Abstrak
Penilaian Berbasis Kelas merupakan penilaian yang dilaksanakan
terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satu
penilaian berbasis kelas adalah pengumpulan kerja peserta didik atau
portofolio. Kemampauan penilaian portofolio sebagai media komunikasi
merupakan cerminan kemampuan peserta didik selama pembelajaran.
Penilaian portofolio mampu mengungkapkan perkembangan belajaranya,
tidak hanya diukur dari sekali tes tulis saja tetapi terlihat dari bukti-
bukti yang disertakan dalam portofolio tersebut. Selain pengajar, orang
tua dapat pula melihat perkembangan melalui bukti-bukti nyata bukan
hanya melihat deretan angka-angka. Di bidang seni, portfolio digunakan
sebagai bentuk penilaian dalam proses pembelajaran, khususnya pada
mata kuliah studio di perguruan tinggi seni rupa.
A. Pendahuluan
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 57
menyatakan bahwa (1) evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, (2) evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan
program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan
jenis pendidikan. Sementara dalam pasal 58 ayat (1) menyatakan bahwa evaluasi hasil
belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Isi undang-undang tersebut, pada dasarnya mengisyaratkan bahwa fungsi penilaian
di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan penilaian itu sendiri. Sebagaimana
dilihat dari hakikat penilaian adalah suatu upaya untuk mengetahui ketercapaian tujuan-
tujuan pendidikan. Suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam suatu satuan
pendidikan tidak akan dapat diketahui hasilnya apabila pengajar tidak mampu melakukan
pengukuran hasil belajarnya. Dengan dilakukannya pengukuran hasil belajar, pengajar
akan mengetahui keberhasilan belajar peserta didiknya dan menjadi umpan balik bagi
pengajar dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam
hakikat penilaian tersebut tersirat bahwa tujuan penilaian ialah untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan
keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga
dapat digunakan oleh pengajar-pengajar dan para pengawas pendidikan untuk mengukur
atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman belajar, kegiatan-
kegiatan belajar, dan metode-metode pembelajaran yang digunakan.
Dalam arti luas, penilaian atau evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi tentang kualitas dan kuantitas perubahan
peserta didik, kelompok, kelas sekolah, pengajar atau bahkan administrator. yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Johnson dan Johnson, 2002: 2).
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka setiap kegiatan penilaian merupakan suatu
proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data. Berdasarkan
data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Dalam hubungannya dengan
kegiatan pembelajaran, penilaian adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh peserta didik. (Halimah dkk, 2007:2)
1
Penilaian sebagai implikasi dari PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menyebutkan secara implistit adanya penilaian kelas yang dilakukan oleh
pengajar dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
1. Dilakukan oleh pengajar untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang
ditetapkan, bersifat internal, bagian dari pembelajaran, dan sebagai bahan untuk
peningkatan mutu hasil belajar
2. Berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan, ketuntasan belajar, dilakukan
melalui berbagai cara.
3. Dilakukan antara lain melalui Portfolios (kumpulan kerja siswa), Products (Hasil
karya), Projects (Penugasan), Performances (Unjuk kerja), dan Paper & Pen (tes
tulis)
Dalam Depdiknas (2001 dalam Jihad & Haris, 2008:54) menjelaskan definisi dari
penilaian yaitu kegiatan yang dilakukan pengajar untuk memperoleh informasi secara
obyektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai
peserta didik, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan
selanjutnya. Hal ini berarti penilaian tidak hanya untuk mencapai target sesaat atau satu
aspek saja melainkan menyeluruh yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Dengan demikian inti dari penilaian adalah suatu proses penentuan hasil belajar
yang dilakukan oleh pengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajarn yang harus
dipenuhi oleh peserta didik. Caranya dengan mengumpulkan dan menganalisa data
berupa: diagnostik, formatif dan sumatif. Hasil belajar tersebut kemudian dicatat dan
dikomunikasikan kepada peserta didik.
Proses penilaian diawali dengan menentukan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai oleh peserta didik, kemudian memutuskan prosedur penilaian dan mencatat
mengkomunikasikan hasil. Prosedur dan hasil belajar tersebut ditempuh dengan cara
mengumpulkan dan menganalisa data yang berupa diagnostik, formatif dan sumati dari
peserta didik tersebut. Untuk lebih jelasnya proses penilaian secara sistematis dapat
dilihat dalam diagram proses penilaian berikut ini:
2
Diagram Proses Penilaian
3
Begitu pula penilaian dalam pembelajaran seni penilaian berfungsi sebagai alat atau
sarana untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik
setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar. Melalui penilaian pendidik dapat
mengetahui perkembangan atau hasil belajar perserta didik. Dengan demikian pendidik
dapat menarik kesimpulan tingkat keberhasilan perserta didik dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran seni, penilain tidak hanya melihat karya akhir peserta didik
saja atau hanya melihat pemahaman materi dengan tes tulis saja. Sehingga untuk melihat
lebih jauh dan dalam proses kemajuan dan hasil belajaranya, penilain portofolio bisa
menjadi alternatif dalam penilain hasil belajar karena penilaian portofolio merupakan
penilaian berbasis kelas yang menilai baik proses maupun hasil pembelajaran.
5
3. Penilaian alternatif (alternative assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang
digunakan sebagai alternative di samping teknik penilaian yang lain.
4. Penilaian autentik (authentic assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang
digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik berupa
kemampuan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang diperoleh di dalam
kelas. Kenyataan tersebut dapat pula dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
5. Penilaian pototfolio (portfolio assessment) yaitu suatu teknik penilaian yang
digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dan perkembangan
peserta didik berdasarkan kumpulan hasil kerja dari waktu ke waktu.
C. Penilaian Portofolio
1. Pengertian Penilaian Portofolio
Penilaian Portofolio merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan
karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil
selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh pendidik dan
peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
peserta didik dalam mata pelajaran atau kuliah tertentu. (Surapranata & Hatta,
2007:21)
Dalam Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian Depdiknas
menyatakan bahwa (2004:3) dalam dunia pendidikan, portofolio adalah kumpulan
hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan
oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan
belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Jadi, tidak
setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio. Portofolio dalam arti ini,
dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen
penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa.
Portofolio demikian disebut juga portofolio untuk penilaian atau portofolio
penilaian.
Johnson dan Johnson (2002:103) memberikan pengertian mengenai portofolio
sebagai koleksi bukti-bukti yang terorganisasi dikumpulkan selama waktu tertentu
oleh peserta didik atau sekelompok peserta didik selama proses akademik berlangsung
dapat berupa: pengahargaan, ketrampilan dan kelakuan. Terdiri dari contoh karya dan
tulisan rasional yang menghubungkan beberpa item pembelajaran kedalam suatu
pemikiran holistik. Portofolio dapat dilakukan selama satu semester atau satu tahun
6
akademis dapat pula menampilkan karya peserta didik dalam satu pelajaran atau
beberapa pelajaran yang terangkai.
Agar bisa disebut sebagai portofolio, setiap karya atau hasil kerja harus dibuat
dan ditata sedemikian rupa sehingga menunjukkan kemajuan dan mengarah pada
suatu tujuan. Protofolio dapat mencakup banyak tipe karya, seperti: contoh tulisan,
entri jurnal, rekaman video, karya seni, komentar guru, poster, hasil wawancara, puisi,
hasil ujian, solusi permasalahan, penilain diri dan prestasi lainnya. Portofolio dapat
pula dikumpulkan dalam bentuk kertas, foto, rekaman, video, atau softcopy.
(Santrock, 2004:664)
Sebagai instrumen penilaian, portofolio difokuskan pada dokumen tentang kerja
peserta didik yang produktif, yaitu bukti tentang apa yang dapat dilakukannya,
bukan apa yang tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan). Bagi pengajar ,
portofolio menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan peserta didik
dalam belajarnya: cara berpikirnya, pemahamannya atas pelajaran yang bersangkutan,
kemampuannya mengungkapkan gagasan-gagasannya, sikapnya terhadap pelajaran
yang bersangkutan, dan sebagainya.
Belanof dan Dickson (1991, dalam Hadi, 2009) menjabarkan konteks
pendidikan, portofolio didefinisikan oleh Ford dan Larkin sebagai
sampel dari karya-karya jadi yang dipilih oleh siswa bagi keperluan penilaian hasil
belajar Selanjutnya Enid Zimmerman (1992, dalam Hadi, 2009) mendefinisikan
portofolio secara lebih komprehensif dan terinci sebagai koleksi
tertentu dari karya-karya siswa baik dalam bentuk karya proses maupun karya jadi,
dalam berbagai bidang, di mana peserta didik terlibat dalam melaksanakan penilaian
terhadap dirinya sendiri yakni dalam memilih isi portofolionya dan dalam
mengembangkan kriteria untuk menilai perkembangan dan hasil belajarnya.
Kumpulan karya peserta didik yang tersusun pada porotfolio biasanya dihasilkan
selama waktu satu semester, satu tahun, atau bahkan tiga tahun (misalnya selama
belajar di sekolah).
Pengetian portofolio yang hampir sama juga dijelaskan Jihad dan Haris
(2008:112), portofolio merupakan kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam periode tertentu. Informasi tersebut
dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh
peserta didik, hasil tes (bukan nilai( atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu pelajaran.
7
Jadi Portofolio peserta didik bukan hanya kumpulan hasil kerja saja melainkan
bukti-bukti yang telah diperbuat atau dilakukan peserta didik sebagai unjuk
kompetensi, pemahaman dan capaian. Selain itu portofolio juga merupakan kumpulan
informasi yang dapat diketahui pengajar sebagai bahan pertimbangan dalam
melangkah untuk memberbaiki pembelajaran serta meningkatkan kerja peserta didik.
Karya-karya yang dapat disertakan dalam portofolio antara lain: karangan, piusi,
surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, rsesensi buku/literature, laporan
penelitian, synopsis dan lain sebagainya.
Untuk memperoleh hasil penilaiaan portofolio yang akurat perlu kiranya
pengajar dan peserta didik mengumpulkan hasil atau bukti belajar disebut evidence.
Melalui evidence ini peserta didik dapat menedemostrasikan kemampuannya kepada
orang lain (termasuk pendidik dan orang tua) sebagai wujud yang dimiliki tentang
pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya sesuai dengan kompetensi pembelajaran.
Evidence yang dikumpulkan dapat berupa authentic assessment yang dikumpulkan
pada tenggat waktu tertentu, satu semester misalnya. Jadi dapat dikatakan bahwa
portofolio adalah kumpulan evidence atau hasil belajar atau karya peserta didik yang
menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar dati waktu ke waktu.
(Surapranata dan Hatta, 2007:46)
Bukti atau evidendce yang dapat diletakan dalam penilaian portofolio dapat
digolongkan menjadi empat kelompok menurut Barton & Collins (1997 dalam
Santrock, 2002:665), yaitu:
a. Artefak merupakan dokumen atau produk sepeti makalah, pekerjaan rumah atau.
b. Reproduksi merupakan dokumentasi kerja peserta didik di luar kelas seperti
proyek spesial atau wawancara.
c. Kesaksian atau pengesahan karya (atestasi) mempresentasikan dokumentasi
kemujuan peserta didik yang dibuat oleh pengajar atau pihak yang berwenang
lainnya. Misalnya: catatan evaluasi ketika peserta didik presentasi.
d. Produksi merupakan dokumen yang dibuat peserta didik terutama untuk
portofolio.
9
c. Mampu memfokuskan pada kepentingan dan proses kemampuan belajr mengajar
serta menginformasikan pengajaran praktis tentang keleihan dan kekurangan
peserta didik.
Paulson dan Meyer secara terinci menunjukkan keunggulan metode portfolio
(Zimmerman, 1992 dalam Hadi, 2009) adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan refleksi-diri siswa.
b. Mendorong siswa untuk menilai dirinya sendiri.
c. Mengkomunikasikan tujuan, isi, standar, dan penilaian belajar.
d. Memberi peluang terjadinya perubahan isi pelajaran selama kegiatan berlangsung.
e. Memungkinkan penilaian yang komprehensif.
Kemampauan penilaian portofolio sebagai media komunikasi cerminan
kemampuan peserta didik selama pembelajaran mampu mengungkapkan
perkembangan belajaranya bukan hanya diukur dari sekali tes tulis saja tetapi terlihat
dari bukti-bukti yang disertakan dalam portofolio tersebut. Selain pengajar, orang tua
dapat pula melihat perkembangan tersebut dengan melihat bukti-bukti nyata bukan
hanya melihat deretan angka-angka.
10
c. Kadang kala pengajar hanya berorientasi pada hasil akhir tanpa
mempertimbangkan proses yang sedang berlangsung.
d. Adanya kebiasaan penilain top down dari pengajar ke peserta didik yang dapat
mengurangi kreativitas peserta didik dalam mengolah portofolionya.
e. Adanya skeptisme yang disebabkan kebiasaan masa lalu yang mengukur
pembelajaran dengan angka, terutama orang tua.
f. Refleksi, sering diwujudkan dalam bentuk tulisan, tetapi lisan juga bias dilakukan.
Kepada peserta didik ditanyakan alasan memilih evidence yang akan dinilai.
g. Hubungan, diwujudkan dengan pertemuan pengajar dengan peserta didik berupa
diskusi untuk menentukan hal-hal yang menjadi obyek penilain, kriteria, dan
penilainnya sendiri.
12
bantuan keuangan, mengajukan lamaran pekerjaan, atau untuk mendapatkan persetujuan
dari galeri-galeri yang akan menampilkan karya-karya mereka (Pranata, 2004:64)
Pada awalnya tradisi penggunaan portofolio di kalangan seniman perupa kemudian
ditransfer dalam kegiatan pembelajaran di kelas, khususnya oleh kalangan perupa yang
kebetulan menjadi dosen pada akademi seni rupa. Oleh kalangan perupa-dosen ini
portfolio digunakan sebagai bentuk penilaian dalam proses pembelajaran,
khususnya pada mata kuliah studio di perguruan tinggi seni rupa. Kegiatan penilaian
berkisar pada (Hadi, 2009) :
1. Pemberian umpan-balik kepada peserta didik dalam rangka pengembangan
portofolionya.
2. Penilaian yang bersifat membandingkan kualitas portofolio antara seorang peserta
didik dengan lainnya.
3. Penilaian yang dimaksudkan, untuk menentukan tingkat prestasi peserta didik dengan
membandingkan antara portfolio yang dihasilkannya dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. penilaian atas kemajuan peserta didik dengan membandingkan antara keadaan masa
sebelum dansesudah kegiatan pembelajaran berlangsung.
13
Lembar penilaian unjuk kerja peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung
bisa juga dimasukkan kedalam portofolio. Begitu pula lembaran-lembaran kerja lainnya
yang dikerjakan di kelas.
E. Penutup
Sebuah portofolio adalah koleksi buktu-bukti (berupa contoh karya) yang
terorganisir dan dikumpulkan pada waktu tertentu bias semester ataupun satu tahun
bahkan beberapa tahun dari peserta didik atau kelompok yang mencakup kemajuan
akademis, penghargaan, ketrampilan dan kelakuan. Contoh-contoh karya dapat diseleksi
oleh peserta didik maupun pengajar. Portofolio dapat berupa kumpulan laporan, karya-
karya ataupun rangkaian penjelasan rasional terhadap sesuatu obyek.
Metode portfolio menawarkan berbagai keunggulan dalam menilai proses dan hasil
pembelajaran. Keunggulan tersebut tercermin pada kedalaman dan
kekomprehensifan penilaian yang memungkinkan untuk dilakukan. Dibalik
keunggulannya, metode penilaian portfolio memiliki kelemahan yang bila tidak
diatasi akan menjadi penghambat tercapainya tujuan yang diharapkan. Untuk itu,
upaya menghilangkan kelemahan ini merupakan prasyarat suksesnya metode
penilaian portfolio.
Metode penilaian portfolio dalam pembelajaran seni hanya dapat terlaksana dengan
baik apabila hal-hal berikut ini dapat dipenuhi:
1. Pengajar mempunyai pemahaman yang baik mengenai filosofi penilaiann portfolio
dan memiliki kepekaan terhadap kualitas artistik karya seni.
2. Peserta dididk memiliki kebiasaan dan kemampuan untuk menyatakan dirinya dalam
bentuk komentar lisan dan catatan jurnal.
3. Tersedianya waktu yang cukup.
4. Fasilitas pendukung khususnya dalam memperlancar presentasi peserta didik serta
dalam mengamankan karya portfolio.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Jihad, Asep dan Haris, Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo.
Johnson, David W; Johnson, Roger T. 2002. Meaningful Assesment. Boston: Alllyn & Bacon.
14
Martadi dan Mutmainah, Siti. 2006. Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa. Surabaya: Unesa
University Press
Surapranata, Sumarna, dan Hatta, Muhammad, 2007, Penilaian Portofolio, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Halimah, Lely; Setiamiharja, Realin; Ernalis. 2007. Artikel Penelitian: Pengembangan Model
Sistem Penilaian Berbasis Kelas Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah
Dasar. Jakarta: UPI. www.lppm.upi.edu/penelitian/abstract/Lely Halimah (FIP)
Hiber.doc, diunduh pada tanggal 9 Juli 2010.
15