Oleh:
Dewi Novita
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
2
PENDAHULUAN
morbiditas dan mortalitas ibu. Salah satu masalah morbiditas yang sering
pada perineum, vagina, serviks dan sfingter ani. Laserasi ini dapat terjadi
spontan pada waktu persalinan, terutama pada ibu primipara atau ibu yang
deteksi klinis dari laserasi perineum tingkat ketiga dan keempat, berkisar
0,6 9 % dari seluruh persalinan normal (De leew et al, 2001; Sultan et al.
tingginya angka robekan sfingter ani yang tidak terdiagnosa pada saat
robeknya sfingter ani melalui deteksi USG. Tujuan dari penelitian ini adalah
merupakan suatu faktor risiko dari robeknya sfingter ani dengan deteksi
perineum dari seorang ibu telah dikaitkan dengan diagnosa klinis atas
belum diteliti terkait dengan deteksi USG untuk menilai cedera sfingter.
tinja dan disfungsi dasar panggul lainnya yang disebabkan oleh cedera
sfingter anus.
pertama ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perineum
1. Anatomi Perineum
pelvis yang terletak diantara tepi bawah vulva dan tepi depan anus. Batas
Perineum akan sangat baik tervisualisaikan pada saat subjek berada dalam
posisi litotomi (Snell , 2000). Batasannya dibentuk oleh pubic rami didepan
ini dibagi atas segitiga anterior yang disebut segitiga urogenital dan
Segitiga urogenital
kehadirannya tidak diakui sebagian ahli. Dibagian yang sama terletak juga
Badan Perineal
rata 4 cm. Dibentuk oleh : M. Sfingter Ani Eksternus, dua buah M. Levator
berasal dari cabang a.Iliaka interna yang keluar dari pelvis melalui spina
ke rektal bagian inferior sebagai Hemoroid interna. Arteri dari inferior rektal
dan M.Levator ani. Cabang arteri ini menjadi sumber perdarahan bila terdapat
luka superfisial pada anus atau fossa iskiorektal. Arteri ini berjalan
bersama vena yang bermuara pada vena pudendus. Arteri pada vulva juga
memberi cabang pada otot dan merupakan sumber perdarahan jika terjadi
sensorik maupun motorik perineum. Persarafan ini keluar dari pelvis melalui
karena episiotomi luas atau episiotomi yang terlalu dini maka dapat
Anatomi Anorectum
gastrointestinal dan terdiri dari dua bagian yaitu kanal anus dan rektum. Kanal
11
kulit), superfisialis dan bagian profunda dan tidak bisa dipisahkan dari
menebalnya otot halus yang melingkar. Bagian ini dipisahkan dari bagian luar
cincin otot anus oleh otot penyambung yang membujur rektum (Snell, 2000 ;
Thomas 1995).
2. Ruptur Perineum
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik
perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir semua
baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina (Mansjoer, 2005).
perineum terutama laserasi derajat tiga dan laserasi derajat empat. Faktor
tersebut meliputi episiotomi garis tengah, nuliparitas, persalinan kala dua tak
bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus
robekan jalan lahir yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena
(Mansjoer, 2005).
II. Ruptur perineum derajat dua adalah laserasi yang meluas ke fasia dan
III. Ruptur perineum derajat tiga adalah laserasi pada sfingter ani:
Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seseorang ibu baik
rupture.
Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami robekan perineum daripada ibu dengan paritas lebih
dari satu. Hal ini dikarenakan karena jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh
13
1999).
Jarak kelahiran
dengan kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun
Jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu
dan janin. Begitu juga dengan keadaan jalan lahir yang mungkin pada
yaitu pada berat badan janin diatas 3500 gram, karena risiko trauma partus
melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu.
Dari uraian diatas terlihat bahwa faktor ibu dalam hal paritas memiliki
kaitan dengan terjadinya rupture perineum. Ibu dengan paritas satu atau ibu
Jarak kelahiran kurang dari dua tahun juga termasuk dalam kategori
kaitannya dengan terjadinya rupture perineum, maka berat badan bayi yang
berisiko adalah berat badan bayi diatas 3500 gram (Rachimhadhi, 2008).
