Penco Klat An
Penco Klat An
240210150028
OH O
OH O
-2H
Oksidasi
Kuinol Kuinon
Gambar 2. Struktur kuinon
(Sumber: dokumentasi pribadi, 2016)
enzim
protein + O2 + o-difenol fenol + kuinon + H2O
monofenol
Mencegah atau meminimumkan pencoklatan enzimatik jaringan tumbuhan
yang rusak dapat menggunakan beberapa cara. Cara yang pertama adalah
meenghilangkan oksigen molekul. Sedangkan, cara lainnya adalah menambahkan
senyawa pereduksi yang dapat mencegah penumpukan o-kuinon. Perlakuan panas
jug efektif dalam penginaktifan enzim. Senyawa pengikat logam dapat
menginaktifkan enzim dengan mengikat logam yang diperlukan oleh enzim itu
(Tranggono dan Sutardi, 1989).
besi akan membuat reaksi menjadi lebih cepat karena besi cepat bereaksi dan mudah
mengoksidasi dibandingkan dengan baja (pisau stainless steel). Hasil pengamatan
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kontak dengan Besi
Sampel Stainless Steel Besi
Apel Kuning kecoklatan +++ Kuning kecoklatan ++++
Pir Putih kecoklatan + Putih kecoklatan ++
Terong Putih bercak cokelat ++ Putih bercak cokelat +
Kentang Kuning cerah Kuning kecoklatan
Pisang Kuning bercak cokelat Kuning bercak hitam
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
dalam jumlah kecil. Logam transisi memiliki elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif dalam mengkatalisis reaksi oksidasi maupun reduksi. Hal
ini juga disebabkan karena aktivitas kresolase dimana terbentuknya kompleks
protein-tembaga dengan menggabungkan satu molekul oksigen dengan protein
tempat atom kupro yang berdampingan terikat.
Perlunya mengurangi kontak langsung dengan logam pada pemotongan
buah dan sayur disebabkan karena sebagian besar buah dan sayur memiliki
kandungan asam sehingga bersifat korosif terhadap berbagai jenis logam. Buah dan
sayur yang dipotong menggunakan pisau besi akan lebih cepat mengalami
pencoklatan karena enzim polifenolase yang menyebabkan peristiwa pencoklatan
lebih cepat bereaksi pada buah atau sayuran yang jaringannya telah rusak. Enzim
polifenolase dapat mengoksidsasi senyawa fenol menjadi o-kuinon. Enzim ini juga
melakukan aktivitas katekolase yang melibatkan pengoksidasian dua molekul o-
difenol menjadi dua molekul o-kuinon, mengakibatkan reduksi satu molekul
oksigen menjadi dua molekul air.
Pisau besi lebih cepat bereaksi karena pada pisau besi permukaannya tidak
dilindungi apapun sehingga mudah bereaksi dengan oksigen dan membentuk
lapisan Fe2O3 atau hidroksida yang terus menerus bertambah seiring dengan
berjalannya waktu. Sedangkan pisau stainless steel mengandung paling sedikit 10%
krom pada permukaannya, krom ini akan bereaksi dengan oksigen yang ada di air
dan udara membentuk sebuah lapisan yang sangat tipis dan stabil yang mengandung
produk dari proses karat/korosi yaitu metal oksida dan hidroksida. Krom, bereaksi
dengan oksigen, memegang peranan penting dalam pembentukan lapisan korosi ini.
Terbentuknya enzim polifenol oksidase pada besi dapat menghasilkan
reaksi pencoklatan. Reaksi ini dapat meyebabkan warna coklat karena adanya
pelepasam hydrogen untuk membentuk senyawa dopakrom berwarna merah yang
mempunyai cincin heterosiklik yang berasal dari rantai sisi asam amino karboksilat.
Dopakrom selanjutnya mengalami polimerisasi membentuk melanin berwarna
coklat (Tranggono, 1990). Apabila enzim tersebut mengalami kontak dengan
oksigen di udara maka fenolase akan mengkatalisis konversi biokimia dari
komponen fenolik yang ada pada sampel yang diamati sehingga komponen tersebut
Nurul Annisa
240210150028
berubah menjadi pigmen coklat atau melanin. Komponen fenolik dalam buah atau
sayuran berupa flavonoid.
pencoklatan dari segi warna sampel tersebut. Hasil pengamatan yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Kontak dengan O2
Sampel Tanpa Direndam air Larutan Larutan gula
direndam garam 2,5% 20%
Apel Kuning Kuning Kuning Kuning
kecoklatan
+++
Pir Putih Putih Putih Putih
kecoklatan kecoklatan + kecoklatan ++
+++
Terong Putih bercak Putih bercak Putih cokelat Putih bercak
cokelat ++++ cokelat +++ + cokelat ++
Kentang Kuning Kuning cerah Kuning cerah Kuning cerah
kecoklatan +++ ++++ +++
Pisang Kuning putih Kuning Kuning Kuning
bercak cokelat keputihan ++ keputihan keputihan
+++ ++++
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
jika sampel yang digunakan buah maka dilakukan blansing selama 2 menit. Sampel
yang tidak direndam, dibiarkan tanpa perlakuan. Larutan yang digunakan untuk
sampel yang direndam yaitu larutan metabisulfit 0,1%, asam askorbat 2%, dan asam
sitrat 2%. Sampel yang telah di iris dilakukan proses blansing dengan menggunakan
cara yaitu kukus dan rebus. Perbedaan jenis pemblansingan tersebut karena
umumnya buah-buahan memiliki kandungan air yang tinggi maka, apabila
dilakukan blansing rebus jaringan buah akan rusak dan air dalam buah banyak yang
keluar sehingga tekstur buah akan menjadi lembek. Setelah dikukus atau direbus
kemudian direndam dengan menggunakan air es selama 3 menit untuk
memberhentikan reaksi enzimatis akibat pemanasan. Kemudian berbagai perlakuan
tersebut sampel diamati dari segi warna warna dan tekstur setelah 15 menit.
Natrium metabisulfit (garam sulfit) salah satu inhibitor yang merupakan
monofenol pertama kali dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin dan
kemudian dioksidasi menjadi kuinon. Mekanisme kerja metabisulfit sebagai
senyawa antibrowning yaitu dengan cara membentuk ikatan disufida dengan enzim
PFO sehingga menghambat pengikatan dengan oksigen. Selain itu, sulfit juga dapat
bereaksi dengan quinon yang dihasilkan dari oksidasi senyawa fenolik sehingga
menghambat polimerisasi quinon membentuk pigmen coklat/melanin. Menurut
Margono (1993) dengan adanya metabisulfit pada buah dan bahan pangan akan
tampak lebih segar, cerah, dan lambat sekali mengalami pencoklatan.
Asam askorbat adalah senyawa pereduksi kuat bersifat asam di alam,
membentuk garam netral dengan basa, dan memiliki kelarutan air yang tinggi.
Asam askorbat dan serta turunannya merupakan antioksidan. Asam askorbat
bertindak sebagai antioksidan karena oksigen akan mengoksidasi askorbat bukan
senyawa fenolik sehingga dapat menghambat atau menurunkan terjadinya reaksi
pencoklatan. Kelebihan yang dimiliki asam askorbat antara lain, tidak berpengaruh
pada flavor produk akhir, tidak menyebabkan korosi pada logam, dan merupakan
vitamin C (Taufiq, 2008).
Asam sitrat yaitu senyawa intermediet dari asam organik berbentuk kristal
atau serbuk putih. Sifat asam sitrat diantaranya yaitu mudah larut dalam air, spiritus,
dan ethanol, tidak berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh
kemudian terurai yang selanjutnya terbakar sampai menjadi arang. Asam sitrat
Nurul Annisa
240210150028
Sehingga dapat dikatakan bahwa sampel apel telah dihambat reaksi pencoklatannya
dengan perendaman menggunakan larutan metabisulfit dan asam sitrat.
Sampel pir juga menunjukkan hal yang sama yaitu terlihat lebih efektif
menghambat pencoklatan dengan menggunakan larutan metabisulfit dan asam
sitrat. Sampel terong tanpa perlakuan menghasilkan warna hijau kecoklatan,
sedangkan perendaman menggunakan metabisulfit menghasilkan warna putih
hijau. Hal tersebut berbeda dengan perendaman menggunakan vitamin C dan asam
sitrat yang tetap menghasilkan warna coklat. Sehingga, dapat disimpulkan pada
sampel terong penghambatan pencoklatanya lebih efektif menggunakan larutan
metabisulfit. Sampel kentang dan pisang terlihat lebih cerah dengan perendaman
menggunakan vitamin C. Secara keseluruhan setelah dilakukan perendaman
dengan berbagai larutan anti coklat, tekstur sampel yang diperoleh adalah tetap
keras. Hal itu berarti bahwa larutan tersebut dapat mempertahankan tekstur sampel.
Blansing merupakan salah satu cara untuk mencegah terbentuknya warna
coklat pada sayur atau buah. Karena proses pemanasan dapat membuat enzim PFO
menjadi inaktif. Berdasarkan hasil pengamatan proses blansing telah menghambat
pencoklatan pada sampel buah dan sayur, kecuali pada pir dan terong yang masih
menghasilkan warna coklat. Hal tersebut dapat disebabkan karena proses blansing
yang dilakukan terlalu cepat atau tidak sesuai. Tekstur yang diperoleh setelah
diblansing menjadi lunak. Tekstur blansing kukus tidak terlalu lunak dibandingkan
dengan blansing rebus. Tekstur lunak yang terjadi pada blansing rebus tersebut
dikarenakan air perebus masuk ke dalam jaringan bahan sehingga sampel bahan
melunak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada tabel 4 dapat disimpulkan
bahwa perendaman dengan menggunakan larutan tersebut berguna untuk mencegah
pencoklatan pada buah dan sayur. Berdasarkan hasil pengamatan, urutan
keefektifan larutan untuk mencegah reaksi pencoklatan enzimatis adalah natrium
metabisulfit > asam askorbat > asam sitrat.
Selain cara yang telah dilakukan pada praktikum, pencoklatan enzimatis
menurut Richardson (1991) dapat dikendalikan dengan cara, sebagai berikut:
1. Pemanasan: blansing dan pasteurisasi
Contoh: puree pear
Nurul Annisa
240210150028
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah megetahui cara
pencegahan pencoklatan enzimatis yang tepat dengan:
Pengurangan kontak dengan logam untuk menghambat reaksi pencoklatan
lebih efektif menggunakan pisau stainless.
Pengurangan kontak dengan oksigen untuk menghambat reaksi pencoklatan
lebih efektif meggunakan larutan garam 2,5%.
Perendaman sampel untuk inaktivasi enzim PFO (Polifenol Oksidase)
berdasarkan urutan keefektifannya adalah metabisulfit > asam askorbat >
asam sitrat. Blansing dapat menghambat reaksi pencoklatan, tetapi tidak
dapat mempertahankan tekstur sampel.
5.2 Saran
Pemilihan sampel sebaiknya dengan cara mencari sampel yang berwarna
cerah sehingga dapat mempermudah dalam pengamatan perubahan warna
kecoklatan pada sampel tersebut.
Nurul Annisa
240210150028
DAFTAR PUSTAKA
Tranggono dan Sutardi. 1989. Biokimia dan Teknologi Pasca-Panen. Pusat antar
Universitas Pangan dan Gizi, Yogyakarta.