
07 Libureng 27.701 3324 1662 554 1495800 1495800 720200 3711800
08 Mare 23.766 2852 t426 475 r283400 1283400 517500 3184300
09 Sibulue 29.443 3s33 7767 589 1589850 1590300 765700 3945850
l0 Cina 25.767 3092 1546 515 r391400 1391400 669500 3452300
'tt Earebbo 2s.039 3005 1502 501 r352250 1351800 551300 3355350
72 Ponre 12.106 1453 726 242 653850 653400 314600 r62r850
q<q r nn
13 Lappariaja 21.323 2559 7279 427 1151550 1151100 2857750
l4 Lamuru 2s.039 300s 1502 501 t5J22>U 1351800 651300 3355350
15 Tellu Limpoe 13.910 loot 278 751050 751500 361400 1863950
16 8ngo 23.547 2825 1413 471 1271250 t271700 612300 3155250
17 Ulaweng 24.459 2935 1468 489 1320750 1321200 635700 3277650
l8 Palakka zu. )vo 2471 1236 4L2 1111950 I I 12400 535600 2759950
lv Awangpone 27.332 3280 1369 547 r476000 1232100 71 I 100 3419200
20 Tellu Siattinge 39.300 47t6 2358 786 2122200 2122200 102r800 5266200
27 Amali 21.639 2597 1298 433 I 158650 I 168200 562900 2899750
22 Ajangale 29.419 3530 1765 588 1588500 1588500 764400 3941.O0
Dua Boccoe ?o 7?o ? (ao 1784 fv) 1606050 1605600 773500 3985150
23
24 Cenrana 26.481 3178 1589 529 1430100 1430r00 687700 3547900
25 Tanete R. Barat 36.52r 4382 2192 t5u 1971900 1972800 949000 4893700
T:^ai6
. gl Igl!
Oi1ts:^^
|\|9\w.ly
?o 104 4774 1tc< 786 tU,JZUU ZIZUAUU 102 1600 7235400
27 T:nola P Timr rl ?q 7qq A)OA al ae 'r1R 1 07Rfnn i o???nn alnRnn 4AA'r)nn
'l rml:h 583.373 80150 40s74 r3525 36067500 16S r 55nn t 7sR2 S00 qnr 66600
Seluruh aktivitas pada fasilitas tersebut membutuhkan energi listrik untuk meningkatkan
kinerja operasionalnya. Jumlah kebutuhan energi listrik untuk tahap I (pertama) Tahun
2000 - 2005 sebanyak 54.099.960 VA/Watt dengan rincian sebagai berikut : (1)
perdagangan dan perkantoran membutuhkan 22.541.650 VA/Watt, (2) fasilitas sosial dan
pelayanan umum sebanyak 22.54L.650 VA/Watt, dan (3) penerangan jalan membutuhkan
suplai sebanyak 90.116.660 VA/Watt. (Tabel 4.24)
Kebutuhan energi listrik pada tahap II Tahun 2005 - 2010 mengalami peningkatan,
dengan tingkat kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan sebanyak 57.223.L71
VAAVatt, jadi kebutuhan energi listrik bertambah sebesar 3.L23.2LI VAAffatt dari tahap
sebelumnya (54.099.960 VA/lVatt), Lihat Tabel 4.24
Estimasi tingkat kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan, sehingga
diperlukan upaya pemenuhan melalui peningkatan kapasitas listrik dari PLN wilayah VI
Kabupaten Bone, sistem interkoneksi dan penanaman investasi .
Untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas sistem jaringan listrik dengan menggunakan
sistem bentangan diudara maka dilakukan pembangunan trafo untuk menstabilkan energi
yang terlepas. Ini diasumsikan kehilangan energi listrik sebesar 20o/o dari total
pemakaian.
Pelayanan air bersih di kawasan tersebut terjadi peningkatan jumlah pelanggan yang
cukup tinggi pada periode tahun 1996-1999 mencapai 7,79o/o peftahun, namun ditinjau
dari tingkat pemakaian air bersih masih sangat rendah yakni 0,29ol0.
Tabel4.24
Estimasi Kebutuhan Energi Listrik Untuk Perdagangan dan Perkantoran,
Kegiatan Sosial dan Pelayanan Umum, dan Penerangan Jalan (VA/Watt) di
Kabupaten Bone Tahun 2005-2010
Estimasi Keb. Energi Listdk Estimasi Keb. Energi Listrik
Yrhrrn )ddd-)OO5 Tahun 2OO5-2010
Fas. Fas.
No Kecamatan Perdag. Sosial & Penerangan Jumlah Perdag. Sosial & Penerangan Jumlah
& P1. Jalan & Pel. Jalan
Perkrnt- PerkanL
01 Bontocani 561000 561000 224400 1346400 595075 595075 238030 1428180
02 Kahu 1069100 1069100 427640 2565840 1075913 1076913 430765 2584591
03 KaJuara 749700 749700 299880 14992t00 964488 964488 385795 2314771
04 Salomekko 457163 457163 r82865 1097191 482088 482088 192835 1 15701 I
05 Tonra 284888 284888 I r3955 683731 361800 361800 144720 868320
06 Patimpeng 48575 48575 194300 29r450 513338 513338 205335 123201 1
2. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan (STK, SD, SLTP dan SMU) adalah 10
liter/orang/hari.
3. Kebutuhan air bersih fasilitas kesehatan menurut jenisnya adalah Rumah Sakit
Bersalin 5.000 liter/unit/hari, Puskesmas 3.000 liter/unit/hari, Pustu 1.500
liter/unit/hari, Balai Pengobatan 8.000 liter/unit/hari, Tempat Praktek Dokter 300
liter/unit/hari, dan 30 liter/unit/hari.
4. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas olah raga dan rekreasi adalah Balai Pertemuan
1.000 liter/unit/hari, Gedung Serbaguna 10.000 liter/unit/hari, Taman untuk 250 jiwa
membutuhkan 1.000 liter/unit/hari, Taman untuk 2.500 jiwa membutuhkan 5.000
liter/unit/hari, Fasilitas Olah Raga 10.000 liter/unit/hari.
6. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas perekonomian menurut jenisnya adalah warung
250 liter/unit/hari, Pertokoan 10.000 liter/unit/hari dan Pusat Perbelanjaan 86
m3/ha/hari.
l. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas peribadatan adalah mesjid 10.000 liter/unit/hari
dan mushallah 2.000 liter/unit/hari.
Kebutuhan air bersih untuk sarana pendidikan untuk tahap II (kedua) Tahun 2005-2010
sebanyak 2.718.000 liter/hari dengan rincian kebutuhan menurut tingkatan pendidikan
adalah TK sebanyak 556.800 liter/hari, SD sebanyak 1.027.200 liter/hari, SLTP sebanyak
486.000 liter/hari dan SMU membutuhkan 648.000 liter/hari. (Tabel 4.26)
Tabel 4.25
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Kebutuhan Rumah Tangga
n 2000 - 2010
No Kecamatan tml. Pddk rahan I aPertamal Tahun 2OOO - 2OO5 Jumlah
Kebutuhan Perumahan Kebutuhan Air Bersih Menurut TiPe
Menrrrrrt Tim Rrrmah arrmrh flitcr/hrril
TiDe A Tioe B TiDe C Tioe A Tioe B Tioe C
01 Bontocani 15.738 2008 1004 JJO 602400 301200 r00800 1004400
02 Kahu 31.92r 3830 1915 638 1 149000 574500 191400 1914900
03 Kajuara 30.603 3672 r836 612 1101600 550800 183600 1836000
04 Salomekko 13.643 t637 819 273 491100 245700 81900 818700
05 Tonra 10.654 7278 639 213 383400 191700 63900 639000
06 Patimpeng r4.500 1740 870 290 522000 26r000 87000 870000
07 Ubureng 27.70r 3324 1662 554 997200 498600 166200 1662000
08 Mare 23.766 2852 1426 475 855600 427800 142500 1425900
09 Sibulue 29.443 J )JJ t757 589 1059900 530100 r76700 1766700
10 Cina 25.767 3092 1546 515 927600 463800 r54500 1545900
ll Earebbo 25.039 3005 1502 501 901500 450600 150300 1502400
12 Ponre 12.106 r453 tzo 242 435900 217800 72600 726300
r3 tappariaja 27.323 2559 7279 427 76n@ 383700 128100 1259500
14 Lamuru 25.039 3005 1502 501 901500 450500 r50300 1502400
15 Tellu Umpoe 13.910 1669 835 278 500700 250500 83400 834600
l6 Bengo 23.547 2825 1413 847500 423900 r41300 14t2700
11 Ulaweng 24.459 Z>JJ 1468 489 880500 440400 146700 1467600
18 Palakka zu,)Yo 7471 r236 412 741300 370800 r23500 r235700
19 Awanqpone 27.332 3280 1359 547 984000 410700 164100 1558800
20 Tellu Siattinge JY.JUU 4716 t5>6 /do 14r4800 707400 235800 23s8000
2l Amali 21.639 2597 1298 433 779rOO 389400 r29900 1298400
22 AJangale 29.4r9 3530 | 76S 588 r0s9000 529500 l7&K)0 1764900
23 Dua Boccoe 29.739 ?<(o 7784 595 1070700 535200 r78500 t784400
24 Cenrana 26.481 3178 i q.Rq 529 9532100 476700 158700 1588800
z) Tanete R. Barat ?A E7I 4382 2t9Z 730 131.1600 657600 219000 2r91200
20 Tanete Riattang 39.282 4714 2355 786 1414200 706800 23s800 23s5800
)7 2( 700 A)AE )1 4R 'r1A r ?nnnno AAUn,N ?1 annn ? r dRnnn
Tanete R.'l'imur
lumlah 588.373 ROl 50 44974 525 24C49)C0 17))na
Tabel 4.26
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Pendidikan
di Kabu Bone Tahun - 2010
sunber, Hasil Anatisis nm Pufit Pengembangan Perlrutanan dan Pemukinan UPM UNHAS. 2000
kebutuhan lahan. Estimasi kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan (2010) adalah
balai pertemuan memerlukan 70.000 liter/hari, gedung serbaguna membutuhkan 709.250
liter/hari, kebutuhan air bersih taman sebesar 1.049.250 liter/hari, taman/tempat bermain
memerlukan 675.000 liter/hari dan taman/tempat bermain/lapangan olah raga
Tingkat kebutuhan air bersih dimasa datang akan mengalami peningkatan, untuk itu
diperlukan upaya pemenuhan kebutuhan air bersih melalui usaha :
