Disusun Oleh :
AULIA RACHMAN
ADE IRMA SAPITRI
FANNY APRILLIA TIKA
KHOLIL ABDUL KARIM
PUTRI WINANDA
Pembimbing:
drg. Juwairiyah Nst, M.Kes
dr. Astimarningsih
dr. Ariefa Evildha Rahim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Jeulingke periode 18 April 29 April 2017. Sholawat dan
salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah ke zaman Islamiyah juga kepada sahabat dan keluarga beliau.
Penulis berterima kasih kepada kepala UPTD Puskesmas Jeulingke drg.
Juwairiyah, M.Kes dokter pembimbing dr. Astimarningsih dan dr. Ariefa Evildha
Rahim beserta seluruh staf yang telah banyak membimbing kami mulai dari
pelaksanaan tugas hingga pembuatan laporan ini, juga kepada teman sejawat dokter
muda yang telah turut memberikan kontribusinya sehingga semua tugas dapat
dilaksanakan dengan baik.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang ada pada tulisan ini, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dan
perbaikan dimasa yang akan datang.
Penulis
LAMPIRAN I
PROFIL U.P.T.D PUSKESMA
JEULINGKE
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Geografi
1. Promosi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar terjadi peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan individu/masyarakat dalam bidang
kesehatan, sehingga mampu melaksanakan cara hidup sehat bagi diri sendiri
maupun lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
b. Pelatihan kader posyandu
c. Penyuluhan kesehatan ke sekolah-sekolah
d. Penyebaran media KIE
e. Berpartisipasi dalam pameran pembangunan
f. Pencatatan dan pelaporan
2. Kesehatan Lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan melalui kegiatan sanitasi dasar. Kegiatan yang
dilakukan selalu mengikut sertakan peran serta masyarakat dan keterpaduan
pengelolaan melalui analisis dampak lingkungan yang bertujuan untuk merubah,
menanggulangi dan menghilangkan unsur fisik yang dapat memberikan pengaruh
jelek terhadap kesehatan masyarakat dengan harapan angka kesakitan terutama
penyakit menular dapat diturunkan atau dihilangkan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar tercapai tujuan seperti yang
disebutkan di atas adalah:
a. Penyehatan air bersih
b. Penyehatan pembangunan kotoran
c. Penyehatan lingkungan pemukiman
d. Pengawasan peredaran dan penggunaan pestisida
e. Pengawasan pengelolaan sampah
f. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum dan tempat pembuatan penjualan
makanan minuman.
g. Pencatatan dan pelaporan
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Termasuk Keluarga Berencana
Program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarga untuk menuju
Norma Kecil Keluarga Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Adapun Kegiatan KIA yang telahdilaksanakan untuk mencapai tujuan
tersebut diatas adalah sebagaiberikut:
1. KIA di dalam gedung, kegiatan yang dilakukan :
a. Pemeriksaan ibu hamil, bersalin, menyusui, bayi dan balita.
b. Pemeriksaan imunisasi terhadap ibu dan balita.
c. Penyuluhan gizi setiap kunjungan ibu hamil dan balita.
d. Pemberian Vitamin A dan tablet besi
e. Pendeteksian dan pemeliharaan ibu hamil dan balita resiko tinggi.
f. Pencatatan dan pelaporan
2. KIA di luar gedung
- Di Posyandu, kegiatan yang dilakukan:
a. Penyuluhan bagi ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu menyusui
b. Pemeriksaan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
c. Pemberian imunisasi TT.
d. Pemberian Tablet besi (Fe)
e. Pembinaan Kader Posyandu
- Di Taman Kanak-Kanak
a. Deteksi dini perkembangan anak pra sekolah
b. Kunjungan dan pemariksaan kesehatan anak pada taman kanak-kanak di
wilayah kerja Puskesmas.
Pelaksanaan kegiatan keluarga berencana dilaksanakan tidak hanya didalam
gedung puskesmas, tetapi juga di luar gedung puskesmas seperti posyandu. Sasaran
KB adalah PUS dan WUS yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke.
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
Program perbaikan gizi keluarga bertujuan untuk menurunkan angka
penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah (baik di pedesaan maupun perkotaan), terutama pada anak
balita dan wanita. Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, dilakukan beberapa
usaha antara lain melalui perbaikan pada konsumsi pangan yang makin beraneka
ragam, seimbang dan bergizi. Sasaran pelaksanaan program usaha peningkatan gizi
adalah:
a. Penurunan Prevalensi KKP pada balita
b. Penurunan Prevalensi kurang vitamin A di daerah rawan.
c. Penurunan Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut dilakukan usaha-usaha sebagai
berikut:
a. Penyuluhan gizi
b. Penimbangan bayi/balita
c. Pemberian makanan tambahan (PMT)
d. Pemberian Vitamin A dosis tinggi untuk balita dan ibu hamil setiap bulan
Februari dan Agustus
e. Pemberian tablet besi (Fe) untuk ibu hamil dan menyusui
f. Pelatihan dan pembinaan Posyandu
g. Pemantauan/survei konsumsi gizi
h. Melaksanakan PWS Gizi/Pemantauan Status Gizi (PSG)
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Pemberantasan penyakit menular berarti menghilangkan atau merubah cara
berpindahnya penyakit menular dan/atau infeksi yang dapat mengakibatkan
terjadinya kesakitan, kecacatan bahkan kematian.
Untuk mencapai tujuan tersebut P2M telah melaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
1. Kegiatan pencegahan penyakit yaitu imunisasi
2. Kegiatan pengobatan penyakit, yaitu pengobatan terhadap penyakit ISPA,
Diare, TB Paru, Penyakit Kusta dan penyakit akibat gigitan hewan (kera,
anjing dan kucing).
3. Kegiatan pencegahan dan pemberantasan vektor, yaitu kegiatan berupa
penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk, pemberian abatisasi dan
penyemprotan/ fogging terhadap nyamuk demam berdarah dan nyamuk
malaria.
Dengan demikian usaha P2M adalah kegiatan yang menitikberatkan pada
kegiatan pencegahan dan penanggulangan berupa penyuluhan tentang penyakit
menular dan akibatnya serta pelayanan imunisasi bagi bayi, anak, calon pengantin
dan ibu hamil. Kegiatan penanggulangan adalah pengobatan terhadap penderita,
mengadakan kunjungan rumah dan rujukan untuk kasus-kasus yang memerlukan
penanganan yang lebih lengkap.
6. Upaya Pengobatan
Usaha pengobatan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan pengobatan yang
diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit atau gejala-gejalanya,
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara yang khusus untuk keperluan
tersebut. Di Puskesmas Jeulingke penanganan dan pengobatan yang membutuhkan
spesialisasi dan tindakan yang lebih lanjut akan di rujuk ke Rumah Sakit.
Pengobatan tersebut ditujukan untuk pasien umum, Askes Pegawai Negeri dan
pemegang Kartu Jaringan Pengaman sosial (JPS) dan Kartu Jaminan Aceh (JKA).
3.2 Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan di Puskesmas Jeulingke
adalah:
1. Kesehatan Usia Lanjut
Dalam rangka pemerataan pembangunan pelayanan kesehatan bagi seluruh
penduduk Indonesia maka dilakukan pembinaan kesehatan bagi yang berusia lanjut
(USILA), tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan para USILA agar
selama mungkin aktif, mandiri dan berguna.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada kelompok usia ini adalah :
1. Penyuluhan kesehatan/gizi
2. Pemeriksaan berkala setiap triwulan
3. Proteksi dan tindakan khusus Usila
4. Konseling
5. Pencatatan dan Pelaporan
2. Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan
Upaya kesehatan mata dilaksanakan sebagai suatu usaha pengembangan
peningkatan bidang pelayanan kebutaan dasar dikaitkan dengan peningkatan
pencerdasan dan produktivitas masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas Jeulingke melakukan kegiatan:
1. Penyuluhan tentang kesehatan mata
2. Pemberian vitamin A dosis tinggi untuk balita setiap bulan Februari dan
Agustus.
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi untuk ibu bersalin/ibu nifas
4. Pengobatan penyakit ringan
3. Kesehatan Jiwa
Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan ekonomi,
dapat menimbulkan beberapa masalah psikososial yang mempengaruhi taraf
kesehatan jiwa masyarakat. Upaya kesehatan jiwa Puskesmas adalah upaya
kesehatan jiwa yangdilaksanakan di tingkat Puskesmas secara khusus dan
terintegrasi dengan program lainnya. Kegiatan-kegiatan usaha kesehatan jiwa
meliputi:
1. Pengenalan dini gangguan jiwa
2. Pemberian upaya pertolongan pertama
3. Rujukan ke Rumah Sakit Jiwa
4. Pencatatan dan pelaporan
4. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut adalah usaha kesehatan gigi dasar paripurna
yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Jeulingke dengan prioritas masyarakat berpenghasilan rendah,
khususnya masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut. Sasaran
pelaksanaan kegiatan ini adalah ibu hamil, menyusui, anak-anak dan usia lanjut.
Usaha yang dilaksanakan meliputi:
1. Penyuluhan di sekolah dan di posyandu mengenai pentingnya kesehatan
gigi
2. Pemeriksaan dan pengobatan gigi anak sekolah (UKGS)
3. Pemeriksaan, perawatan dan pengobatan di Poliklinik gigi
4. Rujukan
5. Pencatatan dan pelaporan
5. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Usaha Kesehatan Masyarakat merupakan perpaduan antara keperawatan dan
Kesehatan masyarakat, dengan didukung peran serta masyarakat yang aktif dan
mengutamakan peningkatan pelayanan, pencegahan secara berkesinambungan
tanpa mengakibatkan pengobatan dan pemulihan. Sasaran kegiatan ini ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta likungannya yang
diprioritaskan di daerah rawan. Upaya ini dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan
kegiatan pokok puskesmas.
6. Bina kesehatan Tradisional
Pembinaan upaya pengobatan tradisional terutama kepada upaya peningkatan
mutu pelayanan tradisional. Sasaran program ini meliputi:
1. Pembinaan terhadap pengobatan tradisional
2. Pembinaan terhadap petugas kesehatan
3. Pembinaan terhadap masyarakat
4. Pembinaan terhadap kader dan tokoh masyarakat
5. Peningkatan dan pemanfaatan obat untuk keluarga
7. Bina Kesehatan Kerja
Program ini terutama ditujukan kepada masyarakat pekerja disektor informal
yang ada diwilayah kerja Puskesmas Jeulingke dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
lingkungannya. Dari program ini diharapkan adanya peningkatan kemampuan
tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri, sehingga terjadi peningkatan status
kesehatan dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja.
Penyelenggaraan program ini di puskesmas meliputi:
1. Penyuluhan sebagai tindakan preventif dan kuratif
2. Pelayanan kesehatan di puskesmas
3. Rujukan ke Rumah Sakit
8. Laboratorium Sederhana
Upaya ini dilakukan untuk menunjang usaha pemberantasan penyakit
menular, penyelidikan, epidemiologi, dan pembinaan kesehatan. Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan adalah:
1. Di dalam gedung
a. Pemeriksaan urine, feces, darah rutin, sputum serta plano test
b. Pemeriksaan golongan darah
c. Pemeriksaan DDR untuk mendeteksi adanya malaria
d. Pemeriksaan jamaah haji
2. Di luar gedung
a. Pemeriksaan feces dan Hb murid di desa IDT
b. Pelacakan jamaah haji yang telah pulang dari tanah suci
c. Membantu kegiatan Posyandu
9. Peran Serta Masyarakat
Dalam proses penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dapat berperan
dalam menelaah masalah penentu rencana, pelaksanaan kegiatan dengan upaya
hidup sehat, penilaian hasil kegiatan kesehatan, serta pengembangan upaya
kesehatan selanjutnya.
Kegiatan masyarakat tersebut dapat bersifat pengobatan, pencegahan,
peningkatan maupun pemulihan sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang
dimiliki. Tujuan dari program PSM ini antara lain adalah :
1. Meningkatkan kemampuan pemimpin/tokoh masyarakat dalam merintis
menggerakkan upaya kesehatan di masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam
menggali, menghimpun dan mengelola sarana dan masyarakat untuk
upaya kesehatan.
4. Merangsang dan memotivasi masyarakat untuk dapat menggali
potensiyang ada pada desa dan masyarakat setempat.
Sasaran program ini:
1. Individu yang berpengaruh, baik tokoh formal maupun informal
2. Keluarga
3. Kelompok Masyarakat
4. Organisasi Masyarakat
10. Usaha Kesehatan Masyarakat
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan dalam rangka pembinaan anak usia sekolah sebagai sasaran utama
untuk meningkatkan derajat kesehatan serta membina dan mengembangkan nilai
sikap dan tingkah laku menuju hidup sehat.
Untuk melaksanakan kegiatan ini dilakukan upaya-upaya yang meliputi :
1. Meningkatkan Kesehatan Siswa (Upaya Promotif)
2. Upaya Pencegahan Penyakit (Upaya Preventif)
3. Pemulihan Kesehatan
4. Rehabilitasi
Dalam kegiatannya yaitu kunjungan ke sekolah-sekolah, tindakan yang
dilaksanakan adalah:
1. Pemeriksaan kesehatan umum dan gigi
2. Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan
3. Penyulihan kesehatan dan penyelenggaraan pendidikan kesehatan
4. Penjaringan anak sekolah
5. Pengobatan
6. Kegiatan perbaikan gizi
7. Pemberian imunisasi DT dan TT
8. Rujukan
9. Pencatatan dan pelaporan
11. Upaya kesehatan Fisioterapi
Selain upaya kesehatan yang telah dilakukan berupa preventif, kuratif,
puskesmas juga melakukan upaya rehabilitatif. Sasaran dalam kegiatan ini adalah
individu, baik usia anak, dewasa dan lansia. Dalam hal ini, upaya kesehatan yang
dilakukan yaitu UPTD Puskesmas Jeulingke telah membuat sesuatu terobosan baru
dengan mengadakan kegiatan fisioterapi bagi pasien dalam tahap pemulihan
misalnya pada pasien stoke, serebral palsy. Dan melakukan upaya deteksi dini pada
anak-anak yang mengalami autisme.
12. Pencatatan dan Pelaporan
Untuk mengamati dan menilai status Puskesmas, dilakukan suatu sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP). Semua Kegiatan yang
dilaksanakan baik di dalam gedung dan di luar gedung, akan dicatat dan dilaporkan.
Pelaporan yang diperlukan dibuat secara terpadu meliputi data kegiatan/program
untuk monitoring dan perencanaan kegiatan selanjutnya.
Laporan-Iaporan kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Laporan Mingguan
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Triwulan
4. Laporan Tahunan
5. Laporan Kejadian Luar Biasa (KLB)
BAB IV
KARAKTERISTIK PASIEN
1 Laki-laki 131 38
2 Perempuan 215 62
Jumlah 346 100
LAMPIRAN II
PROMOSI KESEHATAN
OUTDOOR
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PENYULUHAN
DEHIDRASI PADA CALON JAMAAH HAJI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS JEULINGKE, BANDA ACEH
Ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan umat Islam sesuai dengan
rukun Islam yang kelima. Ritual ibadah haji dilaksanakan di tanah suci Mekkah dan
diikuti dengan kegiatan ziarah ke Madinah. Secara factual di masyarakat, kegiatan
ritual ibadah haji sudah dilakukan sejak dari tanah air baik berupa manasik maupun
persiapan keberangkatan yang cukup memakan tenaga dan biaya.
Cuaca dan iklim di Arab Saudi tentu berbeda dengan Indonesia. Untuk itulah
seringkali kita menghadapi berbagai kendala dan masalah kesehatan yang berkaitan
dengan iklim ini. Selain itu, ritual ibadah haji juga menyebabkan jamaah haji harus
banyak melakukan kegiatan fisik. Kedua factor ini dapat memicu terjadinya
dehidrasi pada jamaah haji.
Dehidrasi ini semakin menjadi masalah kesehatan yang berat karena
banyaknya jamaah haji yang berusia lanjut. Usia lanjut ini menjadi salah satu resiko
tinggi bagi jamaah haji kita. Selain berusia lanjut mereka juga memiliki factor
resiko yang lainnya seperti hipertensi, gagal jantung dan diabetes mellitus. Faktor
resiko yang multiple ini menyebabkan dehidrasi semakin sulit ditangani.
1.4.2 ETIOLOGI
Deplesi cairan terjadi akibat kehilangan natrium dan air dari sistem anatomi
berikut:
Kehilangan cairan lewat traktus Gastrointestinal, termasuk muntah, diare,
pendarahan, dan drainase eksternal
Kehilangan cairan lewat ginjal, termasuk efek obat diuretik, diuresis osmotik,
pembuangan natrium lewat nephropathi, dan hypoaldosteronism
Kehilangan cairan lewat kulit, termasuk keringat, luka bakar, dan kondisi
dermatologis lainnya
Perpindahan cairan ke ruang ketiga, termasuk obstruksi usus, cedera tabrakan,
patah tulang, dan pankreatitis akut
Kehilangan cairan lewat Gastrointestinal - Setiap hari, kira-kira 3 sampai
6 liter cairan yang dikeluarkan oleh lambung, pankreas, kandung empedu, dan usus
ke dalam lumen saluran pencernaan. Hampir semua cairan yang dilepaskan diserap,
sehingga hanya 100 sampai 200 mL hilang dalam feses. Namun, penurunan volume
mungkin terjadi jika cairan yang dikeluarkan tidak dapat diserap (seperti adanya
drainase eksternal dan muntah) atau jika sekresi melebihi kapasitas reabsorpsi, baik
disebabkan karena peningkatan sekresi atau reabsorpsi berkurang. Perdarahan akut
dari setiap organ di saluran pencernaan merupakan penyebab umum dari penurunan
volume. Jamaah haji sering menghadapi masalah pola makan dan menyebabkan
terjadinya diare atau gejala mual dan muntah yang dapat memicu terjadinya deplesi
cairan.
Kehilangan cairan lewat ginjal - Dalam kondisi normal, ekskresi natrium
dan air oleh ginjal disesuaikan dengan asupan. Pada orang dewasa normal, sekitar
130-180 liter disaring oleh kapiler glomerular setiap hari. Lebih dari 98 - 99 %
cairan diserap kembali oleh tubulus, sehingga output urin rata-rata 1 sampai 2 L /
hari. Dengan demikian, pengurangan kecil reabsorpsi di tubular (1 - 2 %) dapat
menyebabkan peningkatan 2 4 liter ekskresi natrium dan air, yang jika tidak
diganti, bisa mengakibatkan penurunan volume cairan tubuh yang banyak. Salah
satu factor resiko yang diderita jamaah haji adalah diabetes dan hipertensi, dimana
keduanya dapat menyebabkan terjadinya gangguan reabsorbsi di tubulus.
Kehilangan cairan lewat kulit - Meskipun produksi keringat rendah di
negara beriklim basah seperti Indonesia, namun hal ini bisa berbeda jika subjek
berolahraga di iklim yang panas dan kering. Kehilangan cairan bisa melebihi 1 - 2
L / jam [1]. Saat ini jamaah haji menjalani ritual ibadah haji pada suasana iklim yang
panas dan berada di daerah gurun pasir, sehingga bisa memicu banyaknya
kehilangan cairan tubuh.
Kulit juga bertindak sebagai penghalang yang mencegah hilangnya cairan
interstisial dengan lingkungan eksternal. Ketika penghalang ini terganggu oleh luka
bakar atau lesi kulit eksudatif, volume besar cairan bisa hilang.
Perpindahan cairan ke ruang ketiga - Deplesi cairan dapat disebabkan oleh
hilangnya cairan interstisial dan intravaskuler ke ruang-ketiga yang dalam kondisi
tidak seimbang dengan cairan ekstraselular. Sebagai contoh, seorang pasien dengan
trauma pinggul retak mungkin kehilangan 1500-2000 mL darah ke dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur. Meskipun cairan ini akan diserap kembali ke
dalam cairan ekstraselular dalam beberapa hari sampai beberapa minggu,
pengurangan akut pada volume darah, jika tidak diganti, dapat menyebabkan
deplesi cairan yang parah. Contoh lain dari perpindahan cairan ke ruang ketiga
termasuk obstruksi usus, pankreatitis akut yang berat, perdarahan (seperti trauma
atau aneurisma aorta abdomen yang pecah), peritonitis, dan obstruksi dari sistem
vena besar.
1.6 PENUTUP
Dalam berbagai gangguan klinis, kehilangan cairan akan menyebabkan
volume cairan ekstraselular berkurang dan berpotensi perfusi jaringan ikut
berkurang. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk mengembalikan
euvolemia bisa menyelamatkan nyawa.
Pasien yang mengalami kondisi hipovolemik dapat ditemukan dengan
berbagai gejala, baik temuan pemeriksaan fisik, dan kelainan laboratorium. Gejala
yang timbul terkait dengan penurunan volume itu sendiri, seperti letargi dan
dizzines postural, atau penyebab yang mendasari penurunan volume, seperti
muntah, diare, atau poliuria. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan turgor kulit
menurun, rendahnya tekanan darah arteri atau hipotensi postural, dan tekanan vena
jugularis berkurang. Pasien dengan hipovolemia dapat ditemukan berbagai kelainan
laboratorium, termasuk kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN),
hipernatremia atau hiponatremia, hiperkalemia atau hipokalemia, dan alkalosis
metabolik atau asidosis metabolik.
Tidak seperti pada orang yang lebih muda, kehilangan cairan yang berlebihan
pada orang tua sering memberikan tanda-tanda dan gejala nonspesifik. Yang paling
khusus untuk hipovolemia adalah penurunan berat badan akut.
Konsentrasi natrium urin rendah sangat sugestif adanya perfusi jaringan yang
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Better OS. Impaired fluid and electrolyte balance in hot climates. Kidney
Int 1987; 32:S97.
2. Stern EH, Emmet M, Forman JP. Etiology, clinical manifestations, and
diagnosis of volume depletion in adults. UpToDate 21.1. 2013
3. Weil MH, von Planta M, Rackow EC. Acute circulatory failure (shock). In:
Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine, Braunwald E (Ed),
Saunders, Philadelphia 1988.
4. Baskett, PJF. ABC of major trauma. Management of hypovolaemic shock.
Br Med J 1990; 300:1453
5. Cohn, JN. Blood pressure measurement in shock: Mechanism of inaccuracy
in auscultatory and palpatory methods. J Am Med Assoc 1967; 199:118
6. Miller TR, Anderson RJ, Linas SL, et al. Urinary diagnostic indices in acute
renal failure: a prospective study. Ann Intern Med 1978; 89:47
7. Espinel CH, Gregory AW. Differential diagnosis of acute renal failure. Clin
Nephrol 1980; 13:73
8. Rose BD. Pathophysiology of Renal Disease, 2d ed, McGraw-Hill, New
York City 1987. p.82
9. Marik PE, Baram M, Vahid B. Does central venous pressure predict fluid
responsiveness? A systematic review of the literature and the tale of seven
mares. Chest 2008; 134:172
DOKUMENTASI
Banda Aceh, Mei 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui,
Kepala UPTD Puskesmas Jeulingke