Referat Orto Fix
Referat Orto Fix
PENDAHULUAN
1
atas cingulum, biasanya sekitar 1-2 mm overbite. Overbite normal adalah 2 -3mm
atau 30 % persen atau 1/3 tinggi mahkota klinis gigi insisif rahang bawah.3
Deep bite adalah masalah ortodontik yang kompleks dan jika tidak
ditangani secara dini dapat memiliki implikasi serius yang parah berupa atrisi
menyeluruh yang berat, membutuhkan rehabilitasi mulut secara menyeluruh pada
tahap berikutnya dalam kehidupan, terutama pada kasus tipe wajah pendek.
Koreksi overbite yang dalam sangat dibutuhkan jika overbite mempengaruhi
estetika wajah dan merusak kesehatan gigi individu. 4 Overbite yang ideal pada
oklusi normal berjarak dari 2 - 4mm, atau secara persentase yaitu 5% - 25%.
Menurut Nanda, jarak 25% - 40% tanpa gangguan fungsional selama
temporomandibular joint (TMJ) bergerak, masih dapat dikatakan normal.
Namun, overlap yang lebih besar dari 40% harus dianggap berlebih atau
excessive (deep bite) dikarenakan adanya efek yang berpotensi mengganggu
kesehatan TMJ dan struktur-struktur periodontal di sekitarnya.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah closedbite
menggambarkan kondisi overbite berlebihan (Gambar 2.1) , dimana
pengukuran vertikal antara rahang atas dan margin insisal rahang bawah yang
berlebihan ketika mandibula berada dalam posisi kebiasaan atau oklusi
sentris. Gigitan tertutup adalah overbite berlebihan yang disebabkan oleh
hilangnya gigi posterior. Hal ini jarang terlihat pada anak-anak.3
Overbite berlebihan yang paling umum terjadi pada periode geligi
campuran dan dapat terkoreksi sendiri karena merupakan maloklusi yang
bersifat sementara. Open bite relatif lebih sering terjadi pada geligi desidui
dan cenderung terjadi pada akhir geligi campuran.
II. 2 Klasifikasi Deep bite3
3
Klasifikasi deep bite dibagi menjadi 4 bagian, yaitu berdasarkan asal
usulnya, klasifikasi fungsional, dan tingkat kedalaman.
1. Berdasarkan Asal Usulnya
Berdasarkan asal-usulnya, terdapat 2 jenis deep bite, yaitu Dental
deep bite (Simple) dan Skeletal deep bite (Kompleks).
Gambar 2.2 deep bite hasil dari overeruption gigi anterior atau undereruption molar,
Gambar 2.3 skeletal deep bite hasil dari dasar rahang yang bergerak menuju satu
sama lain (basis rahang konvergen) . the lower anterior facial height (LAFH)
berkurang 3
4
Gambar 2.4 Deep bite skeletal dengan tinggi wajah bawah yang kurang dan mandibula berotasi
ke depan3
Gambar 2.5 (A) incomplete deep bite gigi insisive bawah tidak menyentuh palatal dari
permukaan insisive atas. (B) complete deep bite ditandai oleh gigi insisive bawah yang
menyentuh permukaan palatal gigi insisive atas 3
5
kombinasi dari ketiganya. Masing-masing dari jenis deep bite tersebut, dapat
berkembang dari faktor-faktor etiologi yang berbeda-beda, karakteristik
morfologi yang berbeda, dan membutuhkan perawatan yang berbeda pula.
Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya deep bite, yaitu
faktor herediter dan mungkin mengikuti pola genetik atau kondisi keluarga.
