Anda di halaman 1dari 7

Belanja Modal dan Pengaruhnya Terhadap Kemandirian

Keuangan Daerah

Riselly1), Arniati2)
1) Jurusan Akuntansi Manajerial, Politeknik Negeri Batam, Batam 29861, email: r i s ell y@ p ol i ba ta m .ac. i d
2) Program Studi Akuntansi, Politeknik Negeri Batam, Batam 29861, email: arni.arina@yahoo.com

Abstrak - Belanja modal pada umumnya dialokasikan untuk perolehan aset tetap yang dapat digunakan sebagai
sarana pembangunan kota. Berkembang pesatnya pembangunan diharapkan terjadi peningkatan kemandirian
kota dalam membiayai kegiatannya sendiri terutama dalam hal keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh alokasi belanja modal terhadap kemandirian keuangan pemerintah kota. Metode penelitian
yang digunakan adalah analisis regresi dengan membandingkan dua variabel penelitian yakni belanja modal
(independent variable) dengan kemandirian kota/PAD (dependent variable). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa belanja modal berpengaruh signifikan positif terhadap kemandirian keuangan pemerintah
kota, hal ini menunjukkan bahwa belanja modal mampu menjadi variabel predictor untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kata Kunci: Belanja modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kemandirian keuangan.

Abstract - Capital expenditures are generally allocated to the acquisition of fixed assets which can be used as a
means of urban development. The rapid growth of the construction is expected to increase self-sufficiency in the
city finance its own activities, especially in financial matters.This study aimed to determine the effect of capital
expenditure on independence of city finances. The method used is regression analysis to compare the two
variables ie capital expenditure (independent variable) with the independence of city finances/PAD (dependent
variable). The results of this study indicate that significant capital expenditure positive to independence of city
finances, this suggests that the capital expenditure for the predictor variables were able to increase local revenue
(PAD).

Keywords: capital expenditure, local revenue (PAD), financial independence.

1. PENDAHULUAN wewenang tersebut (UU No 32 tahun 2004 Tentang


Otonomi daerah).
Desentralisasi yang dilakukan pemerintah
Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah
Indonesia berpengaruh pada pengelolaan keuangan
pemerintah pusat dan daerah. Pada tahun 1999 wacana adalah tiap-tiap pemerintah daerah harus mampu
ini dipertegas dengan dikeluarkannya Undang-Undang meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah masyarakat secara demokratis, adil, merata dan
kemudian diubah menjadi UU No.32 Tahun 2004 berkesinambungan. Untuk memenuhi kewajiban
yang diikuti dengan adanya Undang-Undang No. 20 tersebut, pemerintah daerah harus mampu mengelola
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan potensi daerahnya yang berupa sumber daya alam,
Daerah. Pembentukan otonomi daerah ini menjadi
sumberdaya manusia hingga potensi sumber daya
langkah awal bagi gencarnya pembangunan serta
kemandirian daerah. keuangan secara optimal. Kemampuan pemerintah
Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mengelola keuangannya tertuang dalam
kabupaten/kota merupakan salah satu bentuk Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang
implementasi otonomi daerah. Otonomi tersebut kemudian mencerminkan kemampuan pemerintah
tercermin dari kewenangan independen yang dimiliki daerah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan
setiap daerah, untuk mengurus pelaksanaan sebagai bagian dari penyelanggaraan pemerintahan.
pemerintahan, membentuk struktur aparat administrasi Peran dari anggaran dalam penyelanggaraan
daerah, menyusun dan merealisasikan anggaran dan pemerintahan khususnya pemerintah daerah
belanja daerah, serta menyusun dan menerapkan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan
pengendalian internal atas pelaksanaan wewenang- sarana dan prasarana umum. Dalam konteks
pengelolaan keuangan daerah, penyediaan sarana
umum terkait dengan belanja modal. Belanja modal positif dan signifikan terhadap pendapan asli daerah
menurut PMK No: 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Provinsi Jawa Tengah [16].
Akun Standar mendefinisikan belanja modal sebagai Belanja modal mempunyai pengaruh signifikan
pengeluaran anggaran yang dugunakan dalam rangka positif terhadap kemandirian keuangan daerah,
memperoleh atau menambah aset tetap dan aset sedangkan dana alokasi umum berpengaruh signifikan
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah
akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi [2]. Alokasi belanja modal berpengaruh terhadap
aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
pemerintah. Belanja modal merupakan belanja yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh kinerja daerah
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan [14]. Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan
menambah asset atau kekayaan daerah. Sehingga terhadap pendapatan asli daerah dengan menggunakan
dapat disimpulkan bahwa belanja modal merupakan sampel kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah hal
seperangkat pengeluaran daerah dalam hal ini ini menunjukkan bahwa penelitian ini sependapat
pemerintah kota yang berwujud asset tetap dengan penelitian sebelumnya [15].
dimaksudkan untuk membantu melancarkan Belanja modal berpengaruh negatif terhadap
pelaksanaan tugas pemerintahaan guna membantu pertumbuhan kinerja keuangan daerah secara
penyediaan kebutuhan publik dan tidak untuk langsung, sedangkan secara tidak langsung belanja
diperjual belikan [4]. modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
Dari penjelasan diatas jelas terlihat bahwa kinerja keuangan melalui pendapan asli daerah
pembangunan daerah (kota) tidak mungkin sebagai variabel intervening. Penelitian ini
diwujudkan tanpa adanya pembangunan fisik berupa menunjukan hasil yang berbeda dengan penelitian
sarana dan prasarana. Pembagunan fisik tersebut dapat sebelumnya [10]. Beberapa peneliti lain menyatakan
dilaksanakan jika perencanaannya dimasukkan dalam bahwa terdapat pengaruh pendapatan asli daerah dan
APBD pada pos belanja modal. Alokasi belanja modal dana alokasi umum terhadap belanja modal.
dibentuk melalui proses penyusunan anggaran. Hasil penelitian tersebut beragam, ada yang
Tentunya dalam pengalokasian belanja modal sebagai menunjukkan hubungan positif dan negatif. Hal
pendukung proses pembangunan, peran proses tersebut terjadi karena adanya perbedaan variabel,
penganggaran sangatlah signifikan. Penggunaan sampel penelitian, periode penelitian, dan metode
pendekatan penganggaran berbasis kinerja tentunya penelitian yang digunakan. Perbedaan tersebut
akan semakin berpengaruh dalam penetapan tujuan mendorong penulis untuk memperkuat bukti yang
dan outcome hingga akhirnya dituangkan kedalam berkaitan dengan pengaruh belanja modal terhadap
angka-angka pada pos belanja modal APBD. kemandirian keuangan pemerintah daerah dengan
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang menggunaan sampel beberapa kota diberbagai
diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, provinsi yang berbeda. Sedangkan penelitian
retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain sebelumnya hanya kota-kota tertentu seperti di jawa
yang sah. Dari uraian diatas penulis menyimpulkan tengah [15].
bahwa pendapatan asli daerah adalah semua
penerimaan keuangan suatu daerah, dimana 2. TINJAUAN PUSTAKA
penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-
potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak 2.1. Definisi APBD, Fungsi, dan
Pertanggungjawabanya
daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta Pengertian APBD pada Permendagri nomor 13 tahun
penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan 2006, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan
daerah yang nantinya akan digunakan untuk daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung
melaksanakan pembangunan dan penyelenggaraan tanggal 1 Januari sampai 31 Desember. APBD
pemerintahaan secara mandiri, adil dan merata. merupakan rencana kerja pemda dalam bentuk satuan
Penelitian sebelumnya menunjukkan bukti uang untuk kurun waktu satu tahunan dan berorientasi
empiris bahwa belanja modal berasosiasi positif pada tujuan kesejahteraan public [3]. Adapun struktur
terhadap belanja pemeliharaan dan menunjukkan APBD berdasarkan Permendagri nomor 13 tahun 2006
bahwa hubungan asosiasitif antara belanja modal dan terdiri dari 3 bagian yaitu:
pemeliharan adalah robust (kuat) [1]. Investasi yang 1. Pendapatan Daerah
dilakukan pemerintah daerah berupa belanja modal Penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan
kendaraan roda 2 atau 4 mempunyai pengaruh yang aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. 2.3 Definisi Belanja Modal
Oleh karena itu, pendapatan dapat berupa arus kas Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91
aktiva masuk, peningkatan aktiva atau tahun 2007 Belanja modal merupakan pengeluaran
anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh
pengurangan hutang yang bukan berasal dari
atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang
konstribusi ekuitas pemerintah daerah. memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
2. Belanja Daerah serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap
Menurut IASC Framework, penurunan dalam atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset
manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam tetap tersebut dipergunakan untuk operasional
bentuk arus keluar atau deplesi asset atau kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk
terjadinya utang yang mengakibatkan dijual.
