Anda di halaman 1dari 15

MENGHITUNG INTENSITAS SERANGAN HAMA

(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)

Oleh

Hilda Indhira
1614121102
Kelompok 3

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hama menjadi masalah karena merusak tanaman dengan memakan, berlindung


atau bersarang tergantung spesiesnya. Salah satu faktor yang menetukan
pentingnya suatau hama adalah potensi atau kemampuan hama tersebut merusak
tanaman. Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh serangan hama dapat
mengakibatkan penurunan mutu hasil. Serangan dapat diartikan sebagai bentuk
aktivitas organisme pengganggu tanaman untuk menimbulkan kerusakan pada
tanaman sedangkan kerusakan adalah efek dan aktivitas organisme pengganggu
tanaman pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan ekonomis.
Untuk mengatasi kerusakan tanaman akibat serangan hama perlu dilakukan
pengendalian(Kartohardjono, 2011).

Kerusakan tanaman karena serangan organisme pengganggu tanaman sangat


beragam tergantung pada gejala serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak
atau dianggap mutlak dan tidak mutlak. Kerusakan mutlak terjadi secara
permanen/ keseluruhan pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen,
misalnya kematian seluruh jaringan tanaman dan layu. Sedangkan kerusakan tidak
mutlak seperti berlubangnya daun tanaman (Effendi. 2009).

Derajat serangan organisme pengganggu tanaman atau derajat kerusakan tanaman


yang disebabkanorganisme pengganggu tanaman dinamakan intensitas serangan.
Hal ini perlu diketahui untuk memungkinkan pengendalian hama yang perlu
dilakukan. Oleh karena itu, praktikum menghitung intensitas serangan hama
dilakukan untuk mengetahui cara menghitung intensitas serangan hama.
1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk memberi pengetahuan tentang hitungan sederhana


niai intensitas serangan hama pada tanaman dengan gejala kerusakan tidak
mutlak.
II . TINJAUAN PUSTAKA

Menyebabkan kerugian secara ekonomis. Kebanyakan hama yang menyebabkan


kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut
sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa
menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami
penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi.
Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang
pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung
(Endah, 2005).

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan.


Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman
untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki
masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai
tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua
rangsangan. Yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari
(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Penentuan daerah sebaran suatu OPT dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya
berdasarkan data hasil pengamatan di tingkat kecamatan berupa data luas terkena
serangan (LTS) yang menyatakan seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga
puso dan luasan tanaman puso dengan intensitas puso saja, dan frekuensi serangan
pada setiap masa panen (MP) setiap tahun biasanya digunakan data lima sampai
enam tahun secara berurutan. Pemetaan hanya dilakukan pada tiap kecamatan,
karena data diperoleh dari petugas pengamat hama (PHP) di setiap kecamatan
(Dirjen Bina Produksi Tanaman, 2002).

Peramalan hama bertujuan untuk memberikan informasi tentang populasi,


intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang
akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran
tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan
teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha
tani, populasi/serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada
taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan. Analisis daerah
serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data
sekunder atau historis luas tambah serangan (LTS) selama kurun waktu tiga tahun,
untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis serangan
OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun
waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara berturut turut (Bappenas,
1991).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum adalah buku panduan praktikum, alat tulis,
dan kemera handphone.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah spesimen 10 daun jambu air yang
terserang hama.

3.2 Prosedur Kerja

Prosedur yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Dibuka praktikum oleh asisten dosen,
2. Praktikan dibagi menjadi beberapa kelompok,
3. Dilakukan pengamatan spesimen pada meja kerja masing-masing kelompok,
4. Diamati intensitas serangan hama pada setiap spesimen yang ada,
5. Dicatat kriteria nilai skala kerusakan tidak mutlak.
6. Dilakukan perhitungan intensitas serangan hama
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Data hasil pengamatan yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah sebagai
berikut.
Jumlah Kriteria Kerusakan Nilai Skala
Sampel ke-
1 05% 0
2 >5 20 % 1
3 >5 20 % 1
4 >20 50 % 2
5 >50 90 % 3
6 05% 0
7 >50 90 % 3
8 >20 50 % 2
9 >20 50 % 2
10 >50 90 % 3
11 >5 20 % 1
12 >50 90 % 3
13 >50 90 % 3

4.2 Pembahasan
Didapatkan hasil perhitungan dari 13 sampel daun jambu air intensitas kerusakan
tidak mutlaknya sebesar 61%. Hal ini
terhadap kriteria serangan hama, berat dan ringannya tingkat serangan. Pada
persentase hanya dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang terserang.

Intensitas serangan hama adalah derajat serangan hama atau derajat kerusakan
tanaman yang disebabkan oleh hama.
Serangan dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas hama untuk menimbulkan
kerusakan pada tanaman sedangkan kerusakan adalah efek dan aktivitas hama
pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan ekonomis. Kerusakan
tanaman karena serangan hama sangat beragam tergantung pada gejala
serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap mutlak dan tidak
mutlak (Effendi. 2009).

Kerusakan mutlak adalah kerusakan yang terkadi secara permanen/ keseluruhan


pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen, misalnya kematian seluruh
jaringan tanaman dan layu. Sedangkan yang dianggap tidak mutlak seperti
terjadinya busuk, rusaknya sebagian jaringan tanaman sehingga tanaman atau
bagian tanaman tidak produktif lagi. Kerusakan tidak mutlak, merupakan
kerusakan sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah, ranting, cabang, dan
batang (Kartohardjono, 2011).

Thrips merupakan hama utama kacang hijau pada musim kemarau. Pada intensitas
serangan yang hebat, kehilangan hasil akibat hama ini dapat mencapai 65%. Di
balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian (Balitkabi), kegiatan
penyaringan plasma nutfah untuk mendapatkan galur kacang hijau tanah thrips
telah dilakukan sejak tahu 1995. Pada tahun 1995 diuji empat galur pada kondisi
tanpa dan dengan instektisida. Pada perlakuan tanpa insektisida, MLG-716 hanya
mendapat serangan sekitar 6% dan tidak nyata dengan perlakuan insektisida.
Ketiga varietas yang lain, yaiitu No.129, MLG-277, MLG-286 mengalami
serangan sekitar 30%. Pada tahun 1999 diuji 101 galur. Instensitas serangan thrips
sangat tinggi (80-100%) pada pengamatan umur 3 minggu. Pada umur 7minggu,
MLG-716 sebagai pembanding tahan mengalami serangan 24%, sedang galur
yang lain mengalami instensitas serangan 79-100%.
Evaluasi ketahanan galur-galur kacang hijau terhadap hama thrips menunjukkan
bahwa para pemulia tanaman disarankan agar merakit varietas dengan karakter
morfologi bulu (trikoma) daun yang rapat dan panjang serta helai daun yang tipis.
Tabel rata-rata intensitas serangan hama thrips.
Galur / varietas Intensitas serangan (%)
Tanpa insektisida Dengan insektisida
MLG-716 6,74 2,67
MLG-286 28,16 4,27
MLG-277 26,10 4,27
No.129 29,86 4,24
Rata-rata 22,72 3,86
(Indiati, 2004).
V. KESIMPULAN

Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut.
1. Intensitas kerusakan akibat serangan hama pada daun jambu air adalah 35%
2. Persentase kerusakan daun jambu yaitu 70%
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 1991. Petunjuk lapang latihan PHT palawija. Program Nasional


Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Proyek
Prasarana fisik bappenas. Jakarta.

Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Peta Daerah Endemis OPT Buku 1.
Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.

Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting
pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.

Effendi. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu. Jurnal Pengembangan


Inovasi Pertanian. 2(1) : 65-78

Endah, Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Indiati. 2004. Penyaringan Dan Mekanisme Ketahanan Kacang Hijau MLG-716


Terhadap Hama Thrips. Jurnal Litbang Pertanian. 23(3) : 1-7

Kartohardjono, A. 2011. Pengendalian Hama Berbasis Ekolog. Jurnal


Pengembangan InovasiPertanian. 2(1) : 29-46

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara


Jakarta.
LAMPIRAN

.
Intensitas = ( ) 100%

=1

(2 0) + (3 1) + (3 2) + (5 3)
I= 100%
3 13
0 + 3 + 6 + 15
I= 100%
39
24
I= 100%
39
I = 61%

Anda mungkin juga menyukai