Anda di halaman 1dari 2

PAJAK

1. Komsumsi tanpa NPWP = 4 %


2. Komsumsi ada NPWP =2%
Nilai kwitansi Rp.2.000.000 keatas

3. Pengadaan diatas Rp.1000.000


Jika pengadaan tersebut sudah termasuk pajak
DPP = 100/110 x Nilai Kwitansi = XYZ
PPN = Nilai kwitansi XYZ x 10 %

Jika pengadaan belum termasuk pajak


PPN = Nilai kwitansi x 10 %

4.
5. Foto copy = 4 % x Nilai kwitansi (tidak terbatas)
6. Biaya service = 2 % x Nilai Kwitansi (Nilai tidak terbatas)
7. Upah Tukang = upah sehari lebih dari Rp.450.000 (PPh.21)

Contoh 1
Upah sehari Rp200.000.
PTKP Sehari (Rp54.000.000/360) Rp150.000
PKP Rp 50.000
PPh 21 terutang 5 % x Rp50.000 = Rp2.500
Yang diterima Rp200.000 Rp2.500 Rp....

Contoh 2
Mis. Ali bekerja selama 20 hari dengan upah sehari Rp500.000
Upah sehari di atas Rp450.000
Adalah Rp500.000 Rp450.000 Rp50.000
PPh.21 5 % x Rp50.000 Rp2.500

Pada hari ke 10 Ali telah menerima Rp5.000.000 sehingga telah melebihi


Rp4.500.000 sehingga perhitungannya sbb :
Upah 10 hr kerja (10 x Rp500.000) Rp5.000.000
PTKP = 10 x (Rp54.000.000/360) Rp1.500.000
PKP Rp3.500.000

PPh.21 = 5 % x Rp3.500.000 Rp175.000


PPh 21 yang telah dipotong s.d hari ke 9 (9 x Rp2.500) Rp 22.500
Pada hari ke 10 Rp152.500
Upah yang diterima Ali pada hari ke 10 adalah
Rp500.000 Rp152.500 Rp347.500

Pada hari ke 11 dan seterusnya perhitungannya sbb :


Upah sehari Rp500.000
PTKP (Rp54.000.000 : 360) Rp150.000
PKP Rp350.000
PPh 21 terutang adalah 5%x Rp350.000 = Rp17.500

Upah yang diterima hari ke 11 sebesar


Rp500.000 Rp17.500 = Rp482.500
1) Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016, tanggal 29
September 2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan
Orang Pribadi, Pasal 9 Ayat (1) huruf a dan Pasal 10 Ayat (2) :
Pasal 9 ayat 1 huruf a : Dasar pengenaan dan pemotongan PPh pasal
21 adalah sebagai berikut : Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku
bagi:Pegawai tetap, Penerima pensiun berkala, Pegawai tidak tetap
yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif
penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah
melebihi Rp4.500.000,-, danbukan pegawai sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan.
Pasal 10 ayat (2) : Penghasilan kena pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (1) huruf a adalah sebagai berikut : a) bagi
Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan
netto dikurangi Penghasilan tidak Kena Pajak (PTKP). b) bagi Pegawai
Tidak Tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 101/010/2016,Pasal 1 : Besarnya
penghasilan tidak kena pajak disesuaikan menjadi sebagai berikut : a)
Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak
orang pribadi; b) Rp4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah)tambahan
untuk wajib pajak yang kawin.

Anda mungkin juga menyukai