Oleh:
PENDAHULUAN
Maka dalam hal ini guru harus mencari alternatif dan variasi
pembelajaran supaya dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa
khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil refleksi terdapat beberapa masalah yang menyebabkan
ketidak berhasilan siswa Kelas IV SD Negeri 2 Padurenan dalam mata
pelajaran IPA pada pokok bahasan Struktur bagian tumbuhan dan fungsinya:
1. Siswa tidak fokus pada pelajaran / kurangnya perhatian siswa terhadap
materi pelajaran saat KBM
2. Media / alat peraga yang kurang menarik
3. Waktu yang singkat sementara guru harus dikejar target oleh kurikulum.
4. Semangat / minat belajar siswa rendah
Berdasar hasil pengamatan di kelas, bahwa dari keempat permasalah
yang timbul dalam pembelajaran di atas, masalah nomor empat lah yang
menjadi sebab utamanya yaitu semangat / minat belajar siswa rendah.
Alasan kenapa masalah itu menjadi masalah utamanya adalah karena tanpa
ada semangat dari siswa dan kemauan yang timbul dari siswa untuk belajar
mustahil pembelajaran akan berhasil.
Atas permasalahan tersebut mendorong guru untuk melakukan PTK
(Penelitian Tindakan Kelas). Hasil identifikasi masalah menunjukkan sebagai
berikut:
1. Apakah siswa tidak mendapat motivasi dari guru untuk belajar?
2. Apakah siswa merasa diperhatikan oleh guru?
3. Apakah guru melibatkan aktif siswa dalam Pembelajaran?
4. Apakah guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran?
5. Apakah Media Pembelajaran yang di gunakan guru sudah tepat?
2. Analisis Masalah
Agar PTK yang saya lakukan berhasil dan dapat menjawab permasalah
yang terjadi di kelas sehingga hasil belajar siswa bisa maksimal maka saya di
bantu oleh teman sejawat bernama sunarni. Dia sebagai sumber masukan dan
teman berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah konkrit guna
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran.
Analisis saya lakukan melalui pengamatan di kelas dan assessment
untuk mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan oleh siswa saya.
Dari analisis yang saya lakukan munculah beberapa faktor penyebab
munculnya masalah, antara lain:
1. Apakah guru kurang jelas dalam memberi contoh?
2. Apakah penjelasan guru terlalu cepat?
3. Apakah guru sudah menggunakan model mengajar yang tepat?
4. Apakah guru sudah memeriksa pemahaman siswa?
5. Apakah guru sudah memberi umpan balik atas pekerjaan siswa?
Berdasarkan identifikasi dan analisa masalah tersebut maka penulis
akan melakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti
dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah penggunaan
media specimen dalam pnerapan model Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam
pembelajaran Ilmu IPA, pokok bahasan struktur bagian tumbuhan dan
fungsinya di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan?
4. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya
guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, dalam pembelajaran IPA
tentang struktur bagian tumbuhan dan fungsinya, melalui penggunaan media
specimen dan disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan.
Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendiskripsikan penggunaan specimen dengan penerapan model Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran IPA di kelas IV
SD 2 Padurenan pokok bahasan struktur bagian tumbuhan dan fungsinya.
2. Menganalisis dampak penggunaan specimen dengan penerapan model
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) terhadap minat belajar
siswa.
3. Ingin mengumpulkan persepsi dan kesan siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran IPA dengan kompetisi penggunaan media specimen dan
disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan.
5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian perbaikan
pembelajaran dapat diuraikan beberapa manfaat, antara lain:
1. Bagi Siswa
a. Minat belajar siswa meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan
penggunaan media specimen dan disertai penerapan model
pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
b. Dapat memotivasi belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru / Peneliti
a. Dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran IPA, terutama
pada peningkatan minat belajar siswa melalui penggunaan media
specimen disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-
Achievement Divisions (STAD).
b. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menggunakan media specimen
disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement
Divisions (STAD), dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran yang
lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar
Crow & Crow (1984) menjelaskan bahwa minat dapat menunjukkan
kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu barang atau kegiatan
atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah
distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu
kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih lanjut,
Crow and Crow menyebutkan bahwa minat mempunyai hubungan yang erat
dengan dorongan-dorongan, motif-motif dan respon-respon emosional.
Hurlock (1993) menjabarkan bahwa minat merupakan sumber
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin
dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu
akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan
mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan
menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat
sementara atau dapat berubah-ubah.
Minat, menurut Chauhan (1978) pada orang dewasa menentukan
aturan penting dalam perkembangan pribadi dan prilaku mereka. Minat
adalah hal penting untuk mengerti individu dan menuntun aktivitas dimasa
yang akan datang.
Tampubolon (1993) mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan
antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005) bahwa suatu
aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh minat
seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini nampak bahwa minat merupakan
motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Meichati (Sandjaja,
2005) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai
individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.
Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai
kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat
berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan
dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina
(Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi
sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan
tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok
yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga
dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
Ditegaskan oleh Elliott dkk (2000) bahwa minat adalah sebuah
karakteristik tetap yang diekspresikan oleh hubungan antara seseorang dan
aktivitas atau objek khusus
Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang
terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan
dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar.
Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh
perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang
bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Nunnally (Sutjipto, 2001) menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan
kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga
kegiatan itu disukainya; sedangkan Guilford (Sutjipto, 2001) menyatakan
minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan
ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu. Sementara itu Sax
(Sutjipto, 2001) mendefinisikan bahwa minat sebagai kecenderungan
seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan yang lainnya.
Sedangkan Crites (Sutjipto, 2001) mengemukakan bahwa minat seseorang
terhadap sesuatu akan lebih terlihat apabila yang bersangkutan mempunyai
rasa senang terhadap objek tersebut.
Hurlock (1993) mengemukakan bahwa minat merupakan hasil dari
pengalaman belajar, bukan hasil bawaan sejak lahir. Hurlock (1993) juga
menekankan pentingnya minat, bahwa minat menjadi sumber motivasi kuat
bagi seseorang untuk belajar, minat juga mempengaruhi bentuk dan intensitas
aspirasi seseorang dan minat juga menambah kegembiraan pada setiap
kegiatan yang ditekuni seseorang.
Hurlock (1978) juga menjelaskan bahwa secara keseluruhan, pada
masa anak-anak, minat memberikan sebuah kekuatan untuk belajar. Anak-
anak yang berminat dalam sebuah aktivitas, berada dimanapun, akan
memberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan anak-anak
yang minatnya sedikit atau mudah merasa bosan. Jika pengalaman belajar
menimbulkan kesan pada anak-anak, maka akan menjadi minat. Hal tersebut
adalah sesuatu yang dapat diasah dengan proses pembelajaran. Di masa yang
akan datang, minat sangat berpengaruh pada bentuk dan intensitas dari cita-
cita pada anak.
Hidi & Derson (Ormrod, 2003) berpendapat minat adalah bentuk dari
motivasi intrinsik. Pengaruh positif minat akan membuat seseorang mereka
tertarik untuk bereksperimen seperti merasakan kesenangan, kegembiraan,
dan kesukaan. Garner (Ormrod, 2003) menjelaskan bahwa seseorang yang
memiliki minat terhadap apa yang dipelajari lebih dapat mengingatnya dalam
jangka panjang dan menggunakannya kembali sebagai sebuah dasar untuk
pembelajaran dimasa yang akan datang.
Pintrich dan Schunk (1996) juga menyebutkan bahwa minat
merupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhi
perhatian, belajar, berpikir dan prestasi.
Krapp, Hidi, dan Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996) membagi
definisi minat secara umum menjadi tiga, yaitu: minat pribadi, minat situasi
dan minat dalam ciri psikologi. (1) Minat pribadi, diartikan sebagai
karakteristik kepribadian seseorang yang relatif stabil, yang cendrung
menetap pada diri seseorang. Minat pribadi biasanya dapat langsung
membawa seseorang pada beberapa aktifitas atau topik yang spesifik. Minat
pribadi dapat dilihat ketika seseorang menjadikan sebuah aktivitas atau topik
sebagai pilihan untuk hal yang pasti, secara umum menyukai topik atau
aktivitas tersebut, menimbulkan kesenangan pribadi serta topik atau aktivitas
yang dijalani memiliki arti penting bagi seseorang tersebut. (2) Minat situasi
merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh konsisi lingkungan.
(3) Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi
seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan bahwa
minat pada definisi ini tidak hanya pada karena seseorang lebih menyukai
sebuah aktivitas atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik tersebut
memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai topik atau
aktivitas tersebut.
Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan
mengenai minat, bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai
kekuatan pembelajaran yang menjadi daya penggerak seseorang dalam
melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cendrung menetap, dimana
aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar yang dilakukan
dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan
gembira.
