Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Infeksi nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection

(HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien di

rawat di Rumah sakit (WHO, 2004). Infeksi bedah adalah salah satu bentuk

infeksi nosokomial yang sering terjadi di Rumah sakit yang menyerang klien

yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di Rumah sakit dan juga dapat

terjadi selama pasien berada dalam fasilitas kesehatan atau baru terjadi

setelah klien pulang. Faktor penyebab terjadinya infeksi nosokomial

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang ada dalam diri pasien,

faktor lingkungan sekitar dan juga faktor keperawatan yang berkaitan dengan

standar pelayanan yang diberikan (Darmadi, 2008). Selain itu, faktor lain

yang juga dapat mempengaruhi adalah teknik pembedahan yang kurang baik

atau tidak steril (Sjamsuhidajat, 2005).

Menurut WHO (2007) dalam Ristiawan (2013) presentase infeksi

nosokomial di Rumah sakit di seluruh dunia mencapai 9% (variasi 3-21%)

atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap. Suatu penelitian yang dilakukan oleh

WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% pada 55 Rumah sakit dari 14 negara

yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik

menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan untuk Asia Tenggara sebanyak

10,0% Menurut Hermawan (2007) dalam Putra (2010) di Indonesia, angka

1
2

kejadian infeksi nosokomial pasien rawat inap di bangsal bedah adalah pada

rentang 5,8%-6%.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan infeksi

nosokomial di Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Kebijakan itu

tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/III/2007

tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah sakit dan

Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan Menkes Nomor

381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah

sakit dan Fasilitas Kesehatan. Saat ini angka kejadian infeksi nosokomial

telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan Rumah sakit.Izin

operasional sebuah Rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian

infeksi nosokomial (Darmadi,2008).

Untuk mengatasi infeksi nosokomial ini maka diperlukan antibiotik

yang tepat, namun pada kenyataannya kebanyakan masyarakat di Indonesia

belum mengetahui antibiotik yang tepat untuk digunakan. Bila antibiotik

dipakai atau diresepkan secara tidak tepat (irrational prescribing) maka

secara otomatisbakteri dapat dengan mudah beradaptasi dengan paparan

antibiotik (Peterson, 2005). Ditambah lagi dengan kurangnya pengawasan

pemerintah dalam distribusi dan penggunaan antibiotik (Kemenkes RI, 2011).

Resistensi antibiotik terhadap mikroba menimbulkan beberapa

konsekuensi yang fatal. Resistensi antibiotik mengakibatkan perpanjangan

penyakit (prolonged illness), meningkatnya resiko kematian (greater risk of

death) dan semakin lamanya masa rawat inap di rumah sakit (length of stay)
3

(Deshpande et al,2011). Dari segi ekonomi, resistensi antibiotik juga

mengakibatkan biaya kesehatan akan semakin meningkat seiring dengan

dibutuhkannya antibiotik baru yang lebih kuat dan lebih mahal. Tidak semua

lapisan masyarakat mampu menjangkau antibiotik generasi baru tersebut.

Salah satu solusi yang diyakini dapat mengurangi kejadian resistensi

antibiotik adalah dengan mengetahui antibiotik yang tepat untuk bakteri

penyebab infeksi. Oleh karena itu, maka penulis tertarik melakukan penelitian

untuk mengetahui kepekaan antibiotik terhadap bakteri-bakteri penyebab

infeksi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan dari

penelitian ini adalah bagaimana kepekaan antibiotik dari bakteri penyebab

infeksi luka operasi di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kejadian kepekaan antibiotik pada pasien infeksi luka

operasi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah bakteri penyebab infeksi luka operasi

mengalami resistensi, intermediate, atau sensitif.


4

b. Untuk mengetahui antibiotik apa saja yang tepat untuk menangani infeksi

luka operasi.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Institusi

a. Memberikan informasi tentang gambaran kepekaan bakteri luka operasi.

b. Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain.

2. Terapan

Sebagai rujukan bagi Rumah sakit Bahteramas dalam penentuan antibiotik

yang efektif pada pasien infeksi luka operasi.

Anda mungkin juga menyukai