Skeletal yaitu pertumbuhan berlebih dari satu atau lebih segmen alveolar seperti
kelebihan pertumbuhan ramus dan posterior dasar tengkorak memungkinkan
mandibula untuk memutar ke atas, basis rahang atas dan bawah yang konvergen,
pola pertumbuhan horizontal atau rotasi yang berlawanan arah jarum jam dari
rahang bawah, empat bidang wajah (infraorbital ( bidang FH ), palatal, oklusal,
dan mandibula) yang dilihat dari roentgenograms lateral horisontal dan hampir
sejajar satu sama lain
Dental dengan Loss dan tipping mesial gigi posterior. Dengan kata lain ketinggian
gigi posterior berkurang, kehilangan dini gigi dan runtuhnya lingual dari gigi
anterior, overeruption gigi insisivus, infraocclusion dari segmen bukal atau
kombinasi keduanya, overbite yang mungkin dikarenakan kelainan pada
morfologi gigi, penyakit periodontal dan jumlah atau ukuran gigi berkurang,
lengkung gigi berlawan kurang resisten terhadap penutupan mandibula.
6
II. 4 Efek dari Deep bite3
Efek dari terjadinya Deep Bite dapat dilihat dari sisi ekstra oral
maupun intra oral. Dilihat dari ekstra Oral yaitu brakisefalik dan euriprosop,
profil lurus atau cekung derajat rendah, tinggi muka bagian anterior yang
pendek, diukur dari Nasion ke Gnathion, tinggi muka bagian anterior bawah
yang pendek, jarak hidung ke dagu yang pendek, jarak normal dari dagu
terhadap insisal edge, defisiensi mandibula dikarakteristikan dengan ramus
mandibula dan body mandibula yang pendek, sudut gonial persegi, bidang
mandibula yang datar, zigoma yang prominen dan dagu yang prominen.
Diliat intra oral lengkung dental maksila yang lebar, sering disertai cross-
bite buccal rahang atas dapat melibatkan sekelompok gigi atau seluruh gigi
palatal yang datar, gigi geligi menghambat kecenderungan untuk gigi yang
kecil mengalami abrasi dan meningkatkan persentasi kehilangan gigi secara
congenital. Meskipun Gigi cenderung bercelah, crowding dari gigi-gigi insisif
rahang bawah dapat muncul sebagai hasil dari deep bite, fungsi oklusi yang
lemah sering terjadi gigi-geligi rahang atas yang tipping ke lingual pada
Angle Class II divisi 2
Akibat lainnya mandibula tidak dapat dibuka dalam derajat besar pada kasus
skeletal Disfungsi temporo mandibular joint karena overclosure mandibula
dikarakteristikkan dengan sensasi Clicking.
II.5 Diagnosa3
Deep overbite merupakan suatu maloklusi. Alat bantu diagnostik rutin
seperti pemeriksaan klinis, model studi dan cephalogram lateral digunakan
dalam mendiagnosa. Faktor yang berkontribusi terhadap overbite berlebihan
bervariasi baik tipe oklusi dan pola skeletal. Determinasi adalah langkah yang
paling penting dalam diagnosis dan perencanaan perawatan.
7
Overbite yang berlebih harus dilihat sebagai bagian dari maloklusi
total. Masalah diagnostik utama baik pada deepbite dan open bite adalah
untuk memastikan adanya dysplasia gigi atau rahang. Gigitan skeletal dapat
dibedakan dari gigitan gigi yang mendalam oleh analisis cephalometri.
Posisi postural juga digunakan dalam diagnosis banding kasus gigitan
yang mendalam : freeway space akan lebih besar dari normal pada kasus
perkembangan vertikal yang kurang memadai dari segmen bukal dan normal
dalam kasus over- erupsi gigi insisivus.
Gambar 2.6 Normal bite maxillary anterior overlap 30-40% dari insisif bawah., Deep bite maxillary
3
anteriors overlap lebih dari 50% dari insisif bawah
Gambar 2.8 dental deep bites; kelebihan curve of spee pada lower arch and kelebihan curve of
spee pada maxillary arch.ini adalah pada over erupsi anteriors atau under erupsi dari posteriors3
8
II.6 Manajemen Deep bite 3,5
Perluasan jarak intermaksilaris freeway space adalah faktor penting
dalam rencana perawatan deep bite. Ketika freeway space minimal atau
bahkan tidak ada masalah menjadi lebih berat.
