OLEH :
SRI KAROLINA LAOWO
P01031214055
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MEDAN
PRODI D IV GIZI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO & UNICEF dalam Global Strategy for Infant and Young
Child Feeding (GSIYCF) serta Kementerian Kesehatan melalui
Kepmenkes RI No.450/ MENKES/ SK/IV/2004 dan Undang- Undang
Kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 128 merekomendasikan:
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk
mencapai hal tersebut adalah melalui pola asuh makan yang baik.
Tumbuh kembang balita dan asupan zat gizi yang baik dapat
diupayakan dengan memberikan air susu ibu (ASI eksklusif) sampai
umur 6 bulan. Setelah itu, pemberian makanan pendamping air susu
ibu (MP-ASI). MP-ASI merupakan makanan tambahan selain ASI yang
diberikan pada bayi sampai usia 24 bulan.
Namun pada tahun 2009 dan 2010 turun menjadi 32,15% dan
25,43%. Pencapaian ASI Eksklusif terendah yaitu di Kota Medan
sebesar 0,26% (Profil Kesehatan Sumut, 2010). Cakupan ASI eksklusif
di wilayah kerja Puskesmas yang ada di Kota Medan masih sangat
rendah yaitu berkisar 0% sampai 2,26%. Puskesmas yang pencapaian
ASI-nya paling tinggi adalah Puskesmas Padang Bulan yaitu 2,26%,
dari 973 bayi yang lahir pada Tahun 2010, hanya 22 bayi yang diberi
ASI eksklusif. Hal ini masih sangat jauh dari target ASI eksklusif yang
ditetapkan yaitu sebesar 80% (Profil Dinas kesehatan Kota Medan,
2010). Oleh karena pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh
kembang bayi yang optimal baik fisik maupun mental dan
kecerdasannya, maka perlu perhatian agar tatalaksananya dilakukan
dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan
menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif
(Depkes RI, 2005).
Adakah hubungan pola makan dan asupan zat gizi makro pada balita usia
6-24 bulan yang diberi ASI eksklusif dan tidak diberi ASI ekslusif
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Menilai pola makan balita usia 6-24 bulan yang diberi ASI
ekslusif dan yang tidak diberi ASI ekslusif.
b. Menilai zat gizi makro Kh,P,L balita usia 6-24 bulan yang diberi
ASI ekslusif dan yang tidak diberi ASI ekslusif
D. Manfaat penelitian
a. Bagi penulis
Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan
dan wawasan penulis dalam menyusun skripsi.
b. Bagi ibu menyusui
Memberikan informasi dan manfaat ASI ekslusif terhadap pola
makan dan asupan zat gizi makro anak balita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asi ekslusif
b. Bagi Ibu
Manfaat bagi ibu yakni: mudah, murah, praktis tidak merepotkan
dan selalu tersedia kapan saja; mempercepat
involusi/memulihkan dari proses persalinan dan dapat
mengurangi perdarahan karena otot-otot di rahim mengerut,
otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit
sehingga perdarahan akan segera berhenti; mencegah
kehamilan karena kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon
FSH dan ovulasi, bisa mencapai 99 %, apabila ASI diberikan
secara terus-menerus tanpa tambahan selain ASI;
meningkatkan rasa kasih sayang dan membuat rasa lebih
nyaman; mengurangi penyakit kanker, mekanisme belum
diketahui secara pasti ibu yang memberikan ASI Eksklusif
memiliki resiko kanker ovarium lebih kecil dibanding yang tidak
menyusui secara Eksklusif (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011);
membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan,
menurunkan risiko DM Tipe 2 ( WHO, 2010; Aprilia, 2009 dalam
Jafar, 2011).
c. Bagi Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu
formula,botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah untuk
merebus air, susu,dan peralatannya; jika bayi sehat berarti
keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan
kesehatan; penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi
LAM (The Lactation Amenorrhea Methods) dari ASI; jika bayi
sehat berarti menghemat waktu keluarga; menghemat tenaga
keluarga karena ASI selalu siap tersedia dan keluarga tidak
perlu repot membawa botol susu, air panas dan lain sebagainya
ketika berpergian (Prasetyono, 2012).
d. Bagi Masyarakat
Menghemat devisa Negara lantaran tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lainnya; bayi sehat membuat negara lebih
sehat;penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi
yang sakit hanya sedikit; memperbaiki kelangsungan hidup
anak dengan menurunkan angka kematian; melindungi
lingkungan lantaran tidak ada pohon yang digunakan sebagai
kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya dan ASI
merupakan sumber daya yang terus-menerus diproduksi
(Prasetyono, 2012).
3. Klasifikasi ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu: kolostrum, air susu
transisi, dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum)
berbeda dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan ASI matur
(Maryunani, 2012).
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan susu pertama keluar berbentuk cairan
kekuning-kuningan yang lebih kental dari ASI matang.
Kolostrum mengandung protein, vitamin yang larut dalam lemak,
dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum
sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi
immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bayi,
kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk
membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. (Brown,
2004; Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).
2. ASI Transisi
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi
kolostrum sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan.
Kandungan protein dalam ASI transisi semakin menurun,
namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air, dan semakin
meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring
dengan lamanya menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI
matang (Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).
4. Kandungan ASI
ASI adalah makanan untuk bayi. Kandungan gizi dari ASI
sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan
umbuh kembang bayi. ASI mudah dicerna, karena selain
mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandun enzim-
enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI
tersebut. ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat
mencukupi kebutuhan bayi
sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir
ususnya belum mampu
membentuk vitamin K. Maka setelah lahir biasanya bayi
diberikan tambahan vitamin K dari luar (Maryunani, 2012).
b) Faktor eksternal
1) Peran ayah: dukungan ayah sangat penting dalam
suksesnya menyusui, dukungan emosional suami sangat
berarti dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan
akan manfaat ASI eksklusif.
2) Sosial budaya: ibu-ibu yang bekerja atau kesibukan sosial
lainya, cenderung meniru teman/tetangga yang memberikan
susu botol kepada bayinya.
3) Meningkatnya promosi susu kaleng pengganti ASI
C. Pola Makan
Ada dua tujuan pola makan untuk bayi dan anak. Pertama
adalah memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu
untuk pemeliharaan dan pemulihan serta peningkatan kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotor, serta
melakukan aktivitas fisik. Kedua adalah untuk mendidik anak agar
mempunyai kebiasaan makan yang baik. Makanan untuk bayi dan
anak haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: