Disini azolla berperan dalam menambat N dari udara yang kemudian diserap oleh
tanaman. Kandungan N di dalam azolla sangat tinggi untuk bahan organik bisa
mencapai 4 - 5 % dari berat keringnya, sedangkan bahan organik lain umumnya hanya
kurang dari 2%. (http://isroi.com/2010/07/01/azolla-sumber-hara-nitrogen-yang-terlupakan/)
Pada lahan tanaman padi sawah seluas 1.000 meter persegi, yang biasanya memerlukan
paling tidak 50 Kg urea, kiranya dapat digantikan cukup hanya memakai 5 Kg saja. Sebab
kebutuhan zat N untuk tanaman padi, dapat digantikan dengan Azolla.
(http://kolamazolla.blogspot.com/2012/04/tanaman-air-azolla-dijadikan-pengganti.html)
Dalam Permentan No.2 tahun 2006, pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian
atau seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari
bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang terbuat dari
kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam
seperti kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya. Sedangakan dar sisi wujud ada yang
berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet.
Teknologi pupuk organik berkembang pesat dewasa ini. Perkembangan ini tak lepas dari dampak
pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem,
hilangnya kesuburan tanah, masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan petani terhadap
pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali digalakan untuk mengatasi berbagai
masalah tersebut.
a. Pupuk hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik tanaman sisa panen
maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil hijauannya. Tanaman yang biasa
digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman
air (azola). Jenis tanaman ini dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang
tinggi serta cepat terurai dalam tanah.
Pengaplikasian pupuk hijau bisa langsung dibenamkan kedalam tanah atau melalui proses
pengomposan. Di lahan tegalan atau lahan kering, para petani biasa menanam leguminos, seperti
ki hujan, sebagai pagar kebun. Di saat-saat tertentu tanaman pagar tersebut dipangkas untuk
diambil hijauannya. Hijauan dari tanaman leguminosa bisa langsung diaplikasikan pada tanah
sebagai pupuk. Sementara itu, di lahan sawah para petani biasa menggunakan azola sebagai
pupuk hijau. Azola merupakan tanaman pakis air yang banyak tumbuh secara liar di sawah.
Tanaman ini hidup di lahan yang banyak mengandung air. Azola bisa langsung digunakan
sebagai pupuk dengan cara dibenamkan kedalam tanah pada saat pengolahan lahan.
b. Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti unggas, sapi, kerbau dan
kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan
tidak kencing. Contoh hewan yang kencing adalah sapi, kambing dan kerbau. Hewan yang tidak
kencing kebanyakan dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek.
Karateristik kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya relatif lebih lama, kandungan
nitrogen lebih rendah, namun kaya akan fosfor dan kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok
digunakan pada tanaman yang diambil buah atau bijinya seperti mentimun, kacang-kacangan,
dan tanaman buah. Sedangkan karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu
penguraiannya lebih cepat, kandungan nitrogen tinggi, namun kurang kaya fospor dan kalium.
Pupuk kandang jenis ini cocok diterapkan untuk tanaman sayur daun seperti selada, bayam dan
kangkung.
Pupuk kandang banyak dipakai sebagai pupuk dasar tanaman karena ketersediaannya yang
melimpah dan proses pembuatannya gampang. Pupuk kandang tidak memerlukan proses
pembuatan yang panjang seperti kompos. Kotoran hewan cukup didiamkan sampai keadaannya
kering dan matang sebelum diaplikasikan ke lahan.
c. Pupuk kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik melalui proses
biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa
mikroorganisme ataupun makroorganisme. Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri,
jamur atau kapang. Sedangkan makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah cacing
tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat pupuk kompos yaitu proses
aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak melibatkan udara).
Dewasa ini teknologi pengomposan sudah berkembang pesat. Berbagai varian dekomposer
beserta metode pembuatannya banyak ditemukan. Sehingga pupuk kompos yang dihasilkan
banyak ragamnya, misalnya pupuk bokashi, vermikompos, pupuk organik cair dan pupuk
organik tablet. Pupuk kompos bisa dibuat dengan mudah, silahkan baca cara membuat kompos.
Bahkan beberapa tipe pupuk kompos bisa dibuat sendiri dari limbah rumah tangga, seperti pupuk
bokashi dan pupuk kompos takakura.
d. Pupuk hayati organik
Pupuk hayati merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidup yang memiliki kemampuan
untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan nutrisi penting bagi tanaman. Dalam
Peraturan Menteri Pertanian pupuk hayati tidak digolongkan sebagai pupuk organik melainkan
sebagai pembenah tanah, lihat penjelasannya dalam pengertian pupuk hayati. Namun dalam
penerapannya di lapangan seringkali dianggap sebagai pupuk organik.
Pupuk hayati bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang bisa langsung meningkatkan
kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi untuk tanaman. Pupuk ini secara alami
menyediakan nutrisi melalui proses gradual dengan cara memfikasi unsur N dari atmosfer,
melarutkan fosfor dan mensintesis zat-zat lain yang dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk
hayati siklus penyuburan tanah akan berlangsung terus menerus dan secara berkelanjutan.
Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi bakteri-bakteri tertentu seperti Azotobacter choococum
yang berfungsi mengikat unsur unusr N, Bacillus megaterium bakteri yang bisa melarutkan unsur
P dan Bacillus mucilaginous yang bisa melarutkan unsur K. Mikroorganisme tersebut bisa
didapatkan di tanah-tanah hutan, pegunungan atau sumber-sumber lain.
Sumber nutrisi tanaman lengkap. Pupuk organik mengandung berbagai nutrisi penting
yang dibutuhkan tanaman, baik yang sifatnya makro maupun mikro. Unsur makro yang
dibutuhkan tanaman antara lain nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg). Sedangkan unsur mikro adalah besi (Fe), tembaga (Cu), seng
(Zn), klor (CI), boron (B), molybdenum (Mo) dan Almunium (AI). Pupuk organik yang
dibuat dengan bahan baku yang lengkap bisa mengandung semua kebutuhan unsur hara
tersebut.
Memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik merupakan material yang mempunyai
sifat unik. Bisa menggemburkan tanah lempung yang solid, namun disisi lain juga bisa
merekatkan tanah berpasir yang gembur. Karena sifatnya ini, pupuk organik bisa
memperbaiki tanah pasir maupun lempung. Pupuk organik dapat merekatkan butiran-
butiran halus pasir sehingga tanah menjadi lebih solid. Sehingga tanah berpasir bisa
menyimpan air. Sedangkan pada tanah liat yang didominasi oleh lempung, pupuk organik
bisa memberikan pori-pori, sehingga tanah tersebut menjadi gembur.
Meningkatkan kapasitas tukar kation. Dilihat dari sifat kimiawi, pupuk organik
mempunyai kemampuan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kapasitas tukar kation
adalah kemampuan tanah untuk meningkatkan interaksi antar ion-ion yang ada dalam
tanah. Tanah yang memiliki kapaitas kation tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara
bagi tanaman dibanding tanah dengan kapasitas ion rendah. Kandungan material organik
yang tinggi akan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
Meningkatkan daya simpan air. Struktur kompos sangat menyerap air (higroskopis).
Air yang datang disimpan dalam pori-pori dan dikeluarkan saat tanaman
membutuhkannya melalui akar. Keberadaan air ini mempertahankan kelembaban tanah
sehingga tanaman dapat terhindar dari kekeringan.
Meningkatkan aktivitas biologi tanah. Pupuk kompos mengandung mikroorganisme
dekompomoser didalamnya. Mikroorganisme ini akan menambah mikroorganisme yang
terdapat dalam tanah. Karena sifatnya yang melembabkan, suhu tanah menjadi ideal bagi
tumbuh dan berkembang biota tanah. Aktivitas biota tanah ini yang menghasilkan
sejumlah nutrisi penting agar bisa diserap tanaman secara efektif.
Penyerapan nutrisi atau zat hara pada pupuk organik lebih sulit dicerna tanaman karena masih
tersimpan dalam ikatan kompleks. Namun secara jangka panjang akan meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah yang bisa memudahkan tanaman menyerap unsur-unsur tadi. Sedangkan pada
pupuk kimia sintetis kandungan haranya bisa diserap langsung oleh tanaman. Kelemahannya, zat
hara tersebut sangat mudah hilang dari tanah karena erosi.
Pupuk organik baik untuk digunakan dalam jangka panjang karena sifatnya menggemburkan
tanah dan meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air. Sehingga kesuburan tanah tetap
terjaga. Sementara itu pupuk kimia sintetis walaupun efek reaksinya cepat, secara jangka panjang
akan mengeraskan tanah dan mengurangi kesuburannya.
Dari sisi lingkungan dan ekosistem, pupuk organik memicu perkembangan organisme tanah.
Tanah yang kaya akan organisme sanggup memberikan nutrisi secara berkelanjutan. Karena
aktivitas organisme tanah akan menguraikan sejumlah nutrisi penting bagi tanaman. Sedangkan
pupuk kimia sintetis malah membunuh organisme tanah. Sehingga untuk menyediakan nutrisi
bagi tanaman selalu diperlukan penambahan pupuk dalam jumlah yang terus meningkat.
Dilihat dari sisi kesehatan, pupuk organik lebih menyehatkan bagi manusia karena tersusun dari
bahan-bahan organik yang sama dengan tubuh manusia. Sedangkan pupuk kimia sintetis
diketahui unsur-unsur bebasnya membahayakan kesehatan. Namun khusus poin yang terakhir ini
masih menjadi perdebatan di kalangan para peneliti.
Pupuk Hidup
Filed in seputar agribisnis by admin on November 1, 2009 0 Comments
Mari lihat padi di sawah Suta Sentana, petani di Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Tanaman hijau royo-royo ketika muda. Menjelang panen bulir padi bernas berwarna kuning
keemasan. Suta membawa pulang 8 ton gabah kering giling dari lahan 1 ha. Itu jelas peningkatan
fantastis. Bandingkan dengan produksi padi ketika ia belum menggunakan pupuk berbasis
mikroba: 5 ton per ha. Mulai Januari 2008 ia menggunakan pupuk berbasis mikroba
dikombinasikan dengan pupuk anorganik. Sejak itu pula lonjakan produksi di lahan Suta terjadi.
Pemiskinan
Pupuk berbasis mikroba yang digunakan Suta itu disebut pupuk hayati atau pupuk hidup. Disebut
demikian karena mikroba di dalam pupuk merupakan makhluk hidup. Ada pula yang menyebut
pupuk organik karena hasil budidaya itu merupakan komoditas organik. Keruan saja, pupuk
hayati bukan hanya meningkatkan hasil panen. Ia turut berjasa menghemat uang Suta. Sejak
menggunakan pupuk hayati, Suta mengurangi penggunaan pupuk kimia atau anorganik hingga
separuhnya, 150 kg. Biasanya untuk luasan 1 ha ia memerlukan 300-450 kg pupuk.
Jika semakin banyak petani seperti Suta yang menggunakan pupuk hayati atau organik,
penghematan besar-besaran tentu terjadi. Mengapa? Petani kita menggunakan pupuk bersubsidi.
Jika saat ini harga Urea Rp1.250 per kg, harga sebetulnya adalah Rp3.250. Jadi yang Rp2.000 itu
disubsidi pemerintah. Padahal, kebutuhan pupuk kita mencapai 8,5-juta ton per tahun termasuk
5,5-juta ton Urea. Itulah sebabnya pemerintah menggelontorkan dana triliunan rupiah untuk
mensubsidi pupuk.
Subsidi pupuk itu menjadi kebijakan pemerintah sejak 1970. Ketika itu pemerintah
mencanangkan program swasembada pangan. Untuk meningkatkan produksi tanaman, salah satu
elemen terpenting adalah penggunaan pupuk kimia. Dalam 3 tahun terakhir saja, dana subsidi itu
terus membubung.
Dana itu bakal kian berlipat-lipat selama pemerintah menetapkan kebijakan subsidi pupuk.
Sayangnya, kebjakan itu kurang mendidik petani. Tanpa disadari kebijakan itu justru mendorong
petani boros menggunakan pupuk. Akhirnya petani jor-joran karena harga pupuk sangat murah,
petani tak peduli dengan jumlah.
Penggunaan berlebihan itu juga karena adanya anggapan yang keliru. Banyak petani berpikir,
ketika pemberian pupuk ditingkatkan jumlahnya, maka produksi pun bakal melonjak secara
linier.
Faktanya meski petani meningkatkan volume pupuk, pada titik tertentu produksi mentok. Itu
akibat lahan mengalami kemunduran kualitas setelah penggunaan pupuk kimia dalam jangka
panjang. Dampaknya, pengeluaran petani pun meningkat. Sedangkan produksi tinggi yang
diharapkan tak tercapai. Jika kondisi seperti itu terus terjadi menyebabkan pemiskinan petani.
Memang tak ada pemerintah yang ingin rakyatnya miskin. Namun, jika kebijakan subsidi pupuk
seperti yang lalu diteruskan, tanpa disadari pemerintah tengah memiskinkan petaninya.
Efek domino
Niat baik pemerintah dalam kebijakan subsidi pupuk dalam jangka panjang kurang memberi
manfaat bagi petani. Kebijakan itu mendorong petani tak efisien. Harusnya subsidi ditata dengan
menyesuaikan harga dengan tepat. Kalau petani menggunakan Urea terlalu banyak, naikkan
harga Urea. Tujuannya agar petani mengerem penggunaan pupuk. Bukan berarti subsidi pupuk
harus dicabut besok pagi. Idealnya pemerintah mengurangi subsidi secara bertahap dalam 3
tahun. Pengurangan subsidi seyogyanya dengan menaikkan harga pupuk 30% per tahun. Lebih
dari itu dikhawatirkan petani marah.
Seiring dengan pengurangan subsidi, sebaiknya pemerintah juga mendorong penggunaan pupuk
hayati atau organik seperti yang diterapkan oleh Suta. Mengapa pupuk hayati? Sebab,
penggunaan pupuk hayati sekaligus menyelesaikan banyak masalah. Sampah, misalnya, menjadi
persoalan di mana-mana. Ada sampah kota, rumahtangga, industri, perkebunan, dan sampah
pertanian yang tak pernah habis. Jika tak diolah sampah memang menjadi kendala, tetapi bila
dikelola menjadi emas.
Pemanfaatan pupuk hayati dan organik juga mampu memperbaiki lingkungan, tanah kembali
subur, dan air tak tercemar. Produk pertanian yang menggunakan pupuk hayati juga bagus
karena lebih sehat. Petani juga lebih sehat karena terbebas dari paparan zat kimia.
Dalam jangka panjang hal itu membangun kemandirian petani sekaligus mengurangi
ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Harus diingat pupuk kimia kerap kali langka
terutama menjelang musim tanam. Akibatnya musim tanam pun terganggu. Selain itu
kelangkaan pupuk juga menyebabkan harga meningkat sehingga biaya produksi melonjak.
Bila penggunaan pupuk hayati meningkat dan pupuk kimia menurun, implikasinya kita
menghemat gas alam-salah satu sumber bahan pupuk kimia- yang merupakan sumber alam yang
tak dapat diperbarui. Biaya produksi pertanian menjadi relatif murah dengan pupuk hayati karena
harga pupuk hayati jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pupuk kimia (tanpa subsidi).
Lebih dari itu produksi tanaman pangan yang dipupuk hayati justru meningkat signifikan. Lahan
sawah milik Suta Sentana, salah satu contoh. Dampaknya kesejahteraan petani meningkat.
Dengan efek domino begitu besar, mengapa kita tak mati-matian mengupayakan pemanfaatan
pupuk hayati atau organik dalam budidaya pertanian?
Demplot
Dalam 2 tahun terakhir, industri pupuk hayati mulai tumbuh. Ini peluang yang bagus sekali
seiring dengan pertumbuhan pangan organik. Meningkatnya permintaan produk organik, tentu
saja akan diimbangi dengan peningkatan pupuk hayati. Pangan organik menjadi lokomotif yang
akan menarik gerbong pupuk hayati.
Oleh karena itu penggunaannya harus terus didorong. Pemerintah Daerah perlu membuat
demonstrasi plot (demplot) di desa-desa memanfaatkan sawah bengkok dan petugas penyuluh
lapang yang terlatih. Tujuannya untuk meyakinkan petani yang biasanya bersifat skeptis dan
menunggu. Dengan demplot itu petani mengetahui kelebihan pupuk hayati yang mampu
meningkatkan produksi sehingga tertarik untuk menggunakannya.
Selain itu pemerintah perlu mendorong pelatihan khusus bagi petugas penyuluh lapangan dan
mendesain pabrik yang efisien sesuai dengan bahan baku yang tersedia di lokasi itu. Semestinya
pemerintah juga melakukan pengawasan cermat terhadap produk organik dan pupuk hayati.
Standar dan sertifikasi harus jelas untuk mencegah pemalsuan yang akhirnya justru menjadi
bumerang bagi industri pupuk hayati dan merugikan petani.
Solusi lain mengembangkan industri pupuk hayati yang diperkaya unsur-unsur nutrien dari
mineral tertentu seperti lignite (batubara muda), zeolit, batuan fosfat, dan molasses. Jenis pupuk
hayati itu berpotensi menjadi industri menengah-besar karena bahan-bahan tersedia dalam
jumlah besar. Yang masih menjadi tantangan adalah bagaimana memproduksi inokulan
(mikroba) yang baik dalam skala besar pula.***
Dr Zaenal Soedjais*
*) Ketua umum Dewan Pupuk Indonesia, ketua umum Maporina (Masyarakat Pertanian
Organik Indonesia), mantan direktur utama PT Pusri dan Direktur PT Pupuk Kaltim.
Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP,
DSP, dan SP-26 untuk hara P, KCl atau MOP untuk hara K. Sedangkan pupuk majemuk
biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam-
macam, tergantung produsen dan komoditasnya. Sedangkan pupuk organik seperti namanya
pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk
organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano.
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan
pupuk organik cair. Beberapa orang juga mengkelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang
seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk
organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung
tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah compost tea, ekstrak tumbuh-
tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-
lain. Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam pupuk organik
juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik,
asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain. Namun, kandungan hara tersebut rendah.
Berdasarkan pengalaman saya, tidak ada pupuk organik yang memiliki kandungan hara tinggi
atau menyamai pupuk kimia. Nama keren pupuk hayati adalah biofertilizer. Ada yang juga
menyebutnya pupuk bio. Apapun namanya pupuk hayati bisa diartikan sebagai pupuk yang
hidup. Sebenarnya nama pupuk kurang cocok, karena pupuk hayati tidak mengandung hara.
Pupuk hayati tidak mengandung N, P, dan K. Kandungan pupuk hayati adalah mikrooganisme
yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah
mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang malarutkan hara (terutama P dan
K), mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman. Pada akhir-akhir ini kelangkaan
pupuk kimia mulai terasa, terbukti banyak petani yang rela membayar berapun untuk
mendapatkan pupuk kimia. Mengapa harus terfokus pada pupuk kimia, padahal masih banyak
pupuk lain selain pupuk kimia yang dapat dimanfaatkan. Petani biasanya mempunyai binatang
ternak, dimana kotorannya masih kurang optimal dalam pemanfaatannya. Biasanya kotoran
ternak hanya dibiarkan saja tanpa diolah menjadi pupuk. Memang dari dulu pupuk kimia terbukti
mampu meningkatkan produksi pertanian bagi para petani, sehingga petani enggan untuk pindah
ke pupuk organik. Pupuk kimia mampu memberikan hasil yang cepat kelihatan, seperti daunnya
menjadi hijau segar, pertumbuhannya bagus, cepat besar. Namun dalam waktu lama pupuk kimia
dapat membuat tanah menjadi keras, tandus dan persentase keberadaan organisme
menguntungkan dalam tanah akan berkurang. Hal ini sudah mulai terlihat saat ini, yaitu kondisi
tanah yang membengkak ketika suhu panas dan tidak kena air dalam jumlah banyak. Sebenarnya
tanpa pupuk kimia, tanaman masih tetap bisa tumbuh bagus dengan bantuan pupuk organik,
seperti pupuk kandang, kompos, dll. Pupuk organik mampu memberikan penyelesaian terhadap
kondisi tanah yang disebabkan pupuk kimia. Pemberian pupuk organic dapat menggemburkan
tanah, sehingga akar tanaman dapat lebih mudah menancapkan akarnya untuk mencari makanan
dan nutrisi bagi keperluan hidupnya. Pupuk organic juga mampu mengundang dan meningkatkan
keberadaan organisme dalam tanah yang mampu membantu menyediakan keperluan hara dan
nutrisi bagi tanaman. Untuk mengajak petani beralih kepertanian organik tampaknya agak sulit.
Namun semua itu bisa dilakukan, walaupun dalam waktu yang lama. Perlu sedikit demi sedikit
memberikan pengarahan dan pendampingan dalam bertani. Mungkin disinilah peran mahasiswa
pertanian, yaitu memberikan pengarahan dan himbauan serta bantuan kepada petani sehingga
mampu meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia
yang berlebihan, bisa dilakukan dengan menggabungkan pupuk kimia dengan pupuk organik.
Kalau pupuk kimia langsung dihentikan, maka produksi akan langsung turun drastis, hal ini
karena yang semula tanaman dengan mudah memperoleh hara secara langsung dari pupuk kimia,
menjadi kesulitan memperoleh hara. Untuk mengantisipasi hal tersebut bisa dilakukan dengan
cara mengurangi dosis pupuk kimia sedikit demi sedikit. Semakin lama pupuk kimia semakin
dikurangi dan pupuk organik semakin ditambah, sampai pupuk kimia tidak diberikan lagi namun
produksi tetap banyak dan bagus. Keuntungan menggunakan pupuk organik dibandingkan pupuk
kimia yaitu, dengan pupuk organik kondisi tanah menjadi lebih gembur, bisa dibuat sendiri dan
dapat meningkatkan organisme dalam tanah. Orang sering lupa bahwa selain kandungan hara,
pupuk organik juga mengandung senyawa-senyawa organik lain. Meskipun kandungan haranya
rendah tetapi kandungan senyawa-senyawa organik di dalam kompos ini memiliki peranan yang
lebih penting dari pada peranan hara saja. Misalnya, asam humik dan asam fulvat. Kedua asam
ini memiliki peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kompos
diketahui dapat meningkatkan nilai KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Artinya tanaman akan
lebih mudah menyerap unsur hara. Tanah yang diberi kompos juga menjadi lebih gembur dan
aerasi tanah menjadi lebih baik. Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan
tidak mudah kering. Jika diamati lebih jauh, aktivitas mikroba pada tanah yang diberi kompos
akan lebih tinggi daripada tanah yang tidak diberi kompos. Mikroba-mikroba ini memiliki
peranan dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Singkat cerita, kompos dapat memperbaiki
sifat kimia, sifat fisik, dan sifat biologi tanah. Pupuk hayati, pupuk organik, dan pupuk kimia
adalah jenis pupuk yang tegas perbedaanya. Namun saat ini ada kecenderungan untuk
mengkombinasikan jenis-jenis pupuk tersebut. Misalnya ada produk pupuk yang menyebut
dirinya pupuk NPK organik. Pupuk ini merupakan pupuk kimia yang dikombinasikan dengan
pupuk organik. Ada juga yang menyebut sebagai pupuk bioorganik. Maksudnya adalah
kombinasi antara pupuk organik dengan pupuk bio (hayati). Namun masih sedikit atau bahkan
tidak ada yang mengkombinasikan pupuk NPK dengan pupuk hayati. Karena umumnya mikroba
tidak tahan jika disatukan dengan pupuk kimia dalam konsentrasi tinggi. Begitu banyak sekali
produk-produk pupuk dipasaran. Terserah Anda akan memilih yang mana. Saya sarankan Anda
memilih pupuk hayati atau pupuk organik jika memungkinkan. Karena kedua pupuk ini sejauh
ini lebih ramah lingkungan dan mempunyai keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan
pupuk kimia, serta berorientasi pada kondisi lahan kedepannya.
durian yang biasanya 5 tahun baru berbuah, dengan pupuk kami 3-4tahun sudah bisa berbuah.
Mangga yang tumbuh di musimnya, dengan pupuk kami mampu berbunga dan berbuah diluar
musim
Dalam komposisi tersebut ada satu hal yang sangat penting namun selama ini boleh jadi sering
dilupakan atau bahkan diabaikan oleh para petani, yakni Bahan Organik.
BAHAN ORGANIK
BAHAN ORGANIK TANAH adalah timbunan (permentasi) sisa tumbuhan dan binatang, yang
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Sediaan Bahan organik dalam tanah ini
selama prosesnya terbawa keluar areal tanah bersama hasil penen. Selain itu juga menjadi
makanan mikro organisme, Akibatnya kandungan organik pada tanah terus berubah dan tidak
stabil. Oleh karena itu Bahan Organik harus selalu diperbaharui untuk menjaga kualitas tanah
PUPUK ORGANIK
Pupuk Organik adalah Pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup (micro organisme). Pada
umumnya sebagaimana yang kita kenal, sebagian besar Pupuk Organik berbentuk padat seperti
Pupuk Kandang dan Kompos. Namun dengan perkembangan teknologi, Pupuk Organik dapat di
produksi dalam bentuk cairan/lindi dan Pupuk Organik Hayati Mikroorganisme. Berdasarkan
jenisnya, pupuk organik terbagi menjadi :
Pupuk Kandang
Pupuk Hijau
Kompos
Pupuk Organik Cair
Pupuk Hayati Mikroorganisme
Pupuk Organik Cair adalah Pupuk yang berasal dari bahan-bahan alami hasil
permentasi berbentuk Cairan / Lindi (Ekihi)
Pupuk Hayati (Biofertilizer) adalah Yang berbahan baku mikroorganisme,baik sebagai
penghancur,pelarut,pengikat unsur hara.
Kami dari AdiAgro menawarkan kepada Anda sekalian, Produk Pupuk Organik Cair dan Pupuk
Hayati dari yang diproduksi oleh DMS (CV Dalima Musti Sejahtera). Pupuk ini merupakan hasil
penelitian para peneliti kami selama 7 tahun, dan kini telah siap untuk hadir di pertanian Anda.
Untuk pupuk ada dua macam, yang pertama adalah Morsit, dan yang kedua adalah HorbioTech.
1. Karena diproduksi dari bahan baku organik pilihan seperti ikan laut, tumbuh-tumbuhan
dan mineral alami.
2. Karena tidak dibuat dengan bahan baku limbah (kotoran hewan, limbah industri, sampah
dll) sehingga kualitas kandungan isi lebih bermutu dan aman bagi kesehatan makhluk
hidup.
3. DMS diproduksi dengan standar industri, sehingga kandungan isi pupuk dapat terjaga
dan stabil dengan baik
4. Mengandung lebih dari 40 unsur yang bermanfaat dan dibutuhkan untuk tanah dan
tanaman,seperti unsur C-Organik,hara Essensial,asam amino,asam organik, enzym &
vitamin, hormon pengatur tumbuh(GA3), senyawa bioaktif/Microba dan berbagai unsur
nutrisi tambahan.
5. Memiliki tiga (3) kelompok bakteri yaitu Sebagai penghancur,pelarut dan pengikat unsur
hara makro dan mikro.
6. Bebas dari bakteri E-coli dan Salmonella sp.
7. Formula, Kandungan nutrisi DMS telah dirancang dengan konsep pemupukan organik
yang sebenarnya (sempurna) Yaitu : lengkap unsur hara (Macro/Micro) presisi stabil dan
seimbang di segala unsur ( tidak berlebihan maupun kekurangan ),Sehingga
efektivitasnya unggul secara alami maupun ilmiah, maka DMS sangat baik untuk segala
jenis tanaman maupun terhadap semua jenis tanah,
8. Konsep efektivitas DMS adalah untuk meningkatkan hasil produksi secara seimbang
antara kwalitas dan kwantitas dengan hasil yang berkelanjutan jangka panjang,
9. Dapat menghemat biaya produksi, khususnya biaya pemupukan.
10. Dapat mempercepat waktu panen (mengejar waktu musim berganti)/ mengejar panen
tepat waktu (harga jual tinggi).
KEUNGGULAN SPESIFIKASI
Produk DMS dapat digunakan untuk segala jenis, tipe usaha Agrobisnis,usaha profesional,
industri dan hobby.
Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik sesuai
genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-organik
(sintetis). Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet,
pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-
aspek pemasaran lainnya.
BAB 1. PENDAHULUAN
Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk
kerak bumi) and atmosfer. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan
manusia. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme,
membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal
sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas
lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal
dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan
sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni
bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan
selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk
asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa
adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan maupun
kehutanan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistim bercocok tanam tanpa tanah,
misalnya Hidroponik, Airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha budidaya tanaman dalam
skala luas masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya
peranan tanah dalam usahatani, maka pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan
sebaik mungkin guna menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar
pertumbuhan tanaman bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang
cukup,mengandung banyak bahan organik yang menguntungkan.
Tanah yang semula subur dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa faktor. Salah satu
diantaranya adalah dengan seringnya tanah tersebut dimanfaatkan tanpa mengalami proses
istirahat. Dengan seringnya kita memanfaatkan tanah, maka unsur hara yang terkandung di
dalamnyapun sedikit demi sedikit akan berkurang. Tanah yang subur dan mudah di olah sangat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam
tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik.
Dimana kandungan c-organik merupakan unsure yang dapat menentukan tingkat kesuburan
tanah.
1.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui definisi C-Organik, karakter (rendah, sedang, tinggi) dari C-Organik
dan fungsi pengukuran dari C-organik.
1.2.2 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari C-Organik, karakter (rendah, sedang, tinggi)
dari C-Organik dan fungsi pengukuran dari C-organik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Winarso, (2005) Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik
yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro),
topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat
dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun
morfologinya.
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system kompleks dan
dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang
terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan
kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan
bahan organik yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral
biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan
organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah
gurun pasir. (Fadhilah, 2010)
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan Asam Humat, Asam Fulfat, N Total, dan K tersedia
No. Perlakuan Asam Asam fulfat N total (%) K tersedia
humat (%) (%) (mg/100 gr)
a a a b
1 Pertanian Organik 1 0,33 0,35 0,23 1,78
d b cd c
2 Pertanian Organik 2 0,24 0,31 0,21 1,17
3 Pertanian Non organik 0,16 f 0,22
de
0,22
b
2,12
a
1
4 Pertanian Non organik 0,26 c 0,22
de
0,21
cd
0,83
d
2
5 Pertanian Non organik 0,26 c 0,17
f
0,19
e
0,66
e
3
6 Pertanian Non organik 0,17 e 0,25
c
0,17
f
0,60
f
4
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada
3.2.1 Alat
1. kolorimeter
3. Pendingin
4. Pipet volume
5. Karet penghisap
3.2.2 Bahan
3. Kalium dikromat 2 N
4. H2O
1. Menimbang 0,5 g contoh tsnsh ukuran < 0,5 mm, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
2. Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 2N, lalu kocok. Tambahkan 7,5 ml H2So4 pekat, kocok dan diamkan
selama 30 menit.
3. Encerkan dengan air murni, dinginkan dan impitkan.
4. Keesokan harinya ukur extensionnya dengan kolorimeter dengan panjang gelombang 561 nm
5. Untuk pembanding, buat deret standart 0-250 ppm, dengan interval 50 ppm, sehingga diperoleh
deret 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, dan 250 ppm.
6. Langkah untuk memperoleh deret tersebut, gunakan pipet untuk mengukur 0; 0,5; 1; 2; 3; 4;
dan 5 ml dari standar 5000 ppm glukosa 5000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dengan tiap deret
sendiri-sendiri dan diperlakukan sam dengan pengerjaan contoh yaitu ditambahkan K2Cr2O7 2N
lalu kocok.
7. Menambahkan 7,5 ml H2So4 pekat, kocok dan diamkan selama 30 menit.
8. Mengencerkan dengan air murni, dinginkan dan impitkan untuk masing-masing deret.
BAB 4. PEMBAHASAN
Tanah Titik I memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Titik II. Hal ini terjadi karena Titik I merupakan Titik permukaan, dimana pada Titik ini tidak
terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan tingginya bahan organik yang dikandungnya
dan selain itu proses humufikasi berlangsung pada Titik ini. Kandungan bahan organik tertinggi
adalah tanah berada pada Titik I, karena adanya proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang
mati dan berakumulasi diTitik ini.
Tanah Titik II, memiliki kandungan bahan organik yaitu 0,0879 %,ini menunjukkan
kandungan bahan organiknya lebih rendah daripada Titik I. Hal ini terjadi karena pada Titik II
tidak terdapat humus, dimana humus ini merupakan polimer dari bahan organik. Lagipula Titik
II bukan merupakan Titik permukaan. Tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah Titik
atas atau top soil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah maka kandungan bahan organiknya
semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras.
Titik III memiliki kandungan bahan organik lebih rendah dibandingkan Titik I, II. Hal ini
terjadi karena Titik III merupakan Titik paling dalam dimana semakin dalam tanah semakin
kurang kandungan bahan organiknya. Hal ini juga disebabkan karena tingginya kandungan liat
tanah Titik terdalam. Karena terjadi pencucian dan akibatnya bahan organiknya kurang tersedia.
Jumlah kandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor kedalaman tanah dan tekstur
tanah itu, dan semakin tinggi kandungan liat suatu Titik tanah maka semakin rendah kandungan
bahan organiknya. Semakin dalam suatu Titik tanah dan semakin tinggi kandungan liatnya maka
kandungan bahan organiknya semakin rendah pula.
Kandungan c-organik pada setiap tanah bervariasi, mulai dari kurang dari 1% pada tanah
berpasir, sampai lebih dari 20% pada tanah yang berlumpur. Warna tanah menunjukkan
kandungan c-organik tanah tersebut. Tanah yang berwarna hitam kelam mengandung C-organik
lebih tinggi. Makin cerah warna tanah kandungan C-organik makin rendah (Darliana, 2011)
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat
meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan
organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 2009).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik
dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan
bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen,
Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses
dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan
KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan
organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak
agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 2009).
Hasil penelitian mengenai kandungan kimia tanah uang meiliputi kadar air dan c-organik,
dapat diketahui mengenai kadar air dan c-organik tanah sawah, tanah tegalan, tanah agrotechno
park dan tanah tererosi. Tanah sawah memiliki kandungan kadar air sebesar 33,6% dan c-organik
0,03%. Tanah tegalan memiliki kandungan kadar air sebesar 24% dan c-organik sebesar 0,03%.
Sedangkan untuk tanah agrotechno park memiliki kadar air sebesar 25% dan c-organik 0,03%.
Dan untuk tanah tererosi kadar air 6,2% dan c-organik 0,02%.
Perhitungan tersebut didapat dari hasil pengovenan sampel masing-masing jenis tanah.
Kemudian sampel yang telah dioven dihitung berdasarkan berat pinggan (wadah sampel), dan
berat tanah awal.
Jika kita berupaya untuk menyehatkan kembali di posisi ideal C-Organik minimal yaitu
di atas 3 % dibutuhkan pupuk organik yang terfermentasi dengan baik dengan kadar C-Organik
yang tinggi. Hal ini butuh volume kubikasi atau tonase yang sangat banyak jumlahnya, untuk
memenuhi kebutuhan NPK. Guna menekan tonase pupuk organik tetapi tetap upaya organik
maka dibutuhkan pupuk hayati sebagai penambat nitrogen, pelarut phospat dan kalium.
Penggunaan pupuk hayati tersebut dapat mempercepat penyehatan lahan pertanian. Pupuk hayati
yang mengandung bakteri seperti Azospirrilum, Azoctobacter, Rhizobium dll merupakan pupuk
yang mampu menambat nitrogen yang berlimpah ruah di alam bebas yaitu 79%. Phospat dan
kalium sangat berlimpah ruah di lahan. Hanya 30 % saja dari pupuk phospat dan kalium yang
kita tebar yang larut termanfaatkan oleh tanaman. Sisanya menjadi deposito kita dan sekarang
tiba saatnya untuk dinikmati melalui pemakaian pupuk hayati pelarut phospat dan kalium yang
mengandung bakteri Pseudomonas, Bacillus dan lain-lain.
BAB 5 PENUTUP
5.1.1 Kesimpulan
Dari keempat jenis sampel tanah (tanah sawah, tanah tegalan, tanah agrotchno park dan
tanah tererosi), merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan c-organik kurang ideal (5%).
Rata-rata kandungan c-organik dari 4 jenis tanah adalah 0.03%. Sebagai pereaksi untuk
mengetahui c-organik digunakan larutan Asam sulfat pekat dan kalium dikromat 2N.
5.1.2 Saran
Untuk menghasilkan suatu produk pertanian yang maksimal perlu juga memperhatikan
kandungan c-organik dalam tanah, agar dapat diketahui tanaman yang cocok, dak kapan
melakukan pergiliran tanaman untuk menjaga kadar c-organik dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Darliana, 2011. Pengaruh Jenis Bokasi Terhadap Bobot Isi, C-organik, dan KTK Tanah, Serta Hasil
Daun Teh pada Andosols Asal Gambung. [on line]
http://p4tkipa.org/lihat.php?id=ARTIKEL&hari=UMUM&%20tanggal=1&%20bulan=Pebruari
%20&%20oleh=Darliana. Senin, 28-11-2011.
Utami, S.N., dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik.Ilmu Pertanian
Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69
Supryono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik Dan N-Total Pada Seresah Dan Tanah Pada 3 Tipe
Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung Kidul, Diy). Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan Vol. 9 No. 1 p: 49-57
Cara pemakaian kompos, sebaiknya disesuaikan dengan keadaan jenis tanah dan kandungan C
organik dalam tanah tersebut, disamping juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing jenis tanaman.
Tiap-tiap tanaman memerlukan kandungan bahan organik yang berbeda-beda. Tanaman sayuran
apabila tidak dipupuk dengan pupuk organik sama sekali pertumbuhannya tidak akan sebaik
tanaman yang mendapat pupuk organik.
Tanaman bunga seperti antara lain Azalea atau Anthurium, pertumbuhannya akan sangat baik
pada media yang 100 persen terdiri dari bahan organik. Apabila medianya tercampur dengan
tanah, pertumbuhannya kurang optimal. Beberapa tanaman lainnya akan tumbuh dengan baik
apabila kompos ditambah dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Disamping itu ada juga
tanaman yang menghendaki kompos dicampur dengan tanah dan pasir dengan perbandingan 1 :
1 : 1.
Sementara itu tiap-tiap jenis tanah memiliki keadaan kesetimbangan kandungan bahan organik
sendiri-sendiri. Pada tanah-tanah abu vulkanik (Andisol) seperti tanah di Lembang, kandungan C
organik tanah (ideal), tidak akan sama dengan kandungan C organik tanah (ideal) pada jenis
tanah Inseptisol di Banjaran, misalnya.
Sehingga jumlah pemberian pupuk organik pada tiap tanaman dan pada berbagai jenis tanah
tidak akan sama.
Untuk menentukan tingkat kandungan C organik dalam tanah, harus dilakukan dengan analisa
laboratorium.
Untuk mengetahui berapa kebutuhan pupuk C organik, dapat dilakukan dengan cara
mempergunakan rumus sbb:
Kebutuhan Kompos (C organik) = C organik Tanah x 1.724 x 20 cm x 10.000 m2
C organik tanah = ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah di laboratorium
1.724: konstanta
20 cm: kedalaman lapisan olah tanah
10.000 m2: Luas areal
Sebagai ilustrasi, apabila hasil analisa laboratorium tanah diketahui kandungan C organik tanah
di suatu tempat adalah 2.56 %, Maka menghitung kandungan C organik tanah dalam lapisan olah
(20 cm) seluas 1 ha adalah:
Kandungan C organik lapisan olah tanah adalah = 2.56 x 1,724 x 20 x 10.000 = 8.800 kg /ha =
8.8 ton / ha
Sementara itu ada juga yang mengelompokan tingkat kandungan bahan organik tanah secara
umum, seperti dapat dilihat pada tabel berikut:
Metoda Welkley - Black