Metode perawatan pasien pada masa pertumbuhan:
a. Intrusi anterior
b. Erupsi posterior
c. Kombinasi erupsi posterior dan intrusi anterior
Metode perawatan pasien pada masa bukan pertumbuhan:
a. bedah ortognatik
b. Intrusi anterior (ekstrusi posterior selalu relaps)
Faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan intrusi dan
ekstrusi gigi:
a. Celah interlabial
b. Pola pertumbuhan, vertikal atau horizontal
c. Adanya freeway space yang adekuat atau jarak interoklusal
9
Deep bite patient with large interlabial gap and gummy smile should be treated with intrusion of
anteriors
Patient with normal interlabial gap. Redundant lips and horizontal growth pattern can be treated with
extrustion or molars
Gambar 2.9 Deep bite dapat dirawat dengan alat lepasan, cekat atau fungsional3
10
Disocclusion memicu molar erupsi bebas. Gigitan
disocclusion mempercepat erupsi pasif gigi posterior, yang berhenti
ketika satu atau lebih gigi yang berlawanan berkontak . Hal ini
dianjurkan untuk tidak melakukan disoklusi gigi posterior lebih dari
2 mm . Jika pembukaan gigitan di daerah anterior tidak cukup, plat
akrilik dapat ditambah sedikit demi sedikit beberapa kali selama
perawatan. Pasien memakai alat ini hampir 24 jam sehari.
Penggunaan bite plane, pada saat mencapai overbite yang
diinginkan, tidak boleh tiba-tiba dihentikan, bite plane itu sendiri
harus digunakan sebagai retainer dan penghentian harus bertahap.
Gambar 2.10 (a) curve of spee berlebih dengan erupsi berlebih dari anteriors
menimbulkan deep bite. (b) anterior bite plane menintrusi efek pada anterior
bawah dan membuat jarak pada gigi posteriors sehingga terdapat tempat untuk
erupsi. (c) deep bite yang terkoreksi dengan gigitan normal dan curve of spee yang
datar.3
11
Gambar 2.11 sebelum perawatan .3 Gambar 2.12 alat dengan anterior
bite plane.3
12
Intrusi gigi anterior dapat dicapai dengan metode berikut:
a. Anchorage Bends
Anchorage Bends diberikan di dalam mesial arch wire ke
molar tubes sehingga bagian anterior dari arch wire terletak pada
gingiva ke slot braket. Jadi ketika kabel-kabel lengkungan yang
menarik oklusal dan terlibat ke dalam braket, gaya intrusi yang
diarahkan ke gingiva diberikan pada gigi seri untuk mengurangi
deep bite. Ketika intrusi gigi anterior adalah tujuan, kekuatan ringan
harus digunakan. Kekuatan berat lebih mungkin untuk menciptakan
kecenderungan yang lebih besar untuk gigi posterior erupsi sebagai
akibat dari gaya ekstrusif molar yang sama dan berlawanan.
Kekuatan yang direkomendasikan untuk intrusi gigi gigi
insisivus bawah di kisaran 12,5 g per gigi dan insisif atas sekitar 15
sampai 20 g per gigi. Gaya ekstrusif reaksioner pada molar dicegah
oleh oklusi interdigitating alami atau dalam kasus yang ekstrim
dengan memberikan sebuah bite plane posterior dengan ketebalan
minimum.
13
ekstrusi dan, pada tingkatan molar yang lebih rendah dan gigi insisif
bisa diintrusi.
Gambar 2.15 (a) membalikkan curve of spee wire pada buccal tube. (b) wire
menyatu pada brackets menunjukan intrusive forces pada insisif and exstrusive
forces pada molar3
c. Arches Utility
Arches Utility adalah lengkung kawat bengkok yang
sedemikian rupa sehingga dapatmelewati segmen bukal dan dipakai
pada gigi insisif. Lengkung ini dapat digunakan untuk melakukan
sejumlah pergerakan gigi termasuk intrusi gigi insisif, proraksi atau
bahkan retraksi gigi insisif. Kawat ini diaktifkan dengan memberikan
sebuah tekukan V di segmen bukalkawat sehingga menghasilkan
intrusi pada anterior.
Gambar 2.16 kegunaan arch untuk mengoreksi deep bite. wire mengelilingi premolar pada
3
molar pertama dan memasukan kedalam insisif, , aktif pada placing V-bend di oklusal.
14
Ekstrusi gigi posterior dapat dicapai dengan metode:
b. Intermaxillary Elastics
Ekstrusi molar dapat dibentengi dengan cara elastis, yang
mencoba untuk membuat erupsi molar di kedua rahang atas dan
bawah. Penggunaan anchorage bands pada rahang atas maupun
rahang bawah dalam kombinasi dengan Kelas II elastis dapat
menyebabkan over erupsi molar bawah dan dapat membantu untuk
memperbaiki gigi yang deep bite . Salah satu tarikan ke belakang
dari kelas II elastis menghasilkan ekstrusi gigi insisif atas, dalam
upaya untuk overerupsi geraham bawah.
c. Implant
Implant dapat digunakan sebagai penahan sementara untuk
intrusi gigi anterior atas. Alat ini digunakan bersama peranti cekat.
15
Gambar 2.17 intrusi dengan bantuan implant3
d. Retensi
Koreksi deep overbites maloklusi Kelas I atau Kelas II
biasanya membutuhkan retensi dalam bidang vertikal (retensi
moderat). Jika gigi anterior mengalami depresi untuk mencapai
koreksi overbite, bite plane pada retainer rahang atas diinginkan.
Alat ini dipakai terus menerus mungkin untuk pertama 4 sampai 6
bulan. Seringkali incisal edge gigi anterior tidak nyaman dipakai dan
membutuhkan titik grinding dan penyesuaian dalam beberapa kasus
kelas II Div I. Jika kasus koreksi deepbite skeletal dicapai sebagai
akibat dari pembukaan gigitan. Dalam kasus ini mandibula dipaksa
menjauh dari maksila dan dimensi vertikal harus diadakan sampai
pertumbuhan (yaitu, tinggi Ramal mandibula) bisa mengejar
16
ketinggalan. Perubahan sudut bidang mandibula menunjukkan
retensi yang tepat.
BAB III
LAPORAN KASUS
17
III.1 Evaluasi Pre Treatment2
Pasien laki-laki berusia 28 tahun dengan keluhan fraktur mahkota anterior bawah
dan sangat bersemangat untuk memiliki solusi permanen. Pemeriksaan extraoral
kelas 1 anterior deep bite, dengan tinggi wajah anterior yang relative rendah,
sulkus mentolabial yang dalam, bibir atas yang menonjol, bibir bawah yang
menjorok kearah luar dan jarak interlabial tinggi. Jarak incision-stomion, yang
menunjukkan tampilan lebar mahkota gigi insisif ketika bibir berada dalam posisi
yang santai, adalah 6mm (3-4 mm estetis baik).
Pemeriksaan intraoral menampilkan hubungan molar kelas I deep overbite
anterior, berkurangnya overjet dan crowding di lengkung rahang atas. Fraktur
mahkota gigi 31, 32 dan 41. Tidak ada sentris relation-centric ( cr-co ) diskrepansi
pada penutupan. Karakteristik dental dan skeletal menunjukkan oklusal plane
datar dan retroclined gigi insisif rahang atas. TMJ masih normal. Garis tengah
rahang atas dan rahang bawah bertepatan dengan garis tengah wajah.
18
Gambar 3.2 rencana perawatan2
19
Biasanya, diperlukannya tambahan retensi saluran akar dapat diperkirakan
dengan membandingkan ketinggian (tinggi rata-rata) koronal dentin yang masih
tersisa dan gigi yang dipreparasi dengan baik.
Berdasarkan pengalaman, perluasan yang dibutuhkan dari sebuah posting
ke dalam saluran akar secara apikal ke margin gingival harus sama dengan
perbedaan rata-rata tinggi dari koronal dentin yang masih tersisa setelah preparasi
dan tinggi dari preparasi yang ideal. Untuk menghindari tekanan yang tidak
menguntungkan dalam akar selama gigi berfungsi, pengisian saluran akar
semestinya tidak berakhir pada level puncak alveolar. Ujung apikalnya harus dari
korona ke puncak tulang alveolar atau melebar setidaknya 2 mm dibawah puncak
alveolar. Post- core-restoration dilakukan untuk gigi insisif rahang bawah.
20
sepanjang 0,5mm ditempatkan pada permukaan lingual untuk membantu dalam
menerima segel positif dari restorasi akhir.
Sebuah polivinil siloksan diambil dan dikirim ke laboratorium bersama dengan
foto-foto, model dan galangan gigit. Setelah pengiriman restorasi akhir dari
laboratorium, kerangka resin dan mahkota all-ceramic dievaluasi dengan stone
die untuk margin fit yang tepat dan path of seating.
Untuk mempersiapkan restorasi untuk bonding, permukaan jaringan
restorasi dirawat dengan silane ceramic primer selama 60 detik dan dikeringkan.
Lapisan tipis resin perekat dicat lalu dikeringkan dengan udara. Preparasi gigi
dilakukan dengan acid-etched dengan 37% ortofosfat gel asam selama 20 detik
dibilas dan dikeringkan. Beberapa lapis bonding agent yang diterapkan pada
setiap preparasi dan akses pelarut diuapkan dengan udara ringan. Kerangka resin
bridge dipererat dengan dual cure resin adhesive. Kelebihan semen dibuang dan
kemudian di light cure. Semua mahkota keramik permanen disemen pada gigi,
untuk mencapai estetika yang tepat dan untuk menstabilkan gigitan.
BAB IV
KESIMPULAN
21
Deep bite adalah overlap yang berlebih terhadap insisif rahang bawah dari
insisif rahang atas. Menurut Graber 1996, definisi deep bite adalah suatu
kondisi dari overbite yang berlebihan, dimana pengukuran vertikal antara insisal
margin maksila dan mandibula berada pada posisi kebiasaan atau oklusi sentrik.
Gigitan dalam (atau overbite) ada apabila tepi oklusal gigi insisivus rahang bawah
menutup jalan apikal ke cingulum dari gigi insisif maksila. Hal ini mungkin
karena overeruption dari gigi anterior, baik maksila atau gigi anterior mandibula.
Deep bite dapat dirawat dengan menggunakan alat lepasan, myofungsional
atau cekat. Alat lepasan yang dapat digunakan untuk perawatan deep bite adalah
anterior bite plane. Alat myofungsional digunakan aktivator atau bionator dan
bisa juga digunakan sistem trainer fungsional. Sedangkan untuk alat cekat dapat
digunakan anchorage bends, archwires with reverse curve of spee, dan utility
arches.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Miethke Reginal and Rainer.Adult Orthodontics.Wiley-Blackwell 2012.
Cap:7,340-350.
2. RV Murali. Interdisciplinary management of deep bite in an adult patient.
Indian Journal of Multidisciplinary Dentistry. 2011.3.161-164
3. Sassouni V. A clasiification of skeletal facial types Am J Orthod Dentofacial
Orthop. 1969; 55:109-23
4. Ravinda Nanda. Current therapy in Orthodontics .2010; 186-197
5. Aliakbar Bahreman,DDS,MS . Early-Age orthodontic treatment. 2015; 397-
403
REFERAT ORTODONSIA
23
MANAJEMEN INTERDISIPLINER GIGITAN
DALAM PADA PASIEN DEWASA
(studi kasus)
DISUSUN OLEH :
24