Anda di halaman 1dari 20

KEMATIA

N JANIN
DALAM
KANDUN
GAN
(IUFD)
JANIN DALAM KANDUNGAN

(INTRA UTERINE FETAL DEATH / IUFD)

A. DEFENISI

Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni

kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan

atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau

abortus.

Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam kehamilan adalah

kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsung pada usia kehamilan

28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.

B. ETIOLOGI

1. Fetal (penyebab 25-40%)

Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops,

hidrosefalus, kelainan jantung congenital

Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan

genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang

dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal,

juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga
berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.

Kelainan kongenital (bawaan) bayi

Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan

dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan

hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam

jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-

parunya.

Janin yang hiperaktif

Gerakan janin yang berlebihan -apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali

pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang

mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak

hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang

mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau

tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak

biasa saat hamil.

2. Placental (penyebab 25-35%)

Abruption

Kerusakan tali pusat


Infark plasenta

Infeksi plasenta dan selaput ketuban

Intrapartum asphyxia

Plasenta Previa

Twin to twin transfusion S

Chrioamnionitis

Perdarahan janin ke ibu

Solusio plasenta

3. Maternal (penyebab 5-10%)

DM

Hipertensi

Trauma

kehamilan lewat waktu (posterrm)

Ruptur uterus

Postterm pregnancy

Obat-obat

Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan

mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan
nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya

cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG

dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika

demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya

taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

C. TANDA DAN GEJALA

1. Ibu tidak merasakan gerakan janin

Nilai DJJ

Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.

Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal.

Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).

Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.

Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu

sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan

gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.

Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.

2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi


Gejala dan tannda selau ada Gejala dan tanda kadang kadang ada Diagnosis

kemungkinan. Gerakan janinberkurang atau hilang.Nyeri perut hilang timbul atau menetap

Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok

3. Uterus tegang / kaku.


Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta
Gerakan janin dan DJJ tidak ada
Perdarahan
Nyeri perut hebat Syok
Perut kembung / cairan bebas intra abdominal
Kontur uterus abnormal
Abdomen nyeri
Bagian bagian janin teraba
Denyut nadi bu cepat Rupture uteri
Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium
Gawat janin
Gerakan janin / DJJ hilang Tanda tanda kehamilan berhenti
Tinggi fundus uteri berkurang
Pembesaran uterus berkurang Kematian janin

4. Adanya gelembung-gelembung gas pada badan janin

Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda selalu ada Diagnosa kemungkinan

Gerakan janin berkurang Syok Solisio placenta

atau hilang Uterus tegang atau kaku

Nyeri perut hilang timbul Gawat janin atau djj tidak

atau menetap terdengar


Perdarahan pervaginam

sesudah hamil 22 minggu

Gerakan janin dan djj tidak Syok Rupture uteri

ada Perut kembung atau cairan

Perdarahan bebas intra abdominal

Nyeri perut hebat Kontur uterus abnormal

Abdomen nyeri

Bagian-bagian janin teraba

Gerakan janin berkurang Cairan ketuban campur Gawat janin

atau hilang mekonium

Djj abnormal ( <100/menit

atau >180/menit)


Gerakan janin atau djj hilang Tanda- tanda kehamilan Kematian janin

berhenti

Tinggi fundus uteri

berkurang

Pembesaran uteri berkurang

D. KLASIFIKASI
Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV

kematian sebelum kematian sesudah ibu kematian sesudah kematian yang tidak

massa kehamilan hamil 20-28 minggu masa kehamilan >28 dapat digolongkan

mencapai 20 minggu minggu (late fetal pada ketiga golongan

penuh death) di atas

E. FAKTOR RESIKO

Faktor predisposisi

a) Faktor ibu
Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.

Akan timbul masalah bila ibu memiliki


rhesus negatif, sementara bapak rhesus
positif. Sehingga anak akan mengikuti
yang dominan; menjadi rhesus positif.
"Akibatnya antara ibu dan janin
mengalami ketidakcocokan rhesus."
Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat
terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada
janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam
rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga
dada atau rongga jantung.

Ketidakcocokan golongan darah antara


ibu dan janin.Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi
antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya."
Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir
lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan
membentuk zat antibodinya.

Berbagai penyakit pada ibu hamil.Salah satu


contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan
cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.

Trauma saat hamil.Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio


plasentae atau plasenta terlepas. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut,
entah karena kecelakaan atau pemukulan. "Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh
darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian.
Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada."

Infeksi pada ibu hamil.Ibu hamil sebaiknya menghindari


berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. "Bahkan demam tinggi
pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya."
status social ekonomi yang rendah
tingkat pendidikan ibu yang rendah
umur ibu yang > 30 tahun atau < dari 20 tahun
ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir
mati

b) Faktor bayi
Gerakan bayi yang berlebihan / liarGerakan
bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja.
karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang
menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka
pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat." Kalau janin sampai
memberontak, yang ditandai gerakan "liar", biasanya karena kebutuhannya ada yang
tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus
segera dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya,
apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin
meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. "Sebab, dengan aktivitas
berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin
relatif kekurangan."

Kelainan kromosom.Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya,


kelainan genetik berat trisomy. "Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru
terdeteksi saat kematian udah terjadi, yaitu dari otopsi bayi." Sebab, ungkap Nasdaldy,
jarang sekali dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan.
"Selain biayanya mahal, risikonya juga tinggi. Karena harus mengambil air ketuban dari
plasenta janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga bisa lahir prematur. Kecuali kalau
memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang dicurigai sebagai kelainan
kromosom."
Kelainan bawaan bayi.Kelainan bawaan
pada bayi sendiri, seperti jantung atau
paru-paru, bisa engakibatkan kematian di
kandungan.

F. MANIFESTASI KLINIS / KOMPLIKASI


Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi
rusak menghasilkan masuk kedalam peredaran darah ibu tromboplastin pembekuan
intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh terjadi pembekuan darah
trombosit Disseminated yang meluas hipofibrinogenemia (kadar intravascular
coagulation fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700mg%. Akibat kekurangan
fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus biasanya berlangsung 2-3
minggu setelah janin mati. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari
2 minggu kematian janin yang dikandungnya.
DJJ tidak terdengar
Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa
Palpasi anak menjadi tidak jelas
Reaksi biologis menjadi negatif setelah anak mati kurang lebih 10 hari
Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia
25%.

G. PATOFISIOLOGI

Menurut dr Botefilia SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Persahabatan,

Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan, antara

lain:

1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi


2. Preeklampsia dan eklampsia

3. Perdarahan

Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang

menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di

dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.

4. Kelainan kongenital (bawaan) bayi

Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan

dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan

hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam

jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-

parunya.

5. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin

Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B,

sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan

darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan

darah ibunya, maka Moms akan membentuk zat antibodi.

6. Janin yang hiperaktif


Gerakan janin yang berlebihan, apalagi hanya pada satu arah saja, bisa mengakibatkan tali

pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang

mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak

hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang

mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau

tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak

biasa saat hamil.

7. Gawat janin

Bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya.

Kondisi ini bisa mengakibatkan janin tercekik karena suplai oksigen dari Moms ke janin

terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG). Mula-mula detak jantung

janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata.

8. Kehamilan lewat waktu (postterm)

Kehamilan lebih dari 42 minggu.Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami

penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan

oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat

terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color

doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka
kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan

pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

9. Infeksi saat hamil

Saat hamil sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai infeksi

bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan

panas tubuh ibunya.

10. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik

biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan

pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga

sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko

besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan sebagai

berikut :

Rigor mostis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.


Stadium maserasi I

Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah.

Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.

Stadium maserasi II

Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung

48 jam setelah anak mati.

Stadium maserasi III

Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara

tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.

H. PENANGANAN

1. Penanganan Umum

- Berikan dukungan emosional pada ibu

- Nilai DJJ

-Nilai ibu mendapa sedative, tungg hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang

- Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan

2. Penanganan Pada Masa Persalinan


Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau

kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak

terobati.

Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari.

Tanda-tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna, vertebralis,

gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.

USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikankematian

janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung

janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.

Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien selalu didampingi oleh orang

terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir per vaginal.

Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu

dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil.

Bila pilihan penanganan persalinan adalah akspetif:

o Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu

o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.

o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,

o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:


o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin

o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin

I. PENATALAKSANAAN
Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian
diagnosis.
Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari.
Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis,
gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian
janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut
jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir
pervaginam.
Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2
minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.

Jika penanganan aktif akan dilakukan,


nilai servik yaitu Jika servik
matang,lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin atau prostaglandin.
Jika serviks belum matang, lakukan

pematangan serviks dengan prostaglandin


atau kateter foley, dengan catatan jangan
lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir
Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta
dan infeksi
Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah
diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi
persalinan

Induksi partus dapat dimulai dengan


pemberian esterogen untuk mengurangi
efek progesteron atau langsung dengan
pemberian oksitosin drip dengan atau
tanpa amniotomi.

Diposting oleh mona vella di 22.48


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke
TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

1 komentar:
1.

Unknown4 Oktober 2017 02.25

Bagaimana mengobati kencing


nanah tanpa obat?

Mengobati kencing nanah tanpa


obat mungkin sangat kecil
kemungkinan yang bisa
dilakukan dengan cara ini.
Karena jika anda menderita
penyakit maka anda harus
melakukan pemeriksaan dan
pengobatan dengan dokter yang
tentunya akan diberikan obat
yang sesuai dengan
penyebabnya.
Apa yang anda rasakan jika anda
terkena atau terinfeksi penyakit
menular seksual ini?

1. Stress, Malu, Takut di


Kucilkan
2. Putus asa
3. Malu untuk melakukan
pemeriksaan dengan dokter

"Jika anda merasakan gejala


atau tanda2 kencing nanah,
jangan merasa malu untuk
melakukan pemeriksaan. segera
lakukan pengobatan secepat
mungkin untuk membantu anda
agar terhindar dari infeksi
penyakit lain yang dapat di
timbulkan dari penyakit kencing
nanah."
Silahkan konsultasikan keluhan
yang anda rasakan pada kami.
Klinik apollo merupakan salah
satu klinik sepesialis kulit dan
klamin terbaik di jakata.
Ditunjang tekhnologi modern
serta dokter yang sudah
berpengalaman dibidangnya,
kami dapat membantu
memberikan solusi untuk
keluhan penyakit kelamin yang
anda rasakan.

Kunjungi halaman facebook


kami di : Klinik Spesialis
Kelamin Apollo

Kulup panjang | Kulup


bermasalah tidak usah mau
sunat

Ejakulasi dini bisa


sembuh | Sunat dewasa di klinik
apollo

Chat | Klini chat


Balas
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
2012 (1)
o Juni (1)
<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false fa...

Mengenai Saya
mona vella
Lihat profil

Anda mungkin juga menyukai