14
Riwayat Persalinan
Episiotomi
pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah
yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi
dan teknik yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Tujuan
3. Persalinan Normal
kontraksi uterus yang teratur dan meningkat dalam hal frekuensi dan
2005).
uterus dalam fase aktivasi (fase1) dan stimulasi (fase 2). Fase aktivasi
Dalam cara yang terkoordinasi ini, perdarahan post partum yang fatal
1. Kala I Persalinan
a. Fase laten
Fase laten dimulai pada awal persalinan hingga pada suatu titik
durasinyabervariasi.
17
b. Fase aktif
cepat dan umumnya dimulai pada pembukaan 2-4 cm. Dibagi menjadi
c. Fase penurunan
2. Kala II Persalinan
mengedan yang kuat pada setiap kontraksi, dan terjadi mual dan
muntah.
BAB III
Keterangan :
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah robekan sfingter ani yang
body
19
penelitian ini adalah panjang perineal body yang diukur dari batas
dalam sentimeter. Terbagi dalam dua kelompok, <3 cm dan >3 cm.
kelompok, yaitu robekan sfingter ani interna dan robekan sfingter ani
Berat badan bayi, dalam penelitian ini adalah berat badan bayi
Hasil ukur :
terjadi
Hasil ukur :
- Lahir spontan
- Episiotomi
- Ekstraksi vacum
- Ekstraksi forcep
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
pertama.
pelaksanaan penelitian ini dimulai sejak bulan April 2016 hingga jumlah
sampel terpenuhi.
4.3 Populasi
Seluruh ibu hamil primi gravida yang memenuhi kriteria inklusi diberikan
menggunakan rumus :
Keterangan :
- q = 1- p
nilai confidence interval 90%, maka diperoleh nilai Z = 1,64, dengan nilai
presisi mutlak sebesar 10%. Pada penelitian ini tidak didapatkan data
- Nullipara
- Kehamilan aterm
- Gemeli
- Kehamilan prematur.
b. Pengambilan data
tipe perbaikan.
25
c. Persiapan
adalah :
b. Partusset1 buah
c. Pita meteran
d. Aqua Jelly
f. Kondom pria
Sampel penelitian = 74
Pengambilan data
primer dan sekunder
-Pengukuran panjang Evaluasi derajat
perineal body kerusakan sfingter ani
-Berat badan bayi melalui pemeriksaan
-Riwayat persalinan USG transvaginal 6
(episiotomi,vakum minggu post partum
ekstraksi, forcep)
-Data demografi
variabel kategorik tidak berpasangan tabel 2x2. Syarat untuk uji Chi
maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi
maka ujia alternatifnya adalah uji Fisher. Untuk melihat kejelasan tentang
dinamika hubungan antara faktor risiko dan faktor efek dilihat melalui
data kualitatif.
Rumus Chi-square:
X2= (O-E)2
E
28
Efek Jumlah
(+)
(N)
mengalami efek
mengalami efek
Interpretasi hasil:
a. Bila POR =1, variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak
ia bersifat netral,
29
risiko.
protektif.
Persiapan : 2 minggu
DAFTAR PUSTAKA
De Leeuw JW, Vierhout ME, Struijk PC, Hop WC, Wallenburg HC (2001)
Anal sphincter damage after vaginal delivery: functional outcome and
risk factors for fecal incontinence. Acta Obstet Gynecol Scand 80:830
834
Fowler GE. 2009. Obstetric Anal Sphincter Injury. Journal of the Association
of Chartered Physiotherapists in Womens Health, Spring 2009, 104,
1219
Jander C, Lyrenas S (2001) Third and fourth degree perineal tears. Predictor
factors in a referral hospital. Acta Obstet Gynecol Scand 80:229234
Pernoll, M. L. 2001. Course and Conduct of Labor and Delivery. Benson and
Pernoll's Handbook of Obstetrics and Gynecology. 10th ed
Pinta TM, Kylanpaa ML, Teramo KA, Luukkonen PS (2004) Sphincter rupture
and anal incontinence after first vaginal delivery. Acta Obstet Gynecol
Scand 83:917922
Sultan AH, Kamm MA, Hudson CN, Thomas JM, Bartram CI (1993) Anal-
sphincter disruption during vaginal delivery. New England J Med 329:
1905 - 1911
Sultan AH, Kamm MA, Hudson CN, Bartram CI (1994) Third degree obstetric
anal sphincter tears: risk factors and outcome of primary repair. BMJ
308:887891
Lampiran 1
Selamat Pagi/ Siang/ Sore, ibu. Saya, dr. Firman Ihram Thamrin, yang
akan melakukan penelitian tentang Panjang Badan Perineum Sebagai
Faktor Risiko Robeknya Sfingter Ani Melalui Diagnosis Ultrasonografi Pada
Saat Persalinan Pertama. Wanita umumnya mendapatkan trauma perineum
dalam proses persalinan terutama pada persalinan anak pertama. Badan
perineum adalah suatu struktur otot elastis yang terletak diantara vagina dan
anus. Badan perineum inilah yang sering mengalami robekan pada proses
persalinan yang dapat dikelompokkan menjadi 4 derajat sesuai dengan
kedalaman robekan atau ruptur tersebut.
Pada masa pasca persalinan untuk mengetahui secara tepat tingkatan
ruptur perineum dan untuk mengevaluasi luka akibat robekan perineum kita
dapat menggunakan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal. Dengan moda
pemeriksaan yang sederhana ini diharapkan penelitian ini bisa memberikan
referensi tentang korelasi panjang badan perineum sebagai faktor risiko
robeknya sfinter ani.
Karena itu kami sangat mengharapkan ibu bersedia untuk ikut dalam
penelitian ini secara sukarela dan mengizinkan kami menggunakan data ibu
dalam laporan tertulis maupun laporan secara lisan. Bila ibu bersedia kami
mengharapkan ibu memberikan persetujuan secara tertulis. Keikutsertaan
ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan, oleh karena itu ibu
berhak untuk menolak atau mengundurkan diri tanpa risiko kehilangan hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit ini.
Kalau ibu setuju untuk berpartisipasi, kami akan menanyakan
beberapa hal antara lain data pribadi ibu dan riwayat kehamilan. Kami juga
akan melakukan pengukuran panjang badan perineum. Adapun prosedur
pengukuran panjang badan perineum yaitu kami akan menggunakan mistar
melakukan pengukuran panjang dari ujung kemaluan sampai lubang pantat.
Setelah itu 6 minggu pasca salin ibu kami harapkan datang kembali untuk
kontrol dan kami akan melakukan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal
untuk menilai luka ruptur perineum ibu.
Kami menjamin keamanan dan kerahasiaan semua data pada
penelitian ini. Data akan disimpan dengan baik dan aman, sehingga hanya
bisa dilihat oleh yang berkepentingan saja. Demikian juga pada penyajian
baik tertulis maupun pada laporan lisan, data pribadi ibu tetap akan kami
rahasiakan. Data penelitian ini akan disajikan pada:
Forum ilmiah Program Pasca Sarjana (S2) dan Program
Pendidikan Dokter Spesialis Obgin FK Universitas Hasanuddin
35
Lampiran 2
Nama : ..........................................................................
Umur : ..........................................................................
Alamat : ..........................................................................
Dengan ini menyatakan bahwa setelah saya mendapatkan
penjelasan serta mehamami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian ini.
Saya menyatakan setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini. Untuk
itu saya bersedia dan tidak keberatan mematuhi semua ketentuan yang
berlaku dalam penelitian ini dan memberikan keterangan yang sebenarnya.
Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan,
sehingga saya bisa menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini
tanpa kehilangan hak saya untuk mendapat pelayanan kesehatan. Juga saya
berhak bertanya atau meminta penjelasan pada peneliti bila masih ada hal
yang belum jelas atau masih ada hal yang ingin saya ketahui tentang
penelitian ini.
Saya juga mengerti bahwa semua biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan penelitian ini, akan ditanggung oleh peneliti. Demikan
juga biaya perawatan dan pengobatan bila terjadi hal-hal yang tidak diingikan
akibat penelitian ini, akan dibiayai oleh peneliti.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Lampiran 3
FORMULIR PENELITIAN
PANJANG BADAN PERINEUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO
ATAS ROBEKNYA SFINGTER ANI MELALUI DIAGNOSIS
ULTRASONOGRAFI PADA SAAT PERSALINAN PERTAMA
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : ..........................................................
5. Pekerjaan : ..........................................................
6. Pendidikan : ...........................................................
8. Alamat : ..........................................................
1. Umur : ..........................................................
5. G P A : ..........................................................
6. HPHT : ..........................................................
38
9. IMT : ..........................................................
2. Keluhan : ..........................................................
..........................................................
..........................................................
USG Transvaginal :