Anda di halaman 1dari 55

REllCAllil Retiti RTR|( Kctapctet Rorc 2000'20 | 0 lt/ - 99

UPlRAtl AfiARA tl RAtlCAlteAil REHCAIIA ORAF

B. ANALISIS PRASARANA LISTRIK


8.1 Analisis Kondisi Eksisting
Sumber energi listrik yang digunakan di Kabupaten Bone bersumber dari PLN yang
pengelolaanya dilaksanakan PLN Cabang VIII Watampone yang dibagi dalam 10 sub
ranting dan 4 ranting cabang dengan sistem interkoneksi.

Berdasarkan jumlah pelanggan, daya tersambung dan energi total yang terpakai dalam
waktu tahun 1997-1999 mengalami pertumbuhan dengan nilai 6,060/o, 7,82o/o, dan
g,70o/o. Dampak positif dari peningkatan tersebut juga memberikan dampak langsung

terhadap peningkatan nilai jual energi listrik.

peningkatan penggunaan energi listrik akan meningkat dengan membaiknya kondisi


ekonomi, sosial dan politik negara kita yang akan memacu tumbuhnya industri. Estimasi
tersebut berdasarkan kondisi perkembangan jumlah pelanggan energi listrik yang
mengalami peningkatan secara keseluruhan dari tahun 1995-1999 dengan besaran
pertu mbuh an t5,27 o/o
Peftahu n.

jaringan
Disisi lain peningkatan kebutuhan energi listrik harus dibarengi dengan perluasan
pelayanan dan peningkatan kualitas pada beberapa desa yang belum terlayani energi
listrik (49 desa dengan jumlah 12.558 KK)

8.2 Standar Kebutuhan Energi Listrik


penggunaan standarisasi kebutuhan listrik digunakan untuk menghitung estimasi
kebutuhan dimasa yang akan daiang. Standar yang digunakan untuk estimasi kebutuhan
adalah :

1. perumahan dengan golongan tipe A adalah 450 VAAVatt, tipe B adalah 900 VA/watt

dan tipe C sebesar 1.300 VAAtVatt.


Z. Fasilitas perdagangan dan perkantoran membutuhkan suplai energi listrik sesuai

standar yakni 60 watt/m2 atau 250lo dari kebutuhan rumah tangga.


3. Fasilitas sosial dan pelayanan umum untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, dan
peribadatan, dan pelayanan umum meliputi pos hansip dan balai pertemuan. Standar
kebutuhan energi listrik untuk fasilitas tersebut adalah 60 watVmz atau 25olo dari
kebutuhan rumah tangga.

Ponl Pcagenleagcn Porlalenn ha Pen&intn lPPil'AilHAS


UP0RAll AilfARA ll RAllCAileAil REllCAllA (2RAf REllCAllil Ratiti RTRh( Kttaptea Eone ?000'20 t0 ly- t00

4. Penerangan jalan membutuhkan 10o/o energi listrik dari total kebutuhan rumah

tangga.
5. Perkiraan kehilangan energi listrik dalam transmisi diperkirakan 30o/o dari total energi
listrik yang dibutuhkan.

8.3 Estimasi Kebutuhan Energi Listrik


Pengembangan energi listrik di Kabupaten Bone dengan peningkatan prasarana dan daya
terpasang untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang kian bertambah. Pengembangan
prasarana energi listrik dengan menggunakan sistem bentang di udara dan pemasangan
trafo pengendali. Sistem tersebut mengikuti pola jaringan jalan yang ada sehingga
diharapkan controling systemdapat dilakukan dengan mudah.

Kebutuhan energi untuk perumahan dibagi dalam tiga kategori sesuai dengan kebutuhan
tipe rumah, energi listrik yang dibutuhkan dalam tahap I (2000-2005) sebanyak
90.166.600 VA/Watt dan untuk tahap II dibutuhkan sebanyak 95.3171.950 VA/Watt.
Estimasi kebutuhan energi listrik yang diperinci menurut tipe rumah pada tahap I adalah

tipe A membutuhkan sebanyak 36.067.500 VA/Watt, tipe B sebanyak 36.516.600 VA/Watt


dan tipe C sebanyak 17.582.500 VA/Watt (Tabel 4.23)

Seluruh aktivitas pada fasilitas tersebut membutuhkan energi listrik untuk meningkatkan
kinerja operasionalnya. Jumlah kebutuhan energi listrik untuk tahap I (pertama) Tahun
2000 - 2005 sebanyak 54.099.960 VA/Watt dengan rincian sebagai berikut : (1)
perdagangan dan perkantoran membutuhkan 22.541.650 VA/Watt, (2) fasilitas sosial dan
pelayanan umum sebanyak 22.54I.650 VA/Watt, dan (3) penerangan jalan membutuhkan
suplai sebanyak 90.116.660 VAAffatt. (Tabel 4.24)

Kebutuhan energi listrik pada tahap II Tahun 2005 - 2010 mengalami peningkatan,
dengan tingkat kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan sebanyak 57.223.t7L
VA/lVatt, jadi kebutuhan energi listrik bertambah sebesar 3.L23.2LL y4fffatt dari tahap
sebelumnya (54.099.960 VAAVatt), Lihat Tabel 4.24

Pwt Peaganhager Pafiatunen len Pernalian lPPil-AilHAS


UP0RAll AilfARA ll Rlll0AtleAtl REllCAtlA (hRAF REtlCAtlA) tutiil RfRt( Ktla2ttu Eona 2000'20 | 0 ly-t00

Tabel 4.23
Estimasi Kebutuhan Listrik Untuk Perumahan di Kabupaten Bone
Tahun 2000 - 2O1O
fahan f fPertamal Tahun 2OOO - 2OOS
Jml. Kebutuhan Perumahan Kebutuhan Listrik Perumahan
No Kecamatan Manorrri Yina Drrmrh Mcnrrrrri Tim Plrmth Jumlah
Pddk
Tioe A TiDe B TiDe c TiDe A Tine B Tioe C
01 Bontocani r6.738 2008 1004 336 903600 903600 436800 2244000
0z Kahu 31.921 3830 1915 638 1723500 1723500 829400 4276400
03 Kajuara 30.603 3672 1835 612 1652400 550800 795600 2998800
04 Salomekko 13.643 1637 819 273 736650 737100 354900 1828650
05 Tonra 10.654 t278 639 213 575100 287550 276900 I 139550
UO Patimpeng 14.500 1740 870 290 783000 783000 377000 1943000
07 Libureng 27.701 3324 1662 554 1495800 1495800 720200 3711800
08 Mare 23.766 2852 t426 475 r283400 1283400 517500 3184300
09 Sibulue 29.443 3s33 7767 589 1589850 1590300 765700 3945850
l0 Cina 25.767 3092 1546 515 r391400 1391400 669500 3452300
'tt Earebbo 2s.039 3005 1502 501 r352250 1351800 551300 3355350
72 Ponre 12.106 1453 726 242 653850 653400 314600 r62r850
q<q r nn
13 Lappariaja 21.323 2559 7279 427 1151550 1151100 2857750
l4 Lamuru 2s.039 300s 1502 501 t5J22>U 1351800 651300 3355350
15 Tellu Limpoe 13.910 loot 278 751050 751500 361400 1863950
16 8ngo 23.547 2825 1413 471 1271250 t271700 612300 3155250
17 Ulaweng 24.459 2935 1468 489 1320750 1321200 635700 3277650
l8 Palakka zu. )vo 2471 1236 4L2 1111950 I I 12400 535600 2759950
lv Awangpone 27.332 3280 1369 547 r476000 1232100 71 I 100 3419200
20 Tellu Siattinge 39.300 47t6 2358 786 2122200 2122200 102r800 5266200
27 Amali 21.639 2597 1298 433 I 158650 I 168200 562900 2899750
22 Ajangale 29.419 3530 1765 588 1588500 1588500 764400 3941.O0
Dua Boccoe ?o 7?o ? (ao 1784 fv) 1606050 1605600 773500 3985150
23
24 Cenrana 26.481 3178 1589 529 1430100 1430r00 687700 3547900
25 Tanete R. Barat 36.52r 4382 2192 t5u 1971900 1972800 949000 4893700
T:^ai6
. gl Igl!
Oi1ts:^^
|\|9\w.ly
?o 104 4774 1tc< 786 tU,JZUU ZIZUAUU 102 1600 7235400
27 T:nola P Timr rl ?q 7qq A)OA al ae 'r1R 1 07Rfnn i o???nn alnRnn 4AA'r)nn
'l rml:h 583.373 80150 40s74 r3525 36067500 16S r 55nn t 7sR2 S00 qnr 66600

rrhrh tt /llazlrrr\ trhrrn )fl6q - ?Ot ll


Jml. Kebutuhan Perumahan Kebutuhan Listrik Perumahan
NO Kecamatan Pddk l|a6'rdrl T;6a Orrm.h Menrrrrrt Tina Prrm:h Jumlah
TimA TiDe B TiDe C TiDe A Tioe B Tioe C
01 Eontocani t7.767 2t32 1066 l5) 959400 959400 461500 2380300
02 Kahu 32.145 3857 1929 643 1735650 1736100 835900 4307650
03 Kajuara 32.276 3873 1937 645 r742850 1743300 838500 38579s0
04 Salomekko t4.374 t725 867 286 776250 780300 371800 1928350
U) Tonra 10.799 7296 648 216 583200 583200 280800 7447200
NA PaUmpeng 15.323 1839 920 306 827550 828000 397800 20533s0
07 I ihr rrond zd.da I J{O T 1730 s77 r557450 1557000 750100 38645s0
08 Ma!'e tq 641 ?na1 1541 514 1387350 1386900 668200 JfrZTJU
no Sibulue 30.564 3568 1834 5ll TO]UOUU IO)UOUU 794300 4095500
10 Cina 28.365 3404 1702 s67 153 1800 1531800 737700 3800700
11 Barebbo ?r ee 1594 531 1434600 1434600 690300 J))Y)UU
t2 Ponre 12.258 t47l 736 245 661950 662400 318500 1fi2850
L5 Lappariaja 21.785 2612 1306 435 1 175400 1 175400 )o))uu 29r5300
l4 Lamuru 77.59r 331 I 1655 ))z 1489950 1489s00 I 7 /OUV 50v/u)u
15 Tellu Limpoe 14.397 t727 864 288 777750 777600 374440 r929r50
16 Bengo 23.855 2863 1431 477 lZ6dJ)U 1287900 620100 3196350
l7 Ulaweng 24.890 2987 1493 498 13214150 1343700 647400 3335250
18 Palakka 2r.604 2s93 1296 432 rr66850 il66400 561600 2894850
19 Awangpone 28.912 3459 1735 578 1561050 1551500 751400 3873950
20 Tellu Siattjnge 39.833 4780 2390 797 2151000 2151000 1036100 5338100
2L Amali tz.o)6 2724 1352 454 r225800 1225800 590200 3041800
22 Ajangale 29.803 3577 1788 596 1609650 1609200 n4800 3993650
z5 Dua Boccoe lo al? 3579 1789 s97 r510550 1610100 776100 3996750
24 Cenrana 28.095 3371 1686 552 1516950 1517400 730600 3764950
2) Tanete R. Barat 43.292 5r59 2597 866 f?t r ((n 2337300 I 125800 5784650
20 Tanete Riattang 39.657 4759 2379 793 2141550 2 141 100 1030900 5313550
a1 Tt^aia O -6,,. dn <6t dg<" 721! tnq4?nn a2<n(n
lrrmllah I 765 8541 r 4)70'6 14) 38414qSO ?n43S40C r8 sol 60n qq ?71 c50
Sumber : Hasil Analisis nm Pusat Pengembangan krhutanan dan Permukman LPPM UNllAS, 2000

Panl Pangentcagtn Parldcmn tha Ptmilittr LPP4-UMIAS


UPnRAtl AilnRA il RAllCAileAil REllCtllA (hRAf REllCAllA) Rsrbi RTRh{ Ktttt?rtt, Eort 2000-20 | 0 ly-t0t

Seluruh aktivitas pada fasilitas tersebut membutuhkan energi listrik untuk meningkatkan
kinerja operasionalnya. Jumlah kebutuhan energi listrik untuk tahap I (pertama) Tahun
2000 - 2005 sebanyak 54.099.960 VA/Watt dengan rincian sebagai berikut : (1)
perdagangan dan perkantoran membutuhkan 22.541.650 VA/Watt, (2) fasilitas sosial dan
pelayanan umum sebanyak 22.54L.650 VA/Watt, dan (3) penerangan jalan membutuhkan
suplai sebanyak 90.116.660 VA/Watt. (Tabel 4.24)

Kebutuhan energi listrik pada tahap II Tahun 2005 - 2010 mengalami peningkatan,
dengan tingkat kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan sebanyak 57.223.L71
VAAVatt, jadi kebutuhan energi listrik bertambah sebesar 3.L23.2LI VAAffatt dari tahap
sebelumnya (54.099.960 VA/lVatt), Lihat Tabel 4.24

Estimasi tingkat kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan, sehingga
diperlukan upaya pemenuhan melalui peningkatan kapasitas listrik dari PLN wilayah VI
Kabupaten Bone, sistem interkoneksi dan penanaman investasi .

Pengembangan energi listrik dengan menggunakan sistem interkoneksi di wilayah


Kabupaten Bone melalui pembangunan gardu listrik yang berfungsi untuk
mendistribusikan energi listrik di keseluruh wilayah. Masih adanya wilayah yang belum
terlayani energi listrik selain usaha pemenuhan tersebut diatas maka di lakukan
penanaman investasi sumber energi listrik.

Untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas sistem jaringan listrik dengan menggunakan
sistem bentangan diudara maka dilakukan pembangunan trafo untuk menstabilkan energi
yang terlepas. Ini diasumsikan kehilangan energi listrik sebesar 20o/o dari total
pemakaian.

C. ANALISIS PRASARANA AIR BERSIH


C.1 Analisis Kondisi Eksisting
Tingkat pelayanan air bersih PDAM Cabang Watampone masih sangat terbatas pada
wilayah perkotaan. Terbatasnya distribusi air bersih maka pemakaiaan air bersih dengan
memanfaatkan potensi air sumur dangkal dan dalam.

Pelayanan air bersih di kawasan tersebut terjadi peningkatan jumlah pelanggan yang
cukup tinggi pada periode tahun 1996-1999 mencapai 7,79o/o peftahun, namun ditinjau
dari tingkat pemakaian air bersih masih sangat rendah yakni 0,29ol0.

Punt Peagatengaa Porhaleaar laa Ptmiliaen lPPll'UllllAS


UPnRAtl AtlfARA ll RArtCAileAil REllCAllA (hRAF REllCAllA) Rctii RfRt( Ketnttttt Bor,t 2000-20 t0 ly- t02

Tabel4.24
Estimasi Kebutuhan Energi Listrik Untuk Perdagangan dan Perkantoran,
Kegiatan Sosial dan Pelayanan Umum, dan Penerangan Jalan (VA/Watt) di
Kabupaten Bone Tahun 2005-2010
Estimasi Keb. Energi Listdk Estimasi Keb. Energi Listrik
Yrhrrn )ddd-)OO5 Tahun 2OO5-2010
Fas. Fas.
No Kecamatan Perdag. Sosial & Penerangan Jumlah Perdag. Sosial & Penerangan Jumlah
& P1. Jalan & Pel. Jalan
Perkrnt- PerkanL
01 Bontocani 561000 561000 224400 1346400 595075 595075 238030 1428180
02 Kahu 1069100 1069100 427640 2565840 1075913 1076913 430765 2584591
03 KaJuara 749700 749700 299880 14992t00 964488 964488 385795 2314771
04 Salomekko 457163 457163 r82865 1097191 482088 482088 192835 1 15701 I
05 Tonra 284888 284888 I r3955 683731 361800 361800 144720 868320
06 Patimpeng 48575 48575 194300 29r450 513338 513338 205335 123201 1

07 927950 927950 371180 2227080 966138 966138 386455 2318731


08 Mare 796075 796075 318430 1910580 860613 860513 730700 2451926
09 Sibulue 986463 986463 394585 236751 I r023875 1023875 409550 2457300
10 Gna 863075 863075 345230 2071380 950r75 950175 380070 2280420
11 Barebbo 838838 838838 335535 201321 I 889875 889875 355950 2r35700
12 Ponre 405463 405463 162 185 973111 410713 410713 154285 98571 1

13 Lappariaja 714438 71+438 285775 1714651 729075 729075 291630 t749780


14 Lamuru 838838 838838 33553s 201321 1 924263 924263 369705 2218231
l5 Tellu Limpoe 465988 465988 186395 ll 18371 482288 482288 192915 I 157491
16 Bengo 788813 /6dulJ Jl))z) l893r5r 799088 799088 319635 1917811
t7 Ulaweng 819413 819413 32776s 1966591 8338r3 833813 333525 200115r
18 Palakka 689988 689988 275995 1655971 723773 723713 289485 173691 1

19 Awangpone 854800 854800 341920 2051520 968488 968488 387395 2905464


789930 r334525 1334525 (??e r n 3202860
20 Tellu Siattinge r3 1655 13 1655 576620
Arnali 724938 724938 289975 r739851 760450 760450 304r80 r825080
t2 Ajangale 985350 985350 394140 2364840 998413 998413 399365 2396191
ZJ qq6tnR 239!.091 ooo i qe ooo r ea 399575 a?oon(r
Dua Boccoe 996288 -?985!5
24 Cenrana 886975 886975 354790 2128740 941238 941238 376495 7317733
25 Tanete R. Barat 1223425 1223425 489370 2936220 1,146163 1.145163 578465 347079 I
.,4
Tanete Riattang 1808850 1808850 723540 4341240 1328388 1328388 531355 3188131
7'' Tante R.. Timur r?1nqqn aedtln ,o.j<1?O ! ?q.R7K1 I ?qn7A? <4?qnq I A(7n1 6'
2541650 2254 1650 9015660 s099960 )1n47CRR 21n47q48 qs171 qs s7))'tl71
lumlah
Sumber : Hasil Analisis nm Pusat Pengembangan Perhutanan dan Pemuktman LPPM UNHAS 2000

Adanya pertambahan penduduk yang berdomisili di kawasan perkotaan di Kabupaten


Bone yang terus mengalami peningkatan, tentunya diperlukan peningkatan pelayanan air
bersih. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlunya penemuan sumber-sumber alr
baku untuk pelayanan air bersih yang pengelolaannya tetap dalam penanganan
pemerintah yakni Dinas PDAM Kabupaten Bone.

C.2 Standar Perencanaan


Standarisasi kebutuhan air bersih untuk memenuhi kebutuhan atas berbagai macam
fasilitas sosial utama. Air bersih sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan maka
kebutuhan air bersih sangat perlu untuk diadakan. Dalam hal ini sistem pengaliran air
bersih merupakan penanganan PDAM.
Adapun standar kebutuhan air bersih yang menjadi pedoman estimasi kebutuhan di
Kabupaten Bone adalah :

t. Kebutuhan air bersih rumah tangga adalah 60 liter/orang/hari.

Patzt Ptrgczlugen Pairulemn ha Paraulinee lPPll-UllHlS


UPhRAlt AllfARA ll RANCAII9Ail REllCAllA OR4F REtlCAllA) tuiltt RTRI| Kcba2etar Rone 2000'20 t0 ly-t03

2. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan (STK, SD, SLTP dan SMU) adalah 10
liter/orang/hari.
3. Kebutuhan air bersih fasilitas kesehatan menurut jenisnya adalah Rumah Sakit
Bersalin 5.000 liter/unit/hari, Puskesmas 3.000 liter/unit/hari, Pustu 1.500
liter/unit/hari, Balai Pengobatan 8.000 liter/unit/hari, Tempat Praktek Dokter 300
liter/unit/hari, dan 30 liter/unit/hari.
4. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas olah raga dan rekreasi adalah Balai Pertemuan
1.000 liter/unit/hari, Gedung Serbaguna 10.000 liter/unit/hari, Taman untuk 250 jiwa
membutuhkan 1.000 liter/unit/hari, Taman untuk 2.500 jiwa membutuhkan 5.000
liter/unit/hari, Fasilitas Olah Raga 10.000 liter/unit/hari.
6. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas perekonomian menurut jenisnya adalah warung
250 liter/unit/hari, Pertokoan 10.000 liter/unit/hari dan Pusat Perbelanjaan 86
m3/ha/hari.
l. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas peribadatan adalah mesjid 10.000 liter/unit/hari
dan mushallah 2.000 liter/unit/hari.

C.3 Estimasi Kebutuhan Air Bersih


A. Air Bersih Untuk Perumahan
Dengan menggunakan standar kebutuhan air bersih untuk rumah tangga yaitu 60
liter/orang/hari, maka diestimasi kebutuhan air bersih untuk tahap I (pertama) Tahun
2000 - 2005 sebanyak 40.274.700 liter/hari, dan Tahap II (kedua) Tahun 2005 - 2010
sebanyak 42.704.700 liter/hari. Kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai dengan tipe
rumah hingga akhir tahun perencanaan (l-ahun 2010) maka kebutuhan air bersih untuk
Tipe A sebanyak 25.623300liter/hari, Tipe B sebanyak 12.811.800 liter/hari, dan Tipe C
sebanyak 4.269.600 Liter/hari.( Lihat Tabel 4.25)

B. Air Bersih Untuk Fasilitas Pendidikan


Tingkat kebutuhan air bersih untuk tahap I (2000 - 2005) menurut jenjang pendidikan
adalah TK membutuhkan 529.600 liter/hari, SD memerlukan 981.600 literihari, SLTP
membutuhkan 464.400 liter/hari dan SMU membutuhkan 619.000 liter/hari. ladi total
kebutuhan air bersih untuk tahap I (pertama) tersebut adalah 2.037.500 liter/hari (Tabel
4.26)

Kebutuhan air bersih untuk sarana pendidikan untuk tahap II (kedua) Tahun 2005-2010
sebanyak 2.718.000 liter/hari dengan rincian kebutuhan menurut tingkatan pendidikan
adalah TK sebanyak 556.800 liter/hari, SD sebanyak 1.027.200 liter/hari, SLTP sebanyak
486.000 liter/hari dan SMU membutuhkan 648.000 liter/hari. (Tabel 4.26)

Puil Peqaalengca Pcfiahnn lca Perrutincn IPPH'AilHAS


UP1RAtl AilfARA ll RAllCAtleAll REllCAtlA (hRAF REllCAllA) Rcrii RTR\( ktt2ctu Reu 2000'20t0 lr-t04

Tabel 4.25
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Kebutuhan Rumah Tangga
n 2000 - 2010
No Kecamatan tml. Pddk rahan I aPertamal Tahun 2OOO - 2OO5 Jumlah
Kebutuhan Perumahan Kebutuhan Air Bersih Menurut TiPe
Menrrrrrt Tim Rrrmah arrmrh flitcr/hrril
TiDe A Tioe B TiDe C Tioe A Tioe B Tioe C
01 Bontocani 15.738 2008 1004 JJO 602400 301200 r00800 1004400
02 Kahu 31.92r 3830 1915 638 1 149000 574500 191400 1914900
03 Kajuara 30.603 3672 r836 612 1101600 550800 183600 1836000
04 Salomekko 13.643 t637 819 273 491100 245700 81900 818700
05 Tonra 10.654 7278 639 213 383400 191700 63900 639000
06 Patimpeng r4.500 1740 870 290 522000 26r000 87000 870000
07 Ubureng 27.70r 3324 1662 554 997200 498600 166200 1662000
08 Mare 23.766 2852 1426 475 855600 427800 142500 1425900
09 Sibulue 29.443 J )JJ t757 589 1059900 530100 r76700 1766700
10 Cina 25.767 3092 1546 515 927600 463800 r54500 1545900
ll Earebbo 25.039 3005 1502 501 901500 450600 150300 1502400
12 Ponre 12.106 r453 tzo 242 435900 217800 72600 726300
r3 tappariaja 27.323 2559 7279 427 76n@ 383700 128100 1259500
14 Lamuru 25.039 3005 1502 501 901500 450500 r50300 1502400
15 Tellu Umpoe 13.910 1669 835 278 500700 250500 83400 834600
l6 Bengo 23.547 2825 1413 847500 423900 r41300 14t2700
11 Ulaweng 24.459 Z>JJ 1468 489 880500 440400 146700 1467600
18 Palakka zu,)Yo 7471 r236 412 741300 370800 r23500 r235700
19 Awanqpone 27.332 3280 1359 547 984000 410700 164100 1558800
20 Tellu Siattinge JY.JUU 4716 t5>6 /do 14r4800 707400 235800 23s8000
2l Amali 21.639 2597 1298 433 779rOO 389400 r29900 1298400
22 AJangale 29.4r9 3530 | 76S 588 r0s9000 529500 l7&K)0 1764900
23 Dua Boccoe 29.739 ?<(o 7784 595 1070700 535200 r78500 t784400
24 Cenrana 26.481 3178 i q.Rq 529 9532100 476700 158700 1588800
z) Tanete R. Barat ?A E7I 4382 2t9Z 730 131.1600 657600 219000 2r91200
20 Tanete Riattang 39.282 4714 2355 786 1414200 706800 23s800 23s5800
)7 2( 700 A)AE )1 4R 'r1A r ?nnnno AAUn,N ?1 annn ? r dRnnn
Tanete R.'l'imur
lumlah 588.373 ROl 50 44974 525 24C49)C0 17))na

NO Xecamatan Jml. Pddk Trh.6 ll fl(edual Tehun 2OOO - 2OOs ,umlah


Kebutuhan Perumahan Kebutuhan Air Berih Untuk
Monrrrrrf Tina Prrmrh nrnrhln Mcnurut Tim Rumah
Tine A TiDe B Tioe C TiDe A TiDc B fioe C
01 Bontocani t7.767 2r32 1066 J)5 639600 319800 777900 777900
o2 Kahu 32.145 3857 7929 643 I 1 57r00 578700 r928700 1928700
03 Kajuara 32.276 3873 Lt) / oa) I 161900 581r00 r936500 1936500
04 Salomekko 14.374 t725 867 zdo 5175@ 250100 863400 863400
05 Tonra 10.799 r296 648 216 388800 194400 648000 648000
06 Patimpenq 15.323 1839 920 306 551700 276000 919500 9r9500
07 Libureng 28.841 ?46 | 1730 577 1038300 5r9000 u3(X00 1730400
nn Mare 25.691 ?na? 1541 514 924900 462300 r5412100 1541400
09 Sibulue 30.564 3668 183:l 611 1104400 5s0200 1837900 1837900
l0 Cina 28.365 3404 77Q2 567 1021200 5r0600 170r9fi) 1701900
1t Barebbo zo. )of 31 88 l):a 531 95tr00 478200 1593900 1593900
Ponre 12.2s8 1477 736 245 44r300 220800 735600 735600
13 Lapoariaja 21.785 2612 IJUO 435 783600 391800 1305900 r30s900
l4 Lamuru 2t.>J I 3311 1655 552 993300 496500 1655400 r555zK)0
15 Tellu Umpoe 14.397 864 266 518100 259200 853700 863700
16 Bengo 23.855 2863 1437 477 858900 429300 1431300 1431300
L7 Ulaweng 24.890 29.J I 1493 498 896100 447900 1493,100 1493400
18 Palakka 27.604 2593 7296 432 777900 388800 1296300 1296300
r9 Awangpone 28.912 3469 1735 578 10.10700 520500 rn4600 1734600
Tellu Siattinge J:.6JJ 4780 L)av 1434i)00 777tr00 2390100 2390100
)'l 22.O)6 2t tq lJoz 454 817200 .+08600 13520m r362000
Amali
zv.du5 3577 I 7eQ <46 1073100 536400 r788300 1788300
22 Ajangale
zt Dua Bcccoe 29.823 3579 1789 597 1073700 536700 1789500 r789500
24 Cenrana 28.095 3371 1686 562 1011300 505800 r685700 1685700
25 Tanete R. Earat 43.292 5159 z)a I ooo 1547700 I tY tuv zf600uu Z:UOOUU
26 Tanete Riattang 4759 25t9 793 ,42nO0 713700 2379300 2379300
)7 Trnata P Timr rl ,n (at aeAT )4'14 R11 146n1flI t?ntnn ?d??(nn ?a?ltnn
lUmllah 7|t.755 RS4l l 42706 742 25523300 1281 1800 426g6fi{t 4)7047rl0
Sumbe!, : Hasil Anelisis nm Pl.!se! Pengembszgen Pe*ulanan C22 Pennuknan UPH UltP,AS, 2C0O

Patcl Ptagateagtn Parhutumr &t Peraaliatn lPPll'AililAS


UP1RAtl AllfARA ll RAltCAlteAll REtlCAllA ORAF REllCAllA) tuttui R|RU Ktta4ttt' 80" 2000'20 t0 ll/ - t05

Tabel 4.26
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Pendidikan
di Kabu Bone Tahun - 2010

01 Bontocani | 15 l0 3 3 12800 24000 r0800 lzt400 62000


02 Kahu I 3l 19 o 6 24800 45600 21600 28800 120800
03 Kajuara | 30 19 o b 24000 45600 2r500 28800 120800
04 Salomekko | 13 d z I 10400 19200 7200 9500 46400
05 Tonra | 10 6 2 2 8000 1,1400 7200 9600 39200
06 Patimpeng | 14 9 J r r200 21600 10800 14400 58000
o7 Ubureng | 27 a1 5 ) 21600 40800 18000 24000 104400
08 Mare I 23 l4 4 4 18400 33600 14400 19200 85600
09 Sibulue I ZS t8 6 6 23200 43200 21600 28800 109600
l0 Cina | 25 16 ) 5 20000 38400 18000 24000 100400
1t Barebbo | 25 l5 5 ) 20000 36000 18000 24000 100400
l2 Ponre I 12 7 9600 15800 7200 9600 43200
1? Lappariaja | 21 13 4 16800 31200 121400 r9200 81600
l4 Lamuru | 25 15 5 ) 20000 35000 18000 24000 98000
15 Tellu Limpoe I 13 I ) L 10400 19200 7200 9600 46400
16 Bengo | 23 14 4 4 18400 1?6nn 1.1400 19200 85600
97200
t7 Ufaweng | 24 15 5 5 r9200 36000 r8000 24000
IQ Palakka I 20 t2 4 4 r6000 28800 1.1400 r9200 78400
l9 Awangpone | 27 t7 l 5 2r600 40800 18000 24000 104100
20 Tellu Siattinge | 39 24 I I 31200 57600 28800 38400 r56000
21 Amali I 2l l3 4 4 16800 3r200 14400 19200 8r600
Ajangale | 29 18 o 23200 43200 21600 28800 I 16800
23 Dua Boccoe I 29 18 6 6 zJzw 43200 2r600 28800 116800
24 Cenrana I 26 l5 ) 5 20800 38400 r8000 24000 101200
25 Tanete R. Earat I 35 22 1 28800 52800 z>zw JJOUU 241600
Raittang 31200 57600 28800 38400 1s5000
26 Tanete | 39 8 8
7

Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas

01 Bontocani !7 ll 3 3 13600 2fi00 10800 14400 6s200


02 Kahu 32 20 6 6 25600 48000 2r600 28800 124000
03 Kajuara 5t 16 o 6 25600 38400 ZIOUU 28800 12u1000

04 Salomekko tt 8 2 ) 1 1200 19200 .7200 9600 47200


Uf Tonra 10 o 8000 14400 ttw 9600 39200
UO Patimpeng 15 9 3 5 12000 2r600 10800 14400 58800
Libureng 18 6 6 22400 43200 21600 28800 1 1600
08 Mare t) 16 5 20000 38400 18000 24000 100u100

09 Sibulue 30 r9 6 6 24000 45600 21600 28800 120000


10 Cina 28 t7 5 ) 22400 40800 18000 24000 105200
l1 Barebbo zo t6 5 5 20800 38400 18000 24000 101200
12 Ponre z 9500 16800 7200 9600 39600
t2 tappariaja 2L 13 4 4 r6800 31200 14400 19200 81600
18000 24000 r n44{}n
Lamuru 27 17 5 5 21600 40800
15 Tellu Limpce l4 R 2 2 I 1200 19200 7200 9600 47200
16 Bengo 23 l4 4 4 18400 33600 14400 19200 8s600
17 Ulaweng LA l5 5 5 19200 36000 18000 24000 97200
l8 Palakka 2l l3 4 4 16800 31200 14400 touv 81500
19 Awangpone 28 r8 o 6 22400 43200 21600 28800 116000
20 Tellu Siattinge 39 24 I 8 31200 57500 28800 38400 r56000
2l Amali 22 14 4 I 17600 33600 14400 19200 882100

22 AJangale 29 l8 6 6 23200 43200 21600 28800 116800


29 18 o 6 23200 43200 21500 28800 1 16800
23 Dua Boccoe
24 Cenrana 28 L7 5 5 22400 40800 18000 24000 105200
Tanete R. Earat 43 27 v 9 34400 64800 32400 43200 174800
26 Tanete Riattang 39 24 I 8 31200 57600 28800 38400 156000

sunber, Hasil Anatisis nm Pufit Pengembangan Perlrutanan dan Pemukinan UPM UNHAS. 2000

Pwil Pcnlentengu Parlatenen ln Ptn*iner lPPll'AilflAS


UPnRAll AilfARA ll RAllCAllgAll REllCAllA (nRAf REllCAllA) Rariti RfRt( ktq.tc, Eott 2000'20 t0 ly. t06

C.Air Bersih Untuk Fasilitas Kesehatan


Sarana kesehatan merupakan fasilitas yang penting dalan'r. suatu wilayah untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga untuk menunjang
kelancaran operasional kegiatan maka dibutuhkan air bersih hingga akhir tahun
perencanaan (2010) sebanyak 2.305.710 liter/hari (Tabel 4.27).

D. Air Bersih Untuk Fasilitas Olah Raga dan Rekreasi


Tingkat kebutuhan air bersih fasilitas olahraga dan rekreasi disesuaikan besaran

kebutuhan lahan. Estimasi kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan (2010) adalah
balai pertemuan memerlukan 70.000 liter/hari, gedung serbaguna membutuhkan 709.250
liter/hari, kebutuhan air bersih taman sebesar 1.049.250 liter/hari, taman/tempat bermain
memerlukan 675.000 liter/hari dan taman/tempat bermain/lapangan olah raga

membutuhkan 745.000 liter/hari (Tabel 4.28)

E.Air Bersih Untuk Fasilitas Perdagangan


Estimasi kebutuhan air bersih untuk sarana perdagangan dengan proyeksi kebutuhan
yang meliputi warung pertokoan dan pusat perbelanjaan. Perkiraan kebutuhan air bersih
untuk mendukung kegiatan fasilitas perdagangan hingga akhir tahun perencanaan (2010)
adalah warung sebesar 719.250liter/hari dan pertokoan membutuhkan 274.000 liter/hari
(Tabel 4.29)

F.Air Bersih Untuk Fasilitas Peribadatan


Estimasi kebutuhan air bersih fasilitas peribadatan hanya terbatas untuk sarana bagi
pemeluk agama islam yaitu mesjid dan langgar, dimana ini sesuai tingkat kebutuhan
berdasarkan prosentase penduduk beragama Islam yang lebih banyak. Besaran
kebutuhan air bersih hingga akhir tahun perencanaan (2010) adalah mesjid sebanyak
70.000 liter/hari dan langgar/mushallah memerlukan 540.000 liter/hari, sehingga total
kebutuhan air bersih sebanyak 610.000 liter/hari (Tabel 4.30)

Tingkat kebutuhan air bersih dimasa datang akan mengalami peningkatan, untuk itu
diperlukan upaya pemenuhan kebutuhan air bersih melalui usaha :
1. Pengembangan potensi sumber air baku antara lain waduk, mata air, dan bendungan.
2. optimalisasi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas produksi.
3. pengembangan sistem distribusi dan sambungan.

Putl Pengan[engen Parhulcatn ln Ptrnoliaan lPPll'UllllAS


UP2RAll AilfARA tt RAtlCAileAl REllCAtlA ORA| REllCAllA) Rciltt RTRh( Kctt2ctaa Eono 2000'20 | 0 ly- t07

Tabel4.27
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Kebutuhan Fasilitas Kesehatan
Ka ne Tahun 2OOO - 1o
No Kecamatan Jml. Pddk Trh.n /Dcrtamal Tahun 2OOO - 2OO5 lumlah
Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Bersih
l(ashrtrn llnhrt Fr< |(.@hatrn fliter/haril
RSB PUSK. PUSTU RSB PUSK. PUSTU
01 Bontocani 16.738 1 3 5000 4500 9500
Kahu 31.921 J 6 15000 3000 9000 25000
02
03 KaJuara 30.603 6 r5000 3000 9000 25000
04 Salomekko 13.543 I 2 5000 3000 8000
05 Tonra 10.654 1 I 5000 8000
06 Patimpeng 14.500 i 2 5000 3000 8000
Libureng 27.701 5 10000 I >UU r7500
08 Mare 23.766 z 4 10000 6000 16000
09 Sibulue 29.443 5 10000 7500 17500
10 Cina 25.767 L 5 10000 7500 17500
1t Earebbo 2s.039 5 r0000 7500 17500
t2 Ponre 12.106 I 2 5000 3000 8000
l3 Lappariaja 2r.323 2 4 10000 6000 16000
t4 Lamuru 25.039 2 5 10000 7500 17500
15 Tellu Umpoe r3.9 10 2 5000 r500 20000
l6 Bengo 23.547 2 I 10000 6000 16000
t7 Ulaweng 24.459 a 4 10000 6000 15000
18 Palakka 20.596 2 4 10000 6000 16000
19 Awangpone 27.332 2 5 10000 7500 17500
20 Tellu Siattinge 39.300 ? 7 r5000 3000 10500 26500
2r Amali 21.639 2 4 10000 6000 16000
22 AJangale 29.419 2 5 10000 7500 17500
23 Dua Boccoe 29.779 z 5 10000 7500 r7500
24 Cenrana 26.481 5 r0000 7500 17500
36.521 J 7 15000 3000 10500 Zb)UU
25 Tanete R. Barat
26 Tanete Riattang 39.282 3 7 15000 3000 r0500 26500
)7 TanetP R 'I-imrtr ?q ?qa 7 1 qnon ?nnn r nqnn ,65nn
54 5 722 270000 t flooo I 83000 459000

NO Kecamatan lml. Pddk TaheD II (Kedua) Tahun 2OOS - 2010 Jumlah


Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Bersih
Keshatan llnhrk F <- xeehatan lliter/hari)
RSA PUSK. PUSTU RSB PUSK. PUSTU
Bontocani 17.767 I J 5000 4500 9500
02 KahU 32.145 o 15000 rooo 9000 25000
03 Kajuara 32.276 b 15000 30:0 9000 25000
04 Salomekko t4.374 I 2 5000 3000 8000
05 Tonra 10.799 I 2 5000 3000 8000
06 Patimpeng 15.323 I 3 5000 4500 9500
ut Ubureng 28.841 2 5 10000 /)UU 17500
08 Mare 25.691 5 10000 7500 17500
09 Sibulue 30.564 J 5 15000 ,o:o 9000 25000
10 Qna 28.365 5 r0000 7s00 r7500
11 Barebbo 26.565 5 10000 7500 17500
12 Ponre rf )qR I 2 s000 3000 8000
13 Lappariaja 21.785 4 10000 6000 r6000
14 Lamuru 27.59r 2 ) 10000 7500 17500
15 Tellu Umpoe 14.397 2 5000 3000 8000
r6 8ngo 23.85s z 4 10000 6000 16000
t7 Ulaweng 24.890 2 4 10000 6000 16000
l8 Palakka 21.604 2 4 10000 5000 16000
l9 Awangpone 28.9r2 2 5 10000 7500 17500
20 Tellu Siattinge 39.833 5 7 r5000 ,o:o 10500 25500
2L Amali 22.698 z 4 10000 6000 16000
22 Ajangale 29.803 2 5 10000 7500 17500
23 Dua Boccoe 29.823 z ) 10000 7500 17500
24 Cenrana 28.095 2 5 10000 7500 17500
25 Tanete R. Barat 43.292 4 8 20off) rooo r2000 33000
26 Tanete Riattang 39.557 J 7 15000 3000 10500 ZO)UU
A n 700no ?nffl i tnnn 1 qnoo
TlnatA D Timlr
r27 285000 71000 'lgo500 482500
JUmllah 717.765 s7
SunOer Uasl nnalisis nm Pusat Pengembangan Perlrutanan dan kffiukiman LPPH UNIIAS' 2000

Puel Peagntcngtn Parlalcnet lea Pcrrotinn lPPil'AilHAS


UP7RAtl ttlfARA ll RnilcAileAil REllCAllA (2RAF REllCAllA) Pnbt R|RU Kth2tht Bett 2000'20 | 0 ly- t08

No Kecamatan Jml. Pddk Trhe6 f lpertema) Tahun 2OOO - 2OO5 Jumlah


Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Bercih
l.ocahrt:n I lahrlr Erc lacahrlrn f litar/haril

BP P- Doker Aootik 8P P- Dokter Aootik


01 Bontocani 16.738 5 3 I 40000 900 5U 40930
Kahu 31.921 10 6 J 80000 r800 90 81890
02
03 Kajuara 30.603 10 b 3 80000 1800 90 81890
04 Salomekko 13.643 1 I 32000 600 30 32630
I 24000 600 2n 24630
05 Tonra 10.654 J 2
06 Patimpeng 14.500 4 I 32000 600 JU 32630
07 Libureng 27.701 9 ) 2 72000 1500 OU 73s60
08 Mare 23.766 7 4 2 56000 1200 60 57260
29.443 9 J 2 72000 1500 60 /J5OU
09 Sibulue
10 Cina 25.767 8 5 2 64000 1500 60 o))ou
tt Barebbo 25.039 9 5 2 72000 1500 OU 73560
12 Ponre 12.r06 4 2 I 32000 600 30 32630
4 56000 1200 tn 57260
l3 Lappariaja 21.323 7 2
l4 Lamuru 25.039 8 5 2 6.rm0 1500 60 65550
15 Tellu Umpoe 13.910 4 2 I 32@0 600 30 32630
16 Bngo 23.547 7 4 2 56m0 r200 60 57260
t7 Ulaweng 24.459 6 4 2 64{XX) 1200 60 65560
18 Palakka 20.596 6 4 2 48000 1200 60 49760
o 2 72000 1500 bU /J>OU
l9 Awangpone 27.332 5
Tellu Siaftinge ?o ?nn t? 3 104000 2100 90 106190
21 Amali 21.639 4 7 56{X)0 1200 OU 57260
22 Ajangale 29.419 9 5 2 72000 1500 60 73560
23 Dua Boccoe 29.739 9 5 2 72m0 1S00 50 73560
24 Cenrana 26.481 8 5 2 64mO 1500 50 65s60
25 Tanete R. Barat 36.521 tz 7 3 960fi) 2r00 90 100190
26 Tanete Riattang 39.282 l3 7 3 lo4q)o 2100 90 106190
)a T:nata P Timr rl 1( 700 It 7 endvl trnn cn onr on

lumlah 688.373 21 s4 1.596.000 36.600 15.200 1.748.800

NO Kecamatan Jml. Pddk Tahao II (Kedua) Tahun 2005 - 2010 Jumlah


Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Bersih
Keshatan lln}''rk F c- Xeohet?n fliter/hari)
BP P. Dokter Amtik BP P. Dokter Amtik
Eontocani t7.767 5 J 40000 900 30 40930
01
02 Kahu 32.145 10 6 3 80000 1800 9U 81890
03 Kajuara 32.276 10 o 3 80000 1800 90 81890
04 Salomekko 14.374 4 2 I 32m0 600 30 32630
Uf Tonra tv, Ita J 24000 600 30 24630
05 Patjmpng 15.323 5 J I 40000 900 30 40930
Ljbureng 28.841 9 5 2 72000 1500 60 /JJOU
07
08 Mare 25.691 6 5 2 640(n r500 bU 65560
b 2 8m00 1800 90 81890
09 Sibulue 30.564 10
l0 Cina 28.365 9 J 72m0 1500 60 73560
1l Barebbo 26.s65 e 2 64000 1500 60 65560
t2 Ponre 12.258 4 2 1 320m 600 JU 32630
l3 Lappariaja 2t.t6t 1 4 z 56000 1200 bU >l zov
14 Lamuru 27.591 9 5 L 72000 1500 OU 73560
15 Tellu Umpoe 14.397 4 32000 600 30 32630
l6 Bengo lJ.6 5 5 2 55m0 r200 60 57260
17 Ulaweng 24.890 8 4 2 64{n0 1200 60 6s260
., )ooou
tn Palakka 21.604 z s6000 500 bU
19 Awan9pone 28.912 9 l 2 T2cno r500 60 73560
Tellu Siattjnge ?o n?? t2 7 3 10{p0 2100 90 106190
LI Amali 22.698 4 z 56000 1200 60 57260
22 AJangale 29.803 9 ) 2 7Ax)0 1500 60 73560
23 Dua Boccoe 29.823 9 f 2 72000 1500 60 73560
24 Cenrana 28.095 9 5 z 72000 1500 60 73560
25 Tanete R. Barat 43.292 l4 8 4 112000 2400 r20 I 14520
13 3 104{rc0 2100 on 106190
26 Tanete Riattang 39.557
t tufYYl )ann 1)n r n6<?n
1a Tr^.ta P 'l'ihr rr 40 q6) t? r

lumllah 771.765 223 1?5 s7 1784{n0 37s{X} 1710 1823210


iumber: Hasil Analisis nm Pust Pengembangan Perhutanan dan Permukiman LPP|4 UN|AS 2000

Panl Penyattilttn Pti,altntil len Pemalinen lPPll'AilHAS


UPhRAll ArlfARA ll RArlCAll9Atl REllCAllA ORAF REllCAtlil Rarhi RfRt( Kttqttat Eoaa 2000'20 | 0 ly- t09

Tabel4.28
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Olah Raga
di Kabupaten Bone Tahun 20Oq-: 2010
No Kecamatan Jml. Pddk TahaD I lPertama) Tahun 2OOO - 2O05 Jumlah
Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Bersih
allah Padt ttilirL ErG .tlth Ptd. /liter/hrril
BP GS T BP GS T
01 Bontocani r5.738 5 66 6000 16500 22500
31.921 tl I 127 12000 10000 31750 53750
02 Kahu
UJ KaJuara JU.bUJ I r22 r2000 10t)00 JU)UU 52500
04 Salomekko 13.643 5 s4 5000 13500 18500
10.654 4 42 rt000 r0500 r4500
05 Tonra
06 Patimpeng 14.500 ) 58 5000 14500 r9500
07 Ubureng 27.70r II 110 11000 27500 38500
08 Mare 23.766 9 95 9000 23750 32750
09 Sibulue 29.443 11 \tt 11000 ztzJv 40250
1o Cina 25.767 10 103 10000 2s750 35750
ll Earebbo 25.039 10 100 r0000 25000 35000
48 ,1000 12000 r6000
t2 Ponre 12.106 4
13 Lappariaja 21.323 8 85 8000 2r250 292s0
l4 Lamuru 2s.039 10 100 100(D 25000 35000
15 Tellu Limpoe 13.910 5 55 5000 13750 18750
16 Bengo 23.547 9 94 9000 23500 32500
17 Ulaweng 24.459 9 97 9000 24250 33250
18 Palakka 20.596 I 82 8000 20500 28500
l9 Awangpone 2t.552 IU 109 l00q) 27250 37250
20 Tellu SiaEinge 39.300 15 157 15000 10000 39250 64250
Arnali 21.639 8 86 8m0 21500 29500
22 Ajangale 29.419 11 7t7 11000 29250 40250
23 Oua Boccoe 29.739 11 118 r1000 29250 40250
24 Cenrana 26.481 tn r05 10000 262s0 JOZ)U
25 Tanete R. Barat 36.52 1 14 I r46 140(p r0000 36500 60500
26 Tanete Riattang 39.282 l) I 157 15000 r0000 39250 64250
)-7 T:netF Fl Timr r. l4 la? I drvYl t oooo ?(7(n
od6.J/l 255 5 2693 tqtrvm 50000 6732S0 9892s0
Jumlah

NO Kecamatan Jml. Pddk rrhr6 lf fKedu:l Tehun 2OO5 - 2O1O Jumlah


Estimasi Xebutuhan Fas. Estirnasi Kebutuhan Air Bersih
Olah Reda llrh.L Fr< Ol.h nada fliter/heril
BP GS T BP GS T
01 Bontocani t7.757 7 7l ioo0 17750 74750
uz Kahu 32.145 r2 I 128 12000 roooo 32000 54000
n2 Kajuara 5t,2 t o 12 I t29 12000 10000 32250 54250
04 Salomekko 14.374 5 57 50q) 14250 19250
05 Tonra 10.799 4 43 4{no r0750 r4750
06 PaUmpeng 15.323 o 6l 6000 15250 2r250
07 Libureng 28.841 11 l15 11000 28750 39750
08 Mare 25.691 10 t02 1(p00 25500 35500
09 Sibulue 30.564 77 I 12000 10000 30500 52500
28.36s l1 t13 r r(wt tet<n 10) cn
10 Cina
1l Barebbo zo. )o: 10 106 10000 26500 36500
tz Ponre 12.258 4 49 4000 12250 16250
Lappariaja 2t.785 8 87 tumn )r7qn ?a7qn
IJ
14 LAMUru 27.597 l1 1r0 11000 27500 38500
tq Tellu Umpoe 14.397 57 500{) 14250 19250
t6 Bengo zJ. b )) 9 95 9000 23750 32750
17 Ulaweng 24.890 9 99 9m0 24750 33750
18 Palakka 21.604 8 85 8m0 2r500 29500
19 Awangpone 28.912 11 115 11m0 28750 39750
20 Tellu Siaftinge JY.6JJ 15 159 15000 toy 39750 54750
2l Amali 22.698 9 90 9000 2250{J 31500
22 Ajangale 29.803 l1 119 110m 297fi 40750
23 Dua Boccoe 79.823 1t 119 11000 29750 40750
24 Cenrana 28.09s 11 tL2 11m0 28000 39000
25 Tanete R. Barat 43.292 I 173 txno loooo 43250 70250
26 Tanete Riattang 39.657 l5 r58 15000 10000 39250 54250
,7 TrnFte R limr rr AA qR) 16 rat r Atvvl 1nffY) an<m 6A(nn
Iumllah 711 765 270 a tf,17 2'ltxloo 70000 709250 1 04q750
iinber: Hasit Ai;alisis Tim Puet Pengembangan Perhutandn dan Perinukindn LPP|4 Ui'itlAS, 2ffi0

Puttl Paagaatngen Pailulenen fun Pcmalinn lPPil'AilHAS


UP0RAll AilnRA ll RAllcAil9tll REtlCAllA ORAF REllCAllA) Rorttt RlRt( hta2ttan Eone 2000'20 t0 ly- | t0

No Kecamatan Jml. Pddk Tahan r /Pertrmal Tahun 2OOO - 2OO5 Jumlah


Estimasi Kebutuhan Fas. Olah Estimasi Kebutuhan Air Bersih
Raoa llnhrL F . ()lrh Rade lliterlharil
Taman/TB T/TB/I Olrhadt Tamen/TB TlTAlL. Olahraoa
0r Bontocani 16.738 6 15000 15000
uz Kahu 31.921 30000 roooo 40000
03 KaJuara 30.603 tz 30000 10000 40000
04 Salomekko 13.643 5 r2500 12500
05 Tonra 10.654 4 r0000 10000
06 Patimpeng 14.500 5 r2500 r2500
07 Libureng 27.701 1l 27500 27500
08 Mare 23.766 9 22s00 22500
no lt 27500 a7<nn
Sibulue 29.443
10 Cina z).tol 25000 25000
lt Barebbo 25.039 10 2s000 25000
t2 Ponre 12.106 4 r0000 10000
13 Lappariaja 2r.323 8 20000 20000
14 [.amuru 2s.039 t0 25000 25000
l5 Tellu Umpoe 13.9 10 12500 12500
16 Bngo 23.547 9 22500 22500
L7 Ulaweng 24.459 9 22500 22500
18 Palakka 20.596 I 20000 20000
19 Awangpone 27.332 10 25000 25000
20 Tellu Siattinge 39.300 tq 37500 roooo 47500
21 Amali 21.639 8 20000 20000
22 Ajangale 29.419 l1 27500 27500
23 Dua Boccoe 29.739 l1 27500 27500
24 Cenrana 26.481 10 25000 25000
25 Tanete R. Earat 36.52r ll 35000 roooo 45000
26 Tanete Riattang 39.282 15 37500 r0000 47500
)1 T:nata Q l'imr tr ?q 7qq t4 ?<nnn r nnnn d(nnn
lumlah 688-373 2s6 A 640000 60000 700000

NO Kecamatan Jml. Pddk Tahao lf aKedue Tahun 2OOS - 2O1O tumlah


Estimasi Kebutuhan Fas. Olah Estimasi Kebutuhan Air Eersih
nrdr llahrlr Erc fllrh Drar llitarlhrril
Teman/TB T/TB/L. Olahraoa Taman/TB T/TA/t- Olahnoa
01 Bontocani 17.767 17500 17500
32.145 12 2nnnn , n,i^^ 40000
02 Kahu
UJ Kajuara 52.l I O 12 30000 10000 40000
04 Salomekko 14.37.1 5 TZ)UU 12500
05 Tonra 10.799 4 10000 r0000
06 Patimpeng 15.323 5 r5000 15000
Ubureng zd.d.t t 1l zt >uu zt >uu
08 Mare 25.69 1 10 25000 25000
09 Sibulue 30.564 t2 30000 roooo 40000
IU Cina 1t 27500 27500
tl Barebbo 26.565 10 25000 25000
t2 Ponre 12.258 4 r0000 10000
l? Lappariaja 21.78s 8 20000 20000
14 Lamuru 2t -5v L 1l 27500 27500
15 Tellu Umpoe 74.397 5 r2500 12500
16 Bengo 23.85s 9 22500 22500
11 Ulaweng zt.6vu tltuu t25UU
TR Palakka 21.604 I 20000 20000
l9 Awangpone 28.912 27500 27500
20 Tellu Siattinge 39.833 l5 37500 roooo 47500
27 Amali 22.698 a 22500 22500
22 AJangale 29.803 l1 27500 27500
z5 Oua Boccoe 29.823 11 27500 27500
24 Cenrana 28.095 11 27500 27500
43.292 11 42500 roooo 52500
25 Tanete R. Barat
26 Tanete Riattang 39.657 l5 37500 10000 74500
Tr^ata D Th' an qA') ,nnnn I nnnn (nnnn
27 "
lumlah 711 76q 270 7 67s000 70000 74s000
Sumber : Hasil Analisis]]m Pusat pengembangan Perhutanan dan Permukjman LPPM UNHAS, 2000

Panl Pengcatenya Ptrhatcaca ha Parnalinta lPPl|4llHlS


UPORAil ArlfAil il Rtll0tile4il REllCAllA (hRAf REllCAtlA) Rotki RfRt( Ketottt'r &oa' 2000'20 t0 lY- | | |

Tabel4.29
Estimasi Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Perdagangan
di Kabuoaten Bone Ta nun o
No Kecamatan Jml. Pddk Tthrh f lgc*rn) T:hrrn ?OOfl - ?OOE Jumlah
Estimasi Kebutuhan Fas. Estimasi Kebutuhan Air Eersih
Perdagangan Untuk Fas. Perdagangan
fliter/haril
llra rrr nd Pertokoan P- Perb. Wa runo Pertokoan P- Pcrh
01 E0ntocani 15.738 oo 6 16500 6000 22500
02 Kahu 31.921 127 t2 3r750 12000 506250 572500
03 Kajuara 30.603 r22 t2 30500 12000 s06250 548750
na I zCnn 18500
Salomekko 13.643 54 5
05 Tonra 10.654 42 I 10500 4000 14500
06 PaUmpeng 14.500 58 5 14500 5000 19500
07 Ubureng 27.701 110 l1 27500 11000 38500
08 Mare 23.766 95 9 23750 9000 37750
09 Sibulue 29.443 tt7 ll 29250 11000 210250

r0 Cina 25.767 103 10 25750 10000 35750


ll Barebbo 25.039 100 10 25000 r0000 3s000
t2 Ponre t2. r06 48 4 r2000 4000 16000
r3 Lappariaja 2r.323 85 I 21250 8000 29250
14 Lamuru 25.039 100 l0 25000 10000 35000
15 Tellu Umpoe 13.910 )) 5 13750 5000 18750
16 Bengo 23.547 94 23s00 9000 JZ)UU
t7 Ulaweng 24.459 97 9 24250 9000 33200
l8 Palakka 20.595 9.) 8 20500 8000 28500
19 Awangpone 27.332 109 10 27250 10000 37250
20 Tellu Siattinge 39.300 157 I) 39250 15000 506250 560500
2l Amali 2r.639 85 6 2r250 8000 29250
22 Ajangale 29.419 tt7 ll 29250 I 1000 40250
23 Dua Boccoe 29.739 ll8 29500 11000 40500
24 Cenrana 26.481 rnq 10 26250 10000 JbZ)U
2> Tanete R. Barat 35.521 146 IA 36500 14000 506250 556750
Tanete Riattang 39.282 t57 T] 39250 r snnn 506250 560500
26
ii JJ /)U 14ofii'i
Jumlah 588.373 20t5 z)o 5 573250 255000 3037500 J9bb /5U

NO Kecamatan lml. Pddk Trhrn fl ll(e<tual Tahun 2OOS - 2O1O Jumlah


Estimasi Kebutuhan Fas, Estimasi Kebutuhan Air Bersih
Perdagangan Untuk Fas. Perdagangan
/l3lar /hrril
Waruno dLdtn D- P.rh- llraruno Pertokoan P. Perb.
01 Bontocani 17.767 r7750 7000 24750
32000 12000 (n() <n 550250
02 KahU 32. r45 128
03 KaJuara 32.276 129 t2 32250 12000 506250 550500
04 Salomekko 74.374 57 l 14250 5000 19250
05 Tonra in 700 d? 4 10750 4000 14750
06 Patimpeng 15.323 61 6 15250 5000 21250
07 Llbureng 28.841 tr( 11 28750 1 1000 39750
UO Mare zt.ov r IU' 10 25500 r0000 355500
09 Sibulue 30.s64 r22 12 30500 12000 5062s0 s8750
IU Cina 28.365 153 15 38250 r5000 53250
11 Barebbo 10,fo) r06 10 26500 10000 36500
t2 Ponre 12.2s8 49 t2250 4000 16250
13 Lrppariaja 21.785 87 8 21750 8000 29750
1{ Lamuru 27.591 110 11 27500 11000 38500
15 Tellu Umpoe 14.397 s7 14250 5000 19250
l6 Bengo 23.855 95 9 23750 9000 32750
17 Ulaweng 24.890 99 9 24750 9000 33750
21.6M AA 8 21500 8000 29500
18 Palakka
19 Awangpone 28.9 12 115 11 28750 11000 3v t>u
20 Tellu Siattinge 39.833 tf) 15 39750 15000 561000
2l Amali 22.698 90 9 22500 9000 31500
22 AJangale 29.803 119 11 29750 11000 4n750
23 Dua Boccoe 29.823 l19 l1 29750 11000 40750
24 Cenrana 28.095 112 l1 28000 11000 39000
25 Tanete R. Barat 43.292 173 t7 43250 17000 506250 :OO)UU
26 Tanete Riattang 39.657 158 l5 39500 r5000 506250 560750
Tanete R.'i'imur 4n q67 rFt 1A 4l.}nnal r 6r'|nn <n4f(n <4t)(n
It lmllah 711.765 287 274 7 71q750 274000 3543750 4.453000
Sumber : Hagl Analisis Tim Pusat Pengembangan Perhutanan dan Permukiman LPPH UNHAS, 2000

Puet Peaganteapa Peilaltntn lu Pemilinu lPPil-AilHAS


UP2RAl,l AilfARA ll RAllCAileAil REllCAllA (2RAF REllCAtlA) Raili RIRU ktqttun Boaa 2000'20 t0 lt/- | t2

Tabel4.3O
Estimasi Kebutuhan Air bersih Untuk Fasilitas Peribadatan
di Kabupaten Bone Tahun 2000 - 2010
No Kecamatan Jml. Tahao I (Pertama) Tahun 2000 - 2005 Jumlah
Pddk Kebutuhan Kebutuhan Air Bersih Untuk
Fas. Peribadatan Fas. Peribadatan (liter/hari)
Mesiid Lanqqar Mesiid Lanqqar
01 Bontocani 16.738 o r2000 12000
02 Kahu 31.921 l2 10000 24000 34000
03 Kajuara 30.603 12 10000 24000 34000
04 Salomekko 13.643 5 10000 r0000
05 Tonra 10.654 4 8000 8000
UO PaUmpeng 14.500 5 r0000 r0000
07 Ubureng 27.70r l1 22000 22000
08 Mare 23.766 9 18000 18000
09 Sibulue 29.443 ll 22000 22fi)o
10 Cina 25.757 10 20000 20000
ll Barebbo 2s.039 10 20000 20000
12 Ponre r2.106 4 8000 8000
l3 Lappariaja 21.323 8 16000 15000
l4 Lamuru 25.039 10 20000 20000
15 Tellu Limpoe 13.910 5 10000 10000
16 Bengo 23.547 9 r8000 18000
t7 Ulaweng 24.459 9 18000 18000
r8 Palakka zu.f,vo 8 16000 16000
l9 Awangpone 27.332 l0 20000 20000
20 Tellu Siattinge 39.300 15 r0000 30000 40000
2l Amali 21.639 8 16000 16000
22 Ajangale 29.4r9 ll 22000 22000
z5 Dua Boccoe 29.739 1l 22000 22000
24 Cenrana 26.48 I l0 20000 20000
25 Tanete R. Barat ?a <tt 14 10000 28000 38000
Tanete Riafng 39.282 15 IUUUU JUUUU .f0000
27 Tanete R. Timur ?( 700 t4 Innnn ?ennn ?nnnn
lumlah 588.373 6 256 60000 sl ?ooo q77ofln

NO Kecamatan Jml, Pddk T:hrn ll /lfadrrr Trhrrn ?{1lr( - lltt fl Jumlah


Kebutuhan Fas. Kebutuhan Air Eersih Untuk
Peritradatan Fae- Perihadatan f liter/haril
Mesiid Lanooar l''lesiid Lanooar
01 E0ntocani 17.767 7 14000 14000
61 Kahu 32.145 lt roooo 24000 34000
03 Kajuara 32.276 tt 10000 24000 34000
04 Salomekko t4.374 5 10000 r0000
U> Tonra 10.799 4 8000 8@0
06 Patimpeng 15.323 6 12000 r2000
07 Ubureng 28.841 ll 22000 22000
08 Mare 25.691 l0 20000 20000
09 Sibulue 30.564 1) roooo 24000 34000
1n ll 22000 22000
Cina 28.365
11 Barebbo zb.5b) 20000 20000
t2 Ponre 12.258 4 ennn nnnal
13 Lappariaja 21.785 8 16000 15000
14 Lamuru 27.59r 11 22000 22000
i( Tellu Umpoe 14.397 5 10000 10000
1A Bengo 23.855 9 r8000 18000
t7 Ulaweng 24.890 9 18000 18000
18 Palakka 2r.604 I r5000 16(X10
l9 Awangpone 28.912 t1 2ZVUU 220fi)
20 Tellu Siattinge 39.833 l5 roooo 30000 400@
2t Amall 22.O)6 9 18000 18000
zz Ajangale 29.803 1l ,?nnn 22000
23 Dua Boccoe 29.823 tl 22000 22oCtO
24 Cenrana 28.095 22000 22000
Tanete R. Barat 43.292 11 roooo 34000 44oo0
25
26 Tanete Riattang 39.657 t< r0000 30000 40000
aa Tr^ai6 O Tn'
'l
dn <6) IA t nnnn ??nnn 4)nnn
lUmllah 'I 76S 7 270 70000 540000 610000
Sumber : Hasil Analisis nm Pusat Pengembangan Perhutanan dan Permukiman LPPM UNtlAS, 2000

Panl Paageattagtn Peilulener len Pcrn*iaer lPPrl-UtlHAS


uPaRAtt AilfARn il RAilcAileAil REilCAiln ORAF REttcAttA) Retiti RtRt( Kctt2etan Boru 2000.20 t0 lY- | t3

Tingkat kapasitas sumber air bersih yang dikelola Dinas PDAM saat ini masih sangat
rendah bila dibanding kapasitas idealnya, sehingga pemenuhan kebutuhan dapat
dilakukan dengan peningkatan kapasitas. Disamping masih rendahnya kapasitas
terpasang, perlu diperhatikan tingkat pemakaian air bersih di Kabupaten Bone yang masih
sangat rendah.

Untuk memenuhi pelayanan air bersih kepada para konsumen maka dikembangkan sistem
ditribusi, namun dalam pendistribusian tingkat efektivitas dan efesiensi air bersih
terkadang tidak dapat dicapai karena tingginya tingkat kebocoran yang berarti nilai
ekonomis air akan hilang. Dengan menggunakan asumsi tingkat kebocoran air bersih
sebesar 20o/o pada sistem distribusi maka diperlukan tindakan penanganan.

Untuk memenuhi pelayanan air bersih kepada para konsumen maka dikembangkan sistem
ditribusi, namun dalam pendistribusian tingkat efektivitas dan efesiensi air bersih
terkadang tidak dapat dicapai karena tingginya tingkat kebocoran yang berarti nilai
ekonomis air akan hilang. Dengan menggunakan asumsi tingkat kebocoran air bersih
sebesar 20o/o pada sistem distribusi maka diperlukan tindakan penanganan.

D. ANALISIS PRASARANA KOMUNIKASI


D.1 Analisis Kondisi Eksisting
Jaringan komunikasi melalui surat pos yang diterima atau dikirim terjadi penurunan baik
akses dalam maupun luar negeri. Tingkat penurunan surat dalam akses dalam negeri
untuk yang diterima sebesar 8,99o/o dan yang dikirim bernilai 5,05o/o, sedangkan
penurunan akses keluar negeri (diterima dan dikirim) dengan nilai penurunan adalah
3L,3to/o dan 58,97o/o.

Wesel pos sebagai layanan informasi mengalami peningkatan peftumbuhan, akses ini
dilakukan dalam lingkup dalam dan luar negeri. Pengiriman wesel pos dalam negeri pada
waktu lima tahun terakhir (1995-1999) mengalami penurunan yakni L3,63o/o. Sedangkan
wesel yang diterima mengalami peningkatan, akses dalam negeri kenaikan hanya pada
nilai (13,880/o) tetapi terjadi penuruan pada volume yakni -L2,68o/o, untuk akes luar
negeri baik volume dan nilai terjadi peningkatan dengan nilai 2,630/o dan 22,L4o/o.

Pelayanan kebutuhan telekomunikasi di Kabupaten Bone masih terbatas di 6 (enam)


kecamatan di kawasan perkotaan. Pemanfaatan prasarana telekomunikasi di Kabupaten
Bone digunakan untuk keperluan rumah tangga, perkantoran, rumah sakit dan lain-lain.

Pwel Ptagulcngtn Ptrhotznu ltt hrnulinil tPPil.AlilAS


UPqRAil ilnRA il RAtlCAileilt REttCAilA (nRAf REilCiltA) Retui RTRL( Kttupttan Bone 2000.20 to ly- | t4

Peningkatan sambungan telepon di kecamatan tersebut di atas mengalami peningkatan


sambungan sebesar 20,93o/o pada periode Tahun 1995 - 1999.

D.2 Perkiraan Kebutuhan Prasarana Komunikasi


Untuk meningkatkan akses terhadap wilayah internal Kabupaten Bone dan wilayah luar
yaitu dengan mengembangkan sistem informasi dan penggunaaan teknologi komunikasi.
Pelayanan informasi dengan menggunakan jasa Kantor Pos dilakukan utamanya terhadap
wilayah yang belum mampu terlayani prasarana komunikasi melalui telepon. Sedangkan
pada wilayah layanan telepon dioptimalkan untuk memanfaatkannya sebagai sarana
komunikasi yang relatif lebih cepat.

Pelayanan kebutuhan telepon menurut standar perencanaan dengan rasio tingkat layanan
kebutuhan telepon baik pribadi dan umum adalah I : 14 dan 1 : 250. Berdasarkan
standar perencanaan tersebut maka dapat diestimasikan tingkat kebutuhan sarana
telepon hingga akhir tahun perencanaan (2010) adalah telepon pribadi sebanyak 50.840
SST dan telepon umum dibutuhkan 28.471 SST.

Terbatasnya penerapan teknologi komunikasi maka untuk sekarang ini masih


menggunakan sistem radio digital @A, disamping itu diharapkan peran investor untuk
memenuhi keperluan komunikasi untuk memudahkan akses komunikasi dengan dunia
luar.

E. ANALISIS PRASARANAAIR HUJAN DAN IRIGASI


E.1 Analisis Kondisi Eksisiting
Sistem pembuangan air hujan di Kabupaten Bone diidentifikasi masih menyatu dengan
sistem pembuangan rumah tangga (limbah), masih terbatas pada kawasan perkotaan.
Saluran sekunder dan tersier yang terdapat di sepanjang jalan arteri dengan kondisi
konstruki batu, sedangkan pada jalan kolektor masih didominasi drainase tanah dan
beberapa tempat menjadi wadah buangan sampah penduduk yang akhirnya pengaliran
air hujan dan limbah menjaditerhambat.

Sistem drainase berkaitan langsung dengan jaringan irigasi yang ada, dimana buangan air
hujan akan bermuara ke saluran irigasi atau sungai yang akan termanfaatkan untuk
keperluan pertanian. Sistem irigasi yang ada adalah irigasi desa dan PU ini menjadi
bahagian terpenting untuk mengembangkan sektor pertanian khususnya pertanian lahan
basah. Keberadaan waduk dan bendungan ditunjang sistem pengaliran air dengan
menggunakan saluran irigasi disamping untuk mengalirkan air hujan.

hrcl Paqentengu Pailutcacn len Pandinu lPPil-AilflAS


UP0RAll AilfARA ll RAllCAileAil REllCttlA (hRAf REllCAltA) Reybi RTRtt Kttrytha Boat 2000.20 t0 ly- | t5

E.2 Arahan Pengembangan prasarana Air Hujan dan rrigasi


Sistem pembuangan drainase diarahkan pengembangannya pada konsentrasi
permukiman di perkotaan dan perdesaaan sehingga kualitas lingkungan permukiman
tetap terjamin. Arahan pengembangan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas
konstruksi jaringan drainase dan pembangunan jaringan drainase.

Fungsi saluran irigasi dikembangkan untuk meningkatkan produksi pertanian, utamanya


meningkatkan konstruksi saluran dan penambahan panjang salurang irigasi sehingga
luasan sawah yang teraliri bertambah. Selain fungsi tersebut maka dikembangkan pula
fungsi sebagai pengaliran air hujan yang tetap berorientasi pada kepentingan pertanian.

F. ANALISIS PRASARANA LIMBAH dan PERSAMPAHAN


F.1 Analisis Kondisi Eksisiting
Sistem pengelolaan persampahan di Kabupeten Bone belum melayani secara keseluruhan
wilayah, dimana hanya terbatas di wilayah Kotif Watampone. pada umumnya masalah
persampahan di
Kabupaten Bone dikelola dengan sistem tradisional yakni dengan
menimbun dan membakar, sedangkan di wilayah Kotif Watampone menggunakan suatu
sistem pengelolaan sampah melalui proses angkut dari Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir CfpA).

Jumlah produksi sampah di Kotif watampone yang dihasilkan pada Tahun 1999 sebesar
L64,LL M3/hari. Dari sumber produksi sampah tersebut dominan dihasilkan dari
permukiman sebesar LL7,07 M3/hari (7 L,33o/o). pengangkutan sampah tersebut
dengan
menggunakan yaitu Dump Truck, Arm Roal Truck dan Truck Bak Kayu, masih kurang
untuk pengangkutan ke TpA. pengelolaan akhir sampah di TPA berlokasi di Dusun
Labekku Kelurahan Majang Kecamatan Tanete Riattang Barat.

Pelayanan pengelolaan limbah tinja masih sangat terbatas pada wilayah Kotip
Watampone, ini diolah dengan IPLT yang pengadaanya baru pada tahun anggaran
1998/1999.

F.2 Arahan Pengembangan prasarana Limbah dan persampahan


Pengembangan prasarana persampahan diarahkan untuk peningkatan dan perluasan
jangkauan pelayanan sehingga sampah tidak menjadi persoalan yang serius
di suatu
kota/wilayah dan peningkatan budaya bersih masyarakat. Pengelolaan sampah melalui
peningkatan daya angkut armada persampahan di wilayah Kotip Watampone utamanya

Patel Pangnlealn Pailratenn lu Ptradinn lppil-Allil/ls


UPaRAtl AilnRA il RiltCAfleAil REttCAilA (hRtF REtlCiltA) Re rti RfRtt ktr2ttu Bone 2000.20 to ly. I t6

pada sumber sampah yang produksi sampahnya relatif besar, ini ditunjang dengan
pengadaan armada sampah. Sedangkan pada wilayah lain yang belum mampu ditangani
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan maka sampahnya dapat dikelola secara tradisional
atau pemanfaatan sampah sebagai pupuk organik.

Standar yang digunakan untuk menghitung produki sampah adalah diasumsikan bahwa
setiap orang menghasilkan 2-3 liter/orang/hari. Dengan menggunakan standar tesebut
maka estimasi timbunan sampah yang dihasilkan seluruh Kabupaten Bone hingga akhir
tahun perencanaan (Tahun 2010) adalah 1.423.530 liter/hari (Tabel4.31)

Tabel4.31
Estimasi Jumlah Produksi Sampah di Kabupaten Bone Tahun 2OO0 - 2O1O
No Kecamatan Jml, Pddk Tahun I Estimasi Produksi Jml. Pddk Tahun II Estimasi Produksi
(2O0O-20Os) Sampah Tahun t (2OOs-2010) Sampah Tahun II
f 20(l(| - ron<r f 2()(|5 - ?nr nr
01 Bontocani 16.738 33.478 17.767 35.534
02 Kahu 31.921 53.842 32.r45 64.290
03 Kajuara 30.603 61.206 32.276 64.5s2
04 Salomekko 13.543 27.286 t4.374 28.748
05 Tonra 10.654 21.308 10.799 21.598
06 PaUmpeng r4.500 29.000 r5.323 30.646
07 Ubureng 27.70r ss.902 28.841 s7.682
08 23.766 47.537 25.691 51.382
09 Sibulue 29.443 58.886 30.554 6r.128
l0 Cina 25.767 51.534 28.36S 56.730
l1 Barebbo 2s.039 50.078 26.565 53.130
t2 Ponre 12.106 24.032 rt t(e 24.516
l3 Lappariaja 2r.323 42.646 21.785 43.570
IA Lamuru zf.uJv 50.078 27.59r 55.182
15 Tellu Limpoe 13.910 27.820 14.397 28.794
r6 Bngo 23.547 47.094 23.85s 47.7r0
L7 Ulaweng za.a)Y 48.918 24.890 49.780
18 Palakka 20.s96 4t.192 21.504 43.208
l9 Awangpone 27.332 54.664 28.912 s7.824
zv Tellu Siattinge 39.300 78.600 39.833 79.666
2r Amali 21.539 43.278 22.698 45.395
zz Ajangale 29.419 s8.838 29.803 59.506
23 Dua Boccoe 29.739 59.478 29.823 59.546
24 Cenrana 26.481 52.962 28.095 56.190
z> Tanete R. Barat 35.521 73.042 43.292 86.584
26 Tanete Riattang 39.282 78.564 39.6s7
)', 'Jimr rr 79.314
Tanptp Q 71 .598 an <6t 81 1)4
Jumlah 688.373 1.376.746 7t7.765 1.423.530
Sumber: Hasil Analisis nm Pusat Pengembangan Perhutanan dan Permikiman tpilq uNlW 2000

Sistem penanganan sampah di kawasan perkotaan melalui suatu proses yang


berkesinambungan adalah pengumpulan, pengangkutan, penampungan sementara dan
pembuangan akhir. Untuk menghitung kebutuhan prasarana persampahan maka
digunakan standar kebutuhan yakni Gerobak I M3 untuk 200 KK, Tempat pembuangan
sementara (TPS) untuk 150 KK dan Container sampah dengan volume 6 - 8 tvl3 untuk
2.000 KK. Tingkat kebutuhan prasarana persampahan pada tahap I ffahun 2000 2005)
-
adalah gerobak sebanyak 660 unit, TPS sebanyak 887 unit dan container diperlukan 54
unit.

Puil Paqanltngu Pcildtntn fur Patmoliau lppil-AflflAs


UP0RAll AilfARA ll RAllCAileAil REtlCttlA ORAF REllCAllA) Rertui RTR\( Kettpetaa Bone 2000.20 to ly- | t7

Kebutuhan prasarana sampah pada tahap II (2005-2010) mengalami peningkatan dengan


nilai masing-masing 36 unit untuk gerobak (696 unit), TPS bertambah sebanyak 49 unit
(936 unit) dan container bertambah sebanyak 3 unit menjadi 57 unit. (Lihat Tabel 4.92)

Tabel4.32
Estimasi Kebutuhan Prasarana Persampahan di Kabupaten Bone
Tahun 2000-2010
No Kecamatan Jml. Pddk Estimasi Kebutuhan Jml. Pddk Estimasi Kebutuhan
Tahun I Prasarana Persampahan Tahun I Prasarana Persampahan
(2000 -
20os)
Tahun I (2000-2005) (200s
2010)
- Tahun II (2005-2010)
Gerobak TPS Container Gembak TPS Container
01 Bontocani 16.738 lo 22 I 17.767 L7 23 I
02 Kahu 31.921 31 42 3 32.145 32 42 3
03 Kajuara 30.503 30 40 J 32.276 32 43 3
04 Salomekko 13.643 13 18 I 14.374 t4 l9 I
05 Tonra 10.654 10 t r0.799 l0 74 1
Patjmpeng 14.500 t4 19 1 15.323 15 20 I
07 Libureng 27.701 27 JO ) 28.841 28 JU I
08 Mare 23.766 23 31 2s.69r 25 34 2
09 Sibulue 29.443 29 39 2 30.564 30 2
10 Cina 25.767 25 34 28.365 28 2
II Earebbo 25.039 25 5J 2 26.55s 26 3s
12 Ponre I 2.106 12 16 12.258 t2 l6 I
l3 Lappariaja 21.323 2r z6 2 21.785 2l 29 2
la Lamuru 25.039 2S JJ 27.59r 27 36
15 Tellu Limpoe 13.910 iq
IJ 1 14.397 l4 l9 1
16 Bengo 23.547 )t ?r
2 23.855 23 a
t7 Ulaweng 24.459 24 32 z 24.890 24 JJ 2
18 Palakka zu,)Yo )n 2 21.604 zl to
19 Awangpone 27.332 25 JA z6.vL2 28 38 z
Tellu Siattinge 39.300 39 J 39.833 39 53 J
2l Amali z t.oJv 2l 28 22.598 22 30 7
22 Ajangale 29.419 29 39 ?o en? 29 39
23 Dua Boccoe 29.739 29 39 29.823 29 39 2
Cenrana 26.481 to 35 28.095 28 5l
25 Tanete R. Barat 35.521 JO 48 J 43.292 43 57 4
zo Tanete Riattang 39.282 39 52 J 39.657 39 52 J
T:nala Q T;nr rr 35 7CC 4n q6, dn (d 4
Irml:h 588.373 oot, 887 )i 7rr.765 695 936 57
Sumber : Hasil Analisis nm Pusat Pengembangan Perhutanan dan Permukiman LppM lJNljAS, 2000

4.5 Analisis Struktur Tata Ruang Wilayah


Fenomena perkembangan suatu wilayah senantiasa terus tumbuh secara dinamis
bergantung pada keterkaitan antara sub sistem aktivitas (sosial, budaya, ekonomi dan
politik), sub sistem jaringan, sub sistem pergerakan, sub sistem infrastruktur, sub sistem
lingkungan dan sub sistem kelembagaan yang mengaturnya membentuk ikatan sinergis
sistem (interconection system) struktur tata ruang wilayah.

Analisis struktur tata ruang wilayah Kabupaten Bone Tahun 2000 -2010 terbentuk
sebagai akibat oleh adanya sinergis sistem diatas, yang berlangsung dengan pola
pembentukan yang dilakukan masyarakat yang sering disebut fenomena kota-desasi
(urban rural society). Tahapan pembentukannya dalam struktumya dipengaruhi oleh
sistem aktivitas, sistem pola pemukiman dan sistem pergerakan/jaringan sebagai wadah
pembentuknya. Dalam bahasan sistemnya akan diuraikan dibawah ini.

Pwcl Paqantengn Pcrlatenn hn Pcmulinca lPPll.UllHlS


UP0RAll AilfARA ll RAtlCAileil REllCAllA ORAF REtlCAllA) Ratui RTRI( Kctqcha Bona 2000.20 t0 ly. t t8

4.5.1 Analisis Sistem Kegiatan


Analisis sistem kegiatan merupakan rangkuman dari beberapa analisis yang telah
dilakukan sebelumnya. Sistem kegiatan yang akan dan sudah ada di wilayah Kabupaten
Bone akan menempati ruang tertentu dan mempunyai pengaruh langsung terhadap
struktur tata ruangnya, sehingga guna lahan yang ada dapat menggambarkan sistem
kegiatan wilayah tersebut.

Berdasarkan kondisi eksisting yang ada, guna lahan di wilayah Kabupaten Bone dibagi ke
dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Penggunaan lahan perkotaan
Penggunaan lahan perkotaan ini meliputi perumahan dan permukiman, perusahaan,
jasa-jasa, industri dan aktivitas rural, perkantoran dan perdagangan.
b. Penggunaan lahan non perkotaan
Penggunaan lahan perkotaan meliputi persawahan, tegalan dan ladang, kebun
campuran, hutan negara dan hutan rakyat, perkebunan, padang rumput, tambak,
waduk dan wilayah genangan, rawa-rawa, kawasan pantai, dan lain sebagainya.

Luasan Pemanfaatan lahan di wilayah ini dibagi dalam penggunaan lahan


basah/persawahan dan lahan kering. Luas pemanfaatan lahan tersebut pada Tahun 1999
adalah 88.449 Ha untuk lahan persawahan dan 367.45L Ha untuk lahan kering.
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bone umumnya didominasi oleh pemanfaatan
untuk kawasan hutan, baik hutan rakyat dan negara. Luas pemanfaatan lahan kawasan
hutan tersebut adalah L76.430 Ha pada Tahun 1999 yang terbagi dalam hutan rakyat
seluas 7.323 Ha dan hutan negara dengan luas 169.107 Ha. Selanjutnya pemanfaatan
lahan untuk tegalan dan kebun campuran mencapai 81.035 Ha atau 22.05o/o dari luas
total pemanfaatan lahan kering

Luas lahan persawahan yang dimanfaatkan penduduk masih banyak berupa sawah tadah
hujan dan sawah irigasi desa/sederhana dengan luas masing-masing 46.633 Ha dan
23.7LL Ha. Jumlah ini masih memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi persawahan
beririgasi, mengingat areal persawahan yang telah beririgasi teknis dan semi teknis cukup
luas, yakni t7.4L5 Ha atau 19.680/o dari luas total lahan persawahan.

Sebaran pemanfaatan lahan untuk permukiman dan bangunan (kawasan terbangun)


berdasarkan kecamatan, menunjukkan Kecamatan Libureng, Ajangale, Barebbo, Kahu,
Lappariaja, Bontocani, Ponre dan Dua Boccoe merupakan kecamatan dengan luasan

Pwcl Pengdhngu Perhdtnen len Parniliaet lPPll.AilH$


UPORA|| AilfARA ll RAllCAileAil REllCAiln (2RAF REllCAllA) Ravkt RTRU Kttapile n Bora 2000-20 t0 ly- | t9

pemanfaatannya rerata lebih dari 1.000 Ha atau luas keseluruhan mencapai L2.544 Ha
(69.65olo).

Pemanfaatan lahan untuk persawahan relatif lebih luas untuk Kecamatan Lappariaja,
Kahu, Ajangale, Libureng, Awangpone dan Kecamatan Barebbo dengan luas rerata di atas
5.000 Ha. Luasan ini sudah termasuk sawah tadah hujan dan sawah pasang surut.
Pemanfaatan lahan untuk kebun campuran/tegalan lebih banyak dilakukan di Kecamatan
Ulaweng, Ajangale, Lappariaja, dan Kecamatan Libureng dengan luas rerata di atas 6.000
Ha.

Hutan negara yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan lindung terhadap wilayah
bawahan lebih banyak dijumpai pada wilayah Kecamatan Bontocani, Lamuru, Ponre dan
Kecamatan Mare dengan luas rerata di atas 15.000 Ha. Sedangkan kawasan untuk
pengembangan areal perkebunan relatif lebih banyak dijumpai di Kecamatan Lappariaja,
Cina, Mare, Kahu, Libureng, Tellu Siatinge dan Kecamatan Ulaweng dengan rerata luasan
pemanfaatan di atas 2.000 Ha.

Lahan kosong atau lahan tidur yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dan non
budidaya dengan luasan cukup besar banyak dijumpai di Kecamatan Tonra, Palakka,
Cenrana, Tanete Riattang Barat dan Timur dan Kecamatan Libureng dengan luasan di
atas 1.000 Ha. Luas keseluruhan lahan ini adalah 33.972 Ha atau 7.45o/o dari luas
keseluruhan wilayah Kabupaten Bone.

4.5.2 Analisis Sistem Pusat-Pusat Peftumbuhan


A. Analisis Pusat Pertumbuhan Perkotaan
Penyebab utama pertumbuhan dan perkembangan kota karena adanya pertumbuhan
jumlah penduduk beserta sarana dan prasarana yang dibutuhkan, komunikasi dan
transportasi serta proses kultural sosial politik yang relatif cepat berkembang.

Saat ini perkembangan wilayah perkotaan di Kabupaten Bone masih terpusat di ibukota
kecamatan dan kabupaten yakni Kota Watampone dengan pola guna lahan didominasi
permukiman, pemerintahan, pendidikan, jasa dan perdagangan. Perkembangan
permukiman dan fasilitas penunjang perkotaan mengikuti pola linier mengikuti arah
jaringan jalan yang telah terbentuk sebelumnya dengan akses pencapaian relatif baik.
Wilayah bagian Tlmur Kabupaten Bone merupakan wilayah yang cepat perkembangannya
di banding dengan wilayah Barat, Selatan dan Utara. Kepesatan perkembangan ke arah

Puel Ponydlugen Peildenm lcn Pernatipen lPPil-AilHAS


UP0RAtl Allfiil ll RAllcrileil REtlCArlA (0RAF REllCAilil Retut RfRt( Kttqilar 80ru 2000'20t0 ly. t20

tersebut dikarenakan dan dipengaruhi oleh adanya kawasan pemerintahan dan jalur
perhubungan laut menuju ke Pelabuhan BajoE.

Wilayah pusat Kota Watampone dengan dominasi kegiatan perkantoran pemerintahan


dan swasta umunya berlokasi di sekitar Jalan Ahmad Yani dan Yos Sudarso. Sedangkan
kawasan perdagangan dan jasa berada di pusat kota dan di sepanjang jalan-jalan utama
yakni Jalan Mesjid, Veteran, M.H. Thamrin dan di Jalan Taman Bunga dan Petta
Ponggawa. Kota Watampone sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bone mempunyai
luas wifayah terbangun L.299,70 Ha atau \0,29o/o dari luas keseluruhan wilayah. Luas
pemanfaatan lahannya didominasi untuk kegiatan perumahan 92L,76 Ha atau 70,92o/o,
kemudian untuk prasarana jalan 97,20 Ha atau 7.48o/o.

Wilayah hinterlandKota Watampone yang merupakan wilayah pengembangan pusat kota


telah mengalami perkembangan cukup pesat. Pola kehidupan masyarakatnya telah
mengalami proses transisi dari kehidupan pertanian perdesaan beralih ke kehidupan
perkotaan. Kondisi ini dapat terlihat dengan semakin banyaknya bangunan yang didirikan
baik untuk kegiatan perumahan, perkantoran maupun jasa pelayanan dan perdagangan.
Wilayah tersebut berada di Maccege, Macanang, Panyula, dan Waetuo. Wilayah ini di
masa datang perlu direncanakan dengan baik dalam tingkat perencanaan detail dan
teknis mengingat wilayahnya merupakan wilayah potensial untuk kawasan penyangga
Kota Watampone.

B. Analisis Pusat Peftumbuhan Perdesaan


Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan scsial dan kegiatan
ekonomi (UUPR N0. 24 Tahun 1992). Pembahasan sebaran kawasan perdesaan
menyangkut konsentrasi kegiatan permukiman serta kaitannya dengan pusat-pusat kota
dan desa lainnya dalam wilayah administratif Kabupaten Bone.

Secara administratif wilayah perdesaan per kecamatan di Kabupaten Bone berdasarkan


karakteristik kependudukannya sebanyak 19 kecamatan, tidak termasuk Kecamatan Kahu,
Mare, Cina, Ajangale, Dua Boocoe, Tanete Riattang Barat, Tanate Riattang Timur, Tanete
Riattang.

Jumlah penduduk kawasan perdesaaan ini adalah 555.811 jiwa pada Tahun 1999 dengan
luas wilayah 3.548,25 Km2. Luas pemanfaatan lahan untuk permukiman di kawasan ini

Pwl Pangnlengcn Parlulcnen hn Petaalintn lPPll-AilHAS


UPORtll AilftRA ll RAtlCAlleAil REIIC/ltlA ORAF REtlCAllA) Reriil RTRtt Kctapttun 80rc 2000.20 to lY-tzl

adalah 12.191 Ha atau 67.690/o dari luas keseluruhan lahan permukiman 18.009 Ha.
Umumnya masyarakat di kawasan ini bermatapencaharian sebagai petani, buruh tani
garapan dengan luas lahan persawahan 57.057 Ha atau 64.250/o dari luas total lahan
persawahan.

Konsentrasi permukiman perdesaan umumnya mengikuti pola dan bentuk sistem jaringan
jalan, pola permukiman desa perdesaan ini menyerupai kondisi permukiman perkotaan
dengan wilayah konsentrasi terletak dan berdekatan dengan tempat kerja (lahan
pertanian dan perikanan) secara berkelompok membentuk wilayah perkampungan/dusun
dengan dilengkapi sarana dan fasilitas penunjang sosial dan ekonomi.

Arahan pengembangan kawasan perdesaan diharapkan dapat berfungsi sebagai daerah


belakang perkotaan dan dapat menunjang kegiatan perkotaan dalam penyediaan sumber-
sumber bahan baku keperluan jasa dan industri pengolahan (agro industri). Disamping
itu, dalam pengembangan kawasan ini juga harus memperhatikan potensi sumberdaya
lokal yang dapat mempercepat proses pengembangan pusat-pusat pertumbuhan kawasan
perdesaan baru lainnya, sehingga mampu menciptakan keseimbangan antara pusat
perkotaan dan perdesaan sebagai satu sistem keterkaitan pengembangan regional yang
saling menguntungkan.

C. Analisis Pusat Pertumbuhan permukiman


Analisis sistem pusat-pusat permukiman bertujuan untuk melihat adanya pusat-pusat
yang befungsi untuk melayani kegiatan penduduknya. Pusat-pusat tersebut memiliki
jangkauan pelayanan sesuai dengan ketersediaan fasilitas pendukungnya.

C.1 Identifikasi Pusat Permukiman


Menentukan pusat-pusat permukiman dilakukan dengan pendekatan kuantitatif metode
skoring untuk melihat tingkat ke-urban-an pada masing-masing kecamatan yang di
wilayah Kaupaten Bone. Sebagai gambaran, pusat pelayanan orde terendah paling tidak
memiliki fungsi: (1) fasilitas untuk pemasaran dan pengumpulan hasil-hasil surplus sektor
pertanian, (2) fasilitas dan pelayanan untuk distribusi alat dan bahan pokok guna
meningkatkan produksi dan produKivitas di sektor pertanian, antara lain; pupuk, alat
pertanian, sarana dan prasarana pengangkutan produksi dan fasilitas kredit, (3) fasilitas
dan pelayanan pemrosesan utama dalam kegiatan pertanian baik untuk tujuan komersial
ataupun mencukupi kebutuhan sendiri, (4) fasilitas dan pelayanan dalam memenuhi
kebutuhan pokok masyarakat.

Patel Peagcahagn Perliltnn ln Ptn*itu tPPtf-lJltHAS


UP0RAll AilURA ll RAllCAileAil REllctllt (DRAF REtlCAllA) Patui RfRt( lhlo2ttan Rone 2000-20 t0 lt/.t22

Pemanfaatan kriteria di atas hanyalah sebagai acuan yang bersifat umum yang
diberlakukan pada wilayah yang masih memilki daerah yang bersifat perdesaan (rural)
atau kota desasi. Untuk wilayah yang sudah bercirikan kegiatan perkotaan perlu kriteria-
kriteria yang lebih kompleks dan lebih terinci. Sebagai pendekatan dalam analisis ini
dipergunakan metode skoring seperti yang d'rjelaskan di atas.

C.2 Pusat Permukiman


Pembentukan pusat-pusat permukiman di wilayah Kabupaten Bone sangat dipengaruhi
oleh kondisi topografi dan sistem jaringan transportasi yang telah berkembang
sebelumnya. Umumnya pola atau bentuk permukiman yang terjadi mengikuti bentuk
permukaan lahan yang relatif rendah dengan kemiringan lereng antara 0-15o/o dan
keberadaanya mengikuti pola pembentukan jalan yang sifatnya linier. Kondisi permukiman
tersebut terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas yang umumnya berada di pusat-pusat
Sub Wilayah Pengembangan (SWP), ibukota kecamatan dan pusat desa atau kelurahan
dengan tingkat penyebarannya meluas di semua wilayah kabupaten.

Sedangkan pola permukiman di ibukota kabupaten, Kota Watampone bentuknya memusat


(konsentrik dan gridiron) yang selanjutnya mengikuti pola jaringan jalan utama dan
regional yang menghubungkan dengan wilayah kabupaten lain. Sedangkan wilayah
belakang yang merupakan wilayah pengembangan Kota Watampone, kecenderungan
membentuk pola tersendiri mengikuti perkembangan jaringan jalan yang telah
direncanakan.

Pola-pola permukiman merupakan bentukan awal dari sekelompok perumahan yang


berada dalam satu kesatuan batas tertentu yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas
penunjang lingkungan guna mempermudah tingkat pelayanan dan kesejahteraan
penduduk yang mendiaminya. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang perumahan
ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan rakyat dengan cara mengadakan
perbaikan mutu fisik dan fasilitas lingkungan, disamping insentif dan disentif dalam
pengadaan rumah. Kenyamanan suatu tempat tinggal tidak terlepas dari jenis dan luas
lantai serta jenis bahan yang digunakan, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
ukuran untuk menggambarkan kecukupan akan tempat tinggal atau menjadi indlkator
kesejahteraan rumah tangga.

Pada Tahun 1998 jumlah rumah tangga di wilayah Kabupaten Bone yang menggunakan
lantai dengan jenis kayu (rumah panggung) yang paling dominan, yakni 77.600/0. Sedikit
mengalami penurunan bila dibanding dengan Tahun 1993 sebesar 89.41010. Nilai ini

Patil Ptqanteqcn Pcildcaca hn Pemilian lPPil.Ailil$


UP0RAll AilfARA ll RAllCAileAil REllCAllA (2RAf REllCAllA) tuyht RTR\( ktqetea Eone 2000-20 t0 ly-t23

berdampak langsung terhadap rumah dengan jenis lantai marmer, ubin, semen dalam
waktu yang sama mengalami peningkatan persentase pemilikan dari 0.260/o, t.97o/o,
7.71o/o menjadi I.70o/o,6.250/o dan L2.93o/o. Pada Tahun yang sama, rumah tangga
dengan luas lantai
t6.L2o/o. Rumah tangga yang menggunakan bahan seng sebagai atap masih lebih
dominan, yaitu 62.950/o lang meningkat menjadi 72.84o/o pada Tahun 1998 dan bila
dibanding propinsi, lebih kecil dengan selisih 2.360/o.

Kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk dan kualitas hidup
penduduk dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Namun di sisi lain,
persentase penggunaan bahan dari bambu sebagai lantai rumah juga mengalami
menambahan dari 0.24o/o menjadi 0.590/0. Indikasinya bahwa pasangan keluarga baru
sebagai tahap awal mendisain rumah relatif sederhana hanya untuk tempat tinggal.

D. Kawasan Pesisir Pantai dan Kelautan


Kawasan pesisir pantai di wilayah Kabupaten Bone, berdasarkan wilayah adminstratif
terletak di Kecamatan Kajuara (L24,L3 Km21, salomekko (84,91 Krt), Tonra (z0o,3z
Krt), Mare (263,50 Km2), SibuluE (155,80 Krt), Barebbo (LL4,2o Krt), Awangpone
(110,70 Krt), Tellu Siattinge
(159,30 Km2), cenrana (143,60 Km2) dan Kecamatan
Tanete Riattang Timur (48,88 Km2) dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 45 buah.
Luas keseluruhan wilayah kecamatan ini adalah 1.405,34 Kmz atau 3},82o/o dari luas
wilayah kabupaten, yakni 4.559,00 Km2 dengan panjang bentang pesisir pantainya
adalah L27 Km.

Pemanfaatan lahan untuk persawahan dan hutan masih lebih dominan di wilayah ini
dengan fuas masing-masing 39.154 Ha (27.860/o) dan 35.613 Ha (25.34o/o). Terhadap
kabupaten pemanfaatan lahannya sebesar 44.260/o dan 20.190/o. Penggunaan lahan di
kawasan pesisir seluas 9.887 Ha atau 6.980/o dan 1000/o terhadap kabupaten
dimanfaatkan untuk pertambakan yang tersebar secara merata di seluruh wilayah
kecamatan pesisir.

Penutupan lahan secara umum di sepanjang pesisir pantai berupa vegetasi mangrove dari
jenis Bakau (rhizophora sp), Api-Api (avicennia sp), Gogen (sonetharia sp), Tanjang
(brugueria sp) dan Nipa (nypa fruticanQ dan jenis vegetasi lainnya. Ketiga jenis vegetasi
mangrove tersebut pertumbuhannya cukup baik dengan penutupan tajuk rata-rata dari
sedang sampai rapat. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi tanaman
dan penutupan tajuk masing-masing jenis vegetasi mangrove tersebut cukup baik dan

Pant Ptqadtengcn Paitotenea len Petniliuca lPPll-AilHAS


UPaRill AilftRA lt RAtlCAileAil REilCAiln ORAF REttCAilA) Rartui RtRt( Kttapctea Boac z0oo.2o t0 ly.t24

dapat lebih ditingkatkan untuk pengembangan selanjutnya mengingat fungsi-fungsi


pemanfaatan vegetasi tersebut terhadap wilayah sangat penting.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kondisi jenis vauna yang terdapat di sepanjang
kawasan ditemukan berbagaijenis satwa yang hidup dan berkembang yang antara lain:
. Hewan-hewan yang berasal dari laut atau sungai yang mengikuti pasang surut air laut
adalah ikan balanak (mugil cephalus), ikan bandeng (chanos forskal) ikan kakap (lates
calcarifar bloch), udang windu (penaeus mondon fabricus) dan udang putih ( penaeus
merguiensis de man).
. Hewan-hewan laut yang hidup melekat pada akar atau batang tumbuhan mangrove
yang tergenang air surut antara lain; tiram (crassostrea) dan siput (tittorinidae),
. Hewan-hewan laut yang hidup dipermukaan tanah lunak atau di dalam lubang tanah
lunak yang antara lain: teripang (stichopus), kepiting (scylta serata), udang lumpur
(thalassina amonala), ketam (ucu sasarma) dan lain-lain.
. Hewan penghuni hutan mangrove tepi yang terdiri dari tikus, biawak, kadal, katak,
keleawar dan lain-lainnya.

Fauna yang paling banyak jumlahnya di kawasan ini berasal dari famili crustacea
(kepiting, udang dan lain-lain) dan dari famili grastopoda (siput), karena famili ini memilki
eksoskeleton yang dapat mengurangi (membatas) kehilangan air dalam tubuh.

4.5.3 Analisis Tingkat Aksesibilitas Wilayah


Cakupan bahasan sub-bab ini meliputi analisis aksesibilitas eskternal wilayah, analisis
internal wilayah dan terakhir tingkat aksesibilitas atau kemudahan melakukan pergerakan.
A. Konsep Sistem Aktivitas Transportasi
Hubungan dasar antara tata guna lahan (aktivitas), transportasi dan lalulintas untuk
mengetahui tingkat aksesibilitas disatukan dalam beberapa urutan konsep yang dilakukan
secara befturut-turut sebagai berikut:
1. Aksesibilitas; suatu ukuran atau kesempatan untuk melakukan perjalanan. Konsep ini
lebih bersifat abstrak dan dapat digunakan untuk mengalokasikan problem yang
terdapat dalam sistem transportasi dan mengevaluasi solusi-solusi alternatif. Dapat
juga dikatakan aksesibilitas adalah sustu ukuran kenyamanan bagaimana lokasi guna
lahan berinteraksi satu dengan lainnya dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi
tersebut dapat dicapai melalui sistem transportasi.
2. Bangkitan Lalulintas (trip generation), suatu ukuran bagimana trip terjadi dalam suatu
guna lahan (zonasi). Model analisis yang digunakan adalah IHCM Tahun 1995 dan
standar/kriteria baku transportasi.

Puil Ptngeataagtn Ptrlduea lu Penotinea lPPil-Ailffi9


UPORA+| AI|ARA il RAilCAileAtt REttCtilA (hRAf REtlCAttA) Rafit RIR|( Kctapttea Boaa 2000.20 t0 ly.t25

3. Distribusi Pergerakan (trip distribution) bagaimana perjalanan tersebut terdistribusi


ke berbagai zona tarikan dan bangkitan pergerakan di dalam zona-zona. pengaruh
kuat dalam konsep ini adalah lokasi dari intensitas land use dan spatial separation.
Model analisis yang digunakan dengan pendekatan dan pilihan pergerakan
berdasarkan zona dan tujuan adalah "Ti, = Gravity Models,,.
4. Pemilihan Moda Transportasi (modal choice or modal sp/it), menentukan faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi untuk suatu tujuan perjalanan
tertentu.
5. Pemilihan Rute (route choice or trip assignmenfi menentukan faktor-faktor
yang
mempengaruhi pemilihan rute antara zona asal dan zona tujuan. Biasanya untuk
kendaraan pribadi.
6. Hubungan antar waktu, kapasitas dan arus lalulintas; waktu perjalanan dipengaruhi
oleh kapasitas rute yang ada dan jumlah arus lalulintas yang menggunakannya.
Hubungan konsep transportasi tersebut di atas tergantung pada konsep analitisnya dan
ketergantungan dari komponen-komponen pembentuknya, sepefti dijelaskan pada Tabet
4.33
Tabel4.33
Konse Sistem rtasi

sumber: Hasil Analisis nm Pust pengembangan perhutanan dan frmukiman ppn-uuruslooo

B. Aksesibilitas Eksternal Wilayah


Wilayah Kabupaten Bone yang merupakan salah satu Pusat Pengembangan Antara
Wilayah (PPAW) di Propinsi Sulawesi Selatan dengan Kota Watampone sebagi pusatnya
diarahkan untuk melayani wilayah Kabupaten Bone, Wajo, Soppeng dan sebagian wilayah
Utara Kabupaten Sinjai serta wilayah bagian Barat Propinsi Sulawesi Tenggara
(Kabupaten Kolaka). Fungsi pengembangannya ditekankan pada pelayanan untuk
kegiatan seperti ogroindustri, pertanian lahan basah, jasa-jasa, peternakan, pariwisata,
kehutanan, perikanan, pertambangan, permukiman, industri rumah tangga (home
industry) dan perdagangan.

Penekanan fungsi tersebut didukung oleh ketersedian infrastruktur transportasi darat


(jalan arteri primer dan kolektor primer) dan ketersedian transportasi laut; pelabuhan
Laut Fery BajoE, Pelabuhan Rakyat Pattiro Bajo, Pelabuhan Rakyat Kading, pelabuhan

Putl Paagea[engen Ptrlatena len Panotiau |PPH-AilHAS


UP0RAtl AilfARA ll RltlCArcil REttCAtlA (0RAF Rttciltt) Rcriri RfRtl Kcbo2ctan Bom 2000-20 t0 ly- t 26

Rakyat Cenrana. Kecenderungan pergerakan penumpdflg, kendaraan dan barang dengan


memanfaatkan fasilitas transportasi tersebut dalam lima tahun terakhir relatif meningkat,
yakni pergerakan penumpang 3.97o/o pertahun dan muat-bongkar barang 13.680lo dan
3t.79o/o pertahun.

Distribusi pergerakan transportasi darat berdasarkan origin and destinafibn Kabupaten


Bone dengan wilayah sekitarnya dalam konsep PPAW, memperlihatkarl konsentrasi
pergerakan antara wilayah lebih tinggi (aksesibitas baik) dengan tingkat pelayanan LOS
A-B(trip assignment), berada pada pergerakan regional dari dan ke Kabupaten Bone dan
Kabupaten Maros (LHR 3.055/2.828 kendaraan) dengan total LHR mencapai 6.L6815756
kendaraan, kemudian disusul Kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo (LHR 1.859/1.598
kendaraan).

nngginya intensitas pergerakan antara wilayah Kabupaten Bone/Kabupaten


Maros/Kabupaten Wajo/Kabupaten Sinjai dan sebaliknya, disebabkan karena posisi
geografis Kabupaten Bone yang berada di bagian Tengah yang dapat menghubungkan
wilayah-wilayah di bagian Utara dan Selatan Propinsi Sulawesi Selatan dan didukung oleh
ketersediaan infrastruktur transportasi darat yang baik.

Lebih lanjut dengan dukungan tersebut mengakibatkan pergerakan kendaraan antar


wilayah Kabupaten Bone dan kabupaten lain di sekitarnya semakin lancar. Hal ini dapat
dilihat dari hasil survei LHR origin and destination pada titik pengamatan jalan akses
masuk dan keluar Kabupeten Bone (empat titik stasiun pengamatan) berdasarkan jenis
moda dimana jumlah seluruh pergerakan kendaraan terbanyak melalui koridor Jalan
Kabupaten Bone ke Kabupaten Maros dan Kabupaten Wajo dan begitu pula sebaliknya.

Tlngkat intensitas pergerakan dihitung dengan menggunakan analisis pergerakan asal-


tujuan (origin-destination) dan perhitungan volume serta frekwensi lalulintas antar
masing-masing komponen yang telah disebutkan sebelumnya. Pengamatan intensitas ini
dikhususkan pengamatan pada koridor jalan keluar dan masuk ke wilayah Kota
Watampone.

Intensitas pergerakan internal wilayah dapat diketahui dengan menilai besran dominasi
kendaraan berdasarkan jenis kendaraan yang melewati jalan tersebut adalah sepeda
motor kemudian kendaraan umum. Jam puncak pergerakan (peak hour) adalah antara
jam 09.00 sampai 12.00. Sedangkan moda mobil Box dan truck antara jam 06.00-09.00

Putl Poqadhaget Poililenea ht Ponolinen IPPil-AtlilAS


UP0RAN tllTARA ll RAllCAileAil REllCAllA (2RAf REllCAlll) Rarbi R|RU ktopcten Boaa 2000-20 t0 ly. t 27

dan 21.00 24.00. 1-ingkat pelayanan jalanan (intensitas pergerakan) di koridor


pengamatan berkisar antara LOS A-B = 0,1 - 0,4 dalam ketegori pergerakan stabil, lancar
dan teratur.

Total pergerakan origin and destination (dalam LHR) terhadap tiga wilayah pengamatan
(kabupaten Wajo, Sinjai dan Maros) adalah sebagai berikut :

. Dari Kabupaten Bone ke Kabupaten Wajo atau sebaliknya adalah 2.L48 dan 1.870
. Dari Kabupaten Bone ke Kabupaten Maros atau sebaliknya adalah 3.338 dan 3.159
. Dari kabupaten Bone ke Kabupaten Sinjai atau sebaliknya adalah 1.426 dan L.472

Pergerakan kendaraan dengan memanfaatkan transportasi laut melalui Pelabuhan Fery


BajoE dari Kabupaten Bone ke Propinsi Sulawesi Tenggara (Pelabuhan fery Kolaka)
memperlihatkan pergerakan yang semakin meningkat. Pada Tahun 1998 jumlah
kendaraan yang diangkut melalui Pelabuhan BajoE sebanyak 24.320 unit kendaraan dan
di Tahun 1999 meningkat sebanyak 2.990 unit kendaraan menjadi 27.3L0 unit kendaraan.
Diperkirakan untuk masa akan datang arus lalulintas pergerakan dengan menggunakan
fasilitas pelabuhan ini akan tetap meningkat mengingat jumlah kapal yang ada saat ini
terus semakin bertambah (Tahun 1999 berjumlah 7 buah kapal, dibanding Tahun 1998
hanya 5 buah kapal). Pemberdayaan fasilitas transportasi laut ini cukup penting
mengingat kontribusinya terhadap PAD cukup besar dan guna mengantisipasi
pemberlakuan Undang-Undang No. 22 tentang Pemerintahan Daerah (otonomi daerah).

Upaya yang harus diperhatikan guna mengantisipasi perkembangan ini adalah dengan
menambah jumlah armada kapal dan peningkatan fasilitas penunjang pelabuhan. Di
samping itu, mengingat hasil analisis angkutan sedimentasi di sekitar pelabuhan yang
cenderung bertambah, maka diperlukan upayakan pengerukan dan pengamanan DAS
yang bermuara Ke Teluk Bone. Upaya lain adalah perlunya penjajakan kembali dan
peningkatan/keberadaan pelabuhan lain, seperti Pelabuhan Kading, Pattiro Bajo, Cenrana
agar dapat berfungsi maksimal.

D. Aksesibilitas Internal Wilayah


Aksesibilitas internal wilayah Kabupaten Bone berdasarkan pergerakan lalulintas yang
merupakan akibat dari adanya interaksi fungsional dari masing-masing jenis guna lahan
yang ada. Masing-masing guna lahan dapat berperan sebagai bangkitan lalulintas (trip
generation) atau sebagai tarikan lalulintas (trip attraction). Guna lahan yang berperan
sebagai bangkitan lalulintas biasanya berupa kawasan perumahan, sedangkan tarikan
lalulintas adalah kawasan perdagangan, perjkantoran, pendidikan dan industri. Adanya

Puat Paagedteagn Parlolenen ln Pemutintt lPPll-UllllAS


UPhRAll AilfARA ll RAllCAileAil REllCAllA (hRAF REllCAllA) Rctut RlRtl ktqtht Boae 2000'20t0 ly. | 28

aglomerasi beberapa fungsi kegiatan dapat diidentifikasikan sebagai adanya pengaruh


dan daya tarik area tersebut terhadap sistem kegiatan yang ada.

Panjang jalan di Kota Watampone hingga akhir Tahun 1999 adalah 153.95 Km yang
terbagi menurut fungsinya, antara lain: (1) jalan arteri primer sepanjang 13.120 Km, lebar
6 meter, (2) jalan arteri sekunder 12.604 Km dengan lebar 4 meter, (3) jalan kolentor
primer dengan panjang 10.885 Km dan lebar 5 meter, (4) jalan kolektor sekunder 34.981
Km dengan lebar 4.5 meter, (5) jalan lokal sekunder dengan panjang 82.360 Km dengan
lebar jalan 4 meter.

Pada tahun yang sama ffahun 1999) jumlah kendaraan yang memanfaatkan jalan
dengan panjang jalan 153.95 Km adalah27.846 unit kendaraan dengan laju pertumbuhan
kendaraan sebesar 1.09 persen pertahun dengan rasio sebesar 180 kendaraan/kilometer.
Persentase kendaraan terbanyak adalah sepeda motor 75.2 persen, kemudian mini bus
dan pick up dengan nilai masing-masing adalah 8.36 persen dan7.77 persen.

Beberapa kawasan di wilayah Kabupaten Bone (Kota Watampone) yang berpotensi


menimbulkan pergerakan tinggi adalah kawasan perdagangan, perkantoran, industri dan
jasa yang terkonsentrasi di sekitar Jalan Ahmad Yani dan Yos Sudarso. Sedangkan
kawasan perdagangan dan jasa berada di pusat kota dan di sepanjang jalan-jalan utama
yakni Jalan Mesjid, Veteran, M.H. Thamrin dan di Jalan Taman Bunga dan Petta
Ponggawa, Jalan Biru, kawasan rekreasi dan kawasan terminal induk regional, terminal
BajoE dan terminal pembantu kota dan lain sebagainya.

Kawasan fungsional lainnya seperti Kawasan Pelabuhan Fery BajoE dan sekitarnya
mempedihatkan perkembangan arus pergerakan penumpang (debarkasi dan embarkasi)
yang semakin meningkat. Dalam lima tahun terakhir menunjukkan laju pertumbuhan
yang semakin meningkat sebesar 3,91o/o pertahun untuk embarkasi dan debarkasi
9,04o/o. Debarkasi dan embarkasi penumpang melalui Pelabuhan Bajoe umumnya menuju
ke Kabupaten Kolaka (Propinsi Sulawesi Tenggara) begitu pula sebaliknya dengan jumlah
4L9.227 orang pada Tahun 1999. Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 25.430
orang dariTahun 1995 yang berjumlah 393.797 orang.

Wilayah hinterland Kota Watampone yang merupakan wilayah pengembangan pusat kota
telah mengalami perkembangan cukup pesat dan berpengaruh kuat terhadap produki
pergerakan untuk kegiatan perumahan, perkantoran maupun jasa pelayanan dan

Puct Pengdteqea Pairalenee hn Pernilipn lPPil-AilHAS


UPORA|I illfAm ll RAllCAileAil REtlCAtlA (0RAF REllCAtlA) Rciti RTRU Kctapctan Boae 2000-20 t0 ly- t 29

perdagangan. Wilayah tersebut berada di Maccege, Macanang, Panyula, BajoE dan


Waetuo.

4.5.4 Struktur Tata Ruang


A. Metode Analisis Struktur Tata Ruang
Analisis struktur tata ruang dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan untuk mengarahkan dan membentuk tata jenjang pusat-pusat pelayanan
wilayah dan jaringan transportasi serta jaringan sarana dan prasarana lainnya yang
mendukung pusat pelayanan tersebut. Sehingga membentuk suatu sistem terpadu yang
mampu memanfaatkan potensi Kabupaten Bone yang pada akhirnya akan meningkatkan
daya saing kabupaten.

Adapun terjemahan dari konsep struktur tata ruang wilayah


Kabupaten Bone
mengakomodasikan berbagai pertimbangan karakteristik kewilayahan yang terdiri dari:
(1) pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan, (2) sistem transportasi, (3) sistem
prasarana dan sarana wilayah, (4) arahan pengembangan fisik, (5) faktor kendala dan
limitasi wilayah, (6) sumberdaya alam dan manusia (sosial dan budaya), (7)
interdependensi wilayah, (8) kecenderungan investasi investor.

Pertimbangan karakteristik ke-wilayah-an di atas mengacu pada dua azas penataan


ruang, yaitu (1) demokratisasi ruang dan (2) sinergi wilayah. Demokratiasi ruang
implementasinya berupa usaha-usaha penciptaan tingkat kemudahan yang proporsional
bagi masyarakat untuk meninkmati pelayanan sosial ekonomi yang tersedia, seperti
kemudahan melakukan kegiatan-kegiatan produktif (nilai tambah) dan memasarkan hasil
produksi, di samping diarahkan untuk meningkatkan kesempatan ekonomi (economic
opportunities). Kemudahan lainnya adalah dalam pelaksanaan program-program
pembangunan menurut sektor-sektor pembangunan masing-masing sekaligus untuk
menghindari benturan kepentingan antar sektor dalam pemanfaatan ruang.

Sinergi wilayah diwujudkan dalam membentuk keterkaitan fungsional anta satuan-satuan


pemukiman/sub wilayah sedemikian rupa, baik yang antar maupun inter wilayah,
sehingga membentuk wilayah terpadu yang mampu berartikulasi terhadap proses
pembangunan wilayah.

Mengingat Kabupaten Bone (Kota Watampone) merupakan salah satu Pusat


Pengembangan Antara Wilayah (PPAW) bagian Timur Propinsi Sulawesi Selatan, maka
struktur tata ruang Kabupaten Bone dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone

Punl Paagaatcngcn Peilalutn fua Penilinea lPPil-AilH$


UP0RAll AilfARA ll R llCAileAil REllCAllA (0RAF PEllCAllA) Ravii RIRU Kebopeten Eoao 2000'20 t0 ly.tt0

2010, tidak terlepas dari sistem perwilayah dan struktur tata ruang Propinsi Sulawesi
Selatan, dinamika dan trend perkembangan pembangunan wilayah secara fisik, sosial
budaya dan ekonomi, serta pengaruhnya secara internal dan eksternal wilayah sekitar
kabupaten.

Oleh karena itu dalam struktur tata ruang sudah harus mencerminkan keterpaduan antara
visi dan misi yang diemban Kabupaten Bone ke depan dengan isi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten sebagai suatu kesatuan matra pembangunan bagi semua komponen-
komonen penggerak pembangunan.

B. Pergeseran Struktur Ruang


Berdasarkan hasil analisis struktur tata ruang wilayah Kabupaten Bone dengan
menggunakan pendekatan ketiga metode analisis di atas, ditemukan fakta-fakta analisis
yang antara lain:
1. Struktur tata ruang wilayah yang ada sekarang, memperlihatkan kecenderungan pola
ruang mengalami pergeseran, baik orientasi pemasaran, tingkat pelayanan fasilitas
maupun konsentrasi permukiman sebagai akibat pola jaringan transportasi yang
terbentuk sebelumnya. Hal ini terjadi pada Kota Uloe sebagai ibukota Kecamatan Dua
Boccoe dan Kota Palattae ibukota Kecamatan Kahu.
2. Pola struktur orientasi pemasaran dari masing-masimg sub pusat kegiatan terlihat
adanya suatu pengelompokkan pusat-pusat pelayanan, yang secara keseluruhan
membentuk suatu perwilayahan yang memusat mengarah ke Kota Watampone.
3. Sebagai fungsi Pusat Pengambangan Antar Wilayah (PPAW) Bagian Timur dan
sekitarnya dengan Kota Watampone sebagai pusatnya, meyebabkan konsentrasi sosial
dan ekonomi secara internal lebih kuat daya tarik pusat dari pada wilayah eksternal
kabupaten di sekitarnya.
4. Dari hasil analisis perwilayahan, diperoleh suatu karakteristik tersendiri dari masing-
masing sub-sub pusat pengembangan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Sub Pusat Pengembangan Bagian Tengah, Barat dan Utara yang meliputi Kecamatan
Tanete Riattang Tmur, Tanete Riattang Barat, Tanete Riattang, Lappariaja, Bengo
Lamuru, Ulaweng, Amali, Palakka, Awangpone, Tellu Siattinge, Ajangale, Dua Boccoe
dan Cenrana. Faktor pengaruh relatif kuat pengembangannya adalah adanya jalur
jalan arteri primer dan sekunder yang menghubungkan wilayah Kabupaten Bone

dengan Kabupaten Wajo, Makassar melalui poros jalan Kabupaten Maros.


5. Sedangkan Sub Wilayah Pengembangan Bagian Selatan dan Selatan Barat Daya, y?ng
meliputi Kecamatan Mare, Libureng, Bonto Cani, Kahu, Kajuara, Safomekko,
Patimpeng, Tonra, Sibulue, Barebbo, Cina, dan Kecamatan Ponre. Faktor

Prnt Poagnlengcn Pailahatn let Penilian lPPll-UllHAS


lAP0RAll AilfARA ll RAllCAllCAtl REtlCAllA QRA| REtlCAtll) Re ili RfRt( ktut'tn &oM 2000'20 | 0 ly.ttl

perkembangannya dipegaruhi oleh akses jalan arteri primer dan sekunder Kota
Watampone dengan Kota Sinjai, melalui Palattae dan Mare.

C. Struktur Tata Ruang


Guna memaksimalkan struktur tata ruang, sehingga dapat membentuk suatu sistem
terpadu yang mampu memanfaatkan potensi Kabupaten Bone yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya saing kabupaten, maka dibutuhkan hirarki tingkatan pusat dan sub
pusat pengambangannya. Pusat dan sub pusat pengembangan ini, nantinya berfungsi
untuk melayani aktivitas penduduk di dalam wilayah itu sendiri dan wilayah belakangnya
yang masih dalam wilayah pengaruhnya.

Dengan maksud tersebut dan hasil analisis struktur tata ruang, kesesuaian lahan dan
kemampuan lahan, kebijakan pembangunan wilayah yang tertuang di dalam Pola Dasar
Pembangunan Kabupaten Bone Tahun 2000, serta trend perkembangan wilayah internal
dan eksternal, maka arahan struktur tata ruang wilayah dapat direkomendasikan sebagai
berikut (Tabel 4.34 dan Gambar 4.25).

Rekomendasi hirarki/orde pelayanan, pusat kota, fungsi kota dan wilayah pengaruhnya
dalam arahan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Bone di atas minimal mencakup
antara lain: (1) struktur tata ruang yang dihasilkan telah mencerminkan adanya pusat-
pusat konsentrasi permukiman yang berfungsi sebagai pusat produksi, distribusi dan
pusat pemasaran secara hirarkis dan sistematis, (2) pusat simpul tersebut berorientasi
pasar dan atau mempunyai kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dalam jumlah yang relatif
lebih baik dan mencukupi serta jumlah penduduk yang mampu mendukung fungsi simpul
tersebut.

Agar pengembangan wilayah dapat berfungsi secara menyeluruh dan serasi di antara
pusat-pusat dan sub pusat tersebut, maka perlu diciptakan mekanisme yang dapat
mengatur pertumbuhan pusat, sehingga dapat menunjang antara satu dengan lainnya.
Dalam hal ini semua ibukota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bone merupakan
pusat-pusat permukiman, demikian pula dengan fasilitas sosial ekonominya, maka ibukota
kecamatan tersebut diasumsikan sebagai sub pusat pengembangan.

4.6 Konsepsi dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Bone
Berdasarkan pada bahasan rona awal wilayah sefta hasil analisis berbagai aspek
pengembangan wilayah Kabupaten Bone, maka pada bagian ini akan dirumuskan potensi

Pwel Peqanbzngca Parlulcaen ln hnulinet lPPll'UllllAS


UPhRAtl AilfARA ll RtllCAllgAN REllCAtlA (hRAF REllCAllA) Rctiti RfRt( kta2e te n Eone 2000'20 | 0 ly- | t2

dan permasatahan, kendala dan limitasi yang kemungkinan terjadi di wilayah ini, sehingga
perlu diupayakan penanganan secara tepat dan cermat.
Tabel 4.34
Rekomendasi Struktur Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bone Tahun 2OOO -2010

HIRARKI/ PUSAT KOTA FUNGSI PUSAT WILAYAH


ORDE PFNGARI II{
I (Pertama) . WATAMrcNE r PPAW . Kabupaten Soppeng,
. PP seluruh Wilayah Wajo, Sinjai, Bone.

II (Kedua) o WATAMNNE WP Bagian Tengah . Pattiro Bajo, Tanete


Harapan, Apala,
Lonrong, Taccipi,
Passipo, Componge,
Macanang, Salekoe,
Lonrae.
o PAUTTAE . WP Bagian Selatan . Kahu, Palattae,
Barat Daya Latobang, Camming.

. PADAELO . WP Bagian Selatan . Bojo, Manera, Bulu-


Bulu, Kadai.

. OLOE . WP Bagian Utara r Tokaseng, Taretta,


Pompanua, OloE, Ujung
I anan.

. LEPPANGENG WP Bagian Barat . Matango, Lalebbata,


TrrirrF Eenoo
UI (Ketisa) . Kota-kota kecamatan . Pemukiman dan fasilitas . Ibukota kecamatan dan
sosial budaya dan sekitarnya
pknnoml
Sumber: Hasil Analisis nm Pusat Pengembangan Perhutanan dan Pemukiman UPM-UN|{AS 2000

4.6.L Potensi dan Permasalahan Pengembangan Wilayah


1. Potensi Pengembangan WilaYah
A. Letak Geografis
Kabupaten Bone adalah salah satu kabupaten dari 23 kabupaten/kotamadya di Propinsi
Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar
adalah t74 Km yang dapat dilalui dengan menggunakan moda transpoftasi darat dan laut
(Pelabuhan BajoE) dalam kondisi baik dengan tingkat aksesibilitas tinggi.

Luas wilayah Kabupaten Bone pada Tahun 2000 adalah 4.559 Km2 atau 7.30o/o dari luas
wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif terbagi dalam 26 kecamatan
definitif dan 1 kecamatan perwakilan yakni Kecamatan Tellulimpoe. Jumlah desa dan
kelurahan sebanyak 372 atau 11,91olo dari keseluruhan jumlah desa dan kelurahan di
Propinsi Sulawesi Selatan.

Pwnt Paagantcagca Pcrlutncn lcn Ptrn&inen IPPU'AilHAS


il RAilCAtIeAN REllCAllA ORA. RENCAIIil Ruht RlRtl Kcbapeten Bone fchun 2000 ' 20 t 0 ly- | 3t
UphRAl ANTARA
F
i o
z 3e
u AF F 2,4
gd
g.
e o -{o
z 5 : 8 z *a
d
gE El
o
N
o z
3=
EE
s
lF FsgE;; gF $
g3a
-=o
;z :3 -{
4p
vF
gs eFFpFg Eg
Ig
t
tI
-e=Z'
uf=
-o-
re<
&
F e
*q
Fg 3E$$F:
I-==r' F E !

ATF
o
(.!
.x
o
E

z
d.
g
u
Y
@o o ;
@
z6
s
z
r$
o
=
EA
BI
=
t
EL
EI
J
!o
Y
*rI
-
J
(,
=
2
H
-&
E
=
(J
EI
=
4
I
vl
lrl
4
=
Pwtt Pengenhengcn Perhuleun tlan Pernuklnen LPP t'!'UNHAS
UP0RAtl AllfARA ll RAllCAlleAil REllCAllA ORA| REllctllil Re tht RTR\( Ktbqile a Eott 2000'20 | 0 ly-tt4

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Bone bervariasi mulai dari wilayah datar sampai
daerah bergunung. Ditinjau dari tingkat kemiringan lereng Kabupaten Bone mempunyai
kemiringan antara 0olo sdmpdi lebih 40%o. Luas lahan menurut topografi/kemiringan
lereng adalah daerah datar (kemiringan 0 -15olo) dengan luas total L64.602Ha(36,L2o/o)
sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lereng >40o/o atau kategori daerah
bergunung-gunung mempunyai luas 87.380 Ha atau 19,t6o/o.

Wilayah potensial pada daerah datar dengan kemiringan (0-15o/o) dapat dikembangkan
untuk lahan urban yaitu permukiman, perdagangan, perkantoran, industri dan jasa,
industri pariwisata dan kegiatan budidaya lainnya. Wilayah potensil pengembangan
kawasan pelabuhan laut, industri perahu, wisata bahari wilayah ini umumnya pada daerah
pesisir pantai Kabupaten Bone dengan pajang pesisir t27 Km. Sedangkan topografi
bergelombang sampai bergunung merupakan peruntukan kawasan hutan lindung dan
hutan produksi.

B. Kedudukan dan Peranan Kabupaten Bone dalam Lingkup


Propinsi Sulawesi Selatan
Kota Administratif Watampone sebagai Pusat Pengembangan Antar Wilayah (PPAW)
diarahkan untuk melayani wilayah Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten
Soppeng dan sebagian wilayah Utara Kabupaten Sinjai serta wilayah bagian Barat
Sulawesi Tenggara. Adapun fungsi pelayanan ditekankan agroindustri, pertanian lahan
basah, jasa, peternakan, pariwisata, kehutanan, perikanan, pertambangan, permukiman,
industri rumah tangga (home industry) dan perdagangan.

Guna menunjang fungsi tersebut, sarana dan prasarana transportasi diarahkan untuk
meningkatkan perkembangan daerah di bidang sosial, ekonomi, perdagangan, pariwisata,
dan pertahanan keamanan. Transportasi darat, jaringan afteri primer yang
menghubungkan PPN Makassar dengan PPAW melalui Camba (Kabupaten Maros). Fungsi
jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan kota dengan fungsi PPW dan PPAW,
yaitu Kolektor primer Bulukumba - Watampone melalui Kabupaten Sinjai, kolektor primer
Watampone - Watang Soppeng melalui Pompanua, Cabenge dan Takkalalla dan kolektor
primer Watampone -
Sengkang melalui Pompanua. Sedangkan perhubungan laut
diarahkan peningkatan fasilitas angkutan penyeberangan yang menghubungkan Bajoe ke
Kolaka (Sulawesi Tenggara).
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan kabupaten dan terciptanya pertumbuhan
wilayah kecamatan secara merata dan untuk menarik investasi dan para investor baik

Panl Penlaatcngn Perhilnu ha Pcnilinta lPPll'UllHAS


UPhRAll AilfARA ll RAllCAlleAil REllCAllA (0RAF REtlCAllil Re tid RfRt( Ketqcter Eono 2000'20 | 0 U- ttt

asing maupun dalam negeri untuk menanamkan modalnya di wilayah Kabupaten Bone,
maka kebijakan pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan beberapa
kawasan pengembangan dan andalan dengan titik berat pada pengembangan tanaman
pangan dan peternakan, yang antara lain:
1. Sub Wlayah Pengembangan (SWP) bagian Selatan Barat Daya meliputi; Kecamatan
Libureng, Bontocani, Kahu, dan Ponre, dengan pusat pengembangan di Kahu. Arahan
pengembangan kegiatan meliputi agroindustri, tanaman pangan, padi, palawija,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
2. Sub Wlayah Pengembangan (SWP) bagian Selatan dengan pusat pengembangan di
Mare yang meliputi; Kecamatan Mare, Tonra, Kajuara, Salomekko dan Patimpeng.
Pengembangan ditetapkan sebagai pengembangan padi, palawija, dan perikanan.
3. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) bagian Barat yang meliputi; Kecamatan
Lappariaja, Lamuru, Bengo, dan Tellulimpoe, dengan pusat pengembangannya di
Leppangeng. Diarahkan sebagai pengembangan agroindustri, tanaman pangan, padi
dan palawija.
4. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) bagian Utara meliputi; Kecamatan Dua Boccoe,
Ajangale, dan Amali, dengan pusat pengembangannya di Dua Boccoe. Arahan
pengembangannya di sektor kegiatan tanaman pangan padi, palawija, dan perikanan
(budidaya tambak, udang dan kepiting).
5. Sub Wlayah Pengembangan (SWP) bagian Tengah yang meliputi; Kecamatan Tanete
Riattang, Tanete Riattang Timur, Tanete Riattang, Barebbo, Cina, Sibulue, Palakka,
Ulaweng, Amali, Awangpone, Tellu Siattinge, Cenrana dan Kecamatan Ponre, dengan
pusat pengembangan di Kota Watampone. Diarahkan sebagai pengembangan pusat
pendidikan, kebudayaan, pusat pelayanan pantai 1lmur, tanaman pangan,
peternakan, perkebunan, perikanan dan industri.

Mengacu pada karakteristik wilayah kecamatan dan potensi serta prospek pengembangan
yang dimilikinya, maka ditetapkan kawasan andalan yang berfungsi sebagai roda
penggerak pembangunan wilayah, yaitu:
1. Kawasan Andalan Cenrana sebagai kawasan pengembangan perikanan berupa
budidaya kepiting dan udang.
2. Kawasan Andalan Ajangale sebagai pusat pengembangan industri kecil berupa
pakaian pengantin, baju bodo dan sarung sutera.
3. Kawasan Andalan Lamuru sebagai pusat pengembangan pertambangan batu bara dan
perkebunan.
4. Kawasan Andalan Kajuara sebagai pusat pengembangan transportasi laut dan darat
berupa barang dan jasa.

Pwil Panpateagca Porlaleacn lca Penolian IPPil'AilHAS


UPORAI| AllfARA ll RAltCAlleAll REllCAllA ORAF REllCAllA) Re vii RfRt( Ktbo2tbr Eone 2000'20 | 0 ly-tt6

5. Kawasan Andalan Watamponesebagai pusat pengembangan pendidikan, kebudayaan,


pariwisata, perdagangan serta pelayanan pintu gerbang pantai llmur Sulawesi Selatan
yang menghubungkan dengan Sulawesi Tenggara, Maluku, Irian Jaya (Papua), dan
Nusa Tenggara nmur.

C. Potensi Fisik Pesisir dan Sumberdaya Alam


1. Karakteristik Fisik Pantai
Bentuk garis pantai Kabupaten Bone umumnya merupakan pantai terbuka, dimana pantai
berhadapan langsung dengan Teluk Bone. Suatu sifat khas yang ditunjukkan oleh
keterdapatan pulau-pula kecil di depan pantai membagi pantai ini menjadi dua bagian,
yaitu daerah Watampone ke Utara tanpa pulau-pulau kecil dan daerah Watampone ke

Selatan dengan beberapa pulau-pulau kecil di depan pantai.