1. Pengembangan potensi sumber air baku antara lain waduk, mata air, dan bendungan.
2. optimalisasi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas produksi.
3. pengembangan sistem distribusi dan sambungan.
Tabel4.27
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Kebutuhan Fasilitas Kesehatan
Ka ne Tahun 2OOO - 1o
No Kecamatan Jml. Pddk Trh.n /Dcrtamal Tahun 2OOO - 2OO5 lumlah
Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Bersih
l(ashrtrn llnhrt Fr< |(.@hatrn fliter/haril
RSB PUSK. PUSTU RSB PUSK. PUSTU
01 Bontocani 16.738 1 3 5000 4500 9500
Kahu 31.921 J 6 15000 3000 9000 25000
02
03 KaJuara 30.603 6 r5000 3000 9000 25000
04 Salomekko 13.543 I 2 5000 3000 8000
05 Tonra 10.654 1 I 5000 8000
06 Patimpeng 14.500 i 2 5000 3000 8000
Libureng 27.701 5 10000 I >UU r7500
08 Mare 23.766 z 4 10000 6000 16000
09 Sibulue 29.443 5 10000 7500 17500
10 Cina 25.767 L 5 10000 7500 17500
1t Earebbo 2s.039 5 r0000 7500 17500
t2 Ponre 12.106 I 2 5000 3000 8000
l3 Lappariaja 2r.323 2 4 10000 6000 16000
t4 Lamuru 25.039 2 5 10000 7500 17500
15 Tellu Umpoe r3.9 10 2 5000 r500 20000
l6 Bengo 23.547 2 I 10000 6000 16000
t7 Ulaweng 24.459 a 4 10000 6000 15000
18 Palakka 20.596 2 4 10000 6000 16000
19 Awangpone 27.332 2 5 10000 7500 17500
20 Tellu Siattinge 39.300 ? 7 r5000 3000 10500 26500
2r Amali 21.639 2 4 10000 6000 16000
22 AJangale 29.419 2 5 10000 7500 17500
23 Dua Boccoe 29.779 z 5 10000 7500 r7500
24 Cenrana 26.481 5 r0000 7500 17500
36.521 J 7 15000 3000 10500 Zb)UU
25 Tanete R. Barat
26 Tanete Riattang 39.282 3 7 15000 3000 r0500 26500
)7 TanetP R 'I-imrtr ?q ?qa 7 1 qnon ?nnn r nqnn ,65nn
54 5 722 270000 t flooo I 83000 459000
Tabel4.28
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Olah Raga
di Kabupaten Bone Tahun 20Oq-: 2010
No Kecamatan Jml. Pddk TahaD I lPertama) Tahun 2OOO - 2O05 Jumlah
Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Bersih
allah Padt ttilirL ErG .tlth Ptd. /liter/hrril
BP GS T BP GS T
01 Bontocani r5.738 5 66 6000 16500 22500
31.921 tl I 127 12000 10000 31750 53750
02 Kahu
UJ KaJuara JU.bUJ I r22 r2000 10t)00 JU)UU 52500
04 Salomekko 13.643 5 s4 5000 13500 18500
10.654 4 42 rt000 r0500 r4500
05 Tonra
06 Patimpeng 14.500 ) 58 5000 14500 r9500
07 Ubureng 27.70r II 110 11000 27500 38500
08 Mare 23.766 9 95 9000 23750 32750
09 Sibulue 29.443 11 \tt 11000 ztzJv 40250
1o Cina 25.767 10 103 10000 2s750 35750
ll Earebbo 25.039 10 100 r0000 25000 35000
48 ,1000 12000 r6000
t2 Ponre 12.106 4
13 Lappariaja 21.323 8 85 8000 2r250 292s0
l4 Lamuru 2s.039 10 100 100(D 25000 35000
15 Tellu Limpoe 13.910 5 55 5000 13750 18750
16 Bengo 23.547 9 94 9000 23500 32500
17 Ulaweng 24.459 9 97 9000 24250 33250
18 Palakka 20.596 I 82 8000 20500 28500
l9 Awangpone 2t.552 IU 109 l00q) 27250 37250
20 Tellu SiaEinge 39.300 15 157 15000 10000 39250 64250
Arnali 21.639 8 86 8m0 21500 29500
22 Ajangale 29.419 11 7t7 11000 29250 40250
23 Oua Boccoe 29.739 11 118 r1000 29250 40250
24 Cenrana 26.481 tn r05 10000 262s0 JOZ)U
25 Tanete R. Barat 36.52 1 14 I r46 140(p r0000 36500 60500
26 Tanete Riattang 39.282 l) I 157 15000 r0000 39250 64250
)-7 T:netF Fl Timr r. l4 la? I drvYl t oooo ?(7(n
od6.J/l 255 5 2693 tqtrvm 50000 6732S0 9892s0
Jumlah
Tabel4.29
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Perdagangan
di Kabuoaten Bone Ta nun o
No Kecamatan Jml. Pddk Tthrh f lgc*rn) T:hrrn ?OOfl - ?OOE Jumlah
Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Eersih
Perdagangan Untuk Fas. Perdagangan
fliter/haril
llra rrr nd Pertokoan P- Perb. Wa runo Pertokoan P- Pcrh
01 E0ntocani 15.738 oo 6 16500 6000 22500
02 Kahu 31.921 127 t2 3r750 12000 506250 572500
03 Kajuara 30.603 r22 t2 30500 12000 s06250 548750
na I zCnn 18500
Salomekko 13.643 54 5
05 Tonra 10.654 42 I 10500 4000 14500
06 PaUmpeng 14.500 58 5 14500 5000 19500
07 Ubureng 27.701 110 l1 27500 11000 38500
08 Mare 23.766 95 9 23750 9000 37750
09 Sibulue 29.443 tt7 ll 29250 11000 210250
Tabel4.3O
Estimasi Kebutuhan Air bersih Untuk Fasilitas Peribadatan
di Kabupaten Bone Tahun 2000 - 2010
No Kecamatan Jml. Tahao I (Pertama) Tahun 2000 - 2005 Jumlah
Pddk Kebutuhan Kebutuhan Air Bersih Untuk
Fas. Peribadatan Fas. Peribadatan (liter/hari)
Mesiid Lanqqar Mesiid Lanqqar
01 Bontocani 16.738 o r2000 12000
02 Kahu 31.921 l2 10000 24000 34000
03 Kajuara 30.603 12 10000 24000 34000
04 Salomekko 13.643 5 10000 r0000
05 Tonra 10.654 4 8000 8000
UO PaUmpeng 14.500 5 r0000 r0000
07 Ubureng 27.70r l1 22000 22000
08 Mare 23.766 9 18000 18000
09 Sibulue 29.443 ll 22000 22fi)o
10 Cina 25.757 10 20000 20000
ll Barebbo 2s.039 10 20000 20000
12 Ponre r2.106 4 8000 8000
l3 Lappariaja 21.323 8 16000 15000
l4 Lamuru 25.039 10 20000 20000
15 Tellu Limpoe 13.910 5 10000 10000
16 Bengo 23.547 9 r8000 18000
t7 Ulaweng 24.459 9 18000 18000
r8 Palakka zu.f,vo 8 16000 16000
l9 Awangpone 27.332 l0 20000 20000
20 Tellu Siattinge 39.300 15 r0000 30000 40000
2l Amali 21.639 8 16000 16000
22 Ajangale 29.4r9 ll 22000 22000
z5 Dua Boccoe 29.739 1l 22000 22000
24 Cenrana 26.48 I l0 20000 20000
25 Tanete R. Barat ?a <tt 14 10000 28000 38000
Tanete Riafng 39.282 15 IUUUU JUUUU .f0000
27 Tanete R. Timur ?( 700 t4 Innnn ?ennn ?nnnn
lumlah 588.373 6 256 60000 sl ?ooo q77ofln
Tingkat kapasitas sumber air bersih yang dikelola Dinas PDAM saat ini masih sangat
rendah bila dibanding kapasitas idealnya, sehingga pemenuhan kebutuhan dapat
dilakukan dengan peningkatan kapasitas. Disamping masih rendahnya kapasitas
terpasang, perlu diperhatikan tingkat pemakaian air bersih di Kabupaten Bone yang masih
sangat rendah.
Untuk memenuhi pelayanan air bersih kepada para konsumen maka dikembangkan sistem
ditribusi, namun dalam pendistribusian tingkat efektivitas dan efesiensi air bersih
terkadang tidak dapat dicapai karena tingginya tingkat kebocoran yang berarti nilai
ekonomis air akan hilang. Dengan menggunakan asumsi tingkat kebocoran air bersih
sebesar 20o/o pada sistem distribusi maka diperlukan tindakan penanganan.
Untuk memenuhi pelayanan air bersih kepada para konsumen maka dikembangkan sistem
ditribusi, namun dalam pendistribusian tingkat efektivitas dan efesiensi air bersih
terkadang tidak dapat dicapai karena tingginya tingkat kebocoran yang berarti nilai
ekonomis air akan hilang. Dengan menggunakan asumsi tingkat kebocoran air bersih
sebesar 20o/o pada sistem distribusi maka diperlukan tindakan penanganan.
Wesel pos sebagai layanan informasi mengalami peningkatan peftumbuhan, akses ini
dilakukan dalam lingkup dalam dan luar negeri. Pengiriman wesel pos dalam negeri pada
waktu lima tahun terakhir (1995-1999) mengalami penurunan yakni L3,63o/o. Sedangkan
wesel yang diterima mengalami peningkatan, akses dalam negeri kenaikan hanya pada
nilai (13,880/o) tetapi terjadi penuruan pada volume yakni -L2,68o/o, untuk akes luar
negeri baik volume dan nilai terjadi peningkatan dengan nilai 2,630/o dan 22,L4o/o.
Pelayanan kebutuhan telepon menurut standar perencanaan dengan rasio tingkat layanan
kebutuhan telepon baik pribadi dan umum adalah I : 14 dan 1 : 250. Berdasarkan
standar perencanaan tersebut maka dapat diestimasikan tingkat kebutuhan sarana
telepon hingga akhir tahun perencanaan (2010) adalah telepon pribadi sebanyak 50.840
SST dan telepon umum dibutuhkan 28.471 SST.
Sistem drainase berkaitan langsung dengan jaringan irigasi yang ada, dimana buangan air
hujan akan bermuara ke saluran irigasi atau sungai yang akan termanfaatkan untuk
keperluan pertanian. Sistem irigasi yang ada adalah irigasi desa dan PU ini menjadi
bahagian terpenting untuk mengembangkan sektor pertanian khususnya pertanian lahan
basah. Keberadaan waduk dan bendungan ditunjang sistem pengaliran air dengan
menggunakan saluran irigasi disamping untuk mengalirkan air hujan.
Jumlah produksi sampah di Kotif watampone yang dihasilkan pada Tahun 1999 sebesar
L64,LL M3/hari. Dari sumber produksi sampah tersebut dominan dihasilkan dari
permukiman sebesar LL7,07 M3/hari (7 L,33o/o). pengangkutan sampah tersebut
dengan
menggunakan yaitu Dump Truck, Arm Roal Truck dan Truck Bak Kayu, masih kurang
untuk pengangkutan ke TpA. pengelolaan akhir sampah di TPA berlokasi di Dusun
Labekku Kelurahan Majang Kecamatan Tanete Riattang Barat.
Pelayanan pengelolaan limbah tinja masih sangat terbatas pada wilayah Kotip
Watampone, ini diolah dengan IPLT yang pengadaanya baru pada tahun anggaran
1998/1999.
pada sumber sampah yang produksi sampahnya relatif besar, ini ditunjang dengan
pengadaan armada sampah. Sedangkan pada wilayah lain yang belum mampu ditangani
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan maka sampahnya dapat dikelola secara tradisional
atau pemanfaatan sampah sebagai pupuk organik.
Standar yang digunakan untuk menghitung produki sampah adalah diasumsikan bahwa
setiap orang menghasilkan 2-3 liter/orang/hari. Dengan menggunakan standar tesebut
maka estimasi timbunan sampah yang dihasilkan seluruh Kabupaten Bone hingga akhir
tahun perencanaan (Tahun 2010) adalah 1.423.530 liter/hari (Tabel4.31)
Tabel4.31
Estimasi Jumlah Produksi Sampah di Kabupaten Bone Tahun 2OO0 - 2O1O
No Kecamatan Jml, Pddk Tahun I Estimasi Produksi Jml. Pddk Tahun II Estimasi Produksi
(2O0O-20Os) Sampah Tahun t (2OOs-2010) Sampah Tahun II
f 20(l(| - ron<r f 2()(|5 - ?nr nr
01 Bontocani 16.738 33.478 17.767 35.534
02 Kahu 31.921 53.842 32.r45 64.290
03 Kajuara 30.603 61.206 32.276 64.5s2
04 Salomekko 13.543 27.286 t4.374 28.748
05 Tonra 10.654 21.308 10.799 21.598
06 PaUmpeng r4.500 29.000 r5.323 30.646
07 Ubureng 27.70r ss.902 28.841 s7.682
08 23.766 47.537 25.691 51.382
09 Sibulue 29.443 58.886 30.554 6r.128
l0 Cina 25.767 51.534 28.36S 56.730
l1 Barebbo 2s.039 50.078 26.565 53.130
t2 Ponre 12.106 24.032 rt t(e 24.516
l3 Lappariaja 2r.323 42.646 21.785 43.570
IA Lamuru zf.uJv 50.078 27.59r 55.182
15 Tellu Limpoe 13.910 27.820 14.397 28.794
r6 Bngo 23.547 47.094 23.85s 47.7r0
L7 Ulaweng za.a)Y 48.918 24.890 49.780
18 Palakka 20.s96 4t.192 21.504 43.208
l9 Awangpone 27.332 54.664 28.912 s7.824
zv Tellu Siattinge 39.300 78.600 39.833 79.666
2r Amali 21.539 43.278 22.698 45.395
zz Ajangale 29.419 s8.838 29.803 59.506
23 Dua Boccoe 29.739 59.478 29.823 59.546
24 Cenrana 26.481 52.962 28.095 56.190
z> Tanete R. Barat 35.521 73.042 43.292 86.584
26 Tanete Riattang 39.282 78.564 39.6s7
)', 'Jimr rr 79.314
Tanptp Q 71 .598 an <6t 81 1)4
Jumlah 688.373 1.376.746 7t7.765 1.423.530
Sumber: Hasil Analisis nm Pusat Pengembangan Perhutanan dan Permikiman tpilq uNlW 2000
Tabel4.32
Estimasi Kebutuhan Prasarana Persampahan di Kabupaten Bone
Tahun 2000-2010
No Kecamatan Jml. Pddk Estimasi Kebutuhan Jml. Pddk Estimasi Kebutuhan
Tahun I Prasarana Persampahan Tahun I Prasarana Persampahan
(2000 -
20os)
Tahun I (2000-2005) (200s
2010)
- Tahun II (2005-2010)
Gerobak TPS Container Gembak TPS Container
01 Bontocani 16.738 lo 22 I 17.767 L7 23 I
02 Kahu 31.921 31 42 3 32.145 32 42 3
03 Kajuara 30.503 30 40 J 32.276 32 43 3
04 Salomekko 13.643 13 18 I 14.374 t4 l9 I
05 Tonra 10.654 10 t r0.799 l0 74 1
Patjmpeng 14.500 t4 19 1 15.323 15 20 I
07 Libureng 27.701 27 JO ) 28.841 28 JU I
08 Mare 23.766 23 31 2s.69r 25 34 2
09 Sibulue 29.443 29 39 2 30.564 30 2
10 Cina 25.767 25 34 28.365 28 2
II Earebbo 25.039 25 5J 2 26.55s 26 3s
12 Ponre I 2.106 12 16 12.258 t2 l6 I
l3 Lappariaja 21.323 2r z6 2 21.785 2l 29 2
la Lamuru 25.039 2S JJ 27.59r 27 36
15 Tellu Limpoe 13.910 iq
IJ 1 14.397 l4 l9 1
16 Bengo 23.547 )t ?r
2 23.855 23 a
t7 Ulaweng 24.459 24 32 z 24.890 24 JJ 2
18 Palakka zu,)Yo )n 2 21.604 zl to
19 Awangpone 27.332 25 JA z6.vL2 28 38 z
Tellu Siattinge 39.300 39 J 39.833 39 53 J
2l Amali z t.oJv 2l 28 22.598 22 30 7
22 Ajangale 29.419 29 39 ?o en? 29 39
23 Dua Boccoe 29.739 29 39 29.823 29 39 2
Cenrana 26.481 to 35 28.095 28 5l
25 Tanete R. Barat 35.521 JO 48 J 43.292 43 57 4
zo Tanete Riattang 39.282 39 52 J 39.657 39 52 J
T:nala Q T;nr rr 35 7CC 4n q6, dn (d 4
Irml:h 588.373 oot, 887 )i 7rr.765 695 936 57
Sumber : Hasil Analisis nm Pusat Pengembangan Perhutanan dan Permukiman LppM lJNljAS, 2000
Analisis struktur tata ruang wilayah Kabupaten Bone Tahun 2000 -2010 terbentuk
sebagai akibat oleh adanya sinergis sistem diatas, yang berlangsung dengan pola
pembentukan yang dilakukan masyarakat yang sering disebut fenomena kota-desasi
(urban rural society). Tahapan pembentukannya dalam struktumya dipengaruhi oleh
sistem aktivitas, sistem pola pemukiman dan sistem pergerakan/jaringan sebagai wadah
pembentuknya. Dalam bahasan sistemnya akan diuraikan dibawah ini.
Berdasarkan kondisi eksisting yang ada, guna lahan di wilayah Kabupaten Bone dibagi ke
dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Penggunaan lahan perkotaan
Penggunaan lahan perkotaan ini meliputi perumahan dan permukiman, perusahaan,
jasa-jasa, industri dan aktivitas rural, perkantoran dan perdagangan.
b. Penggunaan lahan non perkotaan
Penggunaan lahan perkotaan meliputi persawahan, tegalan dan ladang, kebun
campuran, hutan negara dan hutan rakyat, perkebunan, padang rumput, tambak,
waduk dan wilayah genangan, rawa-rawa, kawasan pantai, dan lain sebagainya.
Luas lahan persawahan yang dimanfaatkan penduduk masih banyak berupa sawah tadah
hujan dan sawah irigasi desa/sederhana dengan luas masing-masing 46.633 Ha dan
23.7LL Ha. Jumlah ini masih memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi persawahan
beririgasi, mengingat areal persawahan yang telah beririgasi teknis dan semi teknis cukup
luas, yakni t7.4L5 Ha atau 19.680/o dari luas total lahan persawahan.
pemanfaatannya rerata lebih dari 1.000 Ha atau luas keseluruhan mencapai L2.544 Ha
(69.65olo).
Pemanfaatan lahan untuk persawahan relatif lebih luas untuk Kecamatan Lappariaja,
Kahu, Ajangale, Libureng, Awangpone dan Kecamatan Barebbo dengan luas rerata di atas
5.000 Ha. Luasan ini sudah termasuk sawah tadah hujan dan sawah pasang surut.
Pemanfaatan lahan untuk kebun campuran/tegalan lebih banyak dilakukan di Kecamatan
Ulaweng, Ajangale, Lappariaja, dan Kecamatan Libureng dengan luas rerata di atas 6.000
Ha.
Hutan negara yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan lindung terhadap wilayah
bawahan lebih banyak dijumpai pada wilayah Kecamatan Bontocani, Lamuru, Ponre dan
Kecamatan Mare dengan luas rerata di atas 15.000 Ha. Sedangkan kawasan untuk
pengembangan areal perkebunan relatif lebih banyak dijumpai di Kecamatan Lappariaja,
Cina, Mare, Kahu, Libureng, Tellu Siatinge dan Kecamatan Ulaweng dengan rerata luasan
pemanfaatan di atas 2.000 Ha.
Lahan kosong atau lahan tidur yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dan non
budidaya dengan luasan cukup besar banyak dijumpai di Kecamatan Tonra, Palakka,
Cenrana, Tanete Riattang Barat dan Timur dan Kecamatan Libureng dengan luasan di
atas 1.000 Ha. Luas keseluruhan lahan ini adalah 33.972 Ha atau 7.45o/o dari luas
keseluruhan wilayah Kabupaten Bone.
Saat ini perkembangan wilayah perkotaan di Kabupaten Bone masih terpusat di ibukota
kecamatan dan kabupaten yakni Kota Watampone dengan pola guna lahan didominasi
permukiman, pemerintahan, pendidikan, jasa dan perdagangan. Perkembangan
permukiman dan fasilitas penunjang perkotaan mengikuti pola linier mengikuti arah
jaringan jalan yang telah terbentuk sebelumnya dengan akses pencapaian relatif baik.
Wilayah bagian Tlmur Kabupaten Bone merupakan wilayah yang cepat perkembangannya
di banding dengan wilayah Barat, Selatan dan Utara. Kepesatan perkembangan ke arah
tersebut dikarenakan dan dipengaruhi oleh adanya kawasan pemerintahan dan jalur
perhubungan laut menuju ke Pelabuhan BajoE.
Jumlah penduduk kawasan perdesaaan ini adalah 555.811 jiwa pada Tahun 1999 dengan
luas wilayah 3.548,25 Km2. Luas pemanfaatan lahan untuk permukiman di kawasan ini
adalah 12.191 Ha atau 67.690/o dari luas keseluruhan lahan permukiman 18.009 Ha.
Umumnya masyarakat di kawasan ini bermatapencaharian sebagai petani, buruh tani
garapan dengan luas lahan persawahan 57.057 Ha atau 64.250/o dari luas total lahan
persawahan.
Konsentrasi permukiman perdesaan umumnya mengikuti pola dan bentuk sistem jaringan
jalan, pola permukiman desa perdesaan ini menyerupai kondisi permukiman perkotaan
dengan wilayah konsentrasi terletak dan berdekatan dengan tempat kerja (lahan
pertanian dan perikanan) secara berkelompok membentuk wilayah perkampungan/dusun
dengan dilengkapi sarana dan fasilitas penunjang sosial dan ekonomi.
Pemanfaatan kriteria di atas hanyalah sebagai acuan yang bersifat umum yang
diberlakukan pada wilayah yang masih memilki daerah yang bersifat perdesaan (rural)
atau kota desasi. Untuk wilayah yang sudah bercirikan kegiatan perkotaan perlu kriteria-
kriteria yang lebih kompleks dan lebih terinci. Sebagai pendekatan dalam analisis ini
dipergunakan metode skoring seperti yang d'rjelaskan di atas.
Pada Tahun 1998 jumlah rumah tangga di wilayah Kabupaten Bone yang menggunakan
lantai dengan jenis kayu (rumah panggung) yang paling dominan, yakni 77.600/0. Sedikit
mengalami penurunan bila dibanding dengan Tahun 1993 sebesar 89.41010. Nilai ini
berdampak langsung terhadap rumah dengan jenis lantai marmer, ubin, semen dalam
waktu yang sama mengalami peningkatan persentase pemilikan dari 0.260/o, t.97o/o,
7.71o/o menjadi I.70o/o,6.250/o dan L2.93o/o. Pada Tahun yang sama, rumah tangga
dengan luas lantai
t6.L2o/o. Rumah tangga yang menggunakan bahan seng sebagai atap masih lebih
dominan, yaitu 62.950/o lang meningkat menjadi 72.84o/o pada Tahun 1998 dan bila
dibanding propinsi, lebih kecil dengan selisih 2.360/o.
Kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk dan kualitas hidup
penduduk dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Namun di sisi lain,
persentase penggunaan bahan dari bambu sebagai lantai rumah juga mengalami
menambahan dari 0.24o/o menjadi 0.590/0. Indikasinya bahwa pasangan keluarga baru
sebagai tahap awal mendisain rumah relatif sederhana hanya untuk tempat tinggal.
Pemanfaatan lahan untuk persawahan dan hutan masih lebih dominan di wilayah ini
dengan fuas masing-masing 39.154 Ha (27.860/o) dan 35.613 Ha (25.34o/o). Terhadap
kabupaten pemanfaatan lahannya sebesar 44.260/o dan 20.190/o. Penggunaan lahan di
kawasan pesisir seluas 9.887 Ha atau 6.980/o dan 1000/o terhadap kabupaten
dimanfaatkan untuk pertambakan yang tersebar secara merata di seluruh wilayah
kecamatan pesisir.
Penutupan lahan secara umum di sepanjang pesisir pantai berupa vegetasi mangrove dari
jenis Bakau (rhizophora sp), Api-Api (avicennia sp), Gogen (sonetharia sp), Tanjang
(brugueria sp) dan Nipa (nypa fruticanQ dan jenis vegetasi lainnya. Ketiga jenis vegetasi
mangrove tersebut pertumbuhannya cukup baik dengan penutupan tajuk rata-rata dari
sedang sampai rapat. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi tanaman
dan penutupan tajuk masing-masing jenis vegetasi mangrove tersebut cukup baik dan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kondisi jenis vauna yang terdapat di sepanjang
kawasan ditemukan berbagaijenis satwa yang hidup dan berkembang yang antara lain:
. Hewan-hewan yang berasal dari laut atau sungai yang mengikuti pasang surut air laut
adalah ikan balanak (mugil cephalus), ikan bandeng (chanos forskal) ikan kakap (lates
calcarifar bloch), udang windu (penaeus mondon fabricus) dan udang putih ( penaeus
merguiensis de man).
. Hewan-hewan laut yang hidup melekat pada akar atau batang tumbuhan mangrove
yang tergenang air surut antara lain; tiram (crassostrea) dan siput (tittorinidae),
. Hewan-hewan laut yang hidup dipermukaan tanah lunak atau di dalam lubang tanah
lunak yang antara lain: teripang (stichopus), kepiting (scylta serata), udang lumpur
(thalassina amonala), ketam (ucu sasarma) dan lain-lain.
. Hewan penghuni hutan mangrove tepi yang terdiri dari tikus, biawak, kadal, katak,
keleawar dan lain-lainnya.
Fauna yang paling banyak jumlahnya di kawasan ini berasal dari famili crustacea
(kepiting, udang dan lain-lain) dan dari famili grastopoda (siput), karena famili ini memilki
eksoskeleton yang dapat mengurangi (membatas) kehilangan air dalam tubuh.
Intensitas pergerakan internal wilayah dapat diketahui dengan menilai besran dominasi
kendaraan berdasarkan jenis kendaraan yang melewati jalan tersebut adalah sepeda
motor kemudian kendaraan umum. Jam puncak pergerakan (peak hour) adalah antara
jam 09.00 sampai 12.00. Sedangkan moda mobil Box dan truck antara jam 06.00-09.00
Total pergerakan origin and destination (dalam LHR) terhadap tiga wilayah pengamatan
(kabupaten Wajo, Sinjai dan Maros) adalah sebagai berikut :
. Dari Kabupaten Bone ke Kabupaten Wajo atau sebaliknya adalah 2.L48 dan 1.870
. Dari Kabupaten Bone ke Kabupaten Maros atau sebaliknya adalah 3.338 dan 3.159
. Dari kabupaten Bone ke Kabupaten Sinjai atau sebaliknya adalah 1.426 dan L.472
Upaya yang harus diperhatikan guna mengantisipasi perkembangan ini adalah dengan
menambah jumlah armada kapal dan peningkatan fasilitas penunjang pelabuhan. Di
samping itu, mengingat hasil analisis angkutan sedimentasi di sekitar pelabuhan yang
cenderung bertambah, maka diperlukan upayakan pengerukan dan pengamanan DAS
yang bermuara Ke Teluk Bone. Upaya lain adalah perlunya penjajakan kembali dan
peningkatan/keberadaan pelabuhan lain, seperti Pelabuhan Kading, Pattiro Bajo, Cenrana
agar dapat berfungsi maksimal.
Panjang jalan di Kota Watampone hingga akhir Tahun 1999 adalah 153.95 Km yang
terbagi menurut fungsinya, antara lain: (1) jalan arteri primer sepanjang 13.120 Km, lebar
6 meter, (2) jalan arteri sekunder 12.604 Km dengan lebar 4 meter, (3) jalan kolentor
primer dengan panjang 10.885 Km dan lebar 5 meter, (4) jalan kolektor sekunder 34.981
Km dengan lebar 4.5 meter, (5) jalan lokal sekunder dengan panjang 82.360 Km dengan
lebar jalan 4 meter.
Pada tahun yang sama ffahun 1999) jumlah kendaraan yang memanfaatkan jalan
dengan panjang jalan 153.95 Km adalah27.846 unit kendaraan dengan laju pertumbuhan
kendaraan sebesar 1.09 persen pertahun dengan rasio sebesar 180 kendaraan/kilometer.
Persentase kendaraan terbanyak adalah sepeda motor 75.2 persen, kemudian mini bus
dan pick up dengan nilai masing-masing adalah 8.36 persen dan7.77 persen.
Kawasan fungsional lainnya seperti Kawasan Pelabuhan Fery BajoE dan sekitarnya
mempedihatkan perkembangan arus pergerakan penumpang (debarkasi dan embarkasi)
yang semakin meningkat. Dalam lima tahun terakhir menunjukkan laju pertumbuhan
yang semakin meningkat sebesar 3,91o/o pertahun untuk embarkasi dan debarkasi
9,04o/o. Debarkasi dan embarkasi penumpang melalui Pelabuhan Bajoe umumnya menuju
ke Kabupaten Kolaka (Propinsi Sulawesi Tenggara) begitu pula sebaliknya dengan jumlah
4L9.227 orang pada Tahun 1999. Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 25.430
orang dariTahun 1995 yang berjumlah 393.797 orang.
Wilayah hinterland Kota Watampone yang merupakan wilayah pengembangan pusat kota
telah mengalami perkembangan cukup pesat dan berpengaruh kuat terhadap produki
pergerakan untuk kegiatan perumahan, perkantoran maupun jasa pelayanan dan
2010, tidak terlepas dari sistem perwilayah dan struktur tata ruang Propinsi Sulawesi
Selatan, dinamika dan trend perkembangan pembangunan wilayah secara fisik, sosial
budaya dan ekonomi, serta pengaruhnya secara internal dan eksternal wilayah sekitar
kabupaten.
Oleh karena itu dalam struktur tata ruang sudah harus mencerminkan keterpaduan antara
visi dan misi yang diemban Kabupaten Bone ke depan dengan isi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten sebagai suatu kesatuan matra pembangunan bagi semua komponen-
komonen penggerak pembangunan.
perkembangannya dipegaruhi oleh akses jalan arteri primer dan sekunder Kota
Watampone dengan Kota Sinjai, melalui Palattae dan Mare.
Dengan maksud tersebut dan hasil analisis struktur tata ruang, kesesuaian lahan dan
kemampuan lahan, kebijakan pembangunan wilayah yang tertuang di dalam Pola Dasar
Pembangunan Kabupaten Bone Tahun 2000, serta trend perkembangan wilayah internal
dan eksternal, maka arahan struktur tata ruang wilayah dapat direkomendasikan sebagai
berikut (Tabel 4.34 dan Gambar 4.25).
Rekomendasi hirarki/orde pelayanan, pusat kota, fungsi kota dan wilayah pengaruhnya
dalam arahan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Bone di atas minimal mencakup
antara lain: (1) struktur tata ruang yang dihasilkan telah mencerminkan adanya pusat-
pusat konsentrasi permukiman yang berfungsi sebagai pusat produksi, distribusi dan
pusat pemasaran secara hirarkis dan sistematis, (2) pusat simpul tersebut berorientasi
pasar dan atau mempunyai kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dalam jumlah yang relatif
lebih baik dan mencukupi serta jumlah penduduk yang mampu mendukung fungsi simpul
tersebut.
Agar pengembangan wilayah dapat berfungsi secara menyeluruh dan serasi di antara
pusat-pusat dan sub pusat tersebut, maka perlu diciptakan mekanisme yang dapat
mengatur pertumbuhan pusat, sehingga dapat menunjang antara satu dengan lainnya.
Dalam hal ini semua ibukota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bone merupakan
pusat-pusat permukiman, demikian pula dengan fasilitas sosial ekonominya, maka ibukota
kecamatan tersebut diasumsikan sebagai sub pusat pengembangan.
dan permasatahan, kendala dan limitasi yang kemungkinan terjadi di wilayah ini, sehingga
perlu diupayakan penanganan secara tepat dan cermat.
Tabel 4.34
Rekomendasi Struktur Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bone Tahun 2OOO -2010
Luas wilayah Kabupaten Bone pada Tahun 2000 adalah 4.559 Km2 atau 7.30o/o dari luas
wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif terbagi dalam 26 kecamatan
definitif dan 1 kecamatan perwakilan yakni Kecamatan Tellulimpoe. Jumlah desa dan
kelurahan sebanyak 372 atau 11,91olo dari keseluruhan jumlah desa dan kelurahan di
Propinsi Sulawesi Selatan.
ATF
o
(.!
.x
o
E
z
d.
g
u
Y
@o o ;
@
z6
s
z
r$
o
=
EA
BI
=
t
EL
EI
J
!o
Y
*rI
-
J
(,
=
2
H
-&
E
=
(J
EI
=
4
I
vl
lrl
4
=
Pwtt Pengenhengcn Perhuleun tlan Pernuklnen LPP t'!'UNHAS
UP0RAtl AllfARA ll RAllCAlleAil REllCAllA ORA| REllctllil Re tht RTR\( Ktbqile a Eott 2000'20 | 0 ly-tt4
Kondisi topografi wilayah Kabupaten Bone bervariasi mulai dari wilayah datar sampai
daerah bergunung. Ditinjau dari tingkat kemiringan lereng Kabupaten Bone mempunyai
kemiringan antara 0olo sdmpdi lebih 40%o. Luas lahan menurut topografi/kemiringan
lereng adalah daerah datar (kemiringan 0 -15olo) dengan luas total L64.602Ha(36,L2o/o)
sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lereng >40o/o atau kategori daerah
bergunung-gunung mempunyai luas 87.380 Ha atau 19,t6o/o.
Wilayah potensial pada daerah datar dengan kemiringan (0-15o/o) dapat dikembangkan
untuk lahan urban yaitu permukiman, perdagangan, perkantoran, industri dan jasa,
industri pariwisata dan kegiatan budidaya lainnya. Wilayah potensil pengembangan
kawasan pelabuhan laut, industri perahu, wisata bahari wilayah ini umumnya pada daerah
pesisir pantai Kabupaten Bone dengan pajang pesisir t27 Km. Sedangkan topografi
bergelombang sampai bergunung merupakan peruntukan kawasan hutan lindung dan
hutan produksi.
Guna menunjang fungsi tersebut, sarana dan prasarana transportasi diarahkan untuk
meningkatkan perkembangan daerah di bidang sosial, ekonomi, perdagangan, pariwisata,
dan pertahanan keamanan. Transportasi darat, jaringan afteri primer yang
menghubungkan PPN Makassar dengan PPAW melalui Camba (Kabupaten Maros). Fungsi
jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan kota dengan fungsi PPW dan PPAW,
yaitu Kolektor primer Bulukumba - Watampone melalui Kabupaten Sinjai, kolektor primer
Watampone - Watang Soppeng melalui Pompanua, Cabenge dan Takkalalla dan kolektor
primer Watampone -
Sengkang melalui Pompanua. Sedangkan perhubungan laut
diarahkan peningkatan fasilitas angkutan penyeberangan yang menghubungkan Bajoe ke
Kolaka (Sulawesi Tenggara).
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan kabupaten dan terciptanya pertumbuhan
wilayah kecamatan secara merata dan untuk menarik investasi dan para investor baik
asing maupun dalam negeri untuk menanamkan modalnya di wilayah Kabupaten Bone,
maka kebijakan pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan beberapa
kawasan pengembangan dan andalan dengan titik berat pada pengembangan tanaman
pangan dan peternakan, yang antara lain:
1. Sub Wlayah Pengembangan (SWP) bagian Selatan Barat Daya meliputi; Kecamatan
Libureng, Bontocani, Kahu, dan Ponre, dengan pusat pengembangan di Kahu. Arahan
pengembangan kegiatan meliputi agroindustri, tanaman pangan, padi, palawija,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
2. Sub Wlayah Pengembangan (SWP) bagian Selatan dengan pusat pengembangan di
Mare yang meliputi; Kecamatan Mare, Tonra, Kajuara, Salomekko dan Patimpeng.
Pengembangan ditetapkan sebagai pengembangan padi, palawija, dan perikanan.
3. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) bagian Barat yang meliputi; Kecamatan
Lappariaja, Lamuru, Bengo, dan Tellulimpoe, dengan pusat pengembangannya di
Leppangeng. Diarahkan sebagai pengembangan agroindustri, tanaman pangan, padi
dan palawija.
4. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) bagian Utara meliputi; Kecamatan Dua Boccoe,
Ajangale, dan Amali, dengan pusat pengembangannya di Dua Boccoe. Arahan
pengembangannya di sektor kegiatan tanaman pangan padi, palawija, dan perikanan
(budidaya tambak, udang dan kepiting).
5. Sub Wlayah Pengembangan (SWP) bagian Tengah yang meliputi; Kecamatan Tanete
Riattang, Tanete Riattang Timur, Tanete Riattang, Barebbo, Cina, Sibulue, Palakka,
Ulaweng, Amali, Awangpone, Tellu Siattinge, Cenrana dan Kecamatan Ponre, dengan
pusat pengembangan di Kota Watampone. Diarahkan sebagai pengembangan pusat
pendidikan, kebudayaan, pusat pelayanan pantai 1lmur, tanaman pangan,
peternakan, perkebunan, perikanan dan industri.
Mengacu pada karakteristik wilayah kecamatan dan potensi serta prospek pengembangan
yang dimilikinya, maka ditetapkan kawasan andalan yang berfungsi sebagai roda
penggerak pembangunan wilayah, yaitu:
1. Kawasan Andalan Cenrana sebagai kawasan pengembangan perikanan berupa
budidaya kepiting dan udang.
2. Kawasan Andalan Ajangale sebagai pusat pengembangan industri kecil berupa
pakaian pengantin, baju bodo dan sarung sutera.
3. Kawasan Andalan Lamuru sebagai pusat pengembangan pertambangan batu bara dan
perkebunan.
4. Kawasan Andalan Kajuara sebagai pusat pengembangan transportasi laut dan darat
berupa barang dan jasa.
Berdasarkan hasil dari di atas bahrrua secara umum pantai ini mempunyai sifat yang sama/
hanya dibedakan oleh tinggi ombak dan kemungkinan terjadinya perbedaan arus susur
pantai. Oleh karena itu, pantai Teluk Bone dapat secara regional dapat diklasifikasikan
dalam Tipe B.
llpe pantai ini tidak direkomendasikan untuk pengembangan kawasan industri, kecuali
industri perahu disamping kemungkinan lain yang dapat dikembangkan di Teluk Bone
Kabupaten Bone adalah (1) pelabuhan barang dan penumpang, (2) Konservasi hutan
2. Sumberdaya Lahan
Pemanfaatan lahan untuk kepentingan budidaya, non budidaya, kawasan yang berfungsi
lindung dan kawasan strategis lainnya, untuk lima tahun terakhir belum mengalami
perubahan luasan yang signifikan. Luasan Pemanfaatan lahan di wilayah ini dibagi dalam
penggunaan lahan basah/persawahan dan lahan kering. Luas pemanfaatan lahan tersebut
pada Tahun 1999 adalah 88.449 Ha untuk lahan persawahan dan 367.451 Ha untuk lahan
kering. Pemanfaatan untuk kawasan hutan, baik hutan rakyat dan negara dengan luas
176.430 Ha pada Tahun 1999 yang terbagi dalam hutan rakyat seluas 7.323 Ha dan
hutan negara 169.107 Ha. Selanjutnya pemanfaatan lahan untuk tegalan dan kebun
campuran mencapai 81.035 Ha atau 22.05o/o dari luas total pemanfaatan lahan kering.
