Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manula atau manusia lanjut usia atau disebut juga lansia akan mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan
reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik
(kognitif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan
aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Dikutip dalam situs Departemen Kesehatan, menurut Kedokteran Olahraga
manula sangat tergantung pada kondisi fisik individu. Jika dia baru berusia 50 tahun,
namun secara fisik sudah renta seperti penurunan massa otot, yang berakibat tubuhnya
jadi mengecil, respons tubuh berkurang, jalan tertatih-tatih, dia bisa dikategorikan
sebagai manula. Ada tiga tahapan manula menurut kedokteran olahraga, yaitu umur
50-60 tahun, umur 61 -70 tahun, dan 71 tahun keatas.
Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur
60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk
berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan
jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup.
Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hiup orang didunia adalah 66
tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun.
Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada
tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011
menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari
total populasi (WHO, 2015).

1.2 SKENARIO
Seorang wanita bernama Ny.X, mengantarkan suaminya yang berusia 68
tahun datang ke puskesmas untuk berkonsultasi tentang perubahan yang terjadi pada
dirinya. Sejak pensiun emosi suaminya jadi tidak stabil dan pelupa. Suaminya juga
sering mengeluh badan dan sendinya terasa sakit dan kaku kalau bergerak. Berat

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 1


badan suaminya menurun dan tidak bergairah dalam hubungan suami istri. Dokter
menyarankan agar suami Ny.X melakukan pemeriksaan medis lengkap untuk
kemudian ditindaklanjuti dengan penanganan. Selain dengan pengobatan dokter juga
menjelaskan bahwa keluhan dan fase yang dialami suami Ny.X adalah tanda-tanda
proses penuaan.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana interpretasi keluhan pada skenario?
2. Apa definisi dari lansia?
3. Klasifikasi Lansia?
4. Bagaimana Karakteristik lansia?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempercepat penuaan?
6. Bagaimana mekanisme dan fase penuaan?
7. Apa saja teori-teori penuaan?
8. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
9. Pemeriksaan medis lengkap apa yang harus dilakukan pada kasus diskenario?

1.4 TUJUAN
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Interpretasi Keluhan Pada Skenario
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi Dari Lansia
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Klasifikasi Lansia
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Bagaimana Karakteristik Lansia
5. Mahasiswa Mampu Menejelaskan Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempercepat
Penuaan
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Bagaimana Mekanisme Dan Fase Penuaan
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Apa Saja Teori-Teori Penuaan
8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Perubahan Apa Saja Yang Terjadi Pada Lansia
9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pemeriksaan Medis Lengkap Apa Yang Harus
Dilakukan Pada Kasus di Skenario.

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 INTERPRETASI SKENARIO

a. Mengapa pasien sering pelupa dan emosi tidak stabil?


Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi otak sehingga
terganggunya aktifitas otak yaitu neurotransmitter (dopamine dan serotonin).
Sedangkan pelupa disebabkan karena penurunan degenerasi sinaps dibagian system
limbic yang mengatur dari memori.
b. Mengapa badan dan sendi pasien sering sakit serta terasa kaku saat
digerakkan?
Disebabkan karena penurunan cairan synovial yang ada pada sendi yang
menyebabkan kartilago pada sendi tidak memiliki pelumas yang cukup sehingga
kedua tulang mudah bergesekan yang menimbulkan nyeri dan kaku saat digerakkan.
Kemungkinan disertai juga dengan Reumathoid Artritis yang dimana gejalanyanya
yaitu nyeri otot dan kekakuan.
c. Mengapa BB pasien menurun dan tidak bergairah dalam hubungan suami-istri?
Semakin meningkatnya usia maka semakin pula menurunnya fungsi dari
organ-organ tubuh yang beberapa diantaranya yaitu otak, jantung, pulmo, renal dan
organ-organ lainnya. Jika terjadi penurunan fungsi otak, maka kerja dari otak akan
menurun. Tidak terkecuali pada bagian otak yang bekerja merangsang pengeluaran
hormone akan menurun juga. Sehingga hormon-hormon yang dikeluarkan seperti
testosterone, growth hormone dan hormone lainnya akan ikut menurun. Penurunan
dari hormone testosterone ini menyebabkan pasien pada scenario kurang bergairah
dalam hubungan suami istri. Sedangkan penurunan dari growth hormone yaitu
hormone pertumbuhan yang juga berperan dalam pembentukan protein untuk
meningkatkan massa otot dan komponen-komponen lainnya menurun. Hal ini
menyebabkan berat badan pasien berkurang. Disamping itu, berat badan pada lansia
disebabkan oleh karena factor fisik seperti penurunan kemampuan fisik dan gangguan
kesehatan mulut berpengaruh terhadap terpenuhinya kecukupan gizi lansia. Selain itu
penurunan BB pasien juga berhubungan dengan proses penuaan (degenerative) atau
kombinasi dari kedua factor tersebut.
d. Hubunga Keluhan Dengan Usia

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 3


Ada, karena semakin meningkatnya usia maka fungsi tubuh semakin menurun
(proses degenerative). Penurunan fungsi ini dapat mengganggu kerja organ-organ di
dalam tubuh sehingga menyebabkan keluhan-keluhan yang terjadi pada skenario.

2.2 Lansia

Definisi Lansia

Penuaan (proses terjadinya tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahanterhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami
berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif. Usia
lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,


sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari
rentang kehidupan.Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa decade.

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa manusia secara perlahan memgalami kemunduran struktur dan
fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia,
termasuk kehidupan seksualnya.

Proses menua merupakan proses terus - menurus atau berkelanjutan secara alami
dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya, terjadinya kehilangan pada
otak, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikti. Kecepatan
proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Ada kalanya seseorang
tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi telah menunjukan kekurangan yang
mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia, penampilan masih
sehat, segar bugar, dan badan tegak. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semangkin banyak

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 4


penyakit degenerative (misalnya: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes melitus, dan
kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang
dramatis, misanya: stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan
sebagainya.

Sifat penyakit pada geriatri tidaklah sama dengan penyakit dan kesehatan pada
golongan populasi usia lainnya. Penyakit pada geriatri cenderung bersifat multipel,
merupakan gabungan antara penurunan fisiologik/alamiah dan berbagai proses
patologik/penyakit. Penyakit biasanya berjalan kronis, menimbulkan kecacatan dan secara
lambat laun akan menyebabkan kematian. Geriatri juga sangat rentan terhadap berbagai
penyakit akut, yang diperberat dengan kondisi daya tahan yang menurun. Kesehatan
geriatri juga sangat dipengaruhi oleh faktor psikis, sosial dan ekonomi. Pada geriatri
seringkali terjadi penyakit iatrogenik, akibat banyak obat-obatan yang dikonsumsi
(polifarmasi). Sehingga kumpulan dari semua masalah ini menciptakan suatu kondisi
yang disebut sindrom geriatric.

2.3 Klasifikasi Lansia


1. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.
2. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut ini:
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
Usia tua (old) antara 75-90 tahun.
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Seseorang dikatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang
bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari
orang lain.
2.4 Karakteristik Lansia
a) Karakteristik dari lansia adalah:
Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan).

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 5


Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
b) Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain.
Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan.
Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan.
Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan.
Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenic.
Fungsi tubuh yang dirasakan menurun adalah penglihatan, daya ingat, seksual,
kelenturan, gigi dan mulut.
Masalah kesehatan yang sering muncul adalah sakit tulang atau sendi, sakit
kepala, daya ingat menurun, selera makan menurun, mual atau perut perih, sulit
tidur, dan sesak napas.
2.5 Faktor yang Mempercepat Penuaan
1. Faktor lingkungan
a. Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia sebagai
hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga akan mempercepat penuaan.
b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian ternyata
suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mampu
menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.
c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih akan
meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan.
d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannnya sehingga
menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak langsung
melalui mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism).
e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit dengan
hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit.
2. Faktor diet/makanan
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang tidak
menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 6


dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain
organ hati.
3. Faktor genetic
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi factor
genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam
makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh.
4. Faktor psikis
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
5. Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola
makan kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron, penurunan
melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan
circandian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang
pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang sejalan
dengan perubahan emosi dan stress, perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH)
dan Luteinizing Hormone (LH).
2.6 Mekanisme dan Fase Penuaan
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan
kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan
fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan penyakit.
Aging adalah suatu penyakit dengan karakteristik yang terbagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth hormone (GH), dan
estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA mulai
mempengaruhi tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihan
radiasi ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar.
Individu akan tampak dan merasa normal tanpa tanda dan gejala dari aging atau
penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal.
2. Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan massa
otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi lemak
tubuh yang meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya
resiko penyakit jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai mncul
LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 7
gejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan- pendengaran, rambut putih
mulai tumbuh, elastisitan dan pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual dan
bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas merusak sel
dengan cepat sehingga individu mulai merasa dan tampak tua. Radikal bebas mulai
mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi penyebab dari banyak penyakit aging,
termasuk kanker, arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dan
diabetes.
3. Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)
Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk DHEA
(dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid.
Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral
sehingga terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1 kilogram
setiap 3 tahun, peningkatan lemak tubuh dan berat badan. Di antara usia 40 tahun dan
70 tahun, seorang pria kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya, yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000 kalori perhari. Penyakit
kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ yang mengalami kegagalan.
Ketidakmampuan menjadi faktor utama untuk menikmati tahun emas dan
seringkali adanya ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana dalam
kehidupan sehari-harinya. Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara dramatik
sebagai akibat peningkatan usia.
Sebenarnya banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami
proses penuaan. Tetapi, pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu teori wear and tear dan teori program.
2.7 Teori Penuaan
Ada 4 teori pokok dari aging, yaitu:
Teori telomere
Ujung kromosom terdapat sekuen pendek DNA nontranskripsi yang dapat
diulang berkali-kali (TTAG8GG), yang dikenal sebagai telomere. Sekuen telomere
ini tidak seluruhnya terkopi sepanjang sintesis DNA menuju ke mitosis. Sebagai
hasilnya, ekor untaian tunggal DNA ditinggal di ujung setiap kromosom; ini akan
dibuang dan, pada setiap pembelahan sel, telomere menjadi pendeksel. Pada saat
sel somatik bereplikasi, satu potongan kecil tiap susunan telomere tidak berduplikasi,
dan telomere memendek secara progresif. Akhirnya, setelah pembelahan sel yang
multiple, telomere yang terpotong parah diperkirakan mensinyal proses penuaan sel.
LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 8
Namun demikian, pada sel germ dan sel stem panjang telomere diperbaiki setelah
pembelahan tiap sel oleh enzim khusus yang disebut telomerase.
Pemendekan telomere dapat menjelaskan batas replikasi sel. Hal ini didukung
oleh penemuaan bahwa panjang telomer berkurang sesuai umur individu darimana
kromosom didapat. Dari pengamatan jangka panjang bahwa fibroblast manusia
dewasa normal pada kultur sel, memiliki rentang masa hidup tertentu; fibroblast
berhenti membelah dan menjadi menua setelah kira-kira 50 kali penggandaan.
Fibroblast neonates mengalami sekitar 65 kali penggandaan sebelum berhenti
membelah, sementara itu fibroblast pada pasien dengan progeria, yang berusia
premature, hanya memperlihatkan 35 kali penggandaan atau lebih. Menuanya
fibroblas manusia dalam biakan dapat dihindari secara parsial dengan melumpuhkan
gen RB dan TP 53. Namun sel ini akhirnya juga mengalami suatu krisis, yang
ditandai dengan kematiaan sel masif.
Teori wear and tear
Teori ini mengemukakan bahwa hilangnya sel secara normal akibat dari
perubahan dalam kehidupan sehari-hari dan penumpukan rangsang subletal dalam sel
yang berakhir dengan kegagalan sistem yang cukup besar sehingga keseluruhan
organisme akan mati. Teori ini memberikan penjelasan yang baik mengapa kegagalan
jantung dan system saraf sentral merupakan penyebab yang sering pada kematian; sel
sel yang mempunyai fungsi penting pada jaringan ini tidak mempunyai
kemampuaan regenerasi.Teori ini sama sekali tergantung pada pandangan statistik
penuaan. Pada teori ini kita mempunyai harapan hidup yang sama bagi setiap
individu, namun perubahan panjang umur setiap individu diakibatkan oleh perubahan
pola hidup dari individu itu sendiri.
Berbagai mekanisme seluler dan subseluler yang diperkirakan sebagai
penyebab kesalahan penumpukan yang menyebabkan terjadinya penuaan sel adalah:
ikatan silang protein, ikatan silang DNA, mutasi dalam DNA yang membuat gen
yang penting tidak tersedia atau berubah fungsinya, kerusakan mitokondria, cacat
lain dalam penggunaan oksigen dan nutrisi.
Teori radikal bebas
Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil, mempunyai
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan diorbit luarnya. Molekul tersebut
bersifat reaktif dalam mencari pasangan elektronnya. Jika sudah terbentuk dalam

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 9


tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang
akhirnya jumlahnya terus bertambah.
Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh secara konstan menjadi
senyawa yang sangat reaktif, dikenal sebagai senyawa reaktif oksigen yang
diterjemahkan dari reactive oxygen species (ROS), satu bentuk radikal bebas.
Peristiwa ini berlangsung saat proses sintesa energi oleh mitokondria atau proses
detoksifikasi yang melibatkan enzim sitokrom P-450 di hati. Produksi ROS secara
fisiologis ini merupakan konsekuensi logis dalam kehidupan aerobik.
Sebagian ROS berasal dari proses fisiologis tersebut (ROS endogen) dan
lainnya adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan lingkungan (emisi kendaraan
bermotor dan industri, asbes, asap rokok dan lain-lain), radiasi ionisasi, infeksi
bakteri, jamur dan virus, serta paparan zat kimia ( termasuk obat) yang bersifat
mengoksidasi.
Ada berbagai jenis ROS, contohnya adalah superoksida anion, hidroksil,
peroksil, hydrogen peroksida, singlet oksigen, dan lain sebagainya. Didalam tubuh
manusia sendiri juga dilengkapi oleh system defensive terhadap radikal bebas
tersebut berupa perangkat antioksidan enzimatis (gluthatione, ubiquinol, catalase,
superoxide dismutase, hydroperoksidase dan lain sebagainya). Sebenarnya radikal
bebas, termasuk ROS, penting artinya bagi kesehatan dan fungsi tubuh yang normal
dalam memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot
polos pembuluh darah dan organ-organ dalam tubuh kita. Namun bila dihasilkan
melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dia akan menyerang
sel itu sendiri. Struktur sel yang berubah turut merubah fungsinya, yang akan
mengarah pada proses munculnya penyakit. Stres oksidatif adalah ketidak
seimbangan antara radikal bebas (prooksidan) dan antioksi dan yang dipicu oleh dua
kondisi umum: kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas.
Keadaan stres oksidatif membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel,
jaringan hingga ke organ tubuh, menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
dan munculnya penyakit.
Teori genetika
Proses penuaan kelihatannya mempunyai komponen genetik. Hal ini dapat
dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada
umur yang sama dan umurnya mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikut
sertakan meninggal akibat kecelakaan dan penyakit. Mekanisme penuaan yang jelas
LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 10
secara genetik belumlah jelas, tetapi penting jadi catatan bahwa lamanya hidup
kelihatannya diturunkan melalui garis wanita dan seluruh mitokondria mamalia
berasal dari telur dan tidak ada satupun dipindahkan melalui spermatozoa.
Pengalaman kultur sel sugestif bahwa beberapa gen yang mempengaruhi penuaan
terdapat pada kromosom, tetapi bagaimana cara mereka mempengaruhi penuaan
masih belum jelas. Disamping itu terdapat juga eksperimen alami yang baik
dimana beberapa manusia dengan kondisi genetik yang jarang (progerias) seperti
sindroma werner menunjukkan penuaan yang premature dan meninggal akibat
penyakit usia lanjut seperti ateroma derajat berat pada usianya yang masih belasan
tahun atau permulaan remaja. Serupa dengan itu, penderita sindroma down pada
umumnya proses penuaannya lebih cepat dibandingkan dengan populasi lain.
Disamping itu fibroblasnya mampu membelah dalam jumlah lebih sedikit di dalam
kultur dibandingkan dengan control yang umurnya sama. Tetapi ini masih sangat
jauh dari bukti akhir bahwa penuaan merupakan kondisi genetik; hal ini hanya
menunjukkan kepada kita bahwa beberapa bentuk penuaan dipengaruhi oleh
mekanisme genetik.
2.8 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis.
a. Perubahan fisik
Yang termasuk perubahan fisik, antara lain perubahan sel, kardiovaskuler,
respirasi, persarapan, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, vesika
urinaria, vagina, pendengaran, penglihatan, endokrin, kulit, belajar dan memori,
inteligensi, personality dan adjustment (pengaturan), dan pencapaian (Achievement).
Perubahan pada Sistem Sensoris
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling
berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk
hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan
sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat
keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris
yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
Penglihatan

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 11


Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam
proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan
akomodasi, konstriksi pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta
kekeruhan lansa mata, yaitu katarak.
Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar
kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara
iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada
lansia.
Pendengaran
Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut
presbikusis. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan
akibat proses menua:
- Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal
ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak
berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi
dari hal ini adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak
mampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan dalam
mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan
(misal f, s, sk, sh, l).
- Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran
timpani, pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi
lemah dan kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.
- Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit
menjadi lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal
ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada
gangguan konduksi suara.
Perabaan
Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungisional
apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Perubahan
kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan
orang yang dicintai, penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda dan

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 12


tidak mengundang sentuhan dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum
terhadap lansia tidak mendorong untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.
Pengecapan
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat
seseorang bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu
keniknatan dalam kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat
proses menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-
kuncup perasa lidah. Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa
(manis, asam, asin, dan pahit) berkurang.
Penciuman
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh
zat kimia yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi pada penciuman
akibat proses menua yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman
kerena penuaan dan usia. Penyebab lain yang juga dianggap sebagai
pendukung terjadinya kehilangan sensasi penciuman termasuk pilek,
influenza, merokok, obstruksi hidung, dan faktor lingkungan. Implikasi dari
hal ini adalah penurunan sensitivitas terhadap bau.
Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas
tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan venavena tampak lebih menonjol.
Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik
pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan
dorsal dari tangan dan lengan bawah.
Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat
penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampiln yang lebih keriput.
Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan
aktivitas kelenjar eksokri dan kelenar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan
turgor kulit.
Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan
penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5%
per dekade.

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 13


Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,
gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan
dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon
esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang
trabekulae menjadi lebih berongga, mikroarsitektur berubah dan seiring patah
baik akibat benturan ringan maupun spontan.
Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses
menua:
- Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini
adalah nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi da deformitas.
- Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan
risiko cedera.
Estrogen
Perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua, yaitu
penurunan hormon esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-
unsur tulang yang berdampak pada pengeroposan tulang.
Perubahan pada Sistem Neurologis
Berat otak menurun 10 20 %. Berat otak 350 gram pada saat
kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat
otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari
berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur
20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron
yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. 6 Pada
penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan
signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atrofi
cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-
angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit
dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua
sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di
sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria.
Perubahan pada Sistem Kardiovaskular

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 14


Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural
maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi
ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan
kebutuhan darah yang teroksigenasi.
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada
perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat
berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di 21 bawah tekanan yaitu,
180-200 x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160
x/menit.
Perubahan Struktur
Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan
terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan
merupakan faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi
kardiovaskuler pada lansia, bahkan untuk perubahan tanpa penyakit-terkait.
Secara singkat, beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot jantung,
yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan
amiloid, degenerasi basofilik, akumilasi lipofusin, penebalan dan kekakuan
pembuluh darah, dan peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia terjadi
perubahan ukuran jantung yaitu hipertrofi dan atrofi pada usia 30-70 tahun.
Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem
kardiovaskular akibat proses menua:
- Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan
hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah
ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunankekuatan
kontraktil.
- Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his
kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel.
Implikasi dari hal ini adalah terjadinya disritmia.
- Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan
medial arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon
baroreseptor dan penumpulan respon terhadap panas dan dingin.
- Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena
menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna
LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 15
sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan
penumpukan darah.
Perubahan pada Sistem Pulmonal
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding
dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia
60 tahun. Penurunan lajuekspirasi paksa atu detik sebesar 0,2 liter/dekade.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem pulmonal
akibat proses menua:
- Paru-paru kecil dan kendur, hilangnya rekoil elastis, dan pembesaran alveoli.
Implikasi dari hal ini adalah penurunan daerah permukaan untuk difusi gas.
- Penurunan kapasitas vital penurunan PaO2 residu. Implikasi dari hal ini
adalah penurunan saturasi O2 dan peningkatan volume.
- Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi. Implikasi dari hal ini
adalah dispnea saat aktivitas.
- Kalsifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.
Implikasi dari hal ini adalah Emfisema sinilis, pernapasan abnominal,
hilangnya suara paru pada bagian dasar.
- Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. Implikasi dari
hal ini adalah atelektasis.
- Kelenjar mukus kurang produktif. Implikasi dari hal ini adalah akumulasi
cairan, sekresi kental dan sulit dikeluarkan.
- Penurunan sensitivitas sfingter esofagus. Implikasi dari hal ini adalah
hilangnya sensasi haus dan silia kurang aktif.
- Penurunan sensitivitas kemoreseptor. Implikasi dari hal ini adalah tidak ada
perubahan dalam PaCO2 dan kurang aktifnya paru-paru pada gangguan asam
basa.
Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula
puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor
diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan.
Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari
jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan apatheic
thyrotoxicosis.
Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria
LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 16
Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada ginjal,
bladder, uretra, dan sisten nervus yang berdampak pada proses fisiologi terlait
eliminasi urine. Hal ini dapat mengganggu kemampuan dalam mengontrol
berkemih, sehingga dapat mengakibatkan inkontinensia, dan akan memiliki
konsekuensi yang lebih jauh.
Perubahan pada Sistem Gasrointestinal
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan
dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik
degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-
otot pencernaan.
Perubahan pada Sistem Reproduksi
Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi
pria akibat proses menua:
- Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
- Atrofi asini prostat otot dengan area fokus hiperplasia. Hiperplasia
noduler benigna terdapat pada 75% pria >90 tahun.
Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi
wanita akibat proses menua:
- Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi
jaringan payudara dan genital.
- Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah
penurunan massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur,
peningkatan kecepatan aterosklerosis.
b. Perubahan sosial
Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran, keluarga
(emptiness), teman, Abuse , masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi, keamanan,
transportasi, politik, pendidikan, agama, panti jompo.
c. Perubahan mental
Faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik
khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 17


dan lingkungan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam
jam sampai berharihari yang lalu mencakup beberapa perubahan), dan kenangan
jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk). IQ (Intellegentian
Quantion ) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor (terjadinya
perubahan pada daya membayangkan karena tekananteanan dari faktor waktu).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktural dan fisiologis,
begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron di otak secara
progresif. Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak
terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di
ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia, dan delirium.
d. Perubahan psikologis
Lanjut usia akan mengalami perubahanperubahan psikososial seperti :
Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami pensiun akan
mengalami rangkaian kehilangan yaitu finansial (income berkurang), status (dulu
mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala
faselitasnya), teman/kenalan atau relasi, dan pekerjaan atau kegiatan.
a) Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of mortality).
b) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan, bergerak
lebih sempit.
c) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic derivation)
meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
d) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
e) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.