Anda di halaman 1dari 9

3.

Bahaya Gempa Bumi


A. Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa alam berupa getaran atau goncangan tanah yang
terjadi pada kulit bumi dan umumnya diawali dengan patahnya lapisan
tanah/batuan dalam kulit bumi, gunung meletus, runtuhnya dinding/atap gua serta
lepasnya energi secara mendadak. Gempa yang terjadi akibat proses pergerakan
lempeng disebut gempa bumi tektonik.
B. Parameter Gempa Bumi
1. Waktu terjadinya gempabumi (Origin Time - OT)
2. Lokasi pusat gempabumi (Episenter)
3. Kedalaman pusat gempabumi (Depth)
4. Kekuatan Gempabumi (Magnitudo)
C. Karakteristik Gempa Bumi
1. Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
2. Lokasi kejadian tertentu
3. Akibatnya dapat menimbulkan bencana
4. Berpotensi terulang lagi
5. Belum dapat diprediksi
6. Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
D. Akibat Gempa Bumi
1. Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)
2. Likuifaksi ( liquifaction)
3. Longsoran Tanah
4. Tsunami
5. Bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan
kebakaran, dll)
E. Jalur Gempa Bumi Indonesia
Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur
pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia,
dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke arah utara dan
menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatip
ke arah barat. Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi
gempabumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan
tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami.

F. Pemetaan wilayah rawan gempa bumi di Indonesia


1. Wilayah sangat atif, memiliki magnitudo lebih dari 8 skala richter.
Wilayah ini meliputi daerah Halmahera, Kepulauan Maluku, dan
Panatai Utara Papua.
2. Wilayah aktif, memiliki magnitudo 8-7 skala richter. Wilayah ini
mencakup daerah lepas Pantai Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa
Tenggara dan Pulau Banda di Kepulauan Maluku.
3. Wilayah lipatan dan retakan, memiliki magnitudo kurang dari 7 skala
richter. Wilayah ini meliputi pantai barat Sumatera, Kepulauan Suna,
Sulawesi Tengah.
4. Wilayah lipatan dengan/tanpa retakan, memiliki magnitudo kurang
dari 7 skala richter. Wilayah ini meliputi Sumatera, JAwa bagian utara,
dan Kalimantan bagian timur.
5. Wilayah gempa kecil, memiliki magnitudo kurang dari 5 skala richter
dan jarang terjadi gempa bumi. Wilayah ini meliputi pantai timur
Sumatera dan Kalimantan Tengah.
6. Wilayah stabil, yaitu wilayah yang tidak pernah mengalami gempa
(tidak ada catatan wilayah gempa). Wilayah ini meliputi pantai selatan
Papua dan Kalimantan bagian barat.

4. Identifikasi dan Penilaian Gempa Bumi


Menurut PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan masyarakat.
Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko
dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana.
2. Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala BNPB
dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.
3. Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam penyususnan analisis
mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang serta pengambilan tindakan
pencegahan dan mitigasi bencana.
4. Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.
5. Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan persyaratan
analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi
atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana.
6. Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan oleh
pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.
Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan
yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko Bencana
(ARISCANA). ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan
data mengenai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing
serta potensi atau tingkat risiko atau keparahannya.
Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan tingkat keparahan
bencana yang mungkin terjadi.

Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko
daerah tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan
masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko
yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan
tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.

Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan bahaya/ancaman


di daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian
di perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:

Nilai Probabilitas Keterangan

5 Pasti hampir dipastikan 80 - 99%

4 Kemungkinan Besar 60-80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam


10 tahun mendatang

3 Kemungkinan terjadi 40-60% terjadi tahun depan, atau sekali dalam


100 tahun

2 Kemungkinan kecil 20-40% terjadi dalam 100 tahun

1 Kemungkinan sangat kecil Hingga 20%


Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;
3. kerusakan prasarana dan sarana;
4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:

Nilai Dampak Keterangan

5 Sangat parah 80 - 90% wilayah hancur dan lumpuh total

4 Parah 60-80% wilayah hancur

3 Sedang 40-60% wilayah rusak

2 Ringan 20-40% wilayah rusak

1 Sangat Ringan < 20% wilayah rusak

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008


Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :

No Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak

1 Gempa Bumi diikuti tsunami 1 4

2 Tanah Longsor 4 2

3 Banjir 4 3

4 Kekeringan 3 1

5 Angin Puting beliung 2 2


Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model lain
dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan prioritas
seperti berikut:

Probabilitas Dampak

1 2 3 4 5

4 Tanah Banjir
longsor

3 kekeringan

2 Puting
beliung

1 Gempa bumi dan


tsunami

Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang perlu
ditangani.
Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan skala (3-1)
1. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)
2. Bahaya/ancaman sedang nilai 2 (kuning)
3. Bahaya/ancaman rendah nilai 1 (hijau)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga langkah
sebagai berikut:
1. Identifikasi bencana
2. Penilaian dan evaluasi risiko bencana
3. Menentukan pengendalian bencana

5. Pengendalian Bencana Gempa Bumi


1. Identifikasi Bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu daerah
atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas
manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi
menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada pengalaman
bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi.
2. Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana
Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian kemungkinan dan skala
dampak yang mungkin ditimbulkan oelh bencana tersebut. Dengan demikian dapat
diketahui, apakah potensi sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.
3. Penilaian Risiko Bencana
Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan melalui penilaian
Risiko Bencana. Banyak Metoda yang dapat dilakukan untuk menilai tingkat risiko
bencana. Misalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas
atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan permodelan risiko.
4. Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan peringkat
risiko yang mungkin timbul denganmempertimbangkan kerentanan dan
kemampuan menahan atau menanggung risiko. Risiko tersebut di bandingkan
dengan kriteria yang ditetapkan, misalnya oleh pemerintah atau berdasarkan
referensi yang ada.
5. Pengendalian Risiko Bencana
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka
langkah selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai.
Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya bencana. Semua
bencana pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk bencana alam terdapat pengecualian.
2. Mengurangi dampak atau keparahan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka langkah yang
harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan.
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko bencana dan langkah
pengendalaian tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang terperinci dan mendasar
untuk selanjutnya dikembangkan program kerja penerapannya.
3. Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi
a. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di
daerah rawan gempa.
b. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
c. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
d. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
e. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat
kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi.
f. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
g. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa
bumi dan cara - cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
h. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan
pertolongan pertama.
i. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan
peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
j. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga
dalam menghadapi gempa bumi.
k. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
l. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan
peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
m. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga
dalam menghadapi gempa bumi

Anda mungkin juga menyukai