Lahan kosong atau lahan tidur yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dan non
budidaya dengan luasan cukup besar banyak dijumpai di Kecamatan Tonra, Palakka,
Cenrana, Tanete RiatLang Barat dan Timur dan Kecamatan Libureng dengan luasan di
atas 1.000 Ha. Luas keseluruhan lahan ini adalah 33.972 Ha atau 7.45o/o dari luas
keseluruhan wilayah Kabupaten Bone.
3. Sumberdaya Mineral
Potensi sumberdaya mineral berdasarkan jenisnya di Kabupaten Bone terdiri dari:
(1) Batubara memungkinkan dieksploirasi adalah 4.626.300 Ton;
(2) Pasir Kuarsa, jumlah cadangan pasir kuarsa mencapai 12.844.000 Ton;
(3) Tanah liat, jumlah cadangan sebesar 10.000.000 M3;
(4) Mangan, jumlah potensi endapan bijih mangan di daerah ini diperkirakan adalah
2.325 Ton.
(5) Tembaga, jumlah kandungan potensial perlu studi lanjutan;
(6) Emas dan Perak, pernah dieksplorasi oleh PT Karaja Mineral;
(7) Bijih Besi d'rjumpai di daerah Timur Laut Pammusureng Kecamatan Bontocani;
(8) Andesit dan Diorit, cadangan mencapai 18.000.000 M3;
(9) Kaolin, berada di bagian Tenggara dan Selatan utamanya di Kecamatan Bontocani
dan Kajuara;
(10) Pasir, Kerikil dan Bongkahan Batu dalam kelompok ini adalah Marmer 10.000.000
Ton, Batu Gamping/Kapur 1.250.000 Ton berada di Kecamatan Bontocani, Kajuara,
Salomekko, Libureng dan Kecamatan Tonra.
4. Sumberdaya Air
Sumber air baku potensil yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih, antara lain:
. Waduk Paccapaseng di Kecamatan Ponre dengan luas 2.000 Ha;
. Waduk Paropo di Kecamatan Lappariaja dengan luas 2.300 Ha;
. waduk waru-waru di Kecamatan cina dan Mare dengan luas 2000 Ha;
. waduk Solomekko di Kecamatan salomekko dengan ruas L.722 Ha;
. waduk Ponre Ponre di Kecamatan Libureng dengan luas 10.000 Ha;
. Pengembangan waduk sanrego di Kecamatan Kahu dengan luas 10.000 Ha;
. Danau Ujung di Kecamatan Dua BoccoE dengan luas 450 Ha;
. Tangkapan Air/Rawa-Rawa Pasang Surut UloE Dua BoccoE dengan luas 800 Ha
D. Potensi Sektor Perekonomian
1. Sektor /Sub Sektor Strategis
Sektor ekonomi dalam periode Tahun 1995-1998 di Kabupaten Bone yang relatif
perkembangannya adalah sektor Pertanian, Listrik dan Air, Perdagangan, Hotel dan
Restoran, dan Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Distribusi sektor tersebut
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di akhir Tahun 1998, masing-masing
adafah 65.860/o (1.39%), 0,5Lo/o (8.440/0),8.35o/o (Llgo/o),3.57o/o (1.34o/o). Sedangkan
sektor lainnya dalam periode ini yang memperlihatkan kontribusi menurun adalah sektor
Penggalian, Industri Pengolahan, Bangunan dan Konstruksi, Angkutan dan Komunikasi
termasuk Jasa-Jasa dengan nilai sharing masing-masing adalah 0.39o/o C,.3so/o), g.310/o
( - 1 . 1 8 % ), 3 .29o/o (3. I 4 o/o), 3 .24o/o C 0. 5 1 o/o), 6.500/o ( 9. 8 1 o/o)
Kekuatan sektor ekonomi secara internal wilayah Kabupaten Bone dalam periode
perkembangannya (sebelum krisis ekonomi) masih bertumpu pada Sektor pertanian,
Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Jasa-Jasa dengan
besar kontribusi terhadap PDRB wilayah adalah Rp. 1.463.970,31Juta atau 89.00% dari
total PDRB yakni Rp. 1.644.907,55 Juta.
Pergeseran atau pertumbuhan pangsa wilayah (differential shift atau regional share)
memperlihatkan hasil kinerja sektor-sektor ekonomi hampir semuanya dalam kondisi
kurang baik atau daya saingnya rendah (nilai negatif sektor). Sektor tersebut adalah
pertanian, penggalian, industri, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Sektor Listrik dan
Air (36 o/o), Bangunan (10 %), Perdagangan (5 o/o), Hotel dan Restoran (46
o/o),
mempunyai daya saing tinggi terhadap regional lainnya. Walaupun demikian secara
optionalpergeseran bersih (net shift) semua sektor pembangunan Kabupaten Bone relatif
maju dibanding regional dalam skala propinsi, terutama sektor Listrik dan Air (LZB o/o).
Keseluruhan bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: (l) Sektor relatif unggulan
adalah Sektor Listrik dan Air, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (2) Sektor agak unggulan adalah Sektor
Industri, Jasa-Jasa, (3) Sektor relatif
Penggaf ian, mundur adalah Sektor pertanian dan
Sektor Angkutan dan Komunikasi,
3. Peluang Investasi
Potensi yang dimiliki Kabupaten Bone, baik sumberdaya alam maupun manusia
merupakan keunggulan komparatif (comparative advantage) yang dapat mengantar
wilayah ini menuju keunggulan kompetitif (competitive advantage),jika terdapat modal
(capital) yang cukup untuk diinvestasikan. oleh karena itu perlu diupayakan penggalangan
sumber-sumber potensi investasi baik yang berasal dari hibah/bantuan luar negeri
(grants), pinjaman atau utang luar negeri (oan), investasi swasta (enterpreneurship)
serta modal masyarakat (capital stock).
Dari keseluruhan jumlah proyek yang dilaksanakan para investor di propinsi Sulawesi
Selatan hingga akhir Tahun 1999, 5 persen alokasinya berada di Kabupaten Bone dengan
jumlah modal kerja yang ditanamkan adalah Rp. 113.543,80 Juta (2.55o/o) (terbanyak di
WP Bagian Timur) dan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak ],42g orang (3.92o/o).
Jenis komoditi dan luas lahan yang diusahakan berupa komoditi perkebunan, perikanan
dan pertanian dengan luas lahan 1.048,89 Ha.
Pada masa akan datang, seiring dengan semakin membaiknya iklim ekonomi dan sosial
politik negara kita dan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana kewenangan dan pengelolaan pembangunan dilakukan
secara mandiri (otonomi), maka diperkirakan laju perkembangan investasi dan investor
akan semakin meningkat. Berbagai dampak positif (multiplier effect) yang akan diraih
Kabupaten Bone, sehubungan ditetapkannya beberapa kawasan andalan dan pusat
pengembangan wilayah yang disertai berbagai kemudahan infrastruktur administrasi.
E. Perkembangan Penduduk
Rerata laju pertumbuhan penduduk berdasarkan struktur usia di wilayah Kabupaten Bone
dalam kurun waktu Tahun 1996-1999 memperlihatkan peningkatan dengan nilai 0,78o/o
pertahun untuk laki-laki dan 0,7Io/o pertahun dari. Laju pertumbuhan struktur usia ini
relatif sedikit lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bone, yakni
1,74o/o pertahun.
Jumlah angkatan kerja, usia penduduk antara 10 - >65 tahun pada Tahun 1999
berjumlah 514.804 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2,09o/o pertahun, terserap
diberbagai bidang usaha, seperti; perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa
lainnya yang dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Sektor usaha pertanian
lebih ditingkatkan dan dikembangkan dengan berorientasi kepada agroindustri dan
agribisnis dalam sistem proses industrialisasi yang ditandai dengan adanya kegiatan
industri yang melibatkan investor.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Tahun 1999 sebesar 53.630/o,lebih tinggi
dari rerata TPAK Propinsi Sulawesi Selatan sebesar 51.180/0. Demikian halnya dengan
tingkat kesempatan kerja dan tingkat pengangguran di wilayah Kabupaten Bone relatif
lebih rendah dibanding Propinsi Sulawesi Selatan dengan nilai masing-masing adalah
92'25o/o dan 7,75o/o. Rata-Rata waktu
bekerja laki-laki adalah 31,73 jam selama
seminggu, sedangkan perempuan adalah 29,06 jam. Secara keseluruhan jam kerja
penduduk Propinsi Sulawesi Selatan masih lebih tinggi dibanding Kabupaten Bone, yakni
33,95o/o.
A. Sektor Perekonomian
Kekuatan sektor basis ekonomi (sebelum krisis ekonomi) masih bertumpu pada Sektor
Pertanian dan Jasa. Nilai spesialisasi sektor basis ini didukung oleh kemampuan sektor
tersebut dengan market sharing terhadap PDRB di Tahun 1998 masing-masing adalah
65.860/o dan 6.500/o dengan laju pertumbuhan pertahun sebesar 24.44o/o dan L0.67o/o.
Namun bila diperhatikan lebih mendalam, nilai pergeseran atau pertumbuhan pangsa
wilayah (differential shifr atau regional share) secara eksternal propinsi, hampir semua
sektor, kinerja atau daya saingnya rendah (nilai negatif sektor). Sektor tersebut adalah
Pertanian, Penggalian, Industri, Angkutan dan Komunikasi dan Jasa-jasa. Sedangkan
Sektor Listrik dan Air (36 o/o), Bangunan (10 0/c), Perdagangan (5 o/o), Hotel dan Restoi-an
(46 o/o), mempunyai daya saing tinggi terhadap regional lainnya. Walaupun demikian
secara optional pergeseran bersih (net shift) semua sektor pembangunan Kabupaten
Bone relatif maju dibanding regional dalam skala propinsi, terutama sektor Listrik dan Air
(L28 o/o).
Merosotnya daya saing sektor pertanian dalam lingkup eksternal akan berdampak pada
laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini secara keseluruhan. Tanaman pangan berupa padi,
dan sayur-sayuran, tingkat produktivitas pertahun mengalami penurunan sebesar 97.g55
Ton dan 21 Ton di akhir Tahun 1999. Kondisi ini perlu diantisipasi, mengingat wilayah
Kabupaten Bone merupakan salah satu daerah (BOSOWASIPULU) yang diarahkan untuk
mengamankan stok kebutuhan pangan.
Upaya yang perlu dilakukan adalah pencetakan atau pembukaan lahan sawah baru dan
melakukan intensifikasi pertanian dalam proses dan pasca produksi pertanian. Disamping
itu juga perlu diperketat pengawasan konversi lahan persawahan ke peruntukan lainnya,
khususnya fungsi urban guna memenuhi kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian
terutama sawah-sawah yang telah beirigasi teknis dan semi teknis.
Sektor Pertambangan dan Mineral, kontribusinya terhadap PDRB relatif kecil (0,39olo)di
Tahun 1998, masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan, mengingat potensi cadangan
sumberdaya tersebut sangat besar dan tersebar di seluruh wilayah kabupaten. promosi
dan kemudahan regulasi/kebijakan bagi investor merupakan salah satu hambatan, oleh
karena itu upaya optimal untuk mengolah sumberdaya ini perlu ditingkatkan.
Sentraliasi kegiatan perekonomian pada suatu kawasan tertentu saja, akan memberikan
dampak negatif terhadap perkembangan wilayah secara keseluruhan. Wilayah perkotaan
dan perluasannya dengan kemampuan infrastruktur yang memadai akan menciptakan
disparitas (kesenjangan) antar wilayah belakangnya. Oleh karena itu, desentralisasi
kegiatan ke wilayah lain yang mempunyai sumberdaya potensial perlu dikembangkan.
Penyediaan sarana dan prasarana pendorong kegiatan ekonomi di wilayah tersebut akan
menciptakan pusat-pusat keunggulan yang nantinya dapat berfungsi sebagai kawasan
andalan baru untuk wilayah sekitarnya.
B. Dimensi Kependudukan
Persebaran penduduk di wilayah Kabupaten Bone menunjukkan kondisi yang tidak merata
dan seimbang. Sebagian besar penduduknya terkonsentrai pada wilayah perkotaan
(ibukota kabupaten dan kecamatan), sebagai contoh, Kecamatan Tanete Riattang Barat,
Tanete Riattang, Tanete Riattang Timur, Kahu dan Kecamatan Tellu Siattinge. Secara
kumulatif kecamatan tersebut tumbuh hampir dua kali lipat dibanding pertumbuhan
kabupaten dengan pertumbuhan masing-masing 3,460/o dan 2,53o/o dengan jumlah
penduduk masing-masing kecamatan rerata di atas 30.000 ribu jiwa pada Tahun 1999.
Konversi lahan pada kawasan lindung dan suaka alam di sepanjang pesisir pantai
berdampak semakin berkurangnya areal kawasan hutan Mangrove yang beralih kepada
pembukaan/pemanfaatan lahan tambak, industri pariwisata bahari permukiman, dan
fungsi budidaya lainnya. Akibat dari itu semua adalah terjadinya abrasi pantai, intrusi air
laut, terganggunya kelestarian flora dan fauna, berkurangnya habitat biota perairan.
Akumulasi dari keseluruhan dampak tersebut adalah menurunnya tingkat pendapatan dan
tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar pesisir pantai.
Pembukaan lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang tidak sesuai dengan aturan dan
keb'tjakan yang telah ditetapkan (kawasan hutan lidung dan suaka alam) akan berdampak
terhadap ketidakseimbangan lingkungan hidup flora dan fauna termasuk habitatnya.
Lebih jauh dampaknya dirasakan adalah sistem keanekaragaman hayati dan satwa yang
bercirikan daerah tropis akan semakin punah.
(konsentrik dan gridiron) yang mengikuti pola jaringan jalan utama dan regional yang
menghubungkan dengan wilayah kabupaten lain. Sedangkan wilayah belakang yang
merupakan wilayah pengembangan kota, kecenderungan membentuk pola tersendiri,
mengikuti perkembangan jaringan jalan yang telah direncanakan. Pola kehidupan
masyarakatnya telah mengalami proses transisi dari kehidupan peftanian perdesaan
beralih ke kehidupan perkotaan. Wilayah tersebut berada di Maccege, Macanang,
Panyula, Bajoe dan Waetuo.
kota, sefta peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana wilayah untuk
menciptakan aksesibilitas yang seimbang terhadap fungsi-fungsi pelayanan sosial
ekonomi bagi segenap lapisan masyarakat dalam wilayah secara keseluruhan.
ad ministratif. WatamPone;
dan Cenrana;
r Evaluasi kelayakan dan kesinambungan terminal regional darat Petta Ponggawae.
hubungannya dengan tingkat kemudahan pergerakan barang dan manusia dalam
sistem kegiatan masyarakat kota dan antar wilayah belakangnya;
WrrgrrtrogtrPcrlalenanlnPeraulinnlPPll'ullllAs
tAP1RAtl AilfARA lt RAllCAll9All REllCAlln PRAF REllCAllA) Rarbi RfRt( Kttt2ilsn Eoae 2000'20 t0 lt/- | 50
L. Konsepsi Pembiayaan
pembangunan
Konsepsi ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menunjang keberhasilan
dilihat dari segi finansial dan kelestarian ekologis lingkungan. Konsepsi pengembangan
pembiayaan ditemPuh melalui:
. pemanfaatan dan pengelokasian sumber-sumber dana tersebut dititikberatkan pada
sektor-sektor prioritas, seperti prasarana dasar, misalnya sektor perhubungan.
Sedangkan untuk sektor-sektor jasa dan sosial menjadi prioritas selanjutnya untuk
menciptakan keterkaitan antar sektor dan peningkatan kegiatan ekonomi kerakyatan.
. Bantuan luar negeri baik swasta melalui Badan-Badan Internasional berupa
penanaman modal, pinjaman atau sumbangan yang tidak mengikat;
. pemberdayaan badan usaha milik negara (BUMD) untuk lebih meningkatkan
pendapatan asli daerah, sehingga dapat berperan memberikan sumbangan daiam
pembiayaan pembangunan daerah;
. Meningkatkan peran serta lembaga keuangan seperti bank pemerintah, swasta dan
penggerak
koperasi maupun lembaga keuangan lainnya dalam ikut berperan sebagai
dan sarana mobilisasi dana masyarakat yang efektif dalam kegiatan pembanguanan
daerah;
peningkatan pengarahan dana masyarakat dapat dilakukan baik melalui lembaga
keuangan maupun kebijakan fiskal APBD. Namun karena kondisi krisis moneter
sedikit sensitif terhadap kondisi mekanisme pasar, sehingga keb'rjakan lewat APBD
dianggap lebih efektif;
pembiayaan proyek-proyek sektoral melalui program bantuan khusus presiden;