Keterdapatan pulau-pulau kecil di bagian Selatan akan memberikan pengaruh yang


berbeda terhadap dinamika pantai yang berlangsung di bagian Utara. Kondisi umum
pantai Teluk Bone yang dibagi dalam tiga wilayah pantai yakni pantai Pallima, pantai
pattiro dan pantai Mare. Karakteristik bentuk garis pantai, kemiringan lereng, bahan dasar
laut dan habitat daratan ketiga jenis pantai adalah sama yakni terbuka, landai, pasir,
estuaria. Sedangkan parameter tinggi gelombang pantai Pallima antara 1,0 m - 1,5 m dan
pantai pattiro dan Mare antara 0,5 m - 1,0 m, dan untuk parameter geografis frekwensi
badai dan tipologi pasang surutadalah sama yaitu >15 tahun dan campuran.

Berdasarkan hasil dari di atas bahrrua secara umum pantai ini mempunyai sifat yang sama/
hanya dibedakan oleh tinggi ombak dan kemungkinan terjadinya perbedaan arus susur
pantai. Oleh karena itu, pantai Teluk Bone dapat secara regional dapat diklasifikasikan
dalam Tipe B.

llpe pantai ini tidak direkomendasikan untuk pengembangan kawasan industri, kecuali
industri perahu disamping kemungkinan lain yang dapat dikembangkan di Teluk Bone
Kabupaten Bone adalah (1) pelabuhan barang dan penumpang, (2) Konservasi hutan

Punt Pcngentcngn Perhdtnn ltn Pcrailinea lPPil'Aill{ls


UPnRAN AilfARA ll RAtlCAileAil REtlCAllA (aRAF REtlCAllA) Rathi RlRt( Ktta2etan Eona 2000'20 | 0 ly- t37

mangrove dan hutan pantai, (3) pengembangan budidaya, (4) pengembangan


ecotourism, (5) pengembangan permukiman, dan (6) pengembangan mariculture.

2. Sumberdaya Lahan
Pemanfaatan lahan untuk kepentingan budidaya, non budidaya, kawasan yang berfungsi
lindung dan kawasan strategis lainnya, untuk lima tahun terakhir belum mengalami
perubahan luasan yang signifikan. Luasan Pemanfaatan lahan di wilayah ini dibagi dalam
penggunaan lahan basah/persawahan dan lahan kering. Luas pemanfaatan lahan tersebut
pada Tahun 1999 adalah 88.449 Ha untuk lahan persawahan dan 367.451 Ha untuk lahan
kering. Pemanfaatan untuk kawasan hutan, baik hutan rakyat dan negara dengan luas
176.430 Ha pada Tahun 1999 yang terbagi dalam hutan rakyat seluas 7.323 Ha dan
hutan negara 169.107 Ha. Selanjutnya pemanfaatan lahan untuk tegalan dan kebun
campuran mencapai 81.035 Ha atau 22.05o/o dari luas total pemanfaatan lahan kering.

Lahan kosong atau lahan tidur yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dan non
budidaya dengan luasan cukup besar banyak dijumpai di Kecamatan Tonra, Palakka,
Cenrana, Tanete RiatLang Barat dan Timur dan Kecamatan Libureng dengan luasan di
atas 1.000 Ha. Luas keseluruhan lahan ini adalah 33.972 Ha atau 7.45o/o dari luas
keseluruhan wilayah Kabupaten Bone.

3. Sumberdaya Mineral
Potensi sumberdaya mineral berdasarkan jenisnya di Kabupaten Bone terdiri dari:
(1) Batubara memungkinkan dieksploirasi adalah 4.626.300 Ton;
(2) Pasir Kuarsa, jumlah cadangan pasir kuarsa mencapai 12.844.000 Ton;
(3) Tanah liat, jumlah cadangan sebesar 10.000.000 M3;

(4) Mangan, jumlah potensi endapan bijih mangan di daerah ini diperkirakan adalah
2.325 Ton.
(5) Tembaga, jumlah kandungan potensial perlu studi lanjutan;
(6) Emas dan Perak, pernah dieksplorasi oleh PT Karaja Mineral;
(7) Bijih Besi d'rjumpai di daerah Timur Laut Pammusureng Kecamatan Bontocani;
(8) Andesit dan Diorit, cadangan mencapai 18.000.000 M3;
(9) Kaolin, berada di bagian Tenggara dan Selatan utamanya di Kecamatan Bontocani
dan Kajuara;
(10) Pasir, Kerikil dan Bongkahan Batu dalam kelompok ini adalah Marmer 10.000.000
Ton, Batu Gamping/Kapur 1.250.000 Ton berada di Kecamatan Bontocani, Kajuara,
Salomekko, Libureng dan Kecamatan Tonra.

Pwd Pangenhngtn Parlutuncn hn Pamalincn IPPH'AilflAS


UP0RAll AilnRA ll RAllCAileAll REllCAllA ORAF REllCAilil Rayhi RfRtt Ktta2ttaa Eoae 2000.20t0 ly.t38

4. Sumberdaya Air
Sumber air baku potensil yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih, antara lain:
. Waduk Paccapaseng di Kecamatan Ponre dengan luas 2.000 Ha;
. Waduk Paropo di Kecamatan Lappariaja dengan luas 2.300 Ha;
. waduk waru-waru di Kecamatan cina dan Mare dengan luas 2000 Ha;
. waduk Solomekko di Kecamatan salomekko dengan ruas L.722 Ha;
. waduk Ponre Ponre di Kecamatan Libureng dengan luas 10.000 Ha;
. Pengembangan waduk sanrego di Kecamatan Kahu dengan luas 10.000 Ha;
. Danau Ujung di Kecamatan Dua BoccoE dengan luas 450 Ha;
. Tangkapan Air/Rawa-Rawa Pasang Surut UloE Dua BoccoE dengan luas 800 Ha
D. Potensi Sektor Perekonomian
1. Sektor /Sub Sektor Strategis
Sektor ekonomi dalam periode Tahun 1995-1998 di Kabupaten Bone yang relatif
perkembangannya adalah sektor Pertanian, Listrik dan Air, Perdagangan, Hotel dan
Restoran, dan Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Distribusi sektor tersebut
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di akhir Tahun 1998, masing-masing
adafah 65.860/o (1.39%), 0,5Lo/o (8.440/0),8.35o/o (Llgo/o),3.57o/o (1.34o/o). Sedangkan
sektor lainnya dalam periode ini yang memperlihatkan kontribusi menurun adalah sektor
Penggalian, Industri Pengolahan, Bangunan dan Konstruksi, Angkutan dan Komunikasi
termasuk Jasa-Jasa dengan nilai sharing masing-masing adalah 0.39o/o C,.3so/o), g.310/o
( - 1 . 1 8 % ), 3 .29o/o (3. I 4 o/o), 3 .24o/o C 0. 5 1 o/o), 6.500/o ( 9. 8 1 o/o)

Kekuatan sektor ekonomi secara internal wilayah Kabupaten Bone dalam periode
perkembangannya (sebelum krisis ekonomi) masih bertumpu pada Sektor pertanian,
Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Jasa-Jasa dengan
besar kontribusi terhadap PDRB wilayah adalah Rp. 1.463.970,31Juta atau 89.00% dari
total PDRB yakni Rp. 1.644.907,55 Juta.

2. Analisis Perkembangan Sektor Strategis


Sektor-sektor yang mempunyai kekuatan basis adalah sektor pertanian dan Jasa-Jasa
dengan nilai LQ lebih dari 1 dari Tahun 1997 hingga Tahun 1999, yakni 1.62, l.Sg, !.44
untuk Sektor Pertanian dan Sektor Jasa-Jasa dengan nilai L.49, L.32, 1.60. Nilai
spesialisasi sektor basis ini didukung oleh kemampuan sektor tersebut dengan market
sharing terhadap PDRB di Tahun 1998 masing-masing adalah 65.860/o dan 6.500/o dengan
laju pertumbuhan pertahun sebesar 24.44o/o dan L0.67o/o.

Pwd Ptqaatcngcn Pailuhaen ltn Penilinn lPPll.AilHAS


UP0RAll AilfARA ll RAtlCAileAil REtlCAtlA (2RAF REtlCAtlA) Ratbi RlRt( Kttqrt , B0r. 2000-20 | 0 lt/- | 39

Pergeseran atau pertumbuhan pangsa wilayah (differential shift atau regional share)
memperlihatkan hasil kinerja sektor-sektor ekonomi hampir semuanya dalam kondisi
kurang baik atau daya saingnya rendah (nilai negatif sektor). Sektor tersebut adalah
pertanian, penggalian, industri, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Sektor Listrik dan
Air (36 o/o), Bangunan (10 %), Perdagangan (5 o/o), Hotel dan Restoran (46
o/o),

mempunyai daya saing tinggi terhadap regional lainnya. Walaupun demikian secara
optionalpergeseran bersih (net shift) semua sektor pembangunan Kabupaten Bone relatif
maju dibanding regional dalam skala propinsi, terutama sektor Listrik dan Air (LZB o/o).

Keseluruhan bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: (l) Sektor relatif unggulan
adalah Sektor Listrik dan Air, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (2) Sektor agak unggulan adalah Sektor
Industri, Jasa-Jasa, (3) Sektor relatif
Penggaf ian, mundur adalah Sektor pertanian dan
Sektor Angkutan dan Komunikasi,

3. Peluang Investasi
Potensi yang dimiliki Kabupaten Bone, baik sumberdaya alam maupun manusia
merupakan keunggulan komparatif (comparative advantage) yang dapat mengantar
wilayah ini menuju keunggulan kompetitif (competitive advantage),jika terdapat modal
(capital) yang cukup untuk diinvestasikan. oleh karena itu perlu diupayakan penggalangan
sumber-sumber potensi investasi baik yang berasal dari hibah/bantuan luar negeri
(grants), pinjaman atau utang luar negeri (oan), investasi swasta (enterpreneurship)
serta modal masyarakat (capital stock).
Dari keseluruhan jumlah proyek yang dilaksanakan para investor di propinsi Sulawesi
Selatan hingga akhir Tahun 1999, 5 persen alokasinya berada di Kabupaten Bone dengan
jumlah modal kerja yang ditanamkan adalah Rp. 113.543,80 Juta (2.55o/o) (terbanyak di
WP Bagian Timur) dan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak ],42g orang (3.92o/o).
Jenis komoditi dan luas lahan yang diusahakan berupa komoditi perkebunan, perikanan
dan pertanian dengan luas lahan 1.048,89 Ha.

Peluang investasi yang memungkinkan dikembangkan berdasarkan potensi sumberdaya


alam berdasarkan matra wilayah/kawasan pesisir/kelautan, daratan tinggi dan rendah di
wilayah ini adaiah industri maritim, industri pariwisata, agroindustri, hutan produksi,
perikanan, Peternakan, industri jasa dan perdagangan, pertanian tanaman pangan dan
perkebunan, pertambangan dan mineral dan sebagainya.

Ponl Paagentngcn Pailuhnta len Pcn*inca lPPll.AililN


UP0RAtl AilftRA ll RAtlilileAtt REttCAttA (hR/tF REilCAttA) Ratut RTR\( kbatrt 0 Bor, 2000-20 | o ly-t40

Pada masa akan datang, seiring dengan semakin membaiknya iklim ekonomi dan sosial
politik negara kita dan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana kewenangan dan pengelolaan pembangunan dilakukan
secara mandiri (otonomi), maka diperkirakan laju perkembangan investasi dan investor
akan semakin meningkat. Berbagai dampak positif (multiplier effect) yang akan diraih
Kabupaten Bone, sehubungan ditetapkannya beberapa kawasan andalan dan pusat
pengembangan wilayah yang disertai berbagai kemudahan infrastruktur administrasi.

E. Perkembangan Penduduk
Rerata laju pertumbuhan penduduk berdasarkan struktur usia di wilayah Kabupaten Bone
dalam kurun waktu Tahun 1996-1999 memperlihatkan peningkatan dengan nilai 0,78o/o
pertahun untuk laki-laki dan 0,7Io/o pertahun dari. Laju pertumbuhan struktur usia ini
relatif sedikit lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bone, yakni
1,74o/o pertahun.

Jumlah angkatan kerja, usia penduduk antara 10 - >65 tahun pada Tahun 1999
berjumlah 514.804 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2,09o/o pertahun, terserap
diberbagai bidang usaha, seperti; perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa
lainnya yang dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Sektor usaha pertanian
lebih ditingkatkan dan dikembangkan dengan berorientasi kepada agroindustri dan
agribisnis dalam sistem proses industrialisasi yang ditandai dengan adanya kegiatan
industri yang melibatkan investor.

Perkembangan jumlah angkatan kerja berdasarkan 10 (sepuluh) lapangan usaha utama


dalam lima tahun terakhir (1995-1999) di wilayah ini menunjukkan perkembangan yang
meningkat rerata sebesar 2,05o/o pertahun. Laju pertumbuhan angkatan kerja
berdasarkan lapangan usaha utama wilayah ini lebih kecil dibandingkan propinsi Sulawesi
Selatan yakni 8,160/o pertahun. Pada Tahun 1995 jumlah angkatan kerja sebanyak
232.769 orang meningkat sebanyak 15.895 orang menjadi 248.664 orang pada Tahun
1999. Peningkatan usaha penduduk lebih banyak bergerak pada lapangan usaha utama
perdagangan, industri pertanian, bangunan dan angkutan dengan rerata laju
pertumbuhan pertahun sebesar L4,93o/o pertahun. Sedangkan usaha pertambangan dan
jasa keuangan mengalami penui'unan perkembangan rerata sebesar 36% dan 22,99 o/o
pertahun.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Tahun 1999 sebesar 53.630/o,lebih tinggi
dari rerata TPAK Propinsi Sulawesi Selatan sebesar 51.180/0. Demikian halnya dengan

Pud Pengnlcqn Peildtun lcn Pamulinu IPPH.AilH$


UPORA|I AilfARA ll RAllCAileAll REllCAtlA (hRAf REllCtllA) krbi RTR\| Kctopuar Eone 2000-20 tO ly.t4l

tingkat kesempatan kerja dan tingkat pengangguran di wilayah Kabupaten Bone relatif
lebih rendah dibanding Propinsi Sulawesi Selatan dengan nilai masing-masing adalah
92'25o/o dan 7,75o/o. Rata-Rata waktu
bekerja laki-laki adalah 31,73 jam selama
seminggu, sedangkan perempuan adalah 29,06 jam. Secara keseluruhan jam kerja
penduduk Propinsi Sulawesi Selatan masih lebih tinggi dibanding Kabupaten Bone, yakni
33,95o/o.

2.Permasalahan Pengembangan Wilayah


Uraian permasalahan selanjutnya dibahas sesuai urutan keterkaitannya antar sektor
penggerak pembangunan berdasar petunjuk Pedoman Peninjauan Kembali dan
Penyusunan RTRW Kabupaten Daerah Tingkat II, Direktorat Bina Tata perkotaan dan
Perdesaan - Direktorat Jenderal Cipta Karya, Depaftemen Pekerjaan Umum Tahun 1996.

A. Sektor Perekonomian
Kekuatan sektor basis ekonomi (sebelum krisis ekonomi) masih bertumpu pada Sektor
Pertanian dan Jasa. Nilai spesialisasi sektor basis ini didukung oleh kemampuan sektor
tersebut dengan market sharing terhadap PDRB di Tahun 1998 masing-masing adalah
65.860/o dan 6.500/o dengan laju pertumbuhan pertahun sebesar 24.44o/o dan L0.67o/o.

Namun bila diperhatikan lebih mendalam, nilai pergeseran atau pertumbuhan pangsa
wilayah (differential shifr atau regional share) secara eksternal propinsi, hampir semua
sektor, kinerja atau daya saingnya rendah (nilai negatif sektor). Sektor tersebut adalah
Pertanian, Penggalian, Industri, Angkutan dan Komunikasi dan Jasa-jasa. Sedangkan
Sektor Listrik dan Air (36 o/o), Bangunan (10 0/c), Perdagangan (5 o/o), Hotel dan Restoi-an
(46 o/o), mempunyai daya saing tinggi terhadap regional lainnya. Walaupun demikian
secara optional pergeseran bersih (net shift) semua sektor pembangunan Kabupaten
Bone relatif maju dibanding regional dalam skala propinsi, terutama sektor Listrik dan Air
(L28 o/o).

Merosotnya daya saing sektor pertanian dalam lingkup eksternal akan berdampak pada
laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini secara keseluruhan. Tanaman pangan berupa padi,
dan sayur-sayuran, tingkat produktivitas pertahun mengalami penurunan sebesar 97.g55
Ton dan 21 Ton di akhir Tahun 1999. Kondisi ini perlu diantisipasi, mengingat wilayah
Kabupaten Bone merupakan salah satu daerah (BOSOWASIPULU) yang diarahkan untuk
mengamankan stok kebutuhan pangan.

Prtrt Peagatngn Peilshaca len Patnilintt lPPll.Allilts


lAP0RAtl AilfARA ll RAtlCAleAil REttCAttA (hRAf REttCAttA) Re tbi RfRt( Kctotrte, Bon, 2000.20 t0 ly- t42

Upaya yang perlu dilakukan adalah pencetakan atau pembukaan lahan sawah baru dan
melakukan intensifikasi pertanian dalam proses dan pasca produksi pertanian. Disamping
itu juga perlu diperketat pengawasan konversi lahan persawahan ke peruntukan lainnya,
khususnya fungsi urban guna memenuhi kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian
terutama sawah-sawah yang telah beirigasi teknis dan semi teknis.

Sektor Pertambangan dan Mineral, kontribusinya terhadap PDRB relatif kecil (0,39olo)di
Tahun 1998, masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan, mengingat potensi cadangan
sumberdaya tersebut sangat besar dan tersebar di seluruh wilayah kabupaten. promosi
dan kemudahan regulasi/kebijakan bagi investor merupakan salah satu hambatan, oleh
karena itu upaya optimal untuk mengolah sumberdaya ini perlu ditingkatkan.

Sentraliasi kegiatan perekonomian pada suatu kawasan tertentu saja, akan memberikan
dampak negatif terhadap perkembangan wilayah secara keseluruhan. Wilayah perkotaan
dan perluasannya dengan kemampuan infrastruktur yang memadai akan menciptakan
disparitas (kesenjangan) antar wilayah belakangnya. Oleh karena itu, desentralisasi
kegiatan ke wilayah lain yang mempunyai sumberdaya potensial perlu dikembangkan.
Penyediaan sarana dan prasarana pendorong kegiatan ekonomi di wilayah tersebut akan
menciptakan pusat-pusat keunggulan yang nantinya dapat berfungsi sebagai kawasan
andalan baru untuk wilayah sekitarnya.

B. Dimensi Kependudukan
Persebaran penduduk di wilayah Kabupaten Bone menunjukkan kondisi yang tidak merata
dan seimbang. Sebagian besar penduduknya terkonsentrai pada wilayah perkotaan
(ibukota kabupaten dan kecamatan), sebagai contoh, Kecamatan Tanete Riattang Barat,
Tanete Riattang, Tanete Riattang Timur, Kahu dan Kecamatan Tellu Siattinge. Secara
kumulatif kecamatan tersebut tumbuh hampir dua kali lipat dibanding pertumbuhan
kabupaten dengan pertumbuhan masing-masing 3,460/o dan 2,53o/o dengan jumlah
penduduk masing-masing kecamatan rerata di atas 30.000 ribu jiwa pada Tahun 1999.

Selanjutnya Wilayah Pengembangan Bagian Tmur Kabupaten Bone yang meliputi


Kecamatan Kajuara, Tonra, Mare, cina, Barebbo, sibulue mengalami kepesatan
perkembangan dibanding Wila'y'ah Pengembangan Bagian Barat dan Selaian dengan
rerata sebesar L,24o/o pertahun berbanding 0,45o/o. Ketidakseimbangan penyebaran
penduduk ini akan mengakibatkan tekanan yang berlebihan dalam pemanfaatan lahan,
disamping akan menurunkan tingkat kualitas lingkungan.

Pual Pengedtngtn Perluhmn lcn Pen&iuat lPPll-Ailills


lAPORAll AilfARA ll RAtlCAileil REtlCillA (2RAF REtlCAtlA) Rayki RTRI( Ketupilan Eone z000.z0 t0 ly.t43

C. Dimensi Lingkungan Hidup


Menurunnya kualitas lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan secara menyeluruh
akibat pemanfaatan ruang yang tidak bijaksana dan tidak berlandaskan pada program
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), merupakan rangkuman dari
meningkatnya intensitas kegiatan sosial ekonomi di wilayah ini.

Konversi lahan pada kawasan lindung dan suaka alam di sepanjang pesisir pantai
berdampak semakin berkurangnya areal kawasan hutan Mangrove yang beralih kepada
pembukaan/pemanfaatan lahan tambak, industri pariwisata bahari permukiman, dan
fungsi budidaya lainnya. Akibat dari itu semua adalah terjadinya abrasi pantai, intrusi air
laut, terganggunya kelestarian flora dan fauna, berkurangnya habitat biota perairan.
Akumulasi dari keseluruhan dampak tersebut adalah menurunnya tingkat pendapatan dan
tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar pesisir pantai.

Pembukaan lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang tidak sesuai dengan aturan dan
keb'tjakan yang telah ditetapkan (kawasan hutan lidung dan suaka alam) akan berdampak
terhadap ketidakseimbangan lingkungan hidup flora dan fauna termasuk habitatnya.
Lebih jauh dampaknya dirasakan adalah sistem keanekaragaman hayati dan satwa yang
bercirikan daerah tropis akan semakin punah.

D. Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang


Interaksi antara kegiatan sosial/ ekonomi dan lingkungan akan memberikan konsekwensi
timbulnya permasalahan ruang. Persoalan pemanfaatan ruang dapat diidentifikasikan,
antara lain adalah perbenturan fungsi dan hirarki pusat-pusat pemukiman dan keierkaiian
antara pusat-pusat pemukiman dengan kawasan produksi ekonomi yang relatif cepat
berkembang.

Pembentukan pola pusat-pusat permukiman di


wilayah Kabupaten Bone sangat
dipengaruhi oleh kondisi topografi dan sistem jaringan transportasi yang umumnya
mengikuti bentuk permukaan lahan yang relatif datar dengan kemiringan lereng antara 0-
15%. Keberadaannya mengikuti pola pembentukan jalan yang sifatnya linier. Kondisi
permukiman tersebut terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas yang umumnya berada di
pusat-pusat Sub Wiiayah Pengembangan (SWP), ibukota kecamatan dan pusat desa atau
kelurahan dengan tingkat penyebarannya meluas di semua wilayah kabupaten.

Sedangkan pola permukiman Kota Administratif Watampone dengan luas wilayah


terbangun 1.299,70 ha atau L0,29o/o dari luas keseluruhan wilayah, bentuknya memusat

Punl Ptngantcngta Perhutzncn ln Ptnilinn lPPtl-AllilAS


lAP0RAll AilfARA ll RAllCAllCAll REllCAllA (hRAf REtlCAllA) Ratiti RTRr( kbuttttil 80r" 2000-20 t0 lt/- t44

(konsentrik dan gridiron) yang mengikuti pola jaringan jalan utama dan regional yang
menghubungkan dengan wilayah kabupaten lain. Sedangkan wilayah belakang yang
merupakan wilayah pengembangan kota, kecenderungan membentuk pola tersendiri,
mengikuti perkembangan jaringan jalan yang telah direncanakan. Pola kehidupan
masyarakatnya telah mengalami proses transisi dari kehidupan peftanian perdesaan
beralih ke kehidupan perkotaan. Wilayah tersebut berada di Maccege, Macanang,
Panyula, Bajoe dan Waetuo.

Kepesatan perkembangan ke arah tersebut dipengaruhi oleh adanya kawasan


pemerintahan dan jalur perhubungan laut menuju ke Pelabuhan BajoE. Perkembangan
tersebut akan menimbulkan problem lahan, dimana di wilayah ini sudah semakin
berkurangnya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan. Perencanaan detail, teknis dan
penyusunan RTBL kawasan untuk wilayah ini perlu sesegera mungkin dilaksanakan untuk
menghindari degradasi lingkungan dan pembenturan aktivitas yang tidak sesuai dengan
peruntukannya. Tekanan terhadap daya dukung lahan dan pemanfaatannya secara
berlebihan, tidak efisien akan mengakibatkan tidak optimalnya tingkat pelayanan fasilitas
dan utilitas kota bahkan cenderung memberikan tekanan terhadap fasilitas dan utilitas itu
sendiri.

Di sisi lain, pengembangan kawasan perdesaan diharapkan dapat berfungsi sebagai


daerah penyediaan sumber-sumber bahan baku keperluan jasa dan industri pengolahan
(agroindustri). Fungsi ini tidak akan tercapai, bilamana pengelolaan potensi sumberdaya
lokal tidak dilakukan secara tepat dan bijaksana. Proses pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan ka,,,rasan perdesaan baru tidak tei'capai, keseimbangan antara pusat
perkotaan dan perdesaan sebagai satu sistem keterkaitan pengembangan regional berada
dalam posisi tidak saling menguntungkan.

4.6.2 Konsepsi Pokok Pengembangan Tata Ruang Wilayah


Konsepsi pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Tahun 2000-2010
diarahkan dalam upaya mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki potensi untuk
memberikan kontribusi terhadap peningkatan dan pergeseran struktur PDRB Kabupaten
Bone yang dilakukan clengan menciptakan dan memperkuat daya saing dan komoditas
yang dihasilkan kawasan tersebut.

Upaya meminimilisasi kesenjangan pertumbuhan antara wilayah dilakukan dengan


mengembangkan kawasan yang terisolasi dan tertinggal, pengembangan sistem kota-

Pwil Paaganbengn Parhahncn lcn Permulinu lPPil.AilH$


upllArt AllrARA tt RAttcAtleAil REtlcAtlA QRAF REllCAllil Re vhi RTR\( Keta\cten Eona ?000'20 t0 ll/' t4t

kota, sefta peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana wilayah untuk
menciptakan aksesibilitas yang seimbang terhadap fungsi-fungsi pelayanan sosial
ekonomi bagi segenap lapisan masyarakat dalam wilayah secara keseluruhan.

Konsep pembangunan yang berkesinambungan (sustainable developmenf/ dilakukan


melalui upaya pelestarian lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk konsistensi
keberadaan kawasan lindung untuk tetap dipertahankan, rehabilitasi kawasan kritis,
pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam, serta pengelolaan kawasan budidaya agar
tidak melampaui daya dukungnya (carring capacity).

Konsepsi pengembangan di atas dilakukan dengan mempertimbangkan segenap unsur-


unsur potensi dan permasalahan serta arah keb'rjaksanaan pembangunan daerah dengan
tetap berprinsip pada pembangunan yang berwawasan lingkungan demi terciptanya
kesinambungan pembangunan yang optimal.

A. Konsep Pengembangan Kawasan Berfungsi Lindung


Konsep pengembangan kawasan yang berfungsi lindung diarahkan untuk:
1) pelestarian dan pengembangan kawasan hutan lindung dengan berbagai penanganan,
meliputi:
. Mengeluarkan kawasan budidaya yang ada, bilamana diindikasikan akan merusak
fungsi utamanya sebagai kawasan lindung;
. Tingkat kelerangan diatas 40 % dipertahankan sebagai kawasan lindung;
. Membatasi perkembangan budidaya yang terlanjur berada di dalam kawasan
lindung;
. pengadakan kegiatan budidaya pada kawasan lindung, selama tidak mengganggu
fungsi lindungnYa.
2) Program penanggulangan lahan kritis;
3) pengelolaan dan delineasi kawasan suaka alam dan pengendalian kegiatan budidaya
yang dapat mengganggu kelestarian kawasan tersebut;
4) Menetapkan kawasan lindung secara konsisten agar terjaga fungsinya untuk
melindungi kawasan bawahannya, melindungi kawasan setempat; memberi
perlindungan terhadap keanekaragaman floraa dan fauna beserta ekosistemnya, serta
melindungi kawasan rawan bencana;
5) Pembinaan daerah penyangga/budidaya plasma nutfah'

Pwcl Penganbtagcn Ptrlilcncn hn Paniliau lPPil'AilHAS


UPIRA|| AllfARA tl RAltCAlleN REllCAllA ORAF REtlCAllil Roriil RIRtt ktupcte
a Eonc 2000'20 | 0 lf ' | 46

B, Konsepsi Pengembangan Kawasan Budidaya


budidaya secara
Konsepsi pengembangan kawasan budidaya diarahkan untuk kegiatan
pemanfaatan ruang
optimal sesuai dengan kemampuan daya dukung lahannya, sehingga
dapat lebih berhasil guna. Pencapaian kosep tersebut dilakukan, antara lain:
1) pengembangan budidaya pertanian lahan basah melalui intensifikasi, rehabilitasi dan
ekstensifikasi percetakan sawah yang ditunjang oleh pengembangan irigasi
sebagai

faktor utama keberhasilan guna menunjang komoditas ekspor;


2) Kursus atau penyuluhan peningkatan komoditas pertanian dengan pendekatan
agrobisnis;
3) Peningkatan kualitas kelompok-kelompok tani;
pangan yang
4) Pengembangan budidaya pertanian sub sektor peftanian tanaman
ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat lokal;
5) pengembangan budidaya perikanan melalui pola perikanan inti rakyat dengan
memperkuat koperasi dan penerapan teknologi tepat guna dalam berbagai usaha
budidaya perikanan dan rumput lau!
pengelolaan tanah dan
6) Kursus/penyuluhan peningkatan teknik-teknik konservasi untuk
air pada lahan-lahan usaha tani;
Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasaran perikanan dan
pertanian,
7)
sehingga dapat memperlancar hasil produksi dan distribusi;
g) Pengembangan budidaya peternakan melalui perbaikan mutu ternak,
inseminasi

buatan (perkawinan suntik), perluasan padang pengembalaan dengan memberikan


rumput yang berkualitas tinggi, perbaikan teknis beternak serta melakukan vaksinasi
secara berkala;
9) pengendalian dan pengaiuran pemanfaatan ruang pada kalvasan budiCa'/a untuk
menghindari konflik kepentingan antar sektor;
i0)Upayapembangunankehutananakandiarahkankapada:
. Memantapkan kawasan hutan tetap dengan melanjutkan penataan batas kawasan
hutan secara konsisten;
. peningkatan pendidikan dan latihan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan
kehutanan serta penerapan peraturan dan perundang-undangan yang tegas;
. Meningkatkan penguasahaan dan pengelolaan hutan secara terpadu
baik hutan

alam maupun hutan rakyat dengan memperhatikan foaktor-faktor lingkungan;


. penanaman pada areal hutan yang potensil untuk komoditas pertanian tanaman
pangan terutama padi, jagung, kedelai dan lain sebagainya dalam rangka
menunjang kebutuhan pangan bagi masyarakat yang berada di kawasan
lindung
(Program Hutan
dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan yang lestari
KemasYarakatan);

6t nrg*ttottn Parhalcnen hn Parwukinn lPPtl'UllHAS


UPhRAlt AilnRA lt RAllCAileAil REllCAiln PRA| REllCAllA) Rcrii RfRt( fttt2thn Bone 2000'20 | 0 ly-t47

. Meningkatkan dan mengembangkan investasi dalam bidang kehutanan secara


terpadu terutama Penanaman hutan tanaman industri, pengelolaan hutan alam
dan industri pegolahannya.

C. Konsepsi Pengembangan Penduduk


Konsepsi pengembangan penduduk dilakukan untuk pendistribusian secara merata,
penciptaan lapangan kerja dan demobiliasi penduduk yang rawan bencana. Upaya
tersebut dilakukan antara lain:
. Pendistribusian penduduk secara serasi, seimbang dan merata dengan cara
penekanan laju perkembangan penduduk pada pusat-pusat kota dan merangsang
perkembangan penduduk pada wilayah-wilayah perdesaan;
. Menciptakan lapangan kerja baru pada daerah-daerah yang jumlah penduduknya
masih sangat rendah, di samping mengarahkan pertumbuhan wilayah tersebut;
. Demobilisasi penduduk pada kawasan-kawasan yang bermasalah terhadap lingkungan
hidup, seperti lahan-lahan kritis, rawan bencana banjir/erosi, kawasan kumuh
perkotaan ke daerah yang layak sebagai kawasan permukiman dengan jaminan
peningkatan kehidupan yang lebih baik dan manusiawi.

D. Konsepsi Pengembangan Sumberdaya Manusia


Upaya yang ditempuh dalam pengembangan sumberdaya manusia antara lain:
. Meningkatkan mutu sumberdaya manusia melalui peningkatan pendidikan baik formal
maupun informal;
. peningkatan kesehatan manusia melalui penyuluhan dan penambahan sarana dan
prasarana kesehatan dan sanitasi lingkungan;
. penyuluhan kepada masyarakat terutama daerah-daerah pedalaman dengan misi
pemberian wawasan baru untuk menghilangkan tradisi yang tidak mendukung
program-program pembangunan.

E. Konsepsi Pembangunan Sistem Permukiman


. Memantapkan peran Kabupaten Bone sebagai ibukota dan Pusat Pengembangan
Antar Wilayah (PPAW). Pengembangan Kota Administratif Watampone diarahkan
untuk melayani wilayah Kabupaten Bone, Kabupaten Soppeng, kabupaten Wajo dan
baglan Utara KabuPaten Sinjai;
r pengembangan fungsi dan peran kota-kota dalam mengsisi sistem perwilayahan dan
penentuan pusat-pusat pelayanan untuk mengimbangi pertumbuhan Kota

ad ministratif. WatamPone;

Pwet Peagaatcegr Peilnlcm ln Ptmilian lPPll'UllHAS


UplRAtt AttfARA il RAttCAtteAil REtlCAtlA (\RAf REtlCAllA) Ratiti RfRt( Keta2ilen Eona 2000'20t0 ly' t48

. peningkatan keterkaitan antar kota-kota baik secara fungsional melalui interaksi


kegiatan maupun secara spasial malalui pengembangan dan peningkatan aksesibilitas;
o penyehatan lingkungan permukiman melalui penyuluhan dan bimbingan teknis
pembangunan perumahan dan pemugaran kampung serta lingkungan dengan
memperhatikan kelayakan syarat-syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan;

F. Konsepsi Pengembangan Daerah, Kota dan Desa


. pengukuran dan sertifikasi tanah untuk lokasi pembangunan dan pengelolaan di
seluruh wilayah kecamatan;
. peningkatan sarana dan prasarana dasar ekonomi perdesaan;
o Pengembagan dan peningkatan P3KT;
. Pembinaan Lembaga-Lembaga sosial-ekonomi masyarakat;
r penyusunan Evaluasi dan Revisi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Ibukota
Kecamatan yang telah melampaui batas waktu dan penyesuaian dinamika
perkembangan kota kecamatan;
. Pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP).

G. Konsepsi Pengembangan Kepariwisataan


Konsepsi ini ditujukan untuk mendorong peningkatan pemasukan devisa daerah melalui
pajak obyek wisata. Upaya yang ditempuh dapat berupa:
. Inventarisasi lokasi-lokasi potensi obyek wisata dan skala prioritas pengembangannya;
. pengembangan kepariwisataan diarahkan kepada pengembangan dan pembinaan
obyek wisata alam, wisata pantai dan bahari, wisata budaya dan wisata petualangan
(adventure)
. pengembangan kegiatan-kegiatan pertanian tanaman pangan untuk daya tarik
agrowisata;
o pengembangan fasilitas pendukung obyek wisata, seperti fasilitas penginapan, sarana
dan prasarana perhubungan dan komunikasi;
. pendidikan dan pelatihan keterampilan tenaga kerjaa di bidang kepariwisataan;
. Menciptakan keterampilan dan kualitas produk hasil industri rumah tangga dan
souvenir;
. Menciptakan iklim kondusif di bidang kepariwisataan, sehingga para investor tertarik
menanamkan modalnYa/investasi ;
. promosi objek-objek wisata secara terus menerus, agar potensi daerah lebih dikenal
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Patit Pangenbcngca Perluhnn len Peniliuta lPPil'AilflAS


tAPIRttl AilfARA ll RAllCAtleAll REltCAltA ORA| REt'lCAltA) Pe riil RTRI( Katuptn Bone 2000-20 | 0 ly' | 49

H. Konsepsi Pengembangan Sistem Perhubungan


pengembangan sistem perhubungan diupayakan untuk menciptakan sisten jaringan,
sistem pergerakan, sistem kegiatan dan sistem kelembagaan dalam suatu kerangka
sistem dinamis transportasi Makro dan mikro secara optimal. Upaya yang harus
dipeftimbangkan adalah :
. peningkatan kualitas dan kuantitas sistem jaringan jalan transportasi darat, sehingga
dapat mengakomodasikan pergerakan barang dan manusia dapat lebih efisien dengan
tingkat pelaYanan Yang lebih baik;
. pembangunan dan pengembangan jaringan jalan darat yang menghubungkan antara
WPP dan SWP dan Kawasan Andalan;
o penataan trayek angkutan darat terutama transportasi dalam kota, antra kota dan
desa sehingga tercipta sistem pergerakan yang optimal;
. pembangunan sarana dan prasarana perhubungan untuk memecahkan masalah
keterisolan antar wilayah perdesaan;
. Meningkatkan asesibilitas internal dan eksternal dalam kaitan dengan kemudahan
ekspor hasil produksi dan impor kebutuhan primer dan sekunder;
. pengembangan jaringan jalan pada kota-kota yang sudah berkembang secara periodik
dengan tetap konsisten pada standar teknik;
r pengembangan dan peningkatan fungsi-fungsi pelabuhan Bajoe, Pattiro Bajo, Kading,

dan Cenrana;
r Evaluasi kelayakan dan kesinambungan terminal regional darat Petta Ponggawae.
hubungannya dengan tingkat kemudahan pergerakan barang dan manusia dalam
sistem kegiatan masyarakat kota dan antar wilayah belakangnya;

I. Konsepsi Pengembangan Industri


. pengembangan industri kecil dan kerajinan rakyat menuju usaha yang semakin
efisien, mampu berkembang dan mandiri serta mampu mendorong lapangan kerja
baru;
. pembinaan dan bimbingan pengembangan usaha kerajinan rakyat untuk kemudahan
dan interaksi yang saling menguntungkan dengan dunia usaha dan lembaga
perbankan dan keuangan hubungannya dalam peningkatan modal usaha;
. Pengembangan sistem informasi dan promosi hasil-hasil industri;
. pembangunan industri harus tetap memperhitungkan prinsip-prinsip pemanfaatan
sumberdaya kini dan masa datang, sehingga orientasi perkembangan industri
senantiasa dilaksanakan berdasarkan kelestarian lingkungan dan daya dukung
sumberdaYa Yang ada;

WrrgrrtrogtrPcrlalenanlnPeraulinnlPPll'ullllAs
tAP1RAtl AilfARA lt RAllCAll9All REllCAlln PRAF REllCAllA) Rarbi RfRt( Kttt2ilsn Eoae 2000'20 t0 lt/- | 50

. pemberiaan kemudahan dalam hal permodalan dan pemasaran kepada industri-


industri kecil dan menengah;
penataan struktur industri disertai dengan penetapan kawasan pengembangan
industri pada lokasi-tokasi strategis yang telah ditetapkan atau yang akan ditetapkan;
pengembangan kawasanfzona industri yang terpadu dengan mengikutsertakan para
investor dalam menamkan modalnya dalam sektor industri menengah dan besar;
pengembangan kawasan/zona industri yang terpadu dengan tingkat kemudahan
infrastruktur dan pemanfaatan transportasi moda darat dan lau$
Kebijakan pendukung, seperti regulasi dan peraturan lainnya yang mempermudah
industriawan untuk berusaha secara maksimal, yang dimulai dari kemudahan
perizinan, pajak dan retribusi mulai dari proses produksi serta pasca produksi.

J. Konsepsi Pengembangan Sistem Prasarana Utama Wilayah


Konsep pengembangan ditujukan pada pengembangan sistem jaringan air bersih,
persampahan, jaringan irigasi, energi listrik dan jaringan telekomunikasi. Upaya
pengembangan antara lain:
. Pengembangan jaringan air bersih dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
penduduk dan fasilitas pelayanan wilayah;
. penelitian dan pengembangan sumber air tanah untuk keperluan pertanian dan
keperluan air minum, terutama untuk melayani wilayah kecamatan atau desa-desa
yang tidak mempunyai sumber air minum;
. pengembangan dan peningkatan manajemen persampahan dan armada penunjang
persampahan yang selama ini dirasakan masih kurang;
. pengendalian dan noi'malisasi sungai besar dan anak sungai, kawasan pesisit' pantai
untuk mencegah erosi dan abrasi air lauU
. Pengembangan dan mengoptimalkan prasarana sistem jaringan irigasi yang ditujukan
untuk mendukung pengembangan potensi kawasan pertanian tanaman pangan;
. pengadaan peningkatan mutu telekomunikasi (daya sambung) untuk
dan
mempermudah aksesibilitas internal dan ekternal antar wilayah;
. pengembangan dan peningkatan sumbungan saluran telepon terutama di wilayah
kecamatan dengan menggunakan sistem radio digital (digital radio system),
. pembangunan dan jasa pos dan telekomunikasi perlu lebih
pengembangan
ditingkatkan untuk mendukung proses pembangunan, baik untuk kepentingan
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat umumnya;
. pengembangan sistem jaringan listrik melalui penambahan daya dan sambungan
listrik ke rumah-rumah penduduk di perdesaan (49 desa) yang belum terjangkau
dengan sistem interkoneksi kelistrikan;

Potcl Peqaatcagtn Perfialenen len Peniltuce lPPll-AililAS


UPlRAl,t AllfnRA il RnllCAllCAll REltCAllA (hRAf REllCAllil tuvii RTR\( ktt2iltn Rone 2000'20 t0 ly-ttl

K. Konsepsi Pengembangan Kawasan Khusus/Strategis


. Delineasi Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam serta mencegah kegiatan
budidaya pada daerah sekitarnya yang dapat mengancam kelestarian kawasan suaka
alam tersebut;
. pengembangan kawasan yang mempunyai kegiatan sektor strategis yang dianggap
cukup potensial terutama dalam aspek ekonomi. Pengembangan strategis tersebut
ditujukan untuk mengantisipasi timbulnya konflik penggunaan lahan pada masa akan
datang;
. penanggulangan kawasan rawan bencana melalui konservasi lingkungan,
pengembangan jalur hijau, mengurangi bahkan meniadakan kegiatan budidaya pada
rawan bencana;
. Merangsang kawasan-kawasan yang sulit berkembang melalui pengembangan desa-
desa pusat pertumbuhan atau pembukaan kegiatan usaha pertanian agroindustri;
o Pengambangan wilayah secara terpadu;
. pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengembangan usaha produksi masyarakat;
. Peningkatan sarana dan prasarana dasar ekonomi;
. Pengembangan kawasan kehutanan.
. Pengamanan Waduk
. Kawasan Lindung Mangrove

L. Konsepsi Pembiayaan
pembangunan
Konsepsi ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menunjang keberhasilan
dilihat dari segi finansial dan kelestarian ekologis lingkungan. Konsepsi pengembangan
pembiayaan ditemPuh melalui:
. pemanfaatan dan pengelokasian sumber-sumber dana tersebut dititikberatkan pada
sektor-sektor prioritas, seperti prasarana dasar, misalnya sektor perhubungan.
Sedangkan untuk sektor-sektor jasa dan sosial menjadi prioritas selanjutnya untuk
menciptakan keterkaitan antar sektor dan peningkatan kegiatan ekonomi kerakyatan.
. Bantuan luar negeri baik swasta melalui Badan-Badan Internasional berupa
penanaman modal, pinjaman atau sumbangan yang tidak mengikat;
. pemberdayaan badan usaha milik negara (BUMD) untuk lebih meningkatkan
pendapatan asli daerah, sehingga dapat berperan memberikan sumbangan daiam
pembiayaan pembangunan daerah;
. Meningkatkan peran serta lembaga keuangan seperti bank pemerintah, swasta dan
penggerak
koperasi maupun lembaga keuangan lainnya dalam ikut berperan sebagai

f*rt f-gtrttngtn Parhutunn lan Pamoliuea lPPll'UllHAS


t 2000'20 | 0 ly- t52
UPhRAN AltlARA lt RAllCAlteAll REtlCAttA ORAF REllCAllil Rerii RfRt( kto2e
te Boac

dan sarana mobilisasi dana masyarakat yang efektif dalam kegiatan pembanguanan
daerah;
peningkatan pengarahan dana masyarakat dapat dilakukan baik melalui lembaga
keuangan maupun kebijakan fiskal APBD. Namun karena kondisi krisis moneter
sedikit sensitif terhadap kondisi mekanisme pasar, sehingga keb'rjakan lewat APBD
dianggap lebih efektif;
pembiayaan proyek-proyek sektoral melalui program bantuan khusus presiden;

Pttrl Ptrt^btrt* Pcrhahnca lca Pcrnsliau lPPll'UllllAS

Anda mungkin juga menyukai