Proposal PTK Yurmaleni
Proposal PTK Yurmaleni
Pendahuluan
Hal ini menimbulkan problem bagi guru karena dari evaluasi hasil belajar siswa
kurang memuaskan hal ini terlihat dari hasil ulangan atau latihan harian dan semester
rata-rata dari pokok bahasan tersebut pada tahun 2008/2009 dengan nilai 4.50 dan pada
tahun 2009/2010 dengan nilai 5.50.
Ternyata hal ini setelah disadari banyak juga bersumber dari guru misalnya dalam
memberikan contoh soal dan aplikasi knsep kurang di pikirkan guru kenyataan ini
menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran pokok bahasn perkalian tersebut
mungkin disebabkan oleh metode yang kurang tepat sehingga tidak menarik minat siswa
untuk mengikuti pembelajaran tersebut.
Sesuai dengan masalah yang sudah dikemukakan dalam latar belakang yang
menyebabkan hasil belajar rendah makarumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana menggunakan alat peraga agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran perkalian di Kelas II SDN No. 39/I Jelutih.
2) Bagi guru
a) Terampilnya untuk memotivasi siswa dalam belajar matematika.
b) Terampilnya guru untuk mengkongkritkan konsep matematika.
c) Sebagai bahan masukan pada bidang study matematika dengan menggunakan
alat peraga yang menarik pada pokok bahasan perkalian.
3) Bagi sekolah
a) Sehingga dapat meningkatkan kulaitas kelulusan.
b) Dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan mutu yang lebih baik.
BAB II
Kajian Pustaka
Dari uraian dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengn ide-ide struktur dan
hubungannya aratutan logis < Hudoyo, 1988 >. Jadi kalau kita hubungkan dengan pernyataan
diatas, matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak, dimana suatu kebenaran
matematis dikembangkan berdasarkan alasan yang logis namun kerja secara matematis
dikembangkan terdiri dari observasi, menebak, menguji kebenaran, mencari analogi yang
akhirnya merumuskan teorema-teorema yang dimulai dari asumsi-asumsi yang belum di
definisikan faktor inilah yang menyebabkan dalam memahami simbol-simbol.
2.1.2 Belajar
Aktivitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidik di sekolah. Belajar
merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur
proses pendidikan di sekolah. Sedangkan mengajar merupakan alat utama bagi guru sebagi
pendidik daan pengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagi proses pendidik di kelas.
Tujuan pembelajar dlam suatu kegiatan pembeajaran hanya dapat dicapai jika ada
interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas.
Interaksi tersebut harus dalam proses komunikasi yang aktif daan edukatif antaara guru
dengan peserta yang saling menguntungkan kedua belah pihak agarproses pembelajaran dapat
berjalan secara efisien dan efektif hanya dengan proses pembelajaran yang baik, tujuan
pembelajran dapat dicapai sehingga siswa mengalami perubahan perilaku melalui kegiatan
belajar.
Slameto ( 1988,2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individuitu sendiri dalam interaksi individu dengan
lingkungannya
Moeslichatoen (1989 : 2) mengemukakan baha belajar dapat di artikan sebagai proses yang
membuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam
proses belajar.
Cronbach (sardiman, 1990 : 22) juga mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Geoch (sardiman (1990 : 22) juag
mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan dalam performansisebagai hasil dari
praktek. Jika dianalisis pengertian belajar dari beberapa ahli tersebut diatas, nampaknya
memiliki pandangan yang relatif sama tentang pengertian belajar, yaitu belajar adalah
perubahan perilaku yang terjadi sebagai buah dari kegiatan belajar yang diperoleh oleh
peserta didik melalui proses pembelajaran dikelas. Proses perubahan perilaku tersebut
diktujukan oleh peserta didik menjadi tahu, menjadi terampil, menjadi berbudi, dan menjadi
manusia yang mampu menggunakan akal pikirannya sebelum bertindak dan mengambil
keputusan untuk melakukan sesuatu.
Meicat dan Umar (1992) manyatakan baha alat peraga adalah merupakan alat-alat
pelajaran secara penginderaan yang tampak dan dapat diamati.
Darhim (1992) menyatakan bahwa alat peraga adalah suatu alat yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuaan dan isi pembelajaran yang telah dituangkan dalam garis besar
program pengajaran (GBPP) bidang studi matematika dan bertujuan lebih mempertinggi
mutu kegiatan belajar berfungsi untuk :
Dari fungsi memberikan motifasi belajar jadi jelaslah bagi kita bahwa alat peraga
dapat memberikan semangat baru bagi siswa dalam pelajaraan matematika. artinya, siswa
merasa tenang dan tidak tegang dalm belajar, dengan demikian dikarenakan adanya
ketenangan dan kenyamanan dalam belajar maka siswa akan menyukai belajar mtematika.
2.1.4 Perkalian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dilakukan untuk mengetahui tingkatan
hasil belajar matematika sebelum dan sesudah diterapkannya metode penggunaan alat peraga.
Sebelum digunakan metode penggunaan alat peraga gambar sebagian siswa mendapatkan
hasil belajar yang kurang baik, setelah dilaksanakan metode penggunaan alat peraga hasil
belajar siswa menjadi baik
Berdasarkan uraian diatas maka terdapat teori hubungan langsung sebab akibat
antara variabel dapent dengan variabel independent. Semakin baik penggunaan teori
pembelajaran dengan memakai metode/media yang kongkrit maka semakin jelas manfaat
media pembelajaran, serta semakin baik kualitas konsentrasi siswa dalam belajar.
2.3 Hipotesis
Hipotesis yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan alat
peraga dapat meninggkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran perkalian dikelas II
SDN No. 39/1 Jelutih.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Prosedur penelitian tindaakan kelas ini direncanakan terdiri dari tiga siklus, yaitu
siklus I, siklus II, siklus III. Siklus II adalah refleksi dari siklus I dan siklus III refleksi siklus
I. Keputusan refleksi diambil berdasarkan hasil evaluasi dan observasi yang telah
dilaksanakan pada siklus berikutnya dan ditetapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Tahapan dari hasil siklus tersebut antara lain :
Siklus I
Pada siklus I ini dilakukan 2 kali pertemuan pertama menjelaskan kepada siswa
tentang pengertian perkalian dan cara mengalihkannya, ini bermaksud memberikan motivasi
sebagai syarat pengetahuan untuk siswa belajar tentang perkallian selanjutnya. Kedua, setelah
peneliti menyampaikan materi pelajaran untuk pertemuan selanjutnya pemberian soal-soal
evaluasi berbentuk tes individu.
Sikllus II
Siklkus ini dilakukan 2 kali pertemuan pada tahap ini dilakukan tindak lanjuthasil
evaluasi dari siklus I dengan kegiatan pemmbelajaran seperti menjelaskan kepada siswa
tentang perkalian dan cara menghitung perkalian dengan menggunakan alat peraga
dihadapan siswa, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi kedua atau tes individu hasil
evaluasi disertai dengan pemberian tugqas atau PR.
Siklus III
Pada siklus III ini dilakukan 2 kali pertemuan penerapan tentang materi perkalian
dengan menggunkan alat peraga gambar berwarna dihadapan siswa serta menjelaskan cara
nmenghitung perkalian yang ada pada gambar berwarna, dilanjutkan dengan memanggil
siswa untuk menghitung perkalian yang ada pada gambar berwarna enga contoh 24 X 3,
berarti 3 ditambah sebanyak 24 kali hasilnya 72. Setelah siklus III dilaksanakan peneliti
kemudian melaksanakan tes akhir yang merupakan tolak ukkur dari keberhasilan siswa
sebagai refleksi.
3.2.1. Perencanan
3.2.3. Observasi
3.2.4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan belajar mengajar yang telah mengalami perubahan
dari kegiatan belajar mengajar sebelumnya yang dianggap dapat lebih meningkatkan hasil
belajar siswa disiklus sebelumnya. Keputusan refleksi diambil berdasarkan hasil evaluasi dan
observasi yang telah dilakukan pada siklus sebelunnya.