Anda di halaman 1dari 42

PROFIL PELAYANAN KESEHATAN DI

UPTD PUSKESMAS JEULINGKE


PERIODE 18 APRIL 29 APRIL 2017

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Disusun Oleh :
AULIA RACHMAN
ADE IRMA SAPITRI
FANNY APRILLIA TIKA
KHOLIL ABDUL KARIM
PUTRI WINANDA

Pembimbing:
drg. Juwairiyah Nst, M.Kes
dr. Astimarningsih
dr. Ariefa Evildha Rahim

SMF/ BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
201
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Jeulingke periode 18 April 29 April 2017. Sholawat dan
salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah ke zaman Islamiyah juga kepada sahabat dan keluarga beliau.
Penulis berterima kasih kepada kepala UPTD Puskesmas Jeulingke drg.
Juwairiyah, M.Kes dokter pembimbing dr. Astimarningsih dan dr. Ariefa Evildha
Rahim beserta seluruh staf yang telah banyak membimbing kami mulai dari
pelaksanaan tugas hingga pembuatan laporan ini, juga kepada teman sejawat dokter
muda yang telah turut memberikan kontribusinya sehingga semua tugas dapat
dilaksanakan dengan baik.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang ada pada tulisan ini, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dan
perbaikan dimasa yang akan datang.

Banda Aceh, April 201

Penulis
LAMPIRAN I
PROFIL U.P.T.D PUSKESMA
JEULINGKE

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan merupakan hasil penilaian dari kesehatan perorangan,


kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan angka kematian, angka
kelahiran, umur harapan hidup dan status gizi. Upaya peningkatan kesehatan
bertujuan untuk memberi pelayanan kesehatan secara merata pada seluruh lapisan
masyarakat, untuk mencapai tujuan tersebut telah diupayakan peningkatan,
pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan melalui upaya kesehatan
puskesmas, praktisi swasta maupun upaya rujukan.
UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 mengamanatkan bahwa pelayanan
kesehatan yang bermutu dan merata harus makin ditingkatkan. Upaya memperluas
jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat telah diwujudkan dengan
dibangunnya Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas yang tersebar diseluruh
pelosok tanah air. Dimana Puskesmas merupakan unit fungsional terdepan yang
mandiri dalam pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD
1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus investasi untuk
mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan, serta berperan penting dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya, pembangunan kesehatan
bukanlah tanggung jawab pemerintah saja namun merupakan tanggung jawab
bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah
menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang harus
dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh memiliki visi
yaitu Aceh Sehat artinya seluruh masyarakat di Provinsi Aceh mempunyai
kesempatan dan kemandirian untuk hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku
hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
setinggi tingginya dan misi umum pembangunan kesehatan aceh adalah adanya
komitmen sektor kesehatan untuk menjamin pemerataan, keadilan, dan mutu
pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat di Provinsi Aceh melalui mobilisasi
sumber daya yang dimiliki, khususnya bagi masyarakat miskin dan kelompok
masyarakat yang membutuhkan penanganan kesehatan secara khusus.
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan
tersebut adalah pelayanan kesehatan melalui puskesmas. Puskesmas merupakan
salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting. Dalam sistem
pelayanan kesehatan, peranan dan kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung
tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini disebabkan karena peranan
dan kedudukan puskesmas di Indonesia sebagai sarana pelayanan kesehatan
terdepan, sehingga puskesmas selain bertanggung jawab dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan masyarakat juga bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pelayanan kedokteran.
Adapun secara garis besar masalah yang dihadapi oleh suatu puskesmas
terdapat 2 jenis yaitu masalah internal dan eksternal. Masalah internal dapat berupa
kurangnya tenaga kesehatan, biaya operasional untuk pelayanan masih cukup tinggi
sedangkan dana yang dapat disediakan pemerintah masih kurang, kepuasan
pengguna jasa puskesmas belum optimal, kurangnya komunikasi dan koordinasi
antar bagian, bidang dan unit. Sedangkan masalah eksternal berupa faktor sosial
ekonomi dan pendidikan masyarakat sekitar puskesmas serta citra dan tingkat
pelayanan yang mungkin kurang begitu baik sehingga mempengaruhi angka
kunjungan secara signifikan. Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir
seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas
diperkuat dengan puskesmas pembantu serta puskesmas keliling.
1.2 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota


yang bertangung jawab terhadap pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Yang termasuk kedalam
upaya kesehatan wajib adalah promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan
ibu dan anak dan keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta pengobatan.
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan adalah upaya kesehatan
yangditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat setempat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan antara lain upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan
olah raga, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan
jiwa, upaya kesehatan mata, kesehatan usia lanjut, pembinaan kesehatan tradisional,
perawatan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Upaya laboratorium (medis dan kesehatan masyarakat) dan upaya pencatatan
dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena merupakan pelayanan penunjang dari
setiap upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi, yakni upaya lain diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Dalam menyelengarakan upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelengaraan puskesmas
secara terpadu yaitu azas pertanggung jawaban wilayah, pemberdayaan
masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
1.3 Fungsi Puskesmas
Puskesmas mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan di wilayah kerjanya
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
1.4 Visi

Puskesmas Jeulingke mampu melindungi kesehatan penduduk di wilayah


kerjanya dan memacu peningkatan kemandirian masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan serta membudayakan hidup sehat dan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
1.5 Misi
1. Menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dengan
membina peran serta masyarakat.
3. Perkembangan kesehatan masyarakat dengan mengembangkan upaya
kesehatan inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasikan pada kepuasan pasien
5. Membina dan meningkatkan rasa tanggung jawab, kejujuran, kesetiaan dan
solidaritas bersama.
1.6 Tujuan pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) adalah bagian dari


pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.
Tujuan pelayanan kesehatan oleh puskesmas adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya dan mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas.
Puskesmas Jeulingke mampu melindungi kesehatan penduduk di wilayah
kerjanya dan memacu peningkatan kemandirian masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan serta membudayakan hidup sehat dan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
1.7 Tujuan Penulisan

Fakultas Kedokteran dalam sistem pendidikannya berorientasi kepada


masyarakat, dalam hal ini mahasiswa yang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada bagian family medicine memiliki kesempatan untuk ditempatkan di
Puskesmas.
Tujuan penulisan laporan ini adalah:
1. Agar peserta yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior dapat lebih
memahami konsep dasar dan aplikasi pelayanan kesehatan di tingkat
puskesmas
2. Agar peserta yang sedang menjalani kepaniteraan klinik dapat mengetahui
manajemen suatu puskesmas, baik dalam hal cakupan, program, serta hal lain
yang terkait dengan hal yang dapat mewujudkan visi dan misi suatu
puskesmas.
3. Agar peserta yang sedang menjalani kepaniteraan klinik dapat membangun
karakter dan mental sebagai seorang dokter yang memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik tidak hanya di tingkat pengobatan ketika kontak
langsung dengan pasien namun juga di tingkat promosi kesehatan dan
tindakan preventif dalam peran serta mengupayakan kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya
4. Sebagai bahan pembelajaran mengetahui karakteristik penduduk dan pola
penyebaran penyakit di Kecamatan Syiah Kuala.
5. Sebagai salah satu bentuk laporan sederhana profil singkat dan
pertanggungjawaban kegiatan di kepaniteraan Klinik Senior Stase Family
Medicine.
BAB II
DATA PUSKESMAS JEULINGKE

