A) Diagnosis Multiaksial
1. Aksis I
Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89,
F90-98, F99) Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis (tidak ada diagnosis Z03.2,
diagnosis tertunda R69)
2. Aksis II
Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme
defensimaladaptif) Retardasi Mental (F70-79)(tidak ada diagnosis Z03.2, diagnosis tertunda
R46.8)
3. Aksis III
Kondisi Medik Umum
4. Aksis IV
Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)
5. Aksis V
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale) 100-
91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa
80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial
70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik
60-51 gejala dan disabilitas sedang
50-41 gejala dan disabilitas berat
40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi
30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir
semua bidang
20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus
diri
10-01 persisten dan lebih serius informasi tidak adekuat
Tujuan diagnosis multiaksial :
Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan outcome
Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan informasi
klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan menggambarkan heterogenitas individu
dengan diagnosis yang sama
Penggunaan model bio-psiko-sosial.
B) Koordinasi Psikiatri
Dalam bidang psikiatri, tugas seorang dokter adalah memeriksa pasien dan kemudian
menyimpulkan apakah pasien itu sehat atau terganggu jiwanya. Untuk itu, perlu dipelajari
tentang: metode, alat dan bahan yang harus diperiksa.
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan psikiatri adalah kepribadian si
pemeriksa sendiri. Metode / cara yang digunakan adalah : wawancara dan observasi. Dengan
wawancara dan observasi dilakukan pemeriksaan terhadap koordinat psikiatri yang nantinya
dapat dipakai sebagai dasar dalam kesimpulan pemeriksaan. Koordinat psikiatri terdiri atas :
1) Kesadaran
2) Alam perasaan
3) Pikiran
4) Perbuatan / tingkah laku
Penatalaksanaan gangguan jiwa
Somatoterapi
Medikamentosa
Antidepresan
Ansiolitik
Mood stabilize
Antipsikotik
Stimulan
Leukotomy
Bilateral cingulotomy
Deep brain stimulation
Psikoterapio Shock therapy
Insulin shock therapy
Electroconvulsive therapy
Psychosurgery
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) : dilakukan pada gangguan jiwa secara luas.
Didasarkan pada modifikasi bentuk pikiran dan sikap pasien.
o Psikoanalisis : menilai penyebab konflik psikis dan defense
o Interpersonal psychotherapyo Gestalt therapy
o EMDR (Eye movement desensitization and reprocessing)o Behavior Therapy.
2. Faktor-faktor psikopatologi
Psikopatologi adalah lapangan psikologi yang berhubungan kelainan atau hambatan
kepribadian yang menyangkut proses dan isi kejiwaan. Dalam psikopatologi dikenal tiga
golongan besar kelainan atau hambatan kepribadian yaitu:
a. Psikosa
Psikosa ialah gangguan kejiwaan yang meliputi keseluruhan kepribadian seseorang,
sehingga orang yang mengalami tidak bisa lagi menyesuaikan diri dalam norma-norma yang
wajar dan berlaku umum. Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
1) Psikosa fungsionali. Faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena
sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan
atau pengalaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang
2) Psikosa organik Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas
sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa
seseorang.
b. Psikoneurosa
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan neurosa saja, adalah gangguan
yang terjadi hanya pada sebagian daripada kepribadian, sehingga orang-orang
yangmengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa atau masih bisa belajar
dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
c. Psikopat
Golongan ketiga ini merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan kesulitan
penyesuaian diri atau timbul ketidakmauan untuk mengikuti norma-norma yang ada
dilingkungan. Karena itu istilah psikopati sering disinonimkan sosiopsikopati. Penderita
memperlihatkan adanya sikap egosentris yang besar, seolah-olah patokan untuk semua
perbuatan adalah dirinya sendiri saja. Ciri lain adalah keinginan untuk menguntungkan diri
sendiri tanpa memperdulikan oleh pihak lain. Dalam bentuk yang ringan, gangguan kejiwaan
seperti di atas disebut character disorder yang dapat kita lihat misalnya pada seseorang yang
eksentrik yang berdandan sesuai dengan seleranya sendiri tanpa memerlukan apakah
dandannya itu akan menjadi bahan tertawaan atau tidak. Hubungan antara peristiwa hidup
yang mengancam dan gangguan mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan
konstitusi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama
periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan tigkat sosial yang dicapai sangat
bermakna dalam pengalaman hidup seseorang. Kepribadian merupakan bentuk ketahanan
relatif dari situasi interpersonal yang berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia.
Perilaku yang sekarang bukan merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi
merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan kembali. Setiap penderita yang mengalami
gangguan jiwa fungsional memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau
beberapa fase perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga,
lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya. Gejala yang diperlihatkan oleh
seseorang merupakan perwujudan dari pengalaman yang lampau yaitu pengalaman masa bayi
sampai dewasa.Faktor psikologik disini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Hubungan intrapersonal
Inteligensi
Keterampilan
Bakat dan minat
KepribadianSalah satu hal yang terpenting yang tidak jarang bereaksi secara patologis disini
adalah faktor dari kepribadian individu itu sendiri, hal ini disebabkan karena pengaruh dalam
perkembangannya berlaian bagi setiap individu, sehingga terkadang pola penyesuaiannya
berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
2) Hubungan interpersonal
Interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya
Orang tua yang overprotektif
Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri
Peran ayah dalam keluarga
Persaingan antar saudara kandung
Kelahiran anak yang tidak diharapkan
3. Faktor-faktor sosiokultural
Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan terutama
mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosio-budaya tertentu
berbeda dengan budaya lainnya. Adanya perbedaan satu budaya dengan budaya yang
lainnya,menurut Zubin, 1969, merupakan salah satu faktor terjadinya perbedaan distribusi
dan tipe gangguan jiwa. Begitu pula Maretzki dan Nelson, 1969, mengatakan bahwa
alkulturasi dapat menyebabkan pola kepribadian berubah dan terlihat pada psikopatologinya.
Pendapat ini didukung pernyataan Favazza (1980) yang menyatakan perubahan budaya yang
cepat seperti identifikasi, kompetisi, alkulturasi dan penyesuaian dapat menimbulkan
gangguan jiwa. Selain itu, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa Goodman (1983) yang meneliti status ekonomi menyatakan bahwa penderita
yang dengan status ekonomi rendah erat hubungannya dengan prevalensi gangguan afektif
danalkoholisma. (litbang)
Pengaruh rasial, Contoh: Adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara Eropa
Golongan minoritas , Contoh: Pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang
yangmenderita penyakit HIV
Masalah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
Masalah ekonomi, Contoh: Karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu menganiya
anaknya
Masalah pekerjaan
Bencana alam
Perang, Contoh: karena perang yang berkepanjangan seorang anak menjadi stress
Faktor agama atau religius baik masalah intra agama ataupun inter agama, Contoh:Perasaan
bingung dalam keyakinan yang dialami seorang anak karena perbedaan keyakinan dari orang
tuanya
Kestabilan keluarga
Keluarga-keluarga dengan kondisi tertentu berpotensi untuk memilki anggota
gangguan jiwa.Sehingga dalam berkeluarga perlu mencari ilmu untuk menentukan strategi
yang diterapkan dalam mencapai visi atau tujuan keluarga. Potensi-potensi tersebut adalah :
o Tidak ada nilai agama di rumah tangga
o Orang tua pengangguran atau tidak ada penaggung jawab ekonomi
o Kemiskinan
o Ada anggota yang melakukan Kriminalitas
o Kekerasan di rumah tangga
o Lingkungan yang buruk
o Sering ada pertengkaran
o Tidak ada komunikasi
o salah satu anggota menggunakan NAPZA
o Tidak ada model Pola mengasuh anak
Tingkat ekonomi
Tingginya masyarakat miskin di Indonesia lebih dari 30 juta orang, ditambah dengan
pengangguran lebih dari 40 juta orang telah menyebabkan meningkatnya kriminalitas,
tingginya kekerasan di rumah tangga, banyaknya penggusuran, perebutan hak atas tanah,
penipuan dsb. Hal itu dilakukan sebagai cara bertahan untuk hidup. Sehingga masyarakat
menjadi mudah marah, gampang tersinggung dan sering menyelesaikan masalah dengan otot
bukan dengan otak atau tidak mampu untuk menggunakan cara bermusyawarah. Hal itu
merupakan data adanya masalah psikologis dimana saat kebutuhan dasar manusia tidak
terpenuhi maka orang menjadi panik dan tidak aman. Apabila dalam kondisi sebuah rumah
tangga tidak ada cadangan beras, genting bocor, anak sakit susah berobat, lingkungan kotor ,
rumah sempit, rekening listrik belum terbayar, anak tidak sekolah dan menjadi gelandangan
di jalan, maka hampir dipastikan di rumah tangga tertsebut tidak akan lahir generasi yang
sehat jiwanya.
Kemiskinan pangkal penyebab utama gangguan jiwa di Negara kita
Perumahan masalah di perkotaan atau pedesaan
Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan
Pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
Pengaruh rasial diskriminatif dan keagamaan
Nilai-nilai
SITASTomb DA. Buku Saku Psikiatri: Klasifikasi Psikiatrik. Gangguan Psikososial. 6thed. Jakarta: EGC;
2000. P. 3, 218I: