Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA BERMAIN

MEWARNAI GAMBAR

DI RUANG 7B RSUD Dr. SAIFUL ANWAR

MALANG

Oleh Kelompok 4 :

1. Alim Nurhakim ( NIM. 14901.04.17005 )


2. Diyah Purwanti ( NIM. 14901.04.17011)
3. Khuswatun Khasanah ( NIM. 14901.04.17021)
4. Yayuk Indrawati ( NIM. 14901.04.17057)

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY

ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Bermain ini telah disarankan dan disetujui pada :

Hari / Tanggal : Rabu, 29 November 2017

Tempat : Ruang Bermain 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruanagn
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat rahmat dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK
MEWARNAI GAMBAR ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas
yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan
untuk dapat menyelesaikan Proposal Terapi Bernain ini baik itu secara
langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari
kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam
penyusunan.oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah,
takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor
yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain
di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan
kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah
anak usia toddler (1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-
anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan
mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak
dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.
Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk
mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak
bermain dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti
crayon atau pensil warna akan membantu anak untuk menggunakan
tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh
karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang
anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan
dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara
mewarnai gambar

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani
perawatan.
2. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap
stress karena penyakit dan dirawat
3. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau
konsentrasi anak.
4. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk
mempercepat penyembuhan.
5. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
6. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
BAB II
LAMPIRAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BERMAIN


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak
bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh.
Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog
mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara
sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Erlita, 2006). Bermain merupakan suatu
aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran,menjadi kreatif,mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A,2005).Jadi
kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar
anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang
merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan
atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif .
Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak,
terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan
keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam,
2005).
Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan
suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan
keterampilan kognitif dan afektif (Anonim, 2010).
2.2 KATEGORI BERMAIN
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari
anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu
melakkan aktivitas (hanya melihat)
Contoh: Memberikan support.
2.3 CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

2.4 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI


1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang
diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya
orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan
bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di
sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan
alat, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh
ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-
ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya
menjadi ayah atau ibu.

2.5 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada
beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan
oleh anak balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak
masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu
dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling
tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan
aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik,
belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya
dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
2.6 FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek
tertentu, misalnya meraih pensil.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya
menyusun balok.
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan
mempelajari belajar dalam kelompok.
5. KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan
tingkah laku terhadap orang lain.
6. PERKEMBANGAN MORAL
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan
teman, menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan
perasaan yang tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.
8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang
belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,
menggambar, bermain peran.

2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi /
keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor
kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi
2.8 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap
permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.

2.9 TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN


ANAK USIA TOODLER (1-3 TAHUN)
1. Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 8 : 2
Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm
: Umur 2 3 tahun = Umur (tahun)
x 6 - 77
2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :
Fase anal (1 3 tahun) : daerah anal aktifitas,
pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido yang
penting. Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik (cinta
terhadap diri sendiri), dan egoistik.
Tugas utama anak : latihan kebersiahan,
perkembangan bicara dan bahasa meniru dan mengulang
kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat
terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak
lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :
Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa
dipelajari dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh
untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi, menuntut
harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan
ragu-ragu.
c. Stimulasi dan perkembangan anak
a) Anak umur 12 18 bulan :
- Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh,
mengambil benda kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan
keinginan secara sedehana, minum sendiri dari gelas tidak
tumpah.
- Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain
dengan anak melempar dan menangkap bola besar
kemudian kecil, melatih anak menunjuk dan menyebut
nama-nama bagian tubuh, memberi kesempatan anak
melepas pakaian sendiri.
b) Anak umur 18-24 bulan:
- Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah,
mencoret-coret dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh
dan menyebut namanya, meniru melakukan pekerjaan
rumah tangga.
- Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki,
mengajari anak menggambar bulatan, garis segi tiga dan
gambar wajah, melatih anak mengikuti perintah sederhana,
melatih anak mau ditinggalkan ibunya sementara waktu.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu
banyak bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi
dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan
permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik
dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali
mainannya di bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus
diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah
sollitary play dan parallel play. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih
jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya
sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak
mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat
berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena
kemampuan berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang
tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang
dapat dibentuk benda macam-macam.

2.10 BERMAIN DI RUMAH SAKIT


A. TUJUAN
1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan
yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau
dirawat
B. PRINSIP
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orangtua
C. UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN BERMAIN
1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
D. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
E. PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH
1. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama
Tim dan keluarga
2. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

2.11 BERMAIN MEWARNAI GAMBAR


a. Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media.
Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna
pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar
merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi
stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada
anak.
b. Manfaat
1) Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi
dan sangat terapeutik ( sebagai permainan penyembuh /
therapeutic play ).
2) Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat
membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi
dengan ketrampilan motorik halus.
3) Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
4) Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan
pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa
menggunakan kata.
5) Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan
karena proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan
stress, kognitifnya tidak akurat dan negative.
6) Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan
yang aman dari rasa marah dan benci.
7) Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang
merupakan metode penyuluhan kesehatan untuk merubah
perilaku anak selama dirawat di rumah sakit.
PREPLANING PROGRAM BERMAIN
PADA ANAK DI RUANG 7B

1. Judul : Terapi bermain mewarnai gambar


Alasan : Terapi bermain mewarnai gambar judul ini dipilih
kelompok untuk menambah pengetahuan
mengenali warna, dan mengembangkan imajinasi
pada anak.
2. Karakteristik permainan : Anak dibimbing untuk mewarnai sebuah pola
yang disediakan dengan warna pilihnnya sendiri.
3. Sasaran :
1) Anak usia toddler (1-3 tahun)
2) Anak yang dirawat di ruang 7B
3) Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi
lain) yang dapat menghalangi proses terapi bermain
4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5) Anak yang dapat memegang crayon
6) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai
gambar
4. Tujuan :
TUJUAN UMUM
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
TUJUAN KHUSUS
Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress
karena penyakit dan dirawat
Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
5. Waktu Pelaksanaan :
Hari/Tanggal : Rabu, 29 November 2017
Pukul : 10. 00 WIB
Tempat: Tempat bermain anak diruang 7B
6. Media
a. Pensil warna / crayon
b. Tissue
c. Karpet
d. Kertas bergambar
e. Lembar penilaian
f. Meja
7 .Strategi bermain

No. Waktu Kegiatan Peserta


1.
10 menit . Pra kegiatan :
Memfasilitasi media terapi
bermain
Mempersiapkan anggota terapi
bermain
Mempersiapkan peserta

2
5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan Menjawab
mengucapkan salam. salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari terapi Memperhatikan
bermain Memperhatikan
Kontrak waktu anak dan orang tua
3. 15 menit Kegiatan bermain :
Menjelaskan tata cara Memperhatikan
pelaksanaan terapi bermain mewarnai
kepada anak
Memberikan kesempatan kepada Bingung
anak untuk bertanya jika belum jelas Antusias saat
Membagikan kertas bergambar menerima
dan pensil warna. peralatan

Fasilitator mendampingi anak dan Memulai untuk


memberikan motivasi kepada anak mewarnai
Menanyakan kepada anak gambar
apakah telah selesai mewarnai Menjawab
gambar pertanyaan
Memberitahu anak bahwa waktu
yang diberikan telah selesai Mendengarkan
Memberikan pujian terhadap
anak yang mampumewarnai Memperhatikan
gambar sampai selesai
3. 10 menit Kegiatan penutup:
Memotivasi anak untuk Menceritakan
menyebutkan apa yang diwarnai
Mengumumkan nama anak yang
dapat mewarnai dengan baik contoh
:Membagikan reward kepada seluruh Gembira
peserta

4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian Memperhatikan
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain Mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih
kepada anak dan orang tua Menjawab
3. Mengucapkan salam penutup salam
8. Analisa tugas
a. Anak dibimbing memberi warna sesuai gambar yang tersedia sesuai
dengan kemampuan anak masing-masing.
b. Anak dibimbing memilih warna sesuai warna kesukaannya sendiri.
c. Anak dilatih untuk mewarnai gambar sesuai garis pola yang tersedia.
d. Kriteria Penilaian:
Berhasil bila anak mewarnai dengan 5 warna yang berbeda (nilai 100).
Anak mewarnai dengan 3 warna yang berbeda (75).
Anak mewarnai dengan 2 warna (50).
Anak tidak memberi warna pada gambar yang tersedia (0).
9. Aspek kognitif
a. Pengetahuan atau hafalan anak tentang warna,missal daun berwarna
hijau.
b. Pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar
bunga.
c. Penerapan anak member warna hijau pada daun.
10. Aspek psikomotor
a. Motorik halus
Pengetahuan dan pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti
bahwa itu gambar bunga.
b. Motorik kasar
Anak dibimbing untuk mewarnai gambar berpola.
Hasilnya dapat diukur melalui
1. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses
bermain.
2. Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.
11. Aspek afektif
Anak dapat member respon rangsangan dari pembimbing.
12. Aspek sosial
Anak dapat berinteraksi dengan ibu,teman sebaya dan pembimbing.
13. Perkiraan hambatan :
a) Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di
jadwalkan
b) Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain
14. Antisipasi hambatan/masalah
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak
selama program terapi.
15. Pengorganisasian
1) Pembimbing Pendidikan :
2) Pembimbing Ruangan :
3) Ketua kelompok :
Tugas : Pengkoordinir anggota kelompok dan mengawasi jalannya acara
dari awal hingga akhir
4) Moderator :
Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi tanggung
jawab agar berjalan sesuai dengan topic
5) Observer :
Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi
yang direkam dalam bentuk nilai tertentu sebagai refleksi dari penilaian
skala observasi terapi bermain.
6) Fasilitator :
Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar tujuan dari terapi
bermain dapat tercapai.
7) Anak : anak berusia 1-3 tahun dirawat di ruang 7B
16. Kriteria evaluasi
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang 7B lanta
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan
sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untukmewarnai
gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ( 2010) Bermain melatih konseentrasi anak. [Online]. Tersedia :


http://sidikjaricerdas.wordpress.com/2010/08/09/bermain-puzzle-
melatihkonsentrasi-anak/ [23 Agustus 2015]
Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak.Terdapat
pada http://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2015
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB
sauders Company, Philadelpia USA
Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta
L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC :
Jakarta www.Pediatrik.com Selasa 21 Agustus 2015
Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta
Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby
Year Book. Toronto Canada
Followers

Anda mungkin juga menyukai