Sementara itu pengertian belajar belajar Menurut james O. Whittaker
(Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) adalah
Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui praktek atau latihan.
Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya.
(Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta;
1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan
pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui
hafaln.
Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning
mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity,
wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to
process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena
proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi
oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling
berinteraksi.
Berdasar atas beberapa referensi di atas, secara umum dapat
disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kesadaran yang muncul dari
hati pribadi masing-masing individu untuk melakukan kegiatan mencari
sesuatu yang baru sebagai bentuk pengisian jiwa tanpa ada paksaan dari phak
manapun.
B. Media Specimen
1. Pengertian
Specimen adalah belajar dengan menggunakan atau mengamati
benda yang sebenarnya. Terminologi benda sebenarnya digolongkan atas
dua, yaitu obyek dan benda contoh (specimen). Obyek adalah semua benda
yang masih dalam keadaan asli dan alami. Sedangkan specimen adalah
benda-benda asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh.
Namun ada juga benda asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis
benda asli yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh-
contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium,
kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh-contoh
specimen benda yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan
dalambotol, awetan dalam cairan plastik. Contoh-contoh specimen benda
yang tak hidup adalah: berbagai benda yang berasal dari batuan dan
mineral. Sekarang belajar melalui benda sebenarnya jarang dilakukan. Ada
beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu:
bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau,
terlelalu besar atau terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari
langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya.
2. Kebaikan
a. Ingatan siswa akan kekal karena belajar dengan benda sesungguhnya
b. Pemahaman akan lebih mudah
c. Siswa bisa mengetahui benda sesungguhnya, bukan hanya melalui
gambar
3. Kekurangan
1. Benda yang akan digunakan sebagai media terbatas
2. Benda terlalu besar atau terlalu kecil (bahaya untuk dipelajari
langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat
gerakannya.
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sering disebut Sains, dalam Bahasa
Inggris "Science"mempunyai berbagai macam pengertian. Beberapa ahli
di berbagai bidang merumuskan suatu definisi science yang operasional.
a) Penyajian kelas.
b) Belajar kelompok.
c) Kuis.
d) Skor Perkembangan.
e) Penghargaan kelompok.
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi
pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
a) Pembukaan
b) Pengembangan
5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok
masalahnya.
c) Latihan Terbimbing
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.
Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan
langsung diberikan umpan balik.
2. Belajar Kelompok
3. Kuis
4. Penghargaan Kelompok
2. Langkah-Langkah
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran
kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan STAD
1. Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian
rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi
pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan
dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan
tersebut.
2. Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen.
Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus
diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh
membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung
memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan
kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):
a. Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di
dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk
melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor
tes.
b. Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa. Untuk
menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya
siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa,
berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua
kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh
kelompok yang akan dibentuk.
c. Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok-
kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil
belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan
rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua
kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
d. Mengisi lembar rangkuman kelompok
Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar
rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk
pembelajaran kooperatif metode STAD).
3. Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat diambil melaluiPre Test yang dilakukan guru
sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes
paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil
dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.
4. Kerja sama kelompok
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali
dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan
kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang
menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok.
5. Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu
penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan
kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas,
yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas
kelompok, dan kuis. Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Pendahuluan
a. Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan
mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu
siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki,
memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan
materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b. Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada
pembelajaran.
2. Pengembangan
a. Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari
pembelajaran.
b. Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa
mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
c. Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d. Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e. Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok
masalahnya.
3. Praktek terkendali
a. Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b. Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab
pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh
guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri
untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c. Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama
penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa
mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru
memberikan umpan balik.
c. Kegiatan Kelompok
1. Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru
sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok,
yaitu:
a. Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa
teman dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam
lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.
b. Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua
anggota kelompok menguasai pelajaran.
c. Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila
seorang anggota kelompok mengalami kesulitan dalam
memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.
d. Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
e. Penghargaan Kelompok
1. Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan
individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh
setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal
siswa.
2. Menghargai hasil belajar kelompok
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor
kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin
peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada
kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk
pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
a. Kelebihan
1. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat
guru maupun tes baku.
2. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol
untuk keberhasilan akademisnya.
3. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan
pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang
berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran
kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-
pandangan.
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
6. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa
dewasa.
7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas.
Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif metode STAD
untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi
materi pelajaran yang sedang dibahas.
2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan
siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu
oleh anggota kelompoknya.
3. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar
berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat
hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa
yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan
dengan teman sebaya.
5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
6. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
b. Kelemahan
Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif metode STAD
belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan
pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan.
Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan pengajar enggan menerapkan
pembelajaran kooperatif di kelas yaitu:
a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa
tidak belajar jika mereka diterapkan dalam grup.
b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja
sama atau belajar dalam kelompok.
c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang
lain.
d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain
dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa
minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih
pandai.
e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya
menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning STAD
mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu
menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam
kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari
empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung
menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok
lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan
tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik
yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang
efektif.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi
menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif
bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang
timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan,
menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar
mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang
lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak
dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian
terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan
bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota
kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga
mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar
mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara
inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.
E. Implementasi
Penerapan penggunaan media specimen disertai model pembelajaran
kooperatif metode STAD pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan diharapkan
dapat tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling berkomunikasi, saling
mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana
keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi juga
meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan minat
belajar siswa.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Padurenan
Kelas : IV (Empat)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Semester : II (Dua)
Lama / Waktu : 4 bulan (Januari 2011 s.d. April 2011)
Jumlah Siswa : 11 (Pa), 10 (Pi)
2. Waktu
Pembelajaran Awal : 12 Januari 2011 Jam 07.00 s.d 08.10
Siklus I : 01 Pebruari 2011 Jam 07.00 s.d 08.10
Siklus II : 18 Pebruari 2011 Jam 09.35 s.d 10.45
3. Jadwal
Pelaksanaan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan/Penyusunan
1
Rencana
2 Studi Pustaka/Referensi
3 Penyiapan isntrumen
6 Penyusunan Laporan
b. Pelaksanaan
Dalam hal ini dilaksanakan tindakan, yaitu penerapan
penggunaan media gambar bagian-bagian tumbuhan. dalam
pembelajaran ini siswa sulit memahami pelajaran, minat belajar siswa
rendah, karena penggunaan media yang kurang menarik.
Hal ini diawali dengan pengamatan, penyusunan Rencana
Pembelajaran, identifikasi masalah, analisis masalah dan rumusan
masalah.
Berikut, secara rinci prosedur pembelajaran atau langkah-
langkah pembelajaran awal :
1. Kegiatan Awal
a. Guru Mengucapkan Salam dan menanyakan Kabar Siswa
b. Guru Mengabsen kehadiran siswa
c. Menginformasikan mata pelajaran, Kompetensi Dasar, dan
Indikator yang akan dipelajarai
d. Apersepsi
e. Motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Kegiatan Informasi Materi
1. Guru Menjelaskan tentang struktur akar dengan alat peraga
berupa gambar tumbuhan / Tanaman
2. Guru menjelaskan fungsi akar dan fungsi bagian masing-
masing dengan peraga gambar
3. Guru Bersama siswa mengamati gambar akar untuk
mengetahui perbedaan akar serabut dan akar tunggang
b. Kegiatan Kelompok
1. Siswa Membentuk 5 Kelompok dengan arahan guru
2. Siswa Mengerjakan LKS secara kelompok
3. Siswa bersama guru mendiskusikan hasil diskusi kelompok
c. Kegiatan Klasikal
1. Siswa membuat kesimpulan atas materi pelajaran yang
sudah di bahas bersama dengan bimbingan guru
2. Pemantapan Materi dengan memberi kesempatan siswa
untuk bertanya jika ada hal yang masih sulit dipahami /
dimengerti
3. Kegiatan Akhir
1. Evaluasi (Tes Formatif)
2. Perbaikan dan Pengayaan
d. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPA siswa dan hasil pengamatan
aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator
kinerja maka peneliti mengubah strategi pada siklus I agar
pelaksanaannya lebih efektif.
2. Siklus I
Siklus ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran IPA
agar tidak menjemukan, lebih menarik dan meningkatkan minat belajar
siswa
a. Rencana
Rencana awal berupa evaluasi hasil observasi pada
pembelajaran awal, hal ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang
dijumpai dalam pembelajaran IPA tentang Struktur Bagian tumbuhan
dan fungsinya di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan. Dalam penjajagan
awal ini dijumpai adanya permasalahan bahwa rendahnya minat
belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur bagian
tumbuhan dan fungsinya. Nampaknya pembelajaran ini terlalu
menjemukan dan kurang menarik sehingga mengakibatkan rendahnya
minat belajar siswa. Kegiatan observasi ini dilanjutkan dengan
kegiatan diskusi dan refleksi antara peneliti (sebagai guru kelas) serta
teman sejawat (Pengamat). Selama tahap observasi awal dan refleksi
ditentukan bahwa berbagai permasalahan dalam upaya meningkatkan
minat belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Padurenan perlu diatasi
dengan menggunakan media specimen
Perencanaan pada siklus I merupakan refleksi dari hasil
pembelajaran awal. Adapun tahap yang dilakukan dalam perencanaan
ini yaitu sebagai berikut :
a. Membuat desain pembelajaran IPA tentang struktur bagian
tumbuhan dan fungsinya melalui media specimen
b. Simulasi pembelajaran berdasarkan pada desain pembelajaran.
c. Revisi desain pembelajaran berdasarkan masukan dari hasil
simulasi.
d. Menyusun instrumen.
b. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang
telah disimulasikan dan revisi, yaitu penggunaan strategi ini
menitikberatkan pada peningkatan minat belajar siswa
Dalam hal ini dilaksanakan tindakan, yaitu penerapan
penggunaan media specimen untuk meningkatkan minat belajar siswa.
dalam pembelajaran ini siswa mampu melihat ojek benda secara
langsung.
d. Refleksi
Tahap ini berisi diskusi dari peneliti, guru maupun observer.
Materi diskusi berisi tentang kelebihan dan kekurangan tindakan,
sekaligus menentukan sikap yang harus dilakukan untuk siklus
selanjutnya. Pada tahap ini juga diadakan analisis data, untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat
ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak.
Siklus I ini ternyata belum mampu menjawab tujuan penelitian
tindakan kelas, karena penggunaan media specimen masih belum bisa
menunjukkan hasil yang diinginkan. Minat belajar siswa baru sedikit
ada kemajuan.
Dalam hal ini dilakukan refleksi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Berbagai hambatan dianalisis untuk dievaluasi dan dikaji
agar dapat ditemukan pemecahannya.
Siklus I belum dikatakan berhasil karena belum menjawab
permasalahan, sehingga masih diperlukan siklus selanjutnya, yaitu
siklus II.
3. Siklus II
Siklus 2 ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa
dengan menggunakan media specimen melalui model pembelajaran
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD).
a. Rencana
Berangkat dari temuan faktual siklus I yang dibahas dalam
analisis dan refleksi, maka perencanaan pada siklus II ini pada
dasarnya hanya menyempurnakan siklus I. Perbedaan yang dapat
dikemukakan adalah bahwa siklus II, observer dapat memperoleh
laporan hasil pengamatan secara utuh.
Dalam tahap persiapan ini antara peneliti (guru kelas) dan
Teman sejawat (Pengamat) membahas rancangan disain Pembelajaran
IPA tentang Struktur bagian tumbuhan dan fungsinya dengan
menggunakan media specimen melalui model pembelajaran
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD). Peneliti
mempersiapkan alat/media pembelajaran, serta prosedur pelaksanaan
pembelajaran maupun teknik interaksi belajar mengajar serta pelibatan
siswa secara aktif dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan media specimen melalui model pembelajaran
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD). sesuai
dengan disain/rancangan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
Tahap pelaksanaan ini mengikuti alur sebagai berikut: pretes,
pelaksanaan, postes. Dalam tahap pelaksanaan ini, teman sejawat
bertindak sebagai observer.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan menganalisis hasil
peningkatan prestasi belajar siswa, yakni membandingkan hasil pretes
dengan postes. Dalam kegiatan refleksi ini juga diidentifikasi
kesukaran-kesukaran guru/siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan media specimen melalui model pembelajaran
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD). Dari hasil
refleksi dapat diketahui bagaimana peningkatan minat belajar siswa
serta motivasi dan perubahan tingkah laku siswa dalam proses
pembelajaran.
Siklus II ini ternyata sudah mampu menjawab tujuan penelitian
tindakan kelas, karena penggunaan media specimen melalui model
pembelajaran STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) sudah bisa menunjukkan hasil yang diinginkan. Minat belajar
siswa meningkat dengan signifikan, siswa sudah menunjukkan
keberanian untuk bertanya tentang hal yang dianggap kurang jelas,
berani berpendapat, bisa menemukan konsep sendiri. Hal ini sudah
bisa dikatakan peningkatan yang luar biasa
Siklus II sudah dikatakan berhasil karena sudah menjawab
permasalahan, sehingga tidak diperlukan siklus selanjutnya.