Oleh
Hilda Indhira
1614121102
Kelompok 3
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
Penentuan daerah sebaran suatu OPT dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya
berdasarkan data hasil pengamatan di tingkat kecamatan berupa data luas terkena
serangan (LTS) yang menyatakan seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga
puso dan luasan tanaman puso dengan intensitas puso saja, dan frekuensi serangan
pada setiap masa panen (MP) setiap tahun biasanya digunakan data lima sampai
enam tahun secara berurutan. Pemetaan hanya dilakukan pada tiap kecamatan,
karena data diperoleh dari petugas pengamat hama (PHP) di setiap kecamatan
(Dirjen Bina Produksi Tanaman, 2002).
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah buku panduan praktikum, alat tulis,
dan kemera handphone.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah spesimen 10 daun jambu air yang
terserang hama.
Data hasil pengamatan yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah sebagai
berikut.
Jumlah Kriteria Kerusakan Nilai Skala
Sampel ke-
1 05% 0
2 >5 20 % 1
3 >5 20 % 1
4 >20 50 % 2
5 >50 90 % 3
6 05% 0
7 >50 90 % 3
8 >20 50 % 2
9 >20 50 % 2
10 >50 90 % 3
11 >5 20 % 1
12 >50 90 % 3
13 >50 90 % 3
4.2 Pembahasan
Didapatkan hasil perhitungan dari 13 sampel daun jambu air intensitas kerusakan
tidak mutlaknya sebesar 61%. Hal ini
terhadap kriteria serangan hama, berat dan ringannya tingkat serangan. Pada
persentase hanya dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang terserang.
Intensitas serangan hama adalah derajat serangan hama atau derajat kerusakan
tanaman yang disebabkan oleh hama.
Serangan dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas hama untuk menimbulkan
kerusakan pada tanaman sedangkan kerusakan adalah efek dan aktivitas hama
pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan ekonomis. Kerusakan
tanaman karena serangan hama sangat beragam tergantung pada gejala
serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap mutlak dan tidak
mutlak (Effendi. 2009).
Thrips merupakan hama utama kacang hijau pada musim kemarau. Pada intensitas
serangan yang hebat, kehilangan hasil akibat hama ini dapat mencapai 65%. Di
balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian (Balitkabi), kegiatan
penyaringan plasma nutfah untuk mendapatkan galur kacang hijau tanah thrips
telah dilakukan sejak tahu 1995. Pada tahun 1995 diuji empat galur pada kondisi
tanpa dan dengan instektisida. Pada perlakuan tanpa insektisida, MLG-716 hanya
mendapat serangan sekitar 6% dan tidak nyata dengan perlakuan insektisida.
Ketiga varietas yang lain, yaiitu No.129, MLG-277, MLG-286 mengalami
serangan sekitar 30%. Pada tahun 1999 diuji 101 galur. Instensitas serangan thrips
sangat tinggi (80-100%) pada pengamatan umur 3 minggu. Pada umur 7minggu,
MLG-716 sebagai pembanding tahan mengalami serangan 24%, sedang galur
yang lain mengalami instensitas serangan 79-100%.
Evaluasi ketahanan galur-galur kacang hijau terhadap hama thrips menunjukkan
bahwa para pemulia tanaman disarankan agar merakit varietas dengan karakter
morfologi bulu (trikoma) daun yang rapat dan panjang serta helai daun yang tipis.
Tabel rata-rata intensitas serangan hama thrips.
Galur / varietas Intensitas serangan (%)
Tanpa insektisida Dengan insektisida
MLG-716 6,74 2,67
MLG-286 28,16 4,27
MLG-277 26,10 4,27
No.129 29,86 4,24
Rata-rata 22,72 3,86
(Indiati, 2004).
V. KESIMPULAN
Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Peta Daerah Endemis OPT Buku 1.
Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting
pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
(2 0) + (3 1) + (3 2) + (5 3)
I= 100%
3 13
0 + 3 + 6 + 15
I= 100%
39
24
I= 100%
39
I = 61%