Anda di halaman 1dari 7

Journal of Economic Education 1 (1) (2012)

Journal of Economic Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec

PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH MENENGAH


PERTAMA (SMP) RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
DI KOTA MAGELANG

Sri Haryati

Prodi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model inovatif tentang manajemen pembiayaan
Diterima Januari 2012 satuan pendidikan berbasis kegiatan pada SMP RSBI di Kota Magelang. Penelitian ini meng-
Disetujui Februari 2012 gunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Analisis
Dipublikasikan Agustus 2012 deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari
studi pendahuluan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP RSBI di Kota Magelang
Keywords: telah melaksanakan manajemen pembiayaan pendidikan berbasis kinerja melalui empat ta-
Management hap yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Penelitian
Finance ini juga menemukan pola manajemen pembiayaan di satuan pendidikan yang berupa SOP
SMP RSBI Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan model penghitungan unit cost per siswa per tahun
per satuan pendidikan. Kedua model tersebut telah diujicoba dan terbukti efektif. Namun
perlu direkomendasikan agar pemberlakuan SOP dan penghitungan BOSP dilakukan secara
menyeluruh disemua satuan pendidikan di Kota Magelang. Model pengembangan manaje-
men pembiayaan dan penghitungan biaya operasional satuan pendidikan yang dihasilkan
dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kerangka acuan bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan manajemen pembiayaan dengan menerapkan rincian kegiatan SOP
dan komponen-komponen penghitungan BOSP. Satuan Pendidikan khususnya di Kota Ma-
gelang hendaknya menggunakan SOP manajemen pembiayaan agar input, proses, output,
dan outcomes dari pelaksanaan manajemen pembiayaan dapat bermutu dan akhirnya dapat
meningkatkan kepuasan para stakeholder pendidikan.

Abstract
The objective of this research is to find out the innovative model about finance management education
unit based on the activity in RSBI Junior High School In Magelang. model This research uses Research
and Development method. The analysis of descriptive qualitative is used to analyze the data and infor-
mation which is gained from introduction study. The result shows that SMP RSBI in Magelang town
has applied finance management education based action through 4 steps: planning, organizing, action,
monitoring, and evaluation. This research also finds out financial management pattern in educational
unit that is SOP of financial education management and the accounting pattern in unit cost per student
for each year per educational unit. Those two models have been tested and proven effectively. However the
application of SOP and the accounting of BSOP must be done in entire Magelang. This model which
produced in this research is expected to enable in giving the frame for educational unit in order to develop
accounting management by applying the details of SOP and the components of BOSP accounting. The
educational unit, especially in Magelang should use SOP financing management for the sake of the
quality of input, process, output and outcomes that will lead into satisfaction of education stakeholders.

2012 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2301-7341


Kampus Unnes Bendan Ngisor Semarang 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id
Sri Haryati / Journal of Economic Education 1 (1) (2012)