2.1 Geografi

Unit pelaksana tekhnik dinas (UPTD) Puskesmas Jeulingke merupakan salah


satu puskesmas yang ada di kecamatan syiah kuala kota banda aceh dengan lokasi
puskesmas di Jalan Batee Timoh, gampong Jeulingke yang berjarak 6 km dari pusat
kota. Transportasi antar wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama
gampong sebagian besar sudah beraspal dan mudah dijangkau dengan sarana
transportasi.
Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Jeulingke sekitar 720,99 km2 yang
terdiri dari 5 gampong, yaitu gampong jeulingke, gampong tibang, alue naga,
gampong pineung dan gampong peurada. Batas wilayah kerja puskesmas Jeulingke
adalah:
a. Sebelah Barat: dengan wilayah kerja Puskesmas Lampulo Kecamatan Kuta
Alam Kota Banda Aceh.
b. Sebelah Timur: dengan Puskesmas Kopelma Kecamatan Darussalam Kota
Banda Aceh.
c. Sebelah Selatan: dengan wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng Kecamatan
Ulee Kareng Kota Banda Aceh.
d. Sebelah Utara: dengan Selat Malaka.
Puskesmas Jeulingke memiliki luas bangunan 1111,5 m2 dengan luas tanah
2558 m2 yang terdiri dari:
a. Bangunan induk lantai dua sebanyak 1 (satu) unit.
b. Perumahan dokter sebanyak 1 (satu) unit rumah tipe 45
c. Perumahan paramedis sebanyak 1 (satu) unit rumah tipe 36
2.2 Keadaan Umum Puskesmas Jeulingke
1. Organisasi
Susunan pimpinan Puskesmas Jeulingke terdiri dari:
a. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Puskesmas
b. Unsur Pembantu Pimpinan, yaitu Tata Usaha
c. Unsur pelaksana yang dilaksanakan oleh 7 (tujuh) unit kegiatan yang
melaksanakan 21 kegiatan Pokok Puskesmas.
Struktur organisasi dan tata kerja Puskesmas Jeulingke mengacu pada SK
Walikota Banda Aceh No. 177 Tahun 2001, yaitu terdiri dari:
1. Kepala Puskesmas
2. Tata Usaha
a. Kepegawaian
b. Keuangan
c. SP2TP
d. Perlengkapan
e. Urusan Umum
3. Unit Kesehatan
a. Kesehatan Ibu Anak (KIA)
b. Keluarga Berencana (KB)
c. Gizi
d. Kesehatan kerja
e. Usia Lanjut (Usila)
4. Unit Pencegahan dan Penyakit Menular
a. Imunisasi
b. Kusta
c. Diare
d. ISPA
5. Unit PK dan Rujukan
a. Pengobatan
b. Pelayanan Darurat
c. Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Unit Kesling, PSM dan PKM
a. Kesehatan lingkungan (Kesling)
b. Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
c. Olah Raga
d. PKM
e. PHN
7. Unit Penunjang
a. Laboratorium
b. Pengelola Obat
8. Unit Pelayanan Khusus
a. Kesehatan Mata
b. Kesehatan Jiwa
9. Puskesmas Pembantu (Pustu) : Pustu Tibang
2. Tenaga Kerja
Dari segi sumber daya manusia, Puskesmas Jeulingke memiliki tenaga kerja
(personalia) sebanyak 32 orang, yang terdiri dari:

Tabel 2.4 Daftar tenaga kerja UPTD Puskesmas Kuta Alam


No. Tenaga PNS PTT Kontrak Total
Kesehatan
1. Dokter Umum 3 - - 3
2. Dokter gigi 1 - - 1
3. Bidan 4 4 4
4. Bidan desa - 5 - 5
5. Perawat 4 - 1 5
6. Perawat Gigi 2 - - 2
7. Teknis 1 - - 1
Elektromedis
8. Tata usaha 1 - - 1
9. Sanitarian 1 - - 1
10. Apoteker 0 - - 0
11 Asisten 1 - 1 2
Apoteker
12. Nutrisionis 1 - - 1
13, Analis 2 - - 2
Kesehatan
14. Penyuluh 1 - - 1
Kesehatan
15. Staf 0 - - 0
Laboratorium
16. Physiotherapy 1 - - 1
17. Pramu Husada 1 - - 1
18. Administrasi 1 - - 1
BAB III
UPAYA PELAYANAN PUSKESMAS JEULINGKE

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan sebagai upaya pelayanan kesehatan
masyarakat, berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan di UPTD
Puskesmas Jeulingke, khususnya pada tahun 2017.
Upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan di Puskesmas
Jeulingkeadalah kesehatan Usia Lanjut, Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan,
Kesehatan Jiwa, Usaha kesehatan gigi dan Mulut, Perawatan Kesehatan
Masyarakat, Bina Kesehatan tradisional, Bina Kesehatan Kerja, Laboratorium
Sederhana, Peran Serta Masyarakat, Usaha Kesehatan Masyarakat dan Pencacatan
dan Pelaporan.

3.1 Upaya Kesehatan Wajib

1. Promosi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar terjadi peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan individu/masyarakat dalam bidang
kesehatan, sehingga mampu melaksanakan cara hidup sehat bagi diri sendiri
maupun lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
b. Pelatihan kader posyandu
c. Penyuluhan kesehatan ke sekolah-sekolah
d. Penyebaran media KIE
e. Berpartisipasi dalam pameran pembangunan
f. Pencatatan dan pelaporan
2. Kesehatan Lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan melalui kegiatan sanitasi dasar. Kegiatan yang
dilakukan selalu mengikut sertakan peran serta masyarakat dan keterpaduan
pengelolaan melalui analisis dampak lingkungan yang bertujuan untuk merubah,
menanggulangi dan menghilangkan unsur fisik yang dapat memberikan pengaruh
jelek terhadap kesehatan masyarakat dengan harapan angka kesakitan terutama
penyakit menular dapat diturunkan atau dihilangkan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar tercapai tujuan seperti yang
disebutkan di atas adalah:
a. Penyehatan air bersih
b. Penyehatan pembangunan kotoran
c. Penyehatan lingkungan pemukiman
d. Pengawasan peredaran dan penggunaan pestisida
e. Pengawasan pengelolaan sampah
f. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum dan tempat pembuatan penjualan
makanan minuman.
g. Pencatatan dan pelaporan
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Termasuk Keluarga Berencana
Program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarga untuk menuju
Norma Kecil Keluarga Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Adapun Kegiatan KIA yang telahdilaksanakan untuk mencapai tujuan
tersebut diatas adalah sebagaiberikut:
1. KIA di dalam gedung, kegiatan yang dilakukan :
a. Pemeriksaan ibu hamil, bersalin, menyusui, bayi dan balita.
b. Pemeriksaan imunisasi terhadap ibu dan balita.
c. Penyuluhan gizi setiap kunjungan ibu hamil dan balita.
d. Pemberian Vitamin A dan tablet besi
e. Pendeteksian dan pemeliharaan ibu hamil dan balita resiko tinggi.
f. Pencatatan dan pelaporan
2. KIA di luar gedung
- Di Posyandu, kegiatan yang dilakukan:
a. Penyuluhan bagi ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu menyusui
b. Pemeriksaan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
c. Pemberian imunisasi TT.
d. Pemberian Tablet besi (Fe)
e. Pembinaan Kader Posyandu
- Di Taman Kanak-Kanak
a. Deteksi dini perkembangan anak pra sekolah
b. Kunjungan dan pemariksaan kesehatan anak pada taman kanak-kanak di
wilayah kerja Puskesmas.
Pelaksanaan kegiatan keluarga berencana dilaksanakan tidak hanya didalam
gedung puskesmas, tetapi juga di luar gedung puskesmas seperti posyandu. Sasaran
KB adalah PUS dan WUS yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke.
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
Program perbaikan gizi keluarga bertujuan untuk menurunkan angka
penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah (baik di pedesaan maupun perkotaan), terutama pada anak
balita dan wanita. Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, dilakukan beberapa
usaha antara lain melalui perbaikan pada konsumsi pangan yang makin beraneka
ragam, seimbang dan bergizi. Sasaran pelaksanaan program usaha peningkatan gizi
adalah:
a. Penurunan Prevalensi KKP pada balita
b. Penurunan Prevalensi kurang vitamin A di daerah rawan.
c. Penurunan Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut dilakukan usaha-usaha sebagai
berikut:
a. Penyuluhan gizi
b. Penimbangan bayi/balita
c. Pemberian makanan tambahan (PMT)
d. Pemberian Vitamin A dosis tinggi untuk balita dan ibu hamil setiap bulan
Februari dan Agustus
e. Pemberian tablet besi (Fe) untuk ibu hamil dan menyusui
f. Pelatihan dan pembinaan Posyandu
g. Pemantauan/survei konsumsi gizi
h. Melaksanakan PWS Gizi/Pemantauan Status Gizi (PSG)
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Pemberantasan penyakit menular berarti menghilangkan atau merubah cara
berpindahnya penyakit menular dan/atau infeksi yang dapat mengakibatkan
terjadinya kesakitan, kecacatan bahkan kematian.
Untuk mencapai tujuan tersebut P2M telah melaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
1. Kegiatan pencegahan penyakit yaitu imunisasi
2. Kegiatan pengobatan penyakit, yaitu pengobatan terhadap penyakit ISPA,
Diare, TB Paru, Penyakit Kusta dan penyakit akibat gigitan hewan (kera,
anjing dan kucing).
3. Kegiatan pencegahan dan pemberantasan vektor, yaitu kegiatan berupa
penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk, pemberian abatisasi dan
penyemprotan/ fogging terhadap nyamuk demam berdarah dan nyamuk
malaria.
Dengan demikian usaha P2M adalah kegiatan yang menitikberatkan pada
kegiatan pencegahan dan penanggulangan berupa penyuluhan tentang penyakit
menular dan akibatnya serta pelayanan imunisasi bagi bayi, anak, calon pengantin
dan ibu hamil. Kegiatan penanggulangan adalah pengobatan terhadap penderita,
mengadakan kunjungan rumah dan rujukan untuk kasus-kasus yang memerlukan
penanganan yang lebih lengkap.
6. Upaya Pengobatan
Usaha pengobatan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan pengobatan yang
diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit atau gejala-gejalanya,
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara yang khusus untuk keperluan
tersebut. Di Puskesmas Jeulingke penanganan dan pengobatan yang membutuhkan
spesialisasi dan tindakan yang lebih lanjut akan di rujuk ke Rumah Sakit.
Pengobatan tersebut ditujukan untuk pasien umum, Askes Pegawai Negeri dan
pemegang Kartu Jaringan Pengaman sosial (JPS) dan Kartu Jaminan Aceh (JKA).
3.2 Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan di Puskesmas Jeulingke
adalah:
1. Kesehatan Usia Lanjut
Dalam rangka pemerataan pembangunan pelayanan kesehatan bagi seluruh
penduduk Indonesia maka dilakukan pembinaan kesehatan bagi yang berusia lanjut
(USILA), tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan para USILA agar
selama mungkin aktif, mandiri dan berguna.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada kelompok usia ini adalah :
1. Penyuluhan kesehatan/gizi
2. Pemeriksaan berkala setiap triwulan
3. Proteksi dan tindakan khusus Usila
4. Konseling
5. Pencatatan dan Pelaporan
2. Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan
Upaya kesehatan mata dilaksanakan sebagai suatu usaha pengembangan
peningkatan bidang pelayanan kebutaan dasar dikaitkan dengan peningkatan
pencerdasan dan produktivitas masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas Jeulingke melakukan kegiatan:
1. Penyuluhan tentang kesehatan mata
2. Pemberian vitamin A dosis tinggi untuk balita setiap bulan Februari dan
Agustus.
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi untuk ibu bersalin/ibu nifas
4. Pengobatan penyakit ringan
3. Kesehatan Jiwa
Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan ekonomi,
dapat menimbulkan beberapa masalah psikososial yang mempengaruhi taraf
kesehatan jiwa masyarakat. Upaya kesehatan jiwa Puskesmas adalah upaya
kesehatan jiwa yangdilaksanakan di tingkat Puskesmas secara khusus dan
terintegrasi dengan program lainnya. Kegiatan-kegiatan usaha kesehatan jiwa
meliputi:
1. Pengenalan dini gangguan jiwa
2. Pemberian upaya pertolongan pertama
3. Rujukan ke Rumah Sakit Jiwa
4. Pencatatan dan pelaporan
4. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut adalah usaha kesehatan gigi dasar paripurna
yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Jeulingke dengan prioritas masyarakat berpenghasilan rendah,
khususnya masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut. Sasaran
pelaksanaan kegiatan ini adalah ibu hamil, menyusui, anak-anak dan usia lanjut.
Usaha yang dilaksanakan meliputi:
1. Penyuluhan di sekolah dan di posyandu mengenai pentingnya kesehatan
gigi
2. Pemeriksaan dan pengobatan gigi anak sekolah (UKGS)
3. Pemeriksaan, perawatan dan pengobatan di Poliklinik gigi
4. Rujukan
5. Pencatatan dan pelaporan
5. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Usaha Kesehatan Masyarakat merupakan perpaduan antara keperawatan dan
Kesehatan masyarakat, dengan didukung peran serta masyarakat yang aktif dan
mengutamakan peningkatan pelayanan, pencegahan secara berkesinambungan
tanpa mengakibatkan pengobatan dan pemulihan. Sasaran kegiatan ini ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta likungannya yang
diprioritaskan di daerah rawan. Upaya ini dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan
kegiatan pokok puskesmas.
6. Bina kesehatan Tradisional
Pembinaan upaya pengobatan tradisional terutama kepada upaya peningkatan
mutu pelayanan tradisional. Sasaran program ini meliputi:
1. Pembinaan terhadap pengobatan tradisional
2. Pembinaan terhadap petugas kesehatan
3. Pembinaan terhadap masyarakat
4. Pembinaan terhadap kader dan tokoh masyarakat
5. Peningkatan dan pemanfaatan obat untuk keluarga
7. Bina Kesehatan Kerja
Program ini terutama ditujukan kepada masyarakat pekerja disektor informal
yang ada diwilayah kerja Puskesmas Jeulingke dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
lingkungannya. Dari program ini diharapkan adanya peningkatan kemampuan
tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri, sehingga terjadi peningkatan status
kesehatan dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja.
Penyelenggaraan program ini di puskesmas meliputi:
1. Penyuluhan sebagai tindakan preventif dan kuratif
2. Pelayanan kesehatan di puskesmas
3. Rujukan ke Rumah Sakit
8. Laboratorium Sederhana
Upaya ini dilakukan untuk menunjang usaha pemberantasan penyakit
menular, penyelidikan, epidemiologi, dan pembinaan kesehatan. Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan adalah:
1. Di dalam gedung
a. Pemeriksaan urine, feces, darah rutin, sputum serta plano test
b. Pemeriksaan golongan darah
c. Pemeriksaan DDR untuk mendeteksi adanya malaria
d. Pemeriksaan jamaah haji
2. Di luar gedung
a. Pemeriksaan feces dan Hb murid di desa IDT
b. Pelacakan jamaah haji yang telah pulang dari tanah suci
c. Membantu kegiatan Posyandu
9. Peran Serta Masyarakat
Dalam proses penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dapat berperan
dalam menelaah masalah penentu rencana, pelaksanaan kegiatan dengan upaya
hidup sehat, penilaian hasil kegiatan kesehatan, serta pengembangan upaya
kesehatan selanjutnya.
Kegiatan masyarakat tersebut dapat bersifat pengobatan, pencegahan,
peningkatan maupun pemulihan sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang
dimiliki. Tujuan dari program PSM ini antara lain adalah :
1. Meningkatkan kemampuan pemimpin/tokoh masyarakat dalam merintis
menggerakkan upaya kesehatan di masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam
menggali, menghimpun dan mengelola sarana dan masyarakat untuk
upaya kesehatan.
4. Merangsang dan memotivasi masyarakat untuk dapat menggali
potensiyang ada pada desa dan masyarakat setempat.
Sasaran program ini:
1. Individu yang berpengaruh, baik tokoh formal maupun informal
2. Keluarga
3. Kelompok Masyarakat
4. Organisasi Masyarakat
10. Usaha Kesehatan Masyarakat
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan dalam rangka pembinaan anak usia sekolah sebagai sasaran utama
untuk meningkatkan derajat kesehatan serta membina dan mengembangkan nilai
sikap dan tingkah laku menuju hidup sehat.
Untuk melaksanakan kegiatan ini dilakukan upaya-upaya yang meliputi :
1. Meningkatkan Kesehatan Siswa (Upaya Promotif)
2. Upaya Pencegahan Penyakit (Upaya Preventif)
3. Pemulihan Kesehatan
4. Rehabilitasi
Dalam kegiatannya yaitu kunjungan ke sekolah-sekolah, tindakan yang
dilaksanakan adalah:
1. Pemeriksaan kesehatan umum dan gigi
2. Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan
3. Penyulihan kesehatan dan penyelenggaraan pendidikan kesehatan
4. Penjaringan anak sekolah
5. Pengobatan
6. Kegiatan perbaikan gizi
7. Pemberian imunisasi DT dan TT
8. Rujukan
9. Pencatatan dan pelaporan
11. Upaya kesehatan Fisioterapi
Selain upaya kesehatan yang telah dilakukan berupa preventif, kuratif,
puskesmas juga melakukan upaya rehabilitatif. Sasaran dalam kegiatan ini adalah
individu, baik usia anak, dewasa dan lansia. Dalam hal ini, upaya kesehatan yang
dilakukan yaitu UPTD Puskesmas Jeulingke telah membuat sesuatu terobosan baru
dengan mengadakan kegiatan fisioterapi bagi pasien dalam tahap pemulihan
misalnya pada pasien stoke, serebral palsy. Dan melakukan upaya deteksi dini pada
anak-anak yang mengalami autisme.
12. Pencatatan dan Pelaporan
Untuk mengamati dan menilai status Puskesmas, dilakukan suatu sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP). Semua Kegiatan yang
dilaksanakan baik di dalam gedung dan di luar gedung, akan dicatat dan dilaporkan.
Pelaporan yang diperlukan dibuat secara terpadu meliputi data kegiatan/program
untuk monitoring dan perencanaan kegiatan selanjutnya.
Laporan-Iaporan kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Laporan Mingguan
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Triwulan
4. Laporan Tahunan
5. Laporan Kejadian Luar Biasa (KLB)
BAB IV
KARAKTERISTIK PASIEN

