Pedoman Teknis Pembinaan Usaha Perkebunanan Berkelanjutan
Pedoman Teknis Pembinaan Usaha Perkebunanan Berkelanjutan
PEDOMAN TEKNIS
PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN
TAHUN 2013
i
Kami menyadari bahwa Pedoman Teknis ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang
konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan
sebagai referensi pelaksanaan kegiatan di daerah.
ii
DAFTAR ISI
iii
PEDOMAN TEKNIS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
merupakan bahan baku industri baik untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor.
2
Menteri Pertanian Nomor
486.1/Kpts/OT.100/2003 tentang
Klasifikasi dan dilakukan sejak tahun
1972/1973 dan sampai tahun 1988/1989
dilaksanakan setiap 5 tahun dan
selanjutnya dengan mempertimbangkan
bahwa Perkebunan besar berkembang
cukup pesat maka sejak tahun 1988/1989
dipercepat menjadi 3 tahun sekali, yang
menjadi penilaian dalam usaha Perkebunan
antara lain legalitas, manajemen,
penyelesaian hak atas tanah, realisasi
pembangunan kebun dan/atau unit
pengolahan, kepemilikan sarpras dan
sistem pencegahan dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman,
kepemilikan sarpras dan sistem
pencegahan dan pengendalian kebakaran,
penerapan AMDAL, atau UKL dan UPL,
penumbuhan dan pemberdayaan
masyarakat/koperasi setempat dan
pelaporan.
3
(32,20 %) dengan luas 2.207.556,32 ha,
kebun kelas III (cukup) sebanyak 478 kebun
(33,82 %) dengan luas 1.465.511,55 ha,
kebun kelas IV (kurang) sebanyak 170
kebun (12,03 %) dengan luas 433.844,37 ha
serta kebun kelas V (sangat kurang)
sebanyak 110 kebun (7,78 %) dengan luas
269.477,23 ha.
4
Kehutanan dan Kepala Badan Pertanahan
Nasional.
5
B. Sasaran Nasional
C. Tujuan
6
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Materi Sosialisasi
7
Pengelolaan Lahan Gambut Untuk
Budidaya Kelapa Sawit;
- Peraturan Menteri Pertanian Nomor
07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang
Pedoman Penilaian usaha Perkebunan;
- Peraturan Menteri Pertanian Nomor
19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang
Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia (ISPO).
A. Ruang Lingkup
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN
(Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian) yang
dialokasikan pada DIPA SATKER Dinas
Provinsi yang membidangi Perkebunan,
terdiri atas 2 (dua) kegiatan pokok :
1) Pembinaan usaha perkebunan (inti dan
plasma) dan pendaftaran usaha
perkebunan rakyat 25 ha;
2) Pertemuan sosialisasi legalitas,
peraturan perizinan usaha perkebunan
dilaksanakan di 31 Provinsi dan diikuti
oleh perwakilan dari 260 Dinas yang
membidangi Perkebunan
Kabupaten/Kota dengan rincian :
8
Lokasi Pelaksanaan pertemuan sosialisasi
legalitas, peraturan perizinan usaha
Perkebunan
No. Provinsi Kabupaten
1. Aceh 20
2. Sumatera Utara 25
3. Sumatera Barat 10
4. Bengkulu 8
5. Riau 10
6. Kepulauan Riau 2
7. Jambi 9
8. Sumatera Selatan 13
9. Kep. Bangka Belitung 6
10. Lampung 10
11. Banten 2
12. Jawa Barat 15
13. Jawa Tengah 17
14. Jawa Timur 13
15. Bali 4
16. NTB 3
17. NTT 2
18. Kalimantan Barat 10
19. Kalimantan Tengah 14
20. Kalimantan Timur 13
21. Kalimantan Selatan 10
22. Sulawesi Utara 6
23. Sulawesi Tengah 9
24. Sulawesi Selatan 5
25. Sulawesi Barat 4
26. Sulawesi Tenggara 4
9
No. Provinsi Kabupaten
27. Gorontalo 4
28. Maluku Utara 3
29. Maluku 3
30. Papua 3
31. Papua Barat 3
Total 260
B. Pelaksanaan Kegiatan
10
- Pelaksanaan pertemuan sosialisasi
legalitas, peraturan perizinan usaha
perkebunan dengan peserta dari Dinas
Provinsi yang membidangi Perkebunan
dan Kabupaten/Kota serta instansi
terkait;
- Penyusunan dan pembahasan laporan
pelaksanaan kegiatan sosialisasi;
- Tindak lanjut pelaksanaan pembinaan
usaha perkebunan;
- Dinas perkebunan provinsi melaporkan
hasil kegiatannya kepada Ditjen.
Perkebunan, Gubernur dan
Bupati/Walikota terkait dengan
pelaksanaan pembinaan usaha
perkebunan;
- Waktu pelaksanaan pada triwulan I
sampai triwulan III tahun 2013.
11
D. Simpul Kritis
1) Koordinasi dilakukan antara Direktorat
Jenderal Perkebunan, Dinas yang
membidangi Perkebunan Provinsi dan
Kabupaten/Kota, instansi terkait dan
perusahaan Perkebunan Besar Swasta
(PBS) dan Perkebunan Besar Negara
(PTPN) serta Perkebunan Rakyat.
2) Direktorat Jenderal Perkebunan wajib
melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan dan
anggaran dana Tugas Pembantuan pada
Dinas Provinsi yang membidangi
Perkebunan.
3) Pengelola anggaran dana Tugas
Pembantuan pada Dinas Provinsi yang
membidangi Perkebunan wajib
mengkoordinasikan perencanaan,
pengelolaan, monitoring dan evaluasi
serta pelaporan pelaksanaan dana
Tugas Pembantuan di wilayahnya.
4) Direktorat Jenderal Perkebunan wajib
menyusun Pedoman Teknis (Pedumtek)
pelaksanaan kegiatan dalam rangka
memberikan bimbingan administrasi,
teknis operasional dan pengendalian
pelaksanaan di tingkat Provinsi.
5) Dinas Provinsi yang membidangi
Perkebunan wajib menyusun Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk
12
Teknis (Juknis) dalam rangka
memberikan bimbingan administrasi,
teknis operasional dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan; monitoring,
evaluasi dan laporan capaian kinerja
pelaksanaan kegiatan.
6) Mekanisme pelaporan pelaksanaan
dana Tugas Pembantuan (TP) dilakukan
secara berkala (bulanan, triwulan dan
akhir tahun) dan berjenjang, yaitu dari
Provinsi menyampaikan laporan kepada
Gubernur, Direktorat Jenderal
Perkebunan dan instansi terkait.
13
berada pada Direktorat Pasacapanen dan
Pembinaan Usaha, Direktorat Jenderal
Perkebunan.
5) Pengendalian melalui jalur struktural
dilakukan oleh Bidang/Seksi yang
menangani pengelolaan usaha
perkebunan pada Dinas Provinsi yang
membidangi perkebunan. Pengendalian
kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (P2K) dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) di Dinas Provinsi yang
membidangi perkebunan.
6) Pengawasan dilaksanakan sesuai
ketentuan yang berlaku agar
penyelenggaraan kegiatan dapat
menerapkan prinsip-prinsip partisipatif,
transparansi dan akuntabel. Pengawasan
dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat
pengawas fungsional (Inspektorat
Jenderal, Badan Pengawas Daerah
maupun Lembaga Pengawas lainnya) dan
oleh masyarakat.
14
ante), saat dilakukan kegiatan (on-going)
dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post).
2) Monitoring, evaluasi dan pelaporan
dilakukan secara berjenjang yang
mencakup:
- Perkembangan pelaksanaan kegiatan
sesuai indikator kinerja;
- Perkembangan pelaksanaan kegiatan
(realisasi fisik dan keuangan);
- Permasalahan yang dihadapai dan
upaya penyelesaian yang dilakukan;
- Format pelaporan menggunakan format
yang telah disepakati dan dituangkan
dalam Petunjuk Teknis;
- Laporan pelaksanaan kegiatan
disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Perkebunan, Gubernur dan
instansi terkait lainnya.
VI. PEMBIAYAAN
15
Komponen Biaya dari kegiatan tersebut
adalah (a) Belanja Bahan (b) Belanja Barang
Non Operasional lainnya (c) Belanja Jasa
Profesi (d) Honor yang terkait dengan Output
Kegiatan (e) Belanja Jasa Lainnya (f) Belanja
Perjalanan Lainnya.
VII.PENUTUP
16
E. Indikator Kinerja
17
perizinan usaha perkebunan dan
pendaftaran usaha perkebunan rakyat
dengan luasan kurang dari 25 ha.
3). Hasil
Diperolehnya tambahan pengetahuan
bagi petugas Dinas Provinsi yang
membidangi Perkebunan dan
Kabupaten/Kota terkait dengan
perizinan usaha perkebunan serta data
dan informasi perkembangan usaha
perkebunan inti dan plasma.
4). Manfaat
- Memperoleh masukan dari peserta
untuk bahan perbaikan dalam rangka
pelaksanaan pembinaan usaha
perkebunan ke depan.
- Diperoleh solusi penyelesaian
masalah atau penanganan gangguan
usaha perkebunan.
5). Dampak
- Pengelolaan serta pembinaan usaha
perkebunan inti (PBS dan PBN) serta
perkebunan rakyat berjalan lancer;
- Menigkatnya kepatuhan pelaku usaha
perkebunan terhadap peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
6).
18