Pendahuluan komponen biaya; (3) penentuan volume penggu-


naan atau pemakaian, dan (4) penentuan harga
Biaya adalah besarnya dana yang diper- setiap komponen biaya.
kirakan perlu untuk disediakan pada proyek ke- Secara konseptual, pada dasarnya RSBI
giatan tertentu (Gaffar, 1987:162). Biaya adalah merupakan SSN Plus. Dengan kata lain, semua
sejumlah pengeluaran dalam bentuk uang yang komponen biaya yang muncul dalam SSN (Seko-
berbuhungan dengan perolehan berbagai faktor lah Standar Nasional) harus muncul dalam SBI/
input pendidikan, misalnya : guru, buku, gedung, RSBI. Yang diperlukan kemudian adalah men-
tanah, perlengkapan, dan sebagainya (Thomas, gidentifikasi tambahan komponen biaya apa saja
1971:31). Batasan ini dipertegas lagi oleh Bowen yang harus ada di SBI/RSBI. Sistem desentrali-
(1981:XX) bahwa biaya pendidikan adalah pen- sasi pengelolaan pendidikan di Indonesia mem-
geluaran yang dilakukan oleh suatu satuan pen- bawa perubahan dalam pengelolaan pendidikan.
didikan untuk mendapatkan jasa tanah, tenaga Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) memiliki
kerja, atau modal, untuk membeli barang dan hak dan tanggung jawab yang sangat besar untuk
jasa, atau untuk memberikan bantuan finansial mengelola pembiayaan pendidikan di wilayah
kepada siswa. Menurut Peraturan Pemerintah RI masing-masing. Hal tersebut membawa dampak
Nomor 48 Tahun 2008, dana pendidikan adalah positif dan negatif. Secara positif desentralisasi
sumber daya keuangan yang disediakan untuk pengelolaan biaya pendidikan dapat meningkat-
menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. kan transparansi, akuntabilitas, sustanibilitas,
Selanjutnya dikemukakan bahwa pendanaan keefektifan maupun efisiensi karena pemerintah
pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keu- daerah lebih memiliki kedekatan dengan masya-
angan yang diperlukan untuk penyelenggaraan rakatnya sehingga memiliki keunggulan informa-
dan pengelolaan pendidikan. Secara lebih seder- si dibanding pemerintah pusat. Namun karena
hana Decentralized Basic Education (2008:11-15) keterbatasan kemampuan dan komitmen para
mendefinisikan biaya pendidikan sebagai nilai pengelola biaya pendidikan daerah yang sangat
rupiah dari seluruh sumber daya (input) baik da- beragam, muncullah berbagai masalah pengelo-
lam bentuk natura (barang), pengorbanan pelu- laan biaya pendidikan yang justru mengurangi
ang, maupun uang, yang dikeluarkan untuk selu- transparansi, akuntabilitas, sustanibilitas, kee-
ruh kegiatan pendidikan. fektifan dan efisiensi pengelolaan biaya tersebut.
Di tingkat sekolah, biaya dapat diklasi- Untuk itu diperlukan model manajemen pembia-
fikasikan ke dalam biaya operasional dan biaya yaan pendidikan, khususnya pada pendidikan
investasi. Biaya operasional adalah biaya yang di- dasar yang merupakan tanggung jawab penuh
timbulkan dari pengadaan barang dan jasa yang pemerintah, baik pusat, propinsi, maupun kabu-
diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan paten/kota dan dukungan partisipasi masyarakat
yang habis digunakan dalam waktu satu tahun yang sampai sekarang belum secara jelas bagai-
atau kurang per siswa per tahun. Biaya opera- mana model pengelolaan pembiayaannya.
sional dapat dipilah menjadi biaya operasional Sistem desentralisasi yang dilaksanakan
personil dan biaya operasional bukan personil. sejak Januari 2001 membawa perubahan yang
Dalam menghitung Standar Biaya Operasional sangat besar dalam pengelolaan pendidikan. Pe-
Satuan Pendidikan (BOSP), Badan Standar Na- merintah Daerah bertanggung jawab atas pen-
sional Pendidikan (BNSP), seperti yang tercan- gelolaan sektor pendidikan di semua jenjang ke-
tum dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, menggu- cuali pendidikan tinggi. Perubahan kewenangan
nakan jumlah rombongan belajar (rombel) untuk pengelolaan pendidikan tersebut dengan segera
mengakomodir variasi antar sekolah. Sekolah mengubah pola pembiayaan sektor pendidikan.
dengan jumlah rombongan belajar berbeda akan Daerah memiliki hak dan tanggung jawab yang
mempunyai nilai BOSP yang berbeda.Dalam sangat besar untuk mengelola seluruh pembia-
penelitian ini untuk menjawab permasalahan yaan pendidikan. Secara teoretis pendelegasian
atau pertanyaan penelitian khususnya tentang kewenangan pengelolaan keuangan pendidikan
penghitungan biaya operasional satuan pendidi- kepada pemerintah yang berada di level bawah
kan per tahun per siswa agar mendekati kenya- dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas,
taan, maka perlu memperhatikan asumsi-asumsi sustanibilitas, keefektifan dan efisiensi pengelo-
dasar yang meliputi: (1) penentuan kondisi se- laan keuangan pendidikan. Mengingat peme-
kolah yang meliputi jumlah rombongan belajar rintah daerah lebih memiliki kedekatan dengan
(rombel), jumlah siswa per rombel, jumlah pen- masyarakatnya dan lebih memiliki keunggulan
didik dan tenaga kependidikan, jumlah mata pe- informasi dibanding pemerintah pusat sehingga
lajaran, nilai gaji dan tunjangan; (2) penentuan dapat memberikan pelayanan publik yang benar-

65
Sri Haryati / Journal of Economic Education 1 (1) (2012)

benar dibutuhkan masyarakat di wilayah masing- (1) studi kualitatif, (2) reviev literatur, (3) pen-
masing. Respon yang diberikan oleh pemerintah gembangan model, dan (4) evaluasi model, dan
daerah terhadap tuntutan masyarakat jauh bisa (5) ujicoba model. Fokus penelitian ini dibatasi
lebih cepat dan tepat karena mereka berhadapan pada SMP RSBI. Alasannya adalah bahwa be-
langsung dengan penduduk daerah yang bersang- lum ada peraturan dan sistem yang secara khusus
kutan. mengatur sistem manajemen pembiayaan untuk
Argumentasi lain yang mendasari adalah jenis satuan pendidikan ini. Banyak peraturan
munculnya kompetisi atau persaingan antarda- telah dilaksanakan untuk mengatur hal tersebut
erah yang akan meningkatkan kesamaan pan- pada jenjang satuan pendidikan umum atau re-
dangan antara apa yang diharapkan masyarakat guler, namun sistem pembiayaan RSBI menjadi
dengan program yang dilaksanakan oleh peme- perkecualian.
rintahnya (Davoodi dan Zou dalam Puji Wibo- Analisis deskriptif kualitatif digunakan
wo, 2008:61). Sejalan dengan hal tersebut, Oates untuk menganalisis data dan informasi yang
(1993:239) juga berpendapat bahwa desentralisa- diperoleh dari studi pendahuluan. Penggunaan
si pengelolaan keuangan berpotensi memberikan analisis deskriptif kualitatif dimaksudkan un-
kontribusi dalam bentuk peningkatan efisiensi tuk memperoleh gambaran tentang peran seko-
pemerintah. Namun secara empiris, di Indonesia lah, kepala sekolah, guru, bendahara, staf tata
pelaksanaan desentralisasi pengelolaan pembia- usaha, komite sekolah, orang tua siswa dalam
yaan pendidikan mengalami banyak hambatan. proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
Tiga yang utama adalah (1) keterbatasan kemam- pembiayaan pendidikan. Analisis deskriptif ku-
puan untuk mempertahankan dan meningkatkan alitatif juga digunakan untuk menafsirkan hasil
penyelenggaraan pendidikan karena besarnya analisis kuantitatif dan memperoleh gambaran
APBD tersedia yang rendah, dan (2) komitmen tentang kelemahan model yang divalidasi dan
para pengelola pembiayaan pendidikan yang san- diuji cobakan di lapangan, sehingga hasilnya da-
gat beragam, serta (3) kemampuan manajemen pat digunakan sebagai dasar untuk merevisi dan
sektor pendidikan di tingkat daerah masih sangat mengembangkan model. Teknik yang digunakan
terbatas (Supriyadi, 2006:11). untuk menganalisis data deskriptif kualitatif ini
Penelitian ini secara umum bertujuan menggunakan pendekatan analisis deskripsi ka-
untuk menemukan model inovatif tentang ma- sus. Analisis deskriptif digunakan untuk men-
najemen pembiayaan satuan pendidikan berba- getahui: (1) tingkat kemampuan para pengelola
sis kegiatan pada Sekolah Menengah Pertama manajemen pembiayaan, yang meliputi tingkat
(SMP) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional pemahaman, kemampuan dalam merencanakan,
di Kota Magelang. Temuan model tersebut didas- kemampuan dalam melaksanakan, dan kemam-
arkan pada data yang diperoleh dengan meng- puan dalam mengendalikan; (2) tingkat kompe-
gunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif tensi para pelaksana/pengelola anggaran yang
untuk membantu memecahkan permasalahan meliputi kompetensi personal, kompetensi social,
pengelolaan biaya pendidikan sehubungan den- dan kompetensi profesional; (3) tingkat kepuasan
gan banyaknya kegiatan pengembangan yang di- layanan.
rencanakan, memperbaiki sistem penghitungan Analisis statistik digunakan untuk men-
biaya operasional pendidikan di satuan pendidi- getahui tingkat efektivitas model yang diuji coba
kan, yang pada gilirannya dapat terwujud sistem di lapangan. Tingkat keefektivan model ditun-
pembiayaan yang efektif, efisien, tranparan dan jukkan melalui perbandingan rerata perolehan
akuntabel. hasil kemampuan peserta pelatihan dan ting-
kat kepuasan layanan. Analisis statistik dengan
Metode menggunakan komputer program SPSS 11.5. Uji
t digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai
Penelitian ini menggunakan pendekatan rata-rata (mean) antara pretest (sebelum treatment)
penelitian dan pengembangan (Research and Deve- dengan posttest (sesudah treatment). Analisis chi
lopment). Sebagaimana dijelaskan Borg and Gall kuadrat digunakan untuk mengetahui hubungan
(1983) penelitian dan pengembangan digunakan antar sub variabel dari variabel kemampuan para
untuk menghasilkan produk tertentu dan men- pengelola anggaran. Variabel kemampuan para
guji keefektifan produk tersebut. Dengan meng- pengelola meliputi sub variabel tingkat pemaha-
gunakan tahapan-tahapan penelitian dan pen- man, kemampuan merencanakan, melaksana-
gembangan sebagaimana yang disarankan oleh kan, dan mengendalikan biaya. Analisis korelasi
Borg dan Gall (1983) tersebut, kegiatan-kegiatan product moment digunakan untuk mengetahui hu-
yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup: bungan antar sub variabel kepuasan layanan.

66
Sri Haryati / Journal of Economic Education 1 (1) (2012)

Hasil dan Pembahasan pada papan-papan pengumuman, bahkan ada


yang mencantumkannya pada website sekolah
Proses penyusunan RAPBS pada semua sehingga dapat diakses oleh semua orang. Teta-
satuan pendidikan sudah melibatkan stakeholder pi tidak semua tim pelaksana anggaran memili-
yang ada di sekolah. Ini menunjukkan terlaksa- ki kemampuan personal, sosial, dan profesional
nanya delegasi dan partisipasi semua warga seko- yang berarti mereka harus jujur, transparan dan
lah dalam perencanaan pembiayaan pendidikan memiliki kemampuan tentang manajemen keu-
satuan pendidikan. Sumber biaya pendidikan angan. Terbukti pada tahun 2009/2010 dari 106
pada umumnya berasal dari bantuan pemerintah satuan pendidikan di Kota Magelang, hanya 3
pusat, bantuan pemerintah propinsi, bantuan pe- satuan pendidikan yang RAPBS-nya disahkan
merintah kota, dan sumbangan masyarakat. Ban- Kepala Dinas Pendidikan. Demikian juga tahun
tuan pemerintah pusat berupa Bantuan Opera- 2010/2011, hingga akhir bulan Oktober masih
sional Sekolah (BOS), Blockgrant RSBI dan Dana ada satuan pendidikan yang masih mengum-
Alokasi Khusus (DAK). Bantuan Pemerintah pulkan orang tua siswa untuk menggalang dana
Propinsi berupa blockgrant RSBI. Bantuan Peme- untuk penyusunan anggaran, dan baru 7 (tu-
rintah Kota Magelang berupa gaji dan tunjangan juh) satuan pendidikan yang telah menyerahkan
untuk pegawai negeri sipil, dan Subsidi Bantuan RAPBS kepada Dinas Pendidikan.
Sekolah (SBS). Sumbangan masyarakat berasal RAPBS yang telah dirumuskan tim,
dari orang tua siswa. Penentuan pos-pos pengelu- disetujui oleh warga sekolah, komite sekolah,
aran telah didasarkan pada skala prioritas dan ke- Dinas Pendidikan, dan orang tua/wali siswa, un-
butuhan yang telah direncanakan dalam APBS. tuk kemudian ditetapkan sebagai APBS. Semua
Desain RAPBS diperoleh dari Dinas Pendidikan kegiatan dan anggaraan sekolah dilaksanakan
Kota Magelang. Penyusunan usulan program ke- berdasarkan APBS. Apabila dalam pelaksanaan
giatan dan penganggaran dilaksanakan berdasar- kegiatan dan anggaran terjadi perubahan, hal
kan prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja. tersebut dilakukan melalui penetapan dan pe-
Proses perencanaan dimulai dengan eva- laksanaan anggaran perubahan. Pencairan dana
luasi APBS tahun sebelumnya, identifikasi kebu- dilakukan dengan pengajuan dana kepada ke-
tuhan tahun ini, penyusunan prioritas kegiatan, pala sekolah atau bendahara sekolah. Data lain
