PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Apendiks merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari
bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Apendiks besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian
infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa
negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet
serat yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bila dibandingkan dengan
terjadi pada semua tingkat usia, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah
40 tahun.
untuk menderita penyakit ini. Namun penyakit ini paling sering di jumpai pada
dewasa muda antara umur 13-30 tahun (Smeltzer, 2002). Satu dari 15 orang
pernah menderita Apendisitis dalam hidupnya. Insiden tertinggi terdapat pada laki
laki usia 13-15 tahun dan perempuan 15-19 tahun. Laki-laki lebih banyak
menderita apendisitis dari pada wanita pada usia pubertas dan pada usia 25 tahun.
Apendisitis jarang terjadi pada bayi dan anak-anak umur di bawah 2 tahun
(Smeltzer, 2002).
kembang menjadi abses, peritonitis bahkan shock. Insiden perforasi adalah 10%
sampai 32% dan yang tertinggi adalah pada anak kecil dan lansia. Perforasi terjadi
secara umum 24 pertama setelah awal nyeri. Angka kematian yang timbul akibat
terjadi perforasi adalah 10-15% dari kasus yang ada. Sedangkan angka kematian
2005).
Pengobatan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non operasi,
pada kasus ringan apendisitis dapat sembuh hanya dengan pengobatan tetapi
untuk apendisitis yang sudah luas infeksinya maka harus segera di lakukan
mencegah ruptur, terbentuknya abses atau terjadi peradangan pada selaput perut
penyembuhan luka dapat terjadi secara cepat jika berada dalam kondisi yang
3
berbagai macam gangguan dan komplikasi seperti infeksi dan isufisiensi vaskuler
oleh berbagai faktor lokal dan sistemik. Penyembuhan luka dapat dihambat oleh
beberapa faktor, antara lain: infeksi, diet, usia, defisiensi vitamin C, penyakit
sistemik seperti diabetes mellitus dan anemia, suplai darah dan oksigen yang tidak
elektrolit, serta dapat dihambat oleh konsumsi steroid jangka panjang. (Sudiono.
2003).
maka sangatlah diperlukan teknik yang tepat dalam perawatan luka, dan yang
terpenting adalah penggunaan bahan yang tepat dalam perawatan luka. Dalam
perawatan luka hal ini sangat penting karena apabila tidak tepat dapat
post-operasi Apendisitis di hari ke 3 (tiga) sampai dengan hari ke- 4 atau ke-5.
Tujuan yang diharapkan dari tindakan ini agar pasien yang menjalani operasi
dapat cepat sembuh dan tidak terlalu lama menjalani rawat inap di rumah sakit.
kuman) baik bakteri gram positif maupun negatif. Akan tetapi Povidone-Iodine
4
juga bersifat iritatif dan lebih toksik bila masuk ke pembuluh darah. Dalam
Oleh karena itu dengan proposal penelitian ini peneliti akan mencoba
mengenai definisi luka, klasifikasi luka perawatan luka dan faktor-faktor yang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan data diatas bahwa mendekati 80% ahli bedah di Rumah Sakit
kompres pada luka post operasi apendisitis dan 20% menggunakan NaCl 0,9 %.
direkomendasikan, akan tetapi bilamana luka kering dan pasien akan diijinkan
untuk rawat jalan maka luka di rawat menggunakan chlorampenicol salf 2%. Pada
hari ke enam sampai dengan hari ke delapan pasien kontrol di ruang poli bedah
Povidone-Iodine 10%.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
operasi apendisitis.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Sebagai masukan untuk menyusun program yang akan datang dalam usaha
2. Bagi pasien
operasi.
terjadinya infeksi.
7
4. Bagi peneliti
5. Bagi Akademis
meningkatkan kualitas perawatan luka sesuai dengan teknik yang tepat agar
luka.
10% dalam proses penyembuhan luka di ruang rawat inap Bougenvile Rumah
Sakit Marinir Cilandak. Dan dalam hal ini peneliti hanya membahas tentang luka