4.1 Distribusi umum penyakit pasien di Puskesmas Jeulingke

Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior bagian Family Medicine yang


dijalankan di Puskesmas Jeulingke dari tanggal 18 April - 29 April 2017. Selama
periode tersebut, 400 orang pasien telah mengunjungi Poli Umum Puskesmas
Jeulingke untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Distribusi jenis penyakit pasien
ditunjukkan dalam tabel di bawah.

Tabel 4.1. Distribusi Penyakit Pasien di Puskesmas Jeulingke Periode 18


April 29 April 2017
No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase
1 ISPA 90 26
2 Hipertensi 60 17
3 Diabetes mellitus 40 12
4 Dispepsia 35 10
5 Penyakit Kulit dan alergi 27 8
6 THT 15 4
7 Penyakit Otot dan Tulang 19 5
8 Saraf 15 4
9 Mata 18 5
10 Diare 23 7
11 Asma 4 1
Jumlah 346 100

Gambar 4.1. Grafik Distribusi Persentase Penyakit Pasien di Puskesmas Jeulingke


Periode 18 April - 29 April 2017
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa paling banyak pasien
berkunjung ke puskesmas Jeulingke dengan penyakit ISPA yaitu sebesar 90 orang
(26%). Perubahan iklim dibulan januari-juni mungkin menjadi faktor predisposisi
terjadinya penyakit ini.
Selanjutnya diikuti oleh penyakit Hipertensi, Diabetes Melitus dan Dispepsia
dengan persentase 17 %, 12 %, dan 10%. Penyakit ini merupakan suatu penyakit
sistemik yang berhubungan dengan pengaturan gaya hidup. Keempat penyakit ini
adalah penyakit yang paling sering di jumpai di puskesmas Jeulingke diikuti dengan
penyakit lain seperti penyekit alergi dan kulit 8%, THT Dan Diare 4%, Penyakit
Otot dan Tulang 5%, mata 5%, saraf 7%, asma 1% dan 9,75% penyakit lain-lain.
4.2 Distribusi Pasien Puskesmas Jeulingke Berdasarkan Jaminan Kesehatan

Distribusi pasien berdasarkan jaminan kesehatan di Puskesmas Jeulingke


dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah.
Tabel 4.2. Distribusi Pasien Berdasarkan Jaminan Kesehatan
No. Jenis Jaminan Jumlah Pasien Persentase (%)
Jaminan Kesehatan
1 216 62
Aceh
2 Askes 110 32
3 JKM 20 6
Jumlah 346 100

Gambar 4.2. Grafik Distribusi Pasien Berdasarkan Jaminan Kesehatan


Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pasien yang berkunjung ke
puskesmas Jeulingke berdasarkan jaminan kesehatan sebagian besar adalah pasien
yang menggunakan jaminan kesehatan aceh (JKA) yaitu sebesar 62 %.

4.3 Distribusi Pasien Puskesmas Jeulingke Berdasarkan Jenis Kelamin


Distribusi pasien berdasarkan jaminan kesehatan di Puskesmas Jeulingke
dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah.

Tabel 4.3. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase

1 Laki-laki 131 38
2 Perempuan 215 62
Jumlah 346 100

Tabel 4.3. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.3. Grafik Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pasien yang berkunjung ke


puskesmas Jeulingke berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah pasien yang
berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 62%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Puskesmas adalah tempat pelayanan kesehatan pertama dalam masyarakat,


karena puskesmas berada di tengah-tengah masyarakat. Puskesmas diharapkan
dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat dalam memberikan semua pelayanan
dasar kesehatan. Seluruh kegiatan pokok di Puskesmas Jeulingke berjalan dengan
baik secara rutin, terorganisir dan lancar. Kegiatan program kerja tahunan
Puskesmas Jeulingke secara operasional dilaksanakan oleh staf puskesmas yang
terorganisir dalam struktur organisasi Puskesmas Jeulingke Kota Banda Aceh.
Terlepas dari keberhasilan dalam pelaksanaan program, masih dijumpai kendala-
kendala yang memerlukan perbaikan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat di masa yang akan datang.
5.2 Saran

1. Menurut kami, puskesmas Jeulingke sudah baik dalam pelayanan kuratif,


namun tindakan promotif dan preventif sebaiknya lebih ditingkatkan
mengingat masih tingginya angka kesakitan penyakit menular seperti ISPA dan
Diare serta penyakit tidak menular seperti Hipertensi dan diabetes mellitus.
2. Sistem Family Folder sudah diterapkan di puskesmas Jeulingke, akan tetapi
alangkah baiknya jika diberikan penanda pada nama pasien yang akan berobat,
sehingga lebih memudahkan dokter dalam melayani pasien.

Banda Aceh, Mei 2017


Mengetahui

Dokter pembimbing I Dokter pembimbing II

dr. Astimarningsih dr. Ariefa Evildha Rahim


Nip. 19831005 201412 2 001 Nip: 19840906 201103 2 001

Kepala UPTD Puskesmas Jeulingke

drg. Juwairiyah Nst, M.Kes


Nip. 19690729 199803 2 007

LAMPIRAN II
PROMOSI KESEHATAN
OUTDOOR
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PENYULUHAN
DEHIDRASI PADA CALON JAMAAH HAJI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS JEULINGKE, BANDA ACEH

1.1 LATAR BELAKANG

Ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan umat Islam sesuai dengan
rukun Islam yang kelima. Ritual ibadah haji dilaksanakan di tanah suci Mekkah dan
diikuti dengan kegiatan ziarah ke Madinah. Secara factual di masyarakat, kegiatan
ritual ibadah haji sudah dilakukan sejak dari tanah air baik berupa manasik maupun
persiapan keberangkatan yang cukup memakan tenaga dan biaya.
Cuaca dan iklim di Arab Saudi tentu berbeda dengan Indonesia. Untuk itulah
seringkali kita menghadapi berbagai kendala dan masalah kesehatan yang berkaitan
dengan iklim ini. Selain itu, ritual ibadah haji juga menyebabkan jamaah haji harus
banyak melakukan kegiatan fisik. Kedua factor ini dapat memicu terjadinya
dehidrasi pada jamaah haji.
Dehidrasi ini semakin menjadi masalah kesehatan yang berat karena
banyaknya jamaah haji yang berusia lanjut. Usia lanjut ini menjadi salah satu resiko
tinggi bagi jamaah haji kita. Selain berusia lanjut mereka juga memiliki factor
resiko yang lainnya seperti hipertensi, gagal jantung dan diabetes mellitus. Faktor
resiko yang multiple ini menyebabkan dehidrasi semakin sulit ditangani.

1.2 TEMPAT / WAKTU KEGIATAN / PESERTA

Tempat : Lapangan Tibang, Jeulingke


Waktu Kegiatan : Sabtu, 30 April 2016
Peserta : Calon jamaah haji di ruang lingkup tibang

1.3 METODE PENYULUHAN


Penyuluhan dilakukan dengan presentasi slide dan membagikan leaflet yang
berisi tentang informasi dehidrasi.
Kegiatan Penyuluhan :
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Media
1. Pembukaan Memberi salam Warga memahami
(2 menit) Memperkenalkan maksud dan tujuan
diri
Menyampaikan
tujuan penyuluhan
2. Pelaksanaan Menyampaikan Mendengarkan Presentasi
(10 menit) materi materi slide &
Sesi diskusi dan penyuluhan Leaflet
tanya jawab yang di
sampaikan
Warga bertanya.
3. Penutup Menyimpulkan dan Warga mampu
rencana tindak menjawab
lanjut, evaluasi pertanyaan yang
dengan diajukan.
memberikan Menjawab
penyuluhan salam.
Menutup dengan
salam

1.4 MATERI PENYULUHAN DEHIDRASI


1.4.1 DEFINISI
Dalam berbagai gangguan klinis, kehilangan cairan mengurangi volume
cairan ekstraselular, berpotensi mengorbankan perfusi jaringan. Diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat untuk mengembalikan euvolemia bisa menyelamatkan
nyawa.
Deplesi cairan terjadi ketika cairan yang mengandung natrium hilang lewat
urin, saluran pencernaan atau kulit, atau perpindahan ke "ruang ketiga" internal
yang menyebabkan volume intravaskular berkurang.
Ketika terjadi kehilangan cairan, dua faktor berfungsi untuk melindungi
terjadinya hipovolemia:
Asupan Natrium dan air umumnya jauh di atas kebutuhan basal.
Ginjal meminimalkan kehilangan cairan dengan meningkatkan reabsorpsi
natrium dan air.

1.4.2 ETIOLOGI
Deplesi cairan terjadi akibat kehilangan natrium dan air dari sistem anatomi
berikut:
Kehilangan cairan lewat traktus Gastrointestinal, termasuk muntah, diare,
pendarahan, dan drainase eksternal
Kehilangan cairan lewat ginjal, termasuk efek obat diuretik, diuresis osmotik,
pembuangan natrium lewat nephropathi, dan hypoaldosteronism
Kehilangan cairan lewat kulit, termasuk keringat, luka bakar, dan kondisi
dermatologis lainnya
Perpindahan cairan ke ruang ketiga, termasuk obstruksi usus, cedera tabrakan,
patah tulang, dan pankreatitis akut
Kehilangan cairan lewat Gastrointestinal - Setiap hari, kira-kira 3 sampai
6 liter cairan yang dikeluarkan oleh lambung, pankreas, kandung empedu, dan usus
ke dalam lumen saluran pencernaan. Hampir semua cairan yang dilepaskan diserap,
sehingga hanya 100 sampai 200 mL hilang dalam feses. Namun, penurunan volume
mungkin terjadi jika cairan yang dikeluarkan tidak dapat diserap (seperti adanya
drainase eksternal dan muntah) atau jika sekresi melebihi kapasitas reabsorpsi, baik
disebabkan karena peningkatan sekresi atau reabsorpsi berkurang. Perdarahan akut
dari setiap organ di saluran pencernaan merupakan penyebab umum dari penurunan
volume. Jamaah haji sering menghadapi masalah pola makan dan menyebabkan
terjadinya diare atau gejala mual dan muntah yang dapat memicu terjadinya deplesi
cairan.
Kehilangan cairan lewat ginjal - Dalam kondisi normal, ekskresi natrium
dan air oleh ginjal disesuaikan dengan asupan. Pada orang dewasa normal, sekitar
130-180 liter disaring oleh kapiler glomerular setiap hari. Lebih dari 98 - 99 %
cairan diserap kembali oleh tubulus, sehingga output urin rata-rata 1 sampai 2 L /
hari. Dengan demikian, pengurangan kecil reabsorpsi di tubular (1 - 2 %) dapat
menyebabkan peningkatan 2 4 liter ekskresi natrium dan air, yang jika tidak
diganti, bisa mengakibatkan penurunan volume cairan tubuh yang banyak. Salah
satu factor resiko yang diderita jamaah haji adalah diabetes dan hipertensi, dimana
keduanya dapat menyebabkan terjadinya gangguan reabsorbsi di tubulus.
Kehilangan cairan lewat kulit - Meskipun produksi keringat rendah di
negara beriklim basah seperti Indonesia, namun hal ini bisa berbeda jika subjek
berolahraga di iklim yang panas dan kering. Kehilangan cairan bisa melebihi 1 - 2
L / jam [1]. Saat ini jamaah haji menjalani ritual ibadah haji pada suasana iklim yang
panas dan berada di daerah gurun pasir, sehingga bisa memicu banyaknya
kehilangan cairan tubuh.
Kulit juga bertindak sebagai penghalang yang mencegah hilangnya cairan
interstisial dengan lingkungan eksternal. Ketika penghalang ini terganggu oleh luka
bakar atau lesi kulit eksudatif, volume besar cairan bisa hilang.
Perpindahan cairan ke ruang ketiga - Deplesi cairan dapat disebabkan oleh
hilangnya cairan interstisial dan intravaskuler ke ruang-ketiga yang dalam kondisi
tidak seimbang dengan cairan ekstraselular. Sebagai contoh, seorang pasien dengan
trauma pinggul retak mungkin kehilangan 1500-2000 mL darah ke dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur. Meskipun cairan ini akan diserap kembali ke
dalam cairan ekstraselular dalam beberapa hari sampai beberapa minggu,
pengurangan akut pada volume darah, jika tidak diganti, dapat menyebabkan
deplesi cairan yang parah. Contoh lain dari perpindahan cairan ke ruang ketiga
termasuk obstruksi usus, pankreatitis akut yang berat, perdarahan (seperti trauma
atau aneurisma aorta abdomen yang pecah), peritonitis, dan obstruksi dari sistem
vena besar.

1.4.3 MANIFESTASI KLINIS


Pasien hypovolemic dapat datang dengan berbagai gejala, temuan
pemeriksaan fisik, dan kelainan laboratorium. Gejala yang muncul terkait dengan
penurunan volume cairan itu sendiri, seperti kelelahan dan dizziness postural, atau
penyebab yang mendasari penurunan volume cairan, seperti muntah, diare, atau
poliuria. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan turgor kulit menurun, rendahnya
tekanan darah arteri atau hipotensi postural, dan tekanan vena jugularis berkurang.
Pasien dengan hipovolemia dapat mengalami berbagai kelainan laboratorium,
termasuk peningkatan kreatinin serum dan basal urea nitrogen (BUN),
hipernatremia atau hiponatremia, hiperkalemia atau hipokalemia, dan alkalosis
metabolik atau asidosis metabolic(2).
Gejala - Tiga manifestasi gejala klinik dapat terjadi pada pasien
hipovolemik(2):
Karena penurunan volume cairan
Terkait dengan penyebab kehilangan cairan tersebut
Karena gangguan elektrolit dan asam-basa yang dapat menyertai penurunan
volume cairan tubuh
Gejala yang berhubungan dengan penurunan volume cairan - Gejala
yang disebabkan oleh hipovolemia terutama terkait dengan perfusi jaringan yang
menurun. Keluhan awal termasuk kelelahan, berdebar, haus, kram otot, dan
dizziness postural. Kehilangan cairan lebih parah dapat menyebabkan nyeri perut,
nyeri dada, atau letargi dan gangguan kejiwaan karena adanya iskemia pembuluh
vaskular mesenterika, koroner, atau otak. Gejala ini biasanya reversibel, walaupun
nekrosis jaringan dapat terjadi jika kondisi kekurangan cairan berlanjut.
Volume atau frekuensi urin biasanya menurun. Volume urin yang rendah
(oliguria) sering ditemukan pada pasien hipovolemik akibat kombinasi aviditas
natrium dan air.
Gejala hipovolemia paling sering terjadi pada pasien dengan deplesi natrium
isoosmotik dan air yang sebagian besar berasal dari cairan ekstraselular. Hal ini
kontras dengan kehilangan air murni karena insensible water losses atau diabetes
insipidus, di mana tingginya osmolalitas plasma (dan konsentrasi natrium)
menyebabkan air bergerak dari sel ke dalam cairan ekstraselular. Hasil dari
kehilangan air murni karena insensible water losses atau diabetes insipidus adalah
bahwa sekitar dua-pertiga dari air yang hilang berasal dari cairan intraselular, suatu
kondisi yang disebut "dehidrasi" daripada "hipovolemia". Pasien dengan
kehilangan air murni menunjukkan gejala hipernatremia (diproduksi oleh defisit
air).
Gejala yang berhubungan dengan penyebab kehilangan cairan - Pasien
dengan hipovolemia akan sering mengalami gejala yang berkaitan dengan
penyebab kehilangan cairan. Gejala-gejala ini mungkin termasuk muntah, diare,
poliuria, luka bakar yang parah, atau, dalam kasus perpindahan cairan ke ruang
ketiga, terkait dengan etiologi yang mendasarinya.
Gejala yang berhubungan dengan kelainan elektrolit - Berbagai gangguan
elektrolit dan asam-basa juga dapat terjadi pada pasien hipovolemik, tergantung
pada komposisi cairan yang hilang. Gejala-gejala yang lebih serius dan kelainan
yang terkait meliputi (2):
Kelemahan otot akibat hipokalemia atau hiperkalemia
Poliuria dan polidipsia karena hipokalemia berat
Tachypnea karena asidosis
Gangguan Neuromuskular seperti lekas marah dan kebingungan karena
alkalosis metabolik
Letargi, kebingungan, kejang, dan koma karena hiponatremia atau
hipernatremia
[4]
Pemeriksaan fisik - Meskipun relatif tidak sensitif dan tidak spesifik ,
temuan tertentu pada pemeriksaan fisik mungkin menunjukkan adanya penurunan
volume cairan. Penurunan volume interstisial dapat dideteksi dengan pemeriksaan
pada kulit dan selaput lendir, sementara penurunan volume plasma dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik dan tekanan vena jugularis.
Kelainan Laboratorium - Pasien dapat memiliki berbagai hasil abnormal
dari tes laboratorium rutin yang dilakukan. Selain menunjukkan adanya penurunan
volume, perubahan ini dapat memberikan petunjuk penting untuk etiologi.
Volume urin rendah - Seperti disebutkan di atas, volume urin biasanya
rendah (oliguria) pada pasien hipovolemik akibat kombinasi aviditas natrium dan
air.
Elevasi kadar BUN dan konsentrasi kreatinin serum - Dalam sebagian
besar keadaan deplesi cairan, BUN dan konsentrasi kreatinin serum berbanding
terbalik dengan laju filtrasi glomerulus (GFR), dimana BUN dan kreatinin
meningkat seiring turunnya nilai GFR. Pengukuran serial BUN dan kreatinin dapat
digunakan untuk menilai perjalanan penyakit ginjal. Namun, tingginya nilai BUN
dapat juga disebabkan oleh peningkatan laju produksi urea atau reabsorpsi tubular.
Peningkatan konsentrasi kreatinin serum lebih baik untuk digunakan sebagai
petunjuk karena diproduksi relatif konstan oleh otot rangka dan tidak diserap
kembali oleh tubulus ginjal.
Dalam kondisi normal rasio kreatinin BUN / serum adalah kurang dari 10:1.
Namun, nilai ini dapat secara substansial meningkat apabila terjadi kondisi
hipovolemik. Peningkatan ini terkait reabsorpsi urea[8]. Secara umum, sekitar 40
sampai 50 persen urea disaring dan diserap di tubulus proksimal, di mana hal ini
dipengaruhi oleh reabsorpsi natrium dan air. Dengan demikian, peningkatan
reabsorpsi natrium proksimal dalam kondisi dehidrasi menghasilkan peningkatan
reabsorpsi urea. Efeknya adalah penurunan ekskresi urea dan peningkatan kadar
BUN dan rasio BUN / kreatinin serum. Rasio BUN/ kreatinin serum sering lebih
besar dari 20:1. Kenaikan selektif kadar BUN ini disebut azotemia prerenal.
Konsentrasi kreatinin serum akan meningkat jika tingkat hipovolemia cukup parah
untuk menurunkan GFR.
Hipernatremia dan hiponatremia - Berbagai faktor dapat mempengaruhi
konsentrasi natrium serum dalam kondisi hipovolemik. Hilangnya cairan primer,
seperti dalam insensible water losses atau diabetes insipidus, menghasilkan
hipernatremia. Di sisi lain, garam dan air yang hilang menyebabkan hiponatremia.
Deplesi cairan merangsang pelepasan hormon antidiuretik (ADH), yang akan
cenderung menyebabkan retensi air.
Hipokalemia dan hiperkalemia - Baik hipokalemia atau hiperkalemia dapat
terjadi pada pasien yang hipovolemik. Hiipokalemi adalah jauh lebih sering
ditemukan akibat kehilangan kalium dari saluran pencernaan atau dalam urin.
Namun, adanya ketidakmampuan ekskresi kalium dalam urin karena kegagalan
ginjal, hypoaldosteronism, atau penurunan volume cairan itu sendiri.
Alkalosis metabolik dan asidosis - Pengaruh kehilangan cairan pada
keseimbangan asam-basa juga bervariabel. Meskipun pada kondisi deplesi cairan
tubuh mempertahankan pH ekstraselular tetap normal, namun alkalosis metabolik
atau asidosis metabolik dapat terjadi. Pasien dengan keluhan muntah atau diberikan
diuretik cenderung untuk terjadi alkalosis metabolik karena kehilangan ion
hidrogen dan kontraksi volume cairan. Di sisi lain, kehilangan bikarbonat (akibat
diare atau fistula usus) dapat menyebabkan asidosis metabolik. Selain itu, asidosis
laktat dapat terjadi pada kondisi shock dan ketoasidosis diabetes mellitus.
Hematokrit dan konsentrasi albumin serum - Karena eritrosit dan albumin
pada dasarnya terbatas pada pembuluh darah, penurunan volume plasma akibat
penurunan volume cairan cenderung mengakibatkan peningkatan hematokrit
(misalnya, polisitemia relatif) dan konsentrasi albumin serum. Namun, perubahan
ini sering tidak terjadi karena didasari adanya kondisi hipoalbuminemia dan / atau
anemia, , misalnya karena perdarahan.
Manifestasi syok - Jika tingkat hipovolemia menjadi lebih parah, karena
disebabkan hilangnya 30 persen volume cairan tubuh, ditandai dengan perfusi
jaringan yang menurun, mengakibatkan sindrom klinis disebut sebagai
hipovolemik syok [3,4]. Sindrom ini dikaitkan dengan peningkatan aktivitas simpatik
yang ditandai dengan adanya takikardia, akral dingin dan berkeringat, sianosis,
output urin rendah (biasanya kurang dari 15 mL / jam), dan kadang ditemukan
adanya agitasi dan delirium karena aliran darah otak berkurang.
Manifestasi pada orang tua - Seperti pada orang yang lebih muda,
kehilangan cairan yang berlebihan pada orang tua sering memberikan tanda-tanda
dan gejala nonspesifik. Yang paling khusus untuk hipovolemia adalah penurunan
berat badan akut, namun memperoleh data berat badan yang akurat dari waktu ke
waktu mungkin sulit pada orang tua. Berat badan sangat penting untuk
mengidentifikasi deplesi cairan karena pada orang tua memiliki proporsi lemak
yang lebih besar dari massa otot. Individu yang lebih tua memiliki jumlah cairan
tubuh yang lebih rendah (relatif terhadap berat badan) dan oleh karena itu, untuk
kehilangan cairan, akan menyebabkan penurunan yang lebih besar pada volume
cairan ekstraselular. Hipotensi postural jarang pada pasien usia lanjut akibat dari
disfungsi simpatik dan kondisi fisik yang buruk. Selain itu, lidah dan mulut kering,
kelemahan otot, kebingungan, kesulitan berbicara, dan mata cekung dapat terjadi
[5]
pada orang tua karena berbagai penyebab selain penurunan volume . Orang tua
sangat rentan terhadap hipernatremia karena gangguan mekanisme haus dan
ketidakmampuan untuk meningkatkan asupan air karena gangguan kemampuan
menelan dan imobilisasi.
1.4.4 DIAGNOSA
Dalam hampir semua kasus, diagnosis klinis hipovolemia berdasarkan
manifestasi karakteristik yang disebutkan di atas dan dikonfirmasi oleh konsentrasi
natrium urine yang rendah.
Anamnesis yang akurat dan pemeriksaan fisik yang baik tidak hanya
memberikan bukti untuk penurunan volume cairan tetapi juga dapat membantu
menentukan etiologinya. Pada orang tua, anamnesis tidak dapat mengidentifikasi
penyebab hipovolemia. Hal ini disebabkan karena adanya gejala kebingungan atau
masalah kognitif. Masalah tambahan adalah ketidakmampuan untuk mendeteksi
hipovolemia relatif pada pasien dengan edema atau gagal ginjal.
Konsentrasi natrium urine- Konsentrasi natrium urine yang rendah (atau
konsentrasi klorida urin yang rendah pada pasien yang memiliki alkalosis
metabolik) sangat sugestif adanya perfusi jaringan yang berkurang. Namun, adanya
natrium urin yang rendah tidak selalu berarti bahwa pasien memiliki penurunan
volume cairan, karena pada kondisi gagal jantung, sirosis dengan ascites, dan
sindrom nefrotik juga terjadi penurunan konsentrasi natrium urin.
Eksresi natrium - Sebuah alternatif untuk pengukuran konsentrasi natrium
urin adalah dengan mengukur fraksi eksresi natrium (FEnA). FEnA dapat langsung
mengevaluasi hilangnya natrium dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume
urin. FEnA berguna dalam diagnosis diferensial dari gagal ginjal akut oliguri
dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada kondisi hipovolemik nilai
FEnA biasanya di bawah 1 persen dan di atas 1 persen ketika oliguria disebabkan
karena nekrosis tubulus akut [6,7].
Osmolalitas urin Pada kondisi hipovolemik, osmolalitas urin seringkali
[6,8]
melebihi 450 mOsmol / kg . Osmolalitas urin yang tinggi konsisten dengan
kondisi hipovolemia, tetapi nilai osmolalitas yang relatif isoosmotik tidak
[8]
mengesampingkan gangguan deplesi cairan . Konsentrasi kemih juga dapat
dinilai dengan mengukur berat jenis. Hasilnya kurang dapat diandalkan
dibandingkan dengan osmolalitas urine karena berat jenis ditentukan oleh massa
jumlah partikel zat terlarut dalam urin. Nilai BJ urin di atas 1.015 sugestif, tetapi
bukan diagnostik, kondisi hipovolemia.
Urinalisis - Pemeriksaan urin adalah alat diagnostik yang penting pada pasien
dengan peningkatan BUN dan kreatinin plasma. Urinalisis umumnya normal pada
kondisi hipovolemik dengan fungsi ginjal yang masih normal. Hal ini berbeda jika
ditemukan adanya penyebab kelainan ginjal sebelumnya di mana pada pemeriksaan
urine didapatkan protein, sel, dan / atau kristal.
Tekanan vena sentral - Ini adalah tekanan diastolik ventrikel kiri (Left
Ventricle End Diastolic Pressure), dan bukan tekanan atrium kanan, yang
merupakan penentu output ventrikel kiri yang bersama-sama dengan resistensi
vaskular, menentukan perfusi jaringan. Meskipun perkiraan tekanan vena sentral
dapat membantu menentukan status volume pasien, tekanan vena sentral tidak
memadai untuk memprediksi apakah cairan intravena akan meningkatkan stroke
volume dan indeks jantung [9].

1.5 TANYA JAWAB


Tanya : Buah-buahan apa saja yang dapat dikonsumsi untuk melepas
dahaga atau untuk menambah asupan cairan apabila minum-
minuman saja tidak cukup mencegah dehidrasi ?

Jawab : Calon jamaah haji dapat mengonsumsi buah-buahan yang


mengandung banyak cairan. Contoh buah buahan yang banyak
mengandung cairann yakni: semangka, apel, anggur. Untuk
menghindari dehidrasi, usahakan membatasi aktivitas yang tidak
diperlukan (diluar ibadah haji) terutama di daerah terbuka.

1.6 PENUTUP
Dalam berbagai gangguan klinis, kehilangan cairan akan menyebabkan
volume cairan ekstraselular berkurang dan berpotensi perfusi jaringan ikut
berkurang. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk mengembalikan
euvolemia bisa menyelamatkan nyawa.
Pasien yang mengalami kondisi hipovolemik dapat ditemukan dengan
berbagai gejala, baik temuan pemeriksaan fisik, dan kelainan laboratorium. Gejala
yang timbul terkait dengan penurunan volume itu sendiri, seperti letargi dan
dizzines postural, atau penyebab yang mendasari penurunan volume, seperti
muntah, diare, atau poliuria. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan turgor kulit
menurun, rendahnya tekanan darah arteri atau hipotensi postural, dan tekanan vena
jugularis berkurang. Pasien dengan hipovolemia dapat ditemukan berbagai kelainan
laboratorium, termasuk kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN),
hipernatremia atau hiponatremia, hiperkalemia atau hipokalemia, dan alkalosis
metabolik atau asidosis metabolik.
Tidak seperti pada orang yang lebih muda, kehilangan cairan yang berlebihan
pada orang tua sering memberikan tanda-tanda dan gejala nonspesifik. Yang paling
khusus untuk hipovolemia adalah penurunan berat badan akut.
Konsentrasi natrium urin rendah sangat sugestif adanya perfusi jaringan yang
berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Better OS. Impaired fluid and electrolyte balance in hot climates. Kidney
Int 1987; 32:S97.
2. Stern EH, Emmet M, Forman JP. Etiology, clinical manifestations, and
diagnosis of volume depletion in adults. UpToDate 21.1. 2013
3. Weil MH, von Planta M, Rackow EC. Acute circulatory failure (shock). In:
Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine, Braunwald E (Ed),
Saunders, Philadelphia 1988.
4. Baskett, PJF. ABC of major trauma. Management of hypovolaemic shock.
Br Med J 1990; 300:1453
5. Cohn, JN. Blood pressure measurement in shock: Mechanism of inaccuracy
in auscultatory and palpatory methods. J Am Med Assoc 1967; 199:118
6. Miller TR, Anderson RJ, Linas SL, et al. Urinary diagnostic indices in acute
renal failure: a prospective study. Ann Intern Med 1978; 89:47
7. Espinel CH, Gregory AW. Differential diagnosis of acute renal failure. Clin
Nephrol 1980; 13:73
8. Rose BD. Pathophysiology of Renal Disease, 2d ed, McGraw-Hill, New
York City 1987. p.82
9. Marik PE, Baram M, Vahid B. Does central venous pressure predict fluid
responsiveness? A systematic review of the literature and the tale of seven
mares. Chest 2008; 134:172
DOKUMENTASI
Banda Aceh, Mei 2017

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Asti Marningsih dr. Ariefa Evildha Rahim


Nip. 19831005 201412 2 001 Nip.19840906 201103 2 001

Diketahui,
Kepala UPTD Puskesmas Jeulingke

drg. Juwairiah Nasution, M. Kes


NIP. 19690729 199803 2 007

Anda mungkin juga menyukai