perumusan anggaran kegiatan, dan sosialisasi yang ditemukan peneliti terkait dengan sistem
secara internal. Perencanaan anggaran dimulai pelaksanaan anggaran pendidikan SMP RSBI di
bulan Maret sampai dengan bulan Oktober (ke- Kota Magelang adalah sebagai berikut.. Pertama,
giatan pembelajaran telah dilaksanakan 4 bulan) masih ada satuan pendidikan yang tidak mema-
RAPBS banyak yang belum selesai dan belum sukkan semua sumber dana ke RAPBS; Kedua,
disahkan Kepala Dinas Pendidikan. Dalam pe- sering ditemukan adanya ketidaktepatan penggu-
nyusunan perencanaan anggaran banyak sekolah naan anggaran pada beberapa satuan pendidikan.
tidak mengawali dengan analisis kebutuhan (need Yang paling sering adalah pendayagunaan BOS
assesment), lingkungan internal, dan lingkungan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
eksternal atau analisis SWOT. Dengan tidak non-operasional atau yang tidak sesuai peruntu-
dilakukannya analisis kebutuhan secara menye- kannya.
luruh, banyak satuan pendidikan terpaksa harus Monitoring dan evaluasi dilaksanakan se-
menyalahi atau tidak mematuhi rencana angga- jak tahap: (1) perencanaan pada saat penyusunan
ran. Kurangnya pengendalian dan pemeriksaan dan penghitungan RAPBS, (2) pelaksanaan pada
secara internal maupun eksternal secara rutin saat pengajuan dan pencairan dana kegiatan, dan
merupakan salah satu penyebab utama keterlam- (3) pelaporan kegiatan masing-masing program
batan dan ketidaktepatan perencanaan anggaran. atau pelaporan terpadu pada akhir tahun pela-
RAPBS disusun oleh tim perumus yang jaran. Monev dilaksanakan oleh penanggung ja-
terdiri atas kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wab program, kepala sekolah, Dinas Pendidikan,
bendahara sekolah, dan koordinator bidang pen- komite sekolah, dan badan kepengawasan. Tetapi
gembangan. Tim perumus ditunjuk berdasarkan monitoring dan evaluasi tersebut tidak dilaksana-
kesepakatan, bertugas menyusun dan mensosi- kan secara terencana atau terprogram. Walau-
alisasikan RAPBS. RAPBS yang telah disetujui pun semestinya minimal setiap bulan dilakukan
Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan Kota pemeriksaan dan pelaporan oleh kepala sekolah,
Magelang disosialisasikan kepada seluruh warga dan setiap triwulan dilakukan pelaporan secara
sekolah dan orang tua/wali siswa melalui rapat- terpadu penggunaan uang ke Dinas Pendidikan
rapat. Ada beberapa satuan pendidikan mensosi- Kota Magelang, namun kegiatan tersebut tidak
alisasikan RAPBS dengan menempelkan RAPBS dilakukan secara terprogram dan berkesinam-

67
Sri Haryati / Journal of Economic Education 1 (1) (2012)

Tabel 1. Unit Cost Persiswa Satuan Pendidikan Dasar Kota Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011

Jml Unit Cost persiswa per Unit Cost persiswa per


Biaya Total
Sekolah Ssw tahun bulan
P NP JT P NP P NP
SMP N 1 2.346.169.306 1.852.236.544 4.198.405.850 495 4.739.736 3.741.892 394.978 311.824
SMP N 2 1.446.771.846 1.383.993.062 2.830.764.908 479 3.020.400 2.889.338 251.700 240.778

Tabel 2. Rekapitulasi Total Biaya, Pemasukan, dan Kekurangan Biaya Operasional Satuan Pendidi-
kan Dasar Kota Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011

Pemasukan-Pemasukan
Nama Jml BOSP per RSBI/ Bantuan Kekurangan
Jml Biaya Total Pdp
Sekolah Siswa tahun BOS Sosial/ SBS Biaya
BOS
DIPA BSM
SMP N 1 4.198.405.850 495 3.741.892 575.000 1.414.141 - - 79.910 1.672.841
SMP N 2 2.830.764.908 479 2.889.338 575.000 1.461.378 - - 240.000 562.960

bungan. BOS; (3) pengajuan dana SBS; (4) pengambilan


Upaya peningkatan mutu manajemen pem- gaji; (5) penggalangan dana dari masyarakat; (6)
biayaan dilakukan dengan cara setiap awal tahun transaksi pembayaran dan pelaporan dana ke-
satuan pendidikan mengadakan rapat atau work- giatan; (7) pelaporan terpadu, dan (8) perbaikan
shop untuk mengevaluasi program dan anggaran mutu manajemen. Hasil validasi pengembangan
tahun sebelumnya. Materi evaluasi ini digunakan model konseptual manajemen pembiayaan baik
sebagai acuan/pedoman untuk penyusunan pro- dengan Focussed Group Discussion (FGD) dan Tek-
gram dan anggaran tahun berikutnya. Manaje- nik Delphi diperoleh hasil sebagai berikut : (1)
men pembiayaan SMP RSBI di Kota Magelang pembentukan tim penyusun RPS dilaksanakan
tersebut memiliki beberapa kelemahan, yaitu: minggu pertama bulan Maret, (2) analisis SWOT
(1) kelemahan dalam prosedur manajemen pem- dilaksanakan minggu ke 2 dan 3 bulan Maret,
biayaan, yakni belum adanya standar yang jelas (3) penyusunan RKS dilaksanakan bulan April
yang dijadikan sebagai acuan dan jaminan mutu dan Mei, (4) penyusunan RAPBS dilaksanakan
pelayanan minimal dan tolok ukur kinerja, dan bulan Juni s/d Juli, dan (5) penggalangan dana
(2) kelemahan dalam menghitung unit cost per sis- masyarakat dilaksanakan bulan September. Ber-
wa per sekolah, yakni rata-rata biaya operasional dasarkan tahapan yang disepakati dalam Focussed
pendidikan per siswa per tahun per sekolah, (3) Group Discussion dan teknik Delphi tersebut, maka
kelemahan memilih tim pelaksana, yakni pelak- model operasional yang diimplementasikan da-
sana anggaran yang mempunyai kompetensi per- lam penelitian ini adalah penghitungan BOSP
sonal, sosial, dan profesional. Ketiga kelemahan yang merupakan tahapan prosedur penyusunan
dasar tersebut menyebabkan RAPBS tidak dapat RAPBS yang kebetulan baru berlangsung di satu-
selesai disusun dengan tepat waktu, tepat dana an pendidikan RSBI di Kota Magelang.
dan tepat sasaran. Berdasarkan data yang diperoleh, yang be-
Komponen-komponen yang tercakup di rikut merupakan hasil penghitungan BOSP pada
dalam SOP manajemen pembiayaan satuan pen- dua satuan pendidikan RSBI di Kota Magelang.
didikan RSBI adalah: (1) prosedur mutu peren- Berdasarkan hasil penghitungan Tabel 1,
canaan dan pengorganisasian pembiayaan; (2) dapat dikemukakan data kekurangan biaya ope-
prosedur mutu pelaksanaan, pemeriksaan dan rasional per siswa, per tahun, per sekolah.
pelaporan pembiayaan, serta perbaikan mutu Model Penghitungan Biaya Operasional
manajemen. Tahap perencanaan dan pengorga- Satuan Pendidikan (BOSP) ini sangat efektif, ka-
nisasian meliputi kegiatan: (1) pembentukan tim rena hasil analisis data dengan menggunakan uji
penyusun RPS; (2) analisis SWOT; (3) penyusu- t menunjukkan bahwa manajemen pembiayaan
nan RKS; dan (4) penyusunan RAPBS termasuk yang dilaksanakan dengan menghitung biaya
di dalamnya penghitungan BOSP. Tahap pelak- operasional satuan pendidikan ternyata memiliki
sanaan, pemeriksaan, pelaporan dan perbaikan dampak positif terhadap kemampuan pengelola
mutu manajemen meliputi kegiatan: (1) penga- anggaran dalam menguasai sistem penghitungan
juan dana Blockgrant RSBI; (2) pengajuan dana biaya operasional satuan pendidikan (BOSP).

68
Sri Haryati / Journal of Economic Education 1 (1) (2012)

Perhitungan perbedaan rerata terhadap pengu- Daftar Pustaka


asaan penghitungan BOSP pada pengelola ang-
garan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu
penghitungan BOSP menunjukkan perbedaan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
yang signifikan (t = 7,877). Rerata sebelum pela- Balitbang Dikbud. 1996. Analisis Misi dan Visi Pemban-
gunan Pendidikan MP-02. Jakarta: Depdikbud.
tihan sebesar 48,39, dan rerata setelah pelatihan
---------------------. 1989. Analisis Biaya. Jakarta: Depdik-
sebesar 63,75. bud.
--------------------. Buku T5. Penyusunan Rencana, Program
Simpulan dan Penganggaran. Jakarta: Depdikbud.
--------------------. 1995. Efisiensi Pengelolaan Pendidikan.
SMP RSBI di Kota Magelang telah me- Jakarta: Depdikbud.
laksanakan manajemen pembiayaan pendidikan Becker, Gary S. 1993. Human Capital. A Theorical and
berbasis kinerja. Kegiatan manajemen tersebut Empirical Analysis with Special Reference to Edu-
dilaksanakan melalui empat tahap yaitu: peren- cation. Chicago: The University of Chicago
Press.
canaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monito-
Borg. W.R. dan Gall, M.D. 1983. Educational Research:
ring dan evaluasi. Namun ditemukan banyak ma- An Introduction. New York: Longman.
salah terutama yang bersumber pada rendahnya Bowen, Hobart R.,., 1981. The Cost of Higher Educa-
transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan tion. London : Jossey-Bass Publishers.
pengelolaan pembiayaan sekolah. Tiga penyebab Cohn, Elchanan. A979. The Economics of Education.
utama masalah tersebut adalah (a) belum adanya University of South Carolina. Camridge, Mas-
standar operasional prosedur pengelolaan pem- sachusetts.
biayaan sekolah, (b) belum adanya sistem peng- Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indone-
hitungan biaya opersioanl sekolah yang merupa- sia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pen-
didikan Nasional. Depdiknas: Jakarta.
kan dasar pengelolaan pembiayaan sekolah, dan
-------------. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
(c) belum adanya sistem pemilihan tim pengelola 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta :
pembiayaan sekolah berdasarkan kompetensi Depdiknas.
personal, social, dan professional yang memadai. -------------. 2004. Keputusan Mendiknas Nomor
Penelitian ini juga menemukan pola manajemen 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Mini-
pembiayaan di satuan pendidikan yang berupa mal Bidang Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Manaje- ------------. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Ta-
men Pembiayaan Pendidikan dan model peng- hun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
hitungan unit cost per siswa per tahun per satuan Menengah Nasional 2004-2009. Jakarta : Depdik-
nas.
pendidikan. Kedua model tersebut telah diujico-
------------. 2005. Rencana Strategis Depdiknas 2005-2009.
ba dan terbukti efektif. Jakarta. Depdiknas.
Peneliti merekomendasikan pemberlakuan -------------. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Ta-
SOP dan penghitungan BOSP secara menyelu- hun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
ruh, di semua satuan pendidikan di Kota Mage- Jakarta : Depdiknas.
lang. Model pengembangan manajemen pembia- -------------. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Ta-
yaan dan penghitungan biaya operasional satuan hun 2008 Tentang Wajib Belajar. Jakarta : Dep-
pendidikan yang dihasilkan dalam penelitian ini diknas.
diharapkan dapat memberikan kerangka acuan -------------. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Ta-
hun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan. Jakar-
bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
ta : Depdiknas.
manajemen pembiayaan dengan menerapkan ------------ Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
rincian kegiatan Standar Operasional Prosedur Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan
(SOP) dan komponen-komponen penghitungan Sekolah Menengah Pertama. 2009. Panduan
BOSP yang telah disajikan dalam penelitian ini. Pelaksanaan Pembinaan SMP Rintisan Sekolah
Satuan Pendidikan khususnya di Kota Magelang Bertaraf Internasional. Jakarta: Depdiknas.
hendaknya menggunakan standar operasional ----------- 2010. Buku Panduan Bantuan Operasional Seko-
prosedur (SOP) manajemen pembiayaan hasil lah (BOS) Pengelolaan Keuangan Monitoring dan
penelitian ini, agar input, proses, output, dan out- Evaluasi. Jakarta: Depdiknas.
Hallak, J. 1985. Analisis Biaya dan Pengeluaran Untuk
comes dari pelaksanaan manajemen pembiayaan
Pendidikan (Alih Bahasa oleh Harso). Jakarta :
dapat bermutu dan akhirnya dapat meningkatkan Bharata Karya Aksara.
kepuasan para stakeholder pendidikan.

69
Sri Haryati / Journal of Economic Education 1 (1) (2012)

Hartley, Harry J. 1968. Educational Planning Programing dengan Pendekatan Anggaran Kinerja. Magelang:
Budgeting A System Approach. New Jersey: Pre- Pemkot.
sentice Hall, Inc. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendeka-
John, Roc L. Morphet, Edgor L. 1975. The Economics & tan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung
Financing of Education A System Approach. New : Alfabeta.
Jersy : Prentice Hall Inc. Sumarno. 1996. Strategi Pembangunan Pendidikan.
Jones, Thomas. H.. 1985. Introduction to School Finance MP.05. Jakarta : Depdikbud.
Technique and Sosial Policy. New York : Prentice Supriyadi, Dedi. 2006. Satuan Biaya Pendidikan Dasar
Hall Inc. dan Menengah. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Oates, WE. 1993. Fiscal Decentralization and Eco- Suryadi, Ace. Tilaar. 1996. Analisis Kebijaksanaan Pendi-
nomic Development. National Tax Journal LXVI dikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(2): 237-43. Thomas, J. Allan. 1971. The Productive School A Sys-
Parrish, Thomas B., Fran O, Reilly. E. Duenas and Jean tem Analysis Approach to Educational Adminstra-
Wolman. 2009. State Education Finance System. tion. New York : John Willy & Sons. Inc.
California : American Institute for Research. Wibowo, Puji. 2008. Mencermati Dampak Desentral-
Pemerintah Kota Magelang. 2003. Instruksi Walikota isasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Magelang Nomor: 900/34/122/Tahun 2003 ten- Daerah. Jurnal Keuangan Publik Vol. 5 No. 1 2008
tang Manajemen Keuangan Sekolah Kota Magelang (Hal 55-83).

70

Anda mungkin juga menyukai