berkurangnya akuitas dana. Belanja daerah adalah Menurut Peraturan Dirjen Perbendaharaan
semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu Nomor 33 tahun 2008, suatu belanja dikategorikan
periode anggaran [4] sebagai belanja modal apabila:
3. Pembiayaan Daerah 1. pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya
Pembiayaan adalah sumber-sumber penerimaan perolehan aset tetap atau aset lainnya yang
menambah masa umur, manfaat dan kapasitas
dan pengeluaran daerah yang dimaksudkan untuk
2. pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum
menutupi defisit anggaran atau sebagai alokasi kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah
surplus anggaran. Adanya pos pembiayaan ditetapkan pemerintah
merupakan upaya agar APBD makin inofatif yaitu 3. perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan
dapat memisahkan pinjaman dari pendapatan untuk dijual.
daerah.
2.4 Pengertian Otonomi Daerah
2.2. Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang
Daerah (APBD) berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang
Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan
sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan
rumah tangga sendiri.
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi [3]. Indikator Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan tentang
kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang otonomi daerah antara lain:
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau 1. F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah
tujuan yang telah ditetapakan, dengan sebagai hak dan wewenang untuk mengatur dan
memperhitungkan indikator masukan (input), keluaran mengurus rumah tangga daerah.
(output), hasil, manfaat, dan dampak. Analisis kinerja 2. Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa
otonomi mempunyai makna kebebasan atau
dapat dilakukan dalam 3 (tiga) bagian yaitu [6]:
kemandirian tetapi bukan kemerdekaan.
1. Analisis Kinerja Pendapatan Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu
Analisis terhadap kinerja pendapatan daerah secara terwujud pemberian kesempatan yang harus
umum terlihat dari realisasi pendapatan dan dipertanggungjawabkan.
anggarannya. Apabila realisasi melampaui 3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah
anggaran (target) maka kinerja dapat dinilai adalah hak mengatur dan memerintah daerah
denganbaik. sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah
2. Analisis Kinerja Belanja pusat.
Analisis belanja daerah sangat penting dilakukan
untuk mengevaluasi apakah pemerintah daerah 2.5 Prinsip dan Tujuan Otonomi Daerah
telah menggunakan APBD secara ekonomis, Otonomi daerah dan daerah otonom, biasa rancu
dipahami oleh masyarakat. Padahal sebagaimana
efisien, dan efektif (value for money). pengertian otonomi daerah di atas, jelas bahwa untuk
3. Analisis Pembiayaan menerapkan otonomi daerah harus memiliki wilayah
Analisis pembiayaan dilakukan untuk pola dengan batas administrasi pemerintahan yang jelas.
anggaran pemerintah daerah. Selain itu dapat Daerah otonomi adalah wilayah administrasi
digunakan untuk membaca kebijakan anggaran pemerintahan dan kependudukan yang dikenal dalam
pemerintah daerah. Salah satu pos yang paling Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
urgent dalam pembiayaan ini adalah Sisa Lebih Pemerintahan Daerah. dengan demikian jenjang
daerah otonom ada dua bagian, walau titik berat
Perhitungan Anggaran (SILPA). Besarnya SILPA
pelaksanaan otonomi daerah dilimpahkan pada
yang diperolah dari suatu pemerintah kabupaten/kota. Adapun daerah provinsi,
berotonomi secara terbatas yakni menyangkut
koordinasi antar/lintas kabupaten/kota, serta dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri
kewenangan pusat yang dilimpahkan pada provinsi, dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
dan kewenangan kabupaten/kota yang belum mampu pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
dilaksanakan maka diambil alih oleh provinsi. Secara
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
konsepsional, jika dicermati berlakunya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004, dengan tidak adanya
perubahan struktur daerah otonom, maka memang 2.8 Hubungan Belanja Modal dan Pendapatan
masih lebih banyak ingin mengatur pemerintah daerah Asli Daerah
baik provinsi maupun kabupaten/kota. Disisi lain, Pada pemerintahan daerah, proses penyusunan
pemerintah kabupaten/kota yang daerah otonomnya anggaran mencakup dua komponen belanja yang
terbentuk hanya berdasarkan kesejahteraan memiliki siklus berbeda, yakni siklus anggaran
pemerintahan, maka akan sulit untuk berotonomi operasional yang menghasilkan rencana keuangan
secara nyata dan bertanggungjawab di masa bagi aktivitas pemerintahan yang berjalan terus
mendatang. menerus dan siklus anggaran belanja modal, yang
merupakan perencanaan untuk mendapatkan
2.6 Kemandirian Keuangan Daerah peralatan, bangunan, infrastruktur, dan aset tetap
Kemandirian atau kemampuan keuangan suatu daerah lainnya. Anggaran modal proyek tertentu, biasanya
dapat dilihat dari besar kecilnya Pendapatan Asli memberikan rincian tentang lokasi proyek dan
Daerah (PAD) yang diperoleh daerah yang desain, sumber pendanaan, kerangka waktu untuk
bersangkutan. Dalam kaitannya dengan pemberian penyelesaian, dan persentase proyek selesai sampai
otonomi daerah yang lebih besar kepada daerah [12]. saat ini. Sebaliknya, anggaran operasional
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dipandang mencerminkan bagaimana struktur organisasi
sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk pemerintahan dan membandingkan pengeluaran
mengukur tingkat ketergantungan suatu daerah kepada setiap departemen antara tahun berjalan dengan
pemerintah [5]. tahun lalu untuk mendapatkan estimasi pengeluaran
Kemampuan pemerintah daerah dalam untuk tahun yang akan datang. Keputusan untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) seperti meningkatkan belanja modal merupakan bagian dari
pajak daerah, retribusi dan lain-lain. Karena itu keinginan untuk meningkatkan kualitas dan
otonomi daerah dan pembangunan daerah bisa kuantitas pelayanan publik, yang diikuti dengan
diwujudkan hanya apabila disertai kemandirian fiskal peningkatan belanja-belanja lain. Sehingga
yang efektif. Ini berarti bahwa pemerintahan daerah diharapkan dengan adanya hal tersebut Pemerintah
secara finansial harus bersifat independen terhadap Kota mampu menarik dan menghasilkan
pemerintah pusat dengan jalan sebanyak mungkin Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebanyak-
banyaknya.
menggali sumber-sumber PAD seperti pajak, retribusi
dan sebagainya [11].
3. METODOLOGI PENELITIAN
Beberapa peneliti menjadikan PAD sebagai alat
ukur kemandirian keuangan pemerintah daerah dalam Penelitian ini bersumber pada data sekunder yang
variabel dependen penelitiannya yang membahas diperoleh penulis dari Direktorat Jendral Perimbangan
tentang analisis pengelolaan keuangan daerah terhadap Keuangan, Kementerian Keuangan Republik
kemandirian daerah [16]. Kemandirian keuangan Indonesia. Sesuai dengan fokus penelitian, maka
daerah tergambar dalam sebuah rasio yakni realisasi sampel yang diambil merupakan institusi pemerintah
daerah, khususnya pemerintah kota. Penulis
pendapatan asli daerah per total realisasi pendapatan
mengambil sampel sebanyak 21 kota dengan metode
daerah [2]. purposive sampling-judgment.
Pemilihan judgment sampling oleh penulis
2.7 Definisi Pendapatan Asli Daerah didasarkan atas pertimbangan data realisasi APBD
PAD adalah merupakan suatu pendapatan yang 2009-2012 (Audited) yang memiliki PAD tertinggi se-
menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk Indonesia dan memiliki belanja modal disetiap
menghimpun sumbersumber dana untuk membiayai tahunnya. dalam pengambilan sampel kota tersebut
kegiatan daerah. Jadi pengertian PAD dapat dikatakan tahun 2009 dijadikan patokan dalam penentuan PAD
sebagai pendapatan rutin dari usaha usaha tertinggi.
pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi- Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis
potensi sumber-sumber keuangan untuk membiayai dengan mengunakan aplikasi SPSS versi 17. Teknik
tugas-tugas dan tanggung jawabnya. Menurut analisis dilakukan dengan analisis regresi, yang
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh alokasi
Daerah dan Retribusi Daerah, Pendapatan Asli Daerah belanja modal terhadap kemandirian keuangan
(PAD) adalah sumber keuangan daerah yang digali pemerintah daerah.
modal kota berpengaruh terhadap PAD atau
4. HASIL DAN PEMBAHASAN kemandirian keuangan kota.

4.1 Analisis Data Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Pengaruh Belanja Modal
Pada penelitian ini penulis melakukan uji asumsi Terhadap PAD Uji Signifikansi Parameter Individual
klasik yang bertujuan untuk memberikan kepastian (uji Statistik t)
bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki Coefficientsa
ketepatan dalam estimasi, tidak bias, dan konsisten. Model Unstandardized Standardize t Sig.
Uji asumsi klasik yang digunakan antara lain, uji Coefficients d
normalitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Coefficients
Dari pengujian tersebut ditemukan hasil bahwa model B Std. Error Beta
penelitian terbebas dari asumsi klasik. 1 (Constant) -51.073 17.020 -3.001 .004
Uji regresi dilakukan penulis sebanyak satu kali MODAL 1.091 .133 .724 8.197 .000
sesuai dengan jumlah variabel yang masing-masing a. Dependent Variable: PAD
hanya berjumlah satu untuk variabel dependen dan
independen. Pengujian ini dilakukan untuk melihat Hasil pengujian pada tabel 4.3 diatas
pengaruh antara belanja modal dalam APBD dalam menunjukkan tanda koefisien dari belanja modal
kemandirian keuangan pemerintah kota. Hasil uji adalah positif dengan t hitung sebesar 8,197 dengan
regresi antara belanja modal dan PAD pemerintah kota signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil tersebut nilai
dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 berikut ini: signifikansi adalah signifikan pada 5%, sehingga
Tabel 4.1 Hasil Uji Regresi Pengaruh Belanja Modal hipotesis nul (H0) diterima. Hal ini menunjukkan
Terhadap PAD Koefisien Determinasi bahwa PAD/Kemandirian keuangan kota dipengaruhi
Model Summary oleh belanja modal kota itu sendiri.
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
4.2 Pembahasan Hasil
Square the Estimate Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa belanja
1 .724a .524 .516 66.15024 modal mampu menjadi variabel predictor untuk
a. Predictors: (Constant), MODAL meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Harapannya dengan adanya peningkatan belanja
Dari tampilan output SPSS model summary
modal akan meningkatkan kemandirian keuangan
besarnya adjusted R adalah 0,516, hal ini berarti
pemerintah daerah, yang terlihat dari meningkatnya
51,6% variasi PAD dapat dijelaskan oleh variasi
PAD kota tersebut. Belanja modal bertujuan untuk
belanja modal. Sedangkan sisanya (100%-51,6% =
penyediaan fasilitas umum yang diharapkan mampu
48,4%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
meningkatkan pelayanan masyarakat. Belanja modal
Standar Eror Estimate (SEE) sebesar 66,15024 juta
tersebut diperoleh dari, tanah, peralatan dan mesin,
rupiah. Semakin kecil SEE akan membuat model
gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan,
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
asset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan.
dependen.
Meningkatnya kemandirian keuangan pemerintah kota
Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Pengaruh Belanja Modal menjadikan kota tersebut mampu mengatasi
Terhadap PAD Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik pembiayaan kota-nya sendiri tanpa bantuan dari
F) pemerintah pusat atau pihak-pihak lainnya.
ANOVAb Kondisi ini sesuai dengan yang peneliti
Model Sum of df Mean F Sig. harapkan, karena sudah seharusnya belanja modal
Squares Square pemerintah daerah mampu meningkatkan
1 Regression 294026.337 1 294026.337 67.193 .000a pembangunan, melakukan pengembangan atas potensi
Residual 266927.080 61 4375.854 daerah yang dimiliki, meningkatkan integritas, dan
Total 560953.416 62 meningkatkan pelayanan publik guna menghasilkan
a. Predictors: (Constant), MODAL peningkatan atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
b. Dependent Variable: PAD pada akhirnya membuat daerah tersebut mampu secara
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F mandiri menjalankan roda pemerintahan baik dari sisi
hitung sebesar 67,193 dengan probabilitas 0,000. finansial maupun non finansial. Dari penelitian ini
Probabilitas yang jauh lebih kecil dari 0,05, jelas pula terlihat bahwa belanja modal atau
menunjukkan model regresi dapat digunakan untuk pembangunan fisik yang dilakukan masing-masing
memprediksi PAD atau dapat dikatakan bahwa belanja daerah tersebut telah tepat sasaran, ini terlihat dengan
tingginya PAD yang mereka peroleh disetiap Departemen Akuntasi Fakultas Ekonomi
tahunnya. Universitas Sumatera utara, Medan.
[9] Nordiawan , Deddi. 2007. Akuntansi Pemerintahan.
5. KESIMPULAN Salemba Empat, Jakarta.
[10] Nugroho, Fajar. 2012. Pengaruh Belanja Modal
Variabel belanja modal menghasilkan koefisien positif Terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan
dan signifikan terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai
Daerah) dengan tingkat signifikansi 5% setelah Variabel Interving. Skripsi. Program Sarjana
dilakukan uji regresi. Hasil pengujian di atas Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
menunjukkan bahwa belanja modal mampu menjadi Semarang.
variabel predictor untuk meningkatkan Pendapatan [11] Radianto, Elia. 2007. Studi tentang Otonomi
Asli Daerah (PAD). Harapannya dengan adanya Keuangan Daerah Tingkat II di Maluku. LPEM-
peningkatan belanja modal akan meningkatkan FEUI, Vol 26: 39-50.
kemandirian keuangan pemerintah daerah yang [12] Rinaldi, Udin. 2012. Studi atas Kemandirian
terlihat dari meningkatnya PAD daerah tersebut. Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Jurnal
Belanja modal bertujuan untuk penyediaan ISSN, Vol 8, No. 2: 105-113
fasilitas umum yang diharapkan mampu meningkatkan [13] Setijaningsih. 2011. Analisis Kemampuan
pelayanan masyarakat. Belanja modal tersebut Keuangan Daerah Kabupaten Madiun 2003-
diperoleh dari, tanah, peralatan dan mesin, gedung dan 2010. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, asset tetap Sebelas Maret. Surakarta.
lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. [14] Sularso, Havid dan Restianto, Yanuar. E. 2011.
Meningkatnya kemandirian keuangan pemerintah Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi
daerah menjadikan daerah tersebut mampu mengatasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi
pembiayaan daerahnya sendiri tanpa bantuan dari Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah. Jurnal ISSN,
pemerintah pusat atau pihak-pihak lainnya. Vol. 1, No. 2.
[15] Stafinus, Nestian, Tri. 2011. Pengaruh Belanja
DAFTAR REFERENSI Modal Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada
Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun
[1] Abdullah, Syukriy dan Abdul, Halim. 2006. Studi Periode 2007-2009. Skripsi. Program Sarjana
atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja [16] Thesaurianto, Kuncoro. 2007. Analisis
Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan. Jurnal Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap
Akuntansi Pemerintah, Vol 2, No.2 : 17-32. Kemandirian Daerah. Tesis. Program Pasca
[2] Ariani Kurnia Rina. 2010. Pengaruh Belanja Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Modal dan Dana Alokasi Umum Terhadap [17] Republik Indonesia. 1999. undang-Undang
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Tax Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah
Effort. Skripsi, Program Sarjana Ekonomi Daerah.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. [18] Republik Indonesia. 2003, Undang-Undang
[3] Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik:: Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta. Negara.
[4] Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan [19] Republik Indonesia, 2004, Undang-Undang
Daerah. Edisi Revisi. Salemba Empat, Jakarta. Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
[5] Insukindro, Mardiasmo, Wahyu Widayat, Daerah.
Wihana Kirana Jaya, Purwanto, Abdul [20] Republik Indonesia. 2008, Peraturan Dirjen
Halim, John Suprihanto, Budi Purnomo. (1994). Perbendaharaan No PER-33/PB/2008 Tentang
Peranan Pengelolaan Keuangan Daerah Pedoman Penggunaan Akun Pendapatan, Belanja
dalam usaha peningkatan PAD. Laporan hasil Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal.
penelitian FE UGM, Yogyakarta. [21] Republik Indonesia. 2007, Peraturan Menteri
[6] Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Keuangan No 91/PMK.06/2007 Tentang
Publik. UUP STIM YKPN, Yogyakarta Pedoman Penggunaan Akun Pendapatan, Belanja
[7] Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal.
Yogyakarta. [22] Republik Indonesia. 2006, Peraturan Menteri
[8] Marizka, Addina. 2009. Analisis Kinerja Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Daerah Pemerintah Kota Medan. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai