Anda di halaman 1dari 6

Korelasi Antara Umur dan Berat Badan Sapi Bali (Bos sondaicus)

di Pulau Seram

Masnah Latulumamina

Jurusan Peternakan Universitas Pattimura Ambon


Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka Ambon, 97233
e-mail : masnahlatulumamina@ymail.com

ABSTRAK

Penampilan bobot badan merupakan salah satu penciri suatu bangsa sapi khususnya sapi Bali sebagai sapi khas
Indonesia dan merupakan plasma nutfah nasional yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Guna penilaian
berat badan supaya peternak mengetahui berat badan ternaknya tiap ekor dan juga peternak dapat dengan
mudah menyiapkan pakan. Model penjualan ternak sapi oleh peternak di Pulau Seram, penentuan harga jualnya
hanya dilakukan dengan melihat jenis kelamin dan besar kecilnya tubuh ternak yang akan dijual tanpa
memperhitungkan bobot badan sebenarnya dari ternak tersebut. Salah satu faktor penyebabnya adalah
pengetahuan peternak yang rendah serta terbatasnya fasilitas timbangan. Kondisi ini kadangkala dapat
merugikan peternak yang bersangkutan, karena dengan mengetahui bobot badan ternak, dapat memperhitungkan
persentase karkas yang diperoleh sehingga penentuan harga jual diharapkan mengguntungkan peternak.

Kata kunci : Sapi Bali, umur, berat badan

THE CORRELATION BETWEEN AGE AND BODY WEIGHT


BALI CATTLE (Bos sondaicus) IN CERAM ISLAND

ABSTRACT

Appearance of body weight is one of the nation identifier Bali cattle, especially cattle as cows and a typical
Indonesian national germplasm need to be developed and preserved. Weight assessment in order to determine
weight cattle ranchers each tail and breeders can easily prepare food. Model cattle sales by farmers on the island
of Seram, the determination of the selling price is only done by looking at gender and body size of animals that
will be sold regardless of the actual body weight of the animal. One contributing factor is the low farmer
knowledge and the limited scale facilities. This condition can sometimes be detrimental to farmers is concerned,
because by knowing the weight of cattle, can take into account the percentage of carcasses obtained thus
determining the selling price expected mengguntungkan breeder.

Keywords: Bali Cattle, age, body weight

PENDAHULUAN kesehatan dan mutu pakan. Selain itu, dengan


penilaian berat badan, peternak juga dapat
Pulau Seram dengan kondisi alam kepulauan menyiapkan obat-obat sesuai dosis, mengetahui tiap
memiliki potensi pengembangan ternak yang cukup pertumbuhan ternaknya dan dapat dengan mudah
baik, hal ini di dukung dengan adanya potensi sumber menentukan harga. Bobot badan suatu ternak sangat
daya alam yang memadai sehingga diharapkan Pulau penting diketahui karena sangat menentukan harga
Seram akan menjadi lumbung ternak dan dapat jual atau beli sapi tersebut. Kenyataannya bobot badan
diandalkan sebagai daerah penghasil ternak potong tersebut sangat sulit diketahui karena alat pengukur
khususnya ternak sapi lokal atau sapi Bali (Bos bobot badan terlalu besar dan mahal, sehingga para
sondaicus) di kawasan Timur Indonesia. petani dalam menentukan harga jual atau beli sapi
Ternak sapi Bali oleh masyarakat di Pulau lebih sering dilakukan berdasarkan eksteriornya
Seram merupakan salah satu komoditi ternak yang dengan melihat besar kecilnya ukuran tubuh.
digunakan untuk menambah pendapatan keluarga, Ukuran-ukuran tubuh yang dapat dipakai untuk
dagingnya dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan menaksir bobot badan ternak sapi tanpa harus
kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk untuk menggunakan timbangan antara lain panjang badan,
tanaman pangan yang diusahakan oleh masyarakat lingkar dada, tinggi badan dan sebagainya (Sampurna
setempat Menurut Dilaga (1993), kemampuan ternak dan Batan, 2005). Beberapa ukuran tubuh yang
untuk mengkonsumsi pakan sangat dipengaruhi oleh terpenting seperti tinggi gumba, lingkar dada dan
bobot badan, umur, jenis kelamin, lingkungan,
panjang badan merupakan kriteria untuk menilai Tabel 1. Rata-rata Berat Badan Sapi Bali Berdasarkan
ternak sapi (Kadarsih, 2003). Jenis Kelamin
Penentuan umur ternak pada peternakan rakyat
kadang mengalami kesukaran karena kebanyakan Jumlah Berat Badan (kg)
peternak tidak mempunyai catatan produksi maupun Jenis Kelamin
Sampel Rata-rata SD
catatan kelahiran dari ternak yang bersangkutan.
Dengan demikian untuk menentukan umur tersebut Jantan 50 202.08 66.51
maka perlu adanya metode-metode tertentu seperti Betina 177 241.1 74.98
melihat keadaan gigi dan melihat adanya cincin Total 227 232.69 74.77
tanduk dari ternak tersebut.
Umur perlu diketahui supaya peternak tahu
Peningkatan berat badan sapi Bali jantan pada
masing-masing umur dari ternaknya. Umur juga
kelompok umur 0 1 tahun hingga 5 - 10 tahun
sangat berhubungan dengan kondisi daging dari
yang fluktuatif, tertinggi pada kelompok umur 3 4
ternak tersebut, apabila umur terlalu muda mutu
tahun yaitu 297 kg (Tabel 2). Sedangkan sampel
dagingnya lebih baik. Sapi yang masih muda (umur
ternak sapi Bali untuk kelompok umur 4 5 tahun
1,5 sampai 2,5 tahun) dagingnya akan berwarna
tidak ada karena sebagian besar peternak yang
merah terang, serabutnya halus apabila dimasak terasa
memiliki ternak sapi jantan pada umur tersebut sudah
lebih empuk (Anonymous, 1991). Sedangkan umur
dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
yang sudah tua, mutu dagingnya sudah afkir dan
Pada kelompok umur 5 10 tahun, berat
terasa alot bila dimakan.
badan sapi Bali jantan menurun dengan rata-rata berat
badan 274,67 65,74 kg (Tabel 2). Hal ini
BAHAN DAN METODE
disebabkan terdapat beberapa ternak yang keadaan
umur pejantannya semakin tua dan ketersediaan pakan
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Seram
yang tidak mencukupi serta kurang perhatiannya
meliputi 3 kecamatan yaitu Huamual (Desa Luhu dan
peternak terhadap ternaknya sendiri sehingga
Olas), Kairatu (Desa Waisamu, Kairatu, Waihatu dan
menyebabkan proses perkembangannya terhambat
Waimital) dan Bula (Desa Bula dan Jembatan Basah
dan bobot badan mulai menurun. Penelitian di Pulau
UPT Z). Sampel yang digunakan adalah ternak sapi
Timor Nusa Tenggara Timur tentang keragaan
Bali sebanyak 227 ekor yang terdiri dari 50 ekor
produktivitas sapi Bali yang dipelihara bebas dan ikat
jantan dan 217 ekor betina. Metode yang digunakan
pindah bahwa bobot badan jantan masing-masing
adalah metode survai dan pengukuran langsung
untuk umur diatas 1 2,5 tahun adalah 135 kg, 3 4
terhadap ternak di lapangan dengan alat yang
tahun 172 kg, 6 7 tahun 171 kg dan 8 tahun 228 kg
digunakan adalah alat tulis menulis dan pita ukur
(Pohan dkk., 2002). Jika dibandingkan antara Pulau
(meteran ternak) untuk mengukur lingkar dada (cm),
Seram dan Pulau Timor bahwa ternak sapi di Pulau
bobot badan (kg) dan penaksiran umur, selain itu
Seram memiliki rata-rata bobot badan yang lebih baik
dilakukan wawancara langsung dengan peternak dan
di bandingkan di Pulau Timor.
pengamatan langsung di lapangan terhadap faktor-
faktor pendukung lainnya. Data dianalisis
Tabel 2. Rata-rata Berat Badan Sapi Bali Jantan
menggunakan analisis regresi kuadratik denga model
Berdasarkan Kelompok Umur
matematik : Y = 0 + 1X1 + 2X1 +
Dimana : Y = Berat Badan (kg)
0 = Intersep Kelompok Umur Jumlah Berat Badan (kg)
1 dan 2 = Koefisien regresi (tahun) Sampel Rata-rata SD
X = Umur (tahun) 0-1 10 160,3 39,69
= Galat model 1-2 26 187,00 50,20
2-3 10 266,7 56,64
HASIL DAN PEMBAHASAN 3-4 1 297,00 0,00
4-5 0 0,00 0,00
Berat Badan Ternak Sapi Bali di Pulau Seram 5 - 10 3 274,67 65,74

Rata-rata berat badan sapi Bali yang diukur Pada sapi Bali betina yang diamati, diketahui
adalah 232,69 74,77 kg. Rata-rata berat badan bahwa berat badan sapi akan semakin meningkat
sampel sapi Bali jantan (50 ekor) adalah 202,08 sesuai pertambahan umur. Hasil penelitian
66,5 kg dan sampel sapi Bali betina (177 ekor) adalah membuktikan bahwa peningkatan berat badan tetinggi
241,1 74,98 kg (Tabel 1). Untuk sampel sapi bali terjadi pada usia 1 2 tahun yang meningkat dari
jantan pada kelompok umur tertentu, diantaranya 100,43 52,13 hingga menjadi 214,29 65,00 kg dari
kelompok umur 3 4 tahun hanya terdapat satu berat lahir (Tabel 2). Menurut Sugeng (1996), bahwa
sampel sedangkan kelompok umur 4 5 tahun tidak semenjak sapi itu dilahirkan sampai pada usia
terwakili dalam penelitian karena sampel umur pubertas adalah merupakan fase hidup yang laju
tersebut tidak ada. pertumbuhannya begitu pesat. Hal ini berarti pula
bahwa pada saat itu merupakan fase yang paling mempunyai kaitan erat dengan bobot badannya
efesien di dalam mengkonversikan pakan untuk dimana bobot badan yang tinggi mampu
mencapai berat badan. Selanjutnya dikatakan oleh mengkonsumsi pakan relatif lebih banyak dari pada
Abidin (2002), fase pertumbuhan jaringan otot juga bobot badan yang lebih rendah, selanjutnya, Sugeng
mulai terjadi sejak lahir, tetapi mencapai puncaknya (1996) mengatakan bahwa dengan adanya pakan,
pada umur 2 sampai 2,5 tahun. Setelah itu, tubuh hewan akan mampu bertahan hidup dan
pertumbuhan jaringan otot masih berlangsung, tetapi kesehatan terjamin. Hewan juga bisa semakin tumbuh
lajunya mulai menurun. menjadi besar dan bertambah berat.
Puncak peningkatan berat badan terjadi pada
Tabel 3. Rata-rata Berat Badan Sapi Bali Betina kelompok umur 3 4 tahun dengan rata-rata berat
Berdasarkan Kelompok Umur badan mencapai 246,17 kg. Pertambahan yang cukup
tinggi juga terjadi pada usia 4 5 tahun (251,63
Kelompok Jumlah Berat Badan (kg) 64,17 kg), 510 tahun (254,44 73,63 kg) dan lebih
Umur (tahun) Sampel Rata-rata SD dari 10 tahun (275,82 76,01 kg), hal ini
menunjukkan bahwa kebutuhan pakan untuk
0-1 7 100,43 52,13
mencapai bobot hidup cukup terpenuhi dengan adanya
1-2 17 214,29 65,00 peningkatan berat badan dari masing-masing
2-3 19 212,42 43,99 kelompok umur dan kebanyakan ternak sapi Bali
3-4 24 246,17 67,70 betina diatas umur 2 3 tahun sedang mengalami
4-5 24 251,63 64,17 bunting sehingga tampak memiliki berat badan yang
5 - 10 64 254,44 73,65 lebih tinggi. Sesuai dengan pernyataan Sugeng
> 10 22 275,82 76,01 (1996), bahwa dengan demikian sapi yang telah
melampaui usia dewasa, perbandingan pakan yang
Pada kelompok umur 2 3 tahun terjadi dipergunakan untuk keperluan pencapaian berat badan
penurunan berat badan dari umur 1 - 2 tahun yaitu akan lebih banyak. Selanjutnya oleh Brody (1964),
214,29 65,00 kg turun menjadi 212,42 43,99 kg. Berg dan Butterfield (1976), Hammond et all. (1984)
Hal ini disebabkan beberapa tempat di lokasi dalam Soeparno (2005) bahwa pada kondisi normal,
penelitian, peternak kurang memperhatikan lokasi berat tubuh atau massa bertambah sesuai dengan
penggembalaan yang baik. Kadang ternak dibiarkan waktu dan umur. Baker et all. (1983) dalam Wijono et
merumput di daerah panas yang jauh dari sumber air all. (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan
tanpa menyediakan tempat berteduh sehingga ternak komposisi badan termasuk pembentukan tulang dan
mengalami kekurusan dan terjadi penurunan berat otot terjadi sampai dengan umur 2 tahun dan
badan. Sejalan dengan pendapat Vandeplassche selebihnya merupakan pertumbuhan atau terjadi
(1982) dan Toelihere (1981) dalam Bestari et all. penimbangan pembentukan badan yang lebih di
(1998) yang menyatakan bahwa pengaruh yang sangat dominasi oleh pembentukan lemak.
dominan adalah lingkungan yang mencakup pola Penelitian di Pulau Timor Nusa Tenggara
pemeliharaan, kesehatan ternak dan faktor induk yang Timur tentang keragaan produktivitas sapi Bali yang
tentang kemampuannya membesarkan anak dipelihara bebas dan ikat pindah bahwa bobot badan
(mathering ababilitty) yang tidak selalu sama betina masing-masing untuk umur diatas 1 2,5
kemampuannya pada setiap individu. Mount (1979) tahun adalah 140 kg, 3 4 tahun 181 kg, 4 6 tahun
dalam Bestari et all. (1998) mengemukakan bahwa 198 kg, 7 8 tahun 171 kg, 9 10 tahun 216 kg dan
suhu udara dapat menjadi faktor pembatas dalam diatas 10 tahun 180 kg (Pohan dkk., 2002). Walaupun
meningkatkan produksi ternak. Tingkat pertumbuhan data untuk masing-masing kelompok umur ternak sapi
ternak akan menjadi berkurang akibat dari kondisi Bali di Pulau Timor ada yang belum ada, namun
lingkungan yang panas. Selain faktor-faktor tersebut, secara keseluruhan rata-rata bobot badan dapat dilihat
faktor pakan juga sangat mempengaruhi dan dibandingkan dengan jelas bahwa rata-rata bobot
perkembangan kondisi badan. Menurut Wijono et all. badan ternak sapi di Pulau Timor lebih jauh lebih
(2001) bahwa pada saat terjadi kekurangan pakan kecil dari rata-rata bobot badan sapi Bali di Pulau
pada ternak potong akan menyebabkan penurunan Seram. Ini menunjukkan bahwa Pulau Seram
berat badan, khususnya disebabkan oleh kehilangan memiliki potensi produktivitas sapi Bali yang cukup
lemak badan dan dengan perbaikan pakan baik dan dapat diandalkan sebagai daerah penghasil
mempengaruhi perkembangan atau perbaikan kondisi ternak sapi Bali.
badannya akan lebih cepat pulih kembali.
Joseph (2007) menyatakan bahwa pakan harus Umur Ternak Sapi Bali di Pulau Seram
tersedia secara cukup baik kuantitas maupun
kualitasnya karena pemberian pakan bagi ternak Total sampel yang diamati terbukti jumlah
dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sampel yang terbanyak adalah pada kelompok umur
pokok dan produksinya. Pemberian pakan yang terlalu 510 tahun yaitu 67 ekor (3 jantan dan 64 betina)
sedikit atau banyak akan merugikan ternak. Jumlah kemudian, berturut-turut diikuti oleh kelompok umur
pakan yang dapat dikonsumsi oleh seekor ternak 12 tahun 43 ekor (26 jantan dan 17 betina),
kelompok umur 2-3 tahun 29 ekor (10 jantan dan 19 jantan di Pulau Seram belum mencapai target standar
betina), kelompok umur 34 tahun 25 ekor (1 jantan Nasional Indonesia. Hal ini dikarenakan pengetahuan
dan 24 betina), kelompok umur 45 tahun 24 ekor peternak yang masih rendah tentang sistem
(semuanya betina), kelompok umur diatas 10 tahun 22 pemeliharaan dan kurangnya perhatian peternak
ekor (semuanya betina) dan yang terakhir adalah terhadap berat badan yang dimiliki ternaknya.
kelompok umur 01 tahun 17 ekor (10 jantan dan 7
betina). Seperti halnya diketahui bahwa pertumbuhan Grafik 1. Pertambahan Berat Badan Tenak Sapi Bali
ternak sapi dimulai dari semenjak awal terjadinya Jantan
pembuahan hingga pedet lahir dan dilanjutkan sampai
dewasa.
Menurut Siregar (2001) bahwa pada usia 340
dewasa, pertumbuhan sapi terhenti pada sapi yang 320
297,00
telah mencapai usia dewasa, penggunaan ransum 300 274,67
280
266,7
untuk meningkatkan bobot badan sudah semakin tidak
260
efisien lagi. Selanjutnya, diterangkan lagi bahwa

Berat Badan (kg)


240
walaupun sapi telah mencapai usia dewasa dan 220
pertumbuhannya telah terhenti, tetapi akan tetap 200
180
187,00
terjadi peningkatan bobot badan apabila digemukkan.
Peningkatan bobot badan yang terjadi karena 160
140
160,3
penimbunan lemak dan bukan dari pertumbuhan 120
sesungguhnya. Selain itu, umur juga mempunyai 100
pengaruh terhadap kualitas daging dimana umur yang 80
masih muda, nilai ekonomisnya akan meningkat dan 1 2 3 4 5 6
disukai oleh pembeli karena mutu dagingnya bagus. Umur (tahun)
Sebaliknya, umur yang sudah tua, nilai ekonomisnya
akan turun karena mutu dagingnya sudah tidak bagus Grafik pertumbuhan ternak betina
lagi dan kurang disukai oleh pembeli. memperlihatkan bahwa puncak peningkatan berat
Sapi yang sudah tua mutu dagingnya sangat badan terjadi pada umur 2 tahun yaitu 214,29 dengan
rendah, apalagi bila sapi tersebut sering dipakai untuk peningkatannya 113,86 kg. Pada umur 3 tahun, berat
bekerja seperti untuk membajak atau menarik beban. badan menurun sekitar 1,87 kg, namun pada umur 4
Daging sapi yang sudah tua biasanya berwarna merah tahun berat badan mulai meningkat terus. Grafik ini
tua, serabut-serabutnya kasar dan apabila dimasak memperlihatkan kenaikan yang terus menerus mulai
terasa liat. Sebaliknya, sapi yang masih muda (umur dari umur 3 tahun karena sebagian besar ternak betina
1,5 sampai 2,5) dagingnya akan berwarna merah yang diteliti banyak dalam keadaan sedang bunting
terang, serabut-serabutnya halus dan apabila dimasak dan pakan yang diberikan juga bagus sehingga berat
akan terasa lebih empuk (Anonymous, 1991). badannya makin meningkat.

Korelasi Antara Umur dan Berat Badan Sapi Bali Grafik 2. Pertambahan Berat Badan Tenak Sapi Bali
di Pulau Seram Betina

Persyaratan sapi potong menurut SNI 01-3523-


340
1994 tentang perdagangan ternak sapi didasarkan
320
pada survei di daerah Bali, Lombok dan Kupang serta 300
hasil penelitian performance sapi Bali dan Ongole di 280 275.88
251.63
Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur dari Fakultas
Berat Badan (kg)

260
Peternakan, Institut Pertanian Bogor bahwa sapi yang 240 254.44
220 214.29 246.17
diperdagangkan adalah sapi jantan atau kebiri dengan
bobot hidup minimal 300 kg pada umur minimal 4 200 212.42
180
tahun (Anonymous, 1994).
160
Pada grafik 1 pertumbuhan ternak jantan 140
memperlihatkan bahwa peningkatan tajam tertinggi 120
terjadi pada umur 3 tahun yaitu 266,17 kg 100 100.43
(kenaikannya mencapai 79,7 kg) dan mencapai 80
puncaknya pada umur 4 tahun dengan berat badan 1 2 3 4 5 6 7
297,00 kg karena pertumbuhannya sudah terhenti dan Umur (tahun)
ternak sudah mencapai kedewasaan. Sugeng (1996)
mengatakan bahwa pertumbuhan sapi Bali terhenti Soeparno (2005) mengatakan bahwa ternak
pada usia 4 tahun, mencapai berat tubuh 300 400 kg. yang kekurangan makanan atau gizi tentu
Bila dibandingkan dengan standar persyaratan pertumbuhannya melambat atau berhenti dan
penjualan ternak sapi, berat badan ternak sapi Bali kehilangan berat, tetapi setelah mendapat makanan
yang cukup, ternak tersebut sering mampu tumbuh pertumbuhan alami. Hal ini memang bisa terjadi
kembali dengan cepat, bahkan dapat lebih cepat sebab laju pertumbuhan tersebut bisa dibatasi atau
daripada laju pertumbuhan normalnya. Proses dipengaruhi oleh faktor genetis ataupun lingkungan.
pertumbuhan pada ternak terjadi kadang berjalan Dengan adanya faktor pembatas ini, pencapaian garis
cepat, lambat dan bahkan terhenti jauh sebelum pertumbuhan tidak selalu sesuai dengan usia
hewan tersebut mencapai kedewasaan dalam ukuran kronologis hewan yang bersangkutan (Sugeng, 1996).
besaran tubuh. Berarti prosesnya menyalahi garis

Tabel 4. Hasil Analisa Persamaan Regresi Kuadratik antara Umur (X) dan Berat Badan (Y)
pada Populasi Sapi Bali di Pulau Seram

Jumlah
Jenis Kelamin Persamaan Regresi
Sampel
Jantan 50 Y = 116,90 + 57,83 4, 69X*
Betina 177 Y = 174,89 + 16,26X + 0,64 X*
Total Populasi 227 Y = 168,32 + 18,55X 0,77X**
* Nyata (P<0,05), ** Sangat Nyata (P<0,01)

Secara keseluruhan, diketahui bahwa umur (X) KESIMPULAN


memiliki korelasi positif yang sangat nyata (P<0,01)
terhadap berat badan (Y) dengan persamaan regresi Dapat disimpulkan bahwa antara umur dan berat
kuadratik Y= 168,32 + 18,55X 0,77X (Tabel 4). badan dari total sampel sapi Bali di Pulau Seram
Sejalan dengan hasil analisa Arief (1972) dalam Rais menunjukkan hubungan yang sangat nyata (P<0,01),
(1987) yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi sedangkan untuk tiap total sampel sapi Bali jantan
positif antara umur dan berat badan, dan juga maupun betina menunjukkan hubungan nyata
diterangkan lebih jauh oleh Diggeus dan Bundy (P<0,05). Peningkatan berat badan ternak sapi Bali di
(1962) dalam Rais (1987) bahwa korelasi antara umur pulau Seram tertinggi pada umur 2 sampai 3 tahun.
dan berat badan ini juga ternyata dipengaruhi oleh
jenis kelamin DAFTAR PUSTAKA
Pada sapi jantan maupun betina, hubungan ini
ditunjukkan berdasarkan persamaan regresi kuadratik Abidin. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia
masing-masing jantan Y = 116,90 + 57,83 4, 69X Pustaka, Jakarta.
(Tabel 4) dan betina Y = 174,89 + 16,26X + 0,64 X Anonymous. 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong
(Tabel 4). Baik jantan maupun betina menunjukkan dan Kerja. Kanisius, Yogyakarta.
hubungan yang nyata (P<0,05). Dapat diartikan . 1994. Persyaratan Sapi Potong.
bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor http://websni.bsn.go.id.indeks/snimain/detailsni
yang mempengaruhi pertumbuhan, seperti yang /3523. html (10 April 2010).
dikemukakan oleh Hammond (1971), Rangkuti . 2008. Pulau Seram,
(1971), Edey (1981) dalam Rais (1987). Sejalan http://en.wikipedia.org/wiki/pulauseram/ (22
dengan itu, Chaniatgo dan Boyes (1980), Hammond April 2009).
et all. (1984) yang dinyatakan dalam Soeparno (2005) Bandini. 1996. Sapi Bali. Penebar Swadaya, Jakarta.
bahwa jenis kelamin dapat juga menyebabkan Bestari. J., Siregar. R. A., Sani. Y., dan Situmorang.
perbedaan laju pertumbuhan. F. 1998. Pertambahan Bobot Badan Tiga
Apabila dibandingkan dengan ternak betina, Bangsa Sapi Potong Muda Hasil IB pada
ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat dan pada Ketinggian Tempat di Kabupaten Agam
umur yang sama, lebih berat. Selanjutnya, Soeparno Provinsi Sumatera Barat. Pusat Penelitian dan
(2005) menyatakan bahwa steroid kelamin terlibat Pengembangan Peternakan Jilid I. Balai
dalam pengaturan pertumbuhan dan terutama Penelitian dan Pengembangan. Departemen
bertanggung jawab atas perbedaan komposisi tubuh Pertanian, Bogor.
antara jenis kelamin jantan dan betina. Diggeus dan Bosma. R.H., Rootheart. R.L. and Ibrahim. 2001.
Bundy (1962) dalam Rais (1987) mengemukakan Economic and Social Benefits of new Foragge
bahwa adanya perubahan pertumbuhan dan Technologies in Kalimantan, Indonesia. Centro
perubahan-perubahan pada ukuran badan sesuai Intermacional de Agricultura Tropical (CIAT)
dengan umur sapi. Juga dinyatakan oleh Crouse et all. Working document No. 190. Centro
(1987) dalam Soeparno (2005) bahwa perbedaan laju Internacional de Agricultura Tropical.
pertumbuhan antara kedua jenis kelamin tersebut Dilaga. Y. S. 1993. Peternakan Sapi Bali dan
dapat menjadi besar sesuai dengan bertambahnya Permasalahannya, Jakarta.
umur. Forrest, J.C., Aberle, E.D., Hedrick, H.B., Judge,
M.D. dan Merkel, R.A. (1975). Principles of
Meat Science. W.H. Freeman and Co., San Sampurna dan Batan. 2005. Menduga Bobot Badan
Fransisco. Sapi Bali Jantan Berberat Diatas 500 Kilogram.
Goodwin, D.H. (1977). The Production and Jurnal Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan.
Management of Sheep. 3rd ed. Hutchinson and Universitas Udayana, Denpasar.
Co., Ltd. London. Santosa. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi
Joseph. G. 2007. Metabolisme Mineral Pada Ternak . Penebar Swadaya, Jakarta.
Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Yang Diberi Setiadi. 2001. Beternak Sapi Daging Dan
Pakan Jerami Padi dan Konsentrat. Jurnal Masalahnya. Penerbit Aneka Ilmu, Semarang.
Informasi dan Inovasi, IPTEK Agroforestri Siregar. B. S. 2001. Penggemukan Sapi. Cetakan ke-
Lingkungan Pulau-pulau Kecil. Vol. II. No. 4. 6. Penebar Swadaya, Jakarta.
Desember 2007. Fakultas Pertanian, Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah
Universitas Pattimura. Ambon. Mada University Press, Yogyakarta.
Kadarsih. 2003. Peranan Ukuran Tubuh Terhadap Soeparno dan Davies, H.L. (1987). Aust. J. Agric.
Bobot Badan Sapi Bali di Provinsi Bengkulu. Res. 38, 403 417. Melbourne.
(Jurnal PenelitianUNIB. Hal 45 48) Jurusan Sugeng. 1996. Sapi Potong. Penebar Swadaya,
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Jakarta.
Bengkulu. Wijono. B. D., Aryogi., dan Ainur Rasyid. 2001.
Pohan. A., Yusuf., Wirdahayati. RB., dan Nulik. J. Pengaruh Berat Badan Awal Terhadap
2002. Keragaan Produktivitas Sapi Bali Timor Pencapaian Hasil Pada Penggemukkan Sapi
di Timor Barat. Balai Pengkajian Teknologi Potong di Peternakan Rakyat. Pusat Penelitian
Pertanian, Nusa Tenggara Timur. dan Pengembangan Peternakan. Balai
http://deptan.go.id/balai pengkajian teknologi Penelitian dan Pengembangan. Departemen
pertanian/2002/keragaan poduktivitas sapi bali Pertanian, Bogor.
timor di timor barat.doc. Yudianto. 2007. Perspective In Child Growth and
Rais. 1987. Korelasi Antara Umur, Berat Badan dan Development. Ilmu Keperawatan Universitas
Lingkar Dada Sapi Madura di Sumenep. Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU),
Skripsi Fakultas Pertanian, Jurusan Peternakan, Blitar.
Universitas Madura, Pamekasan.

Anda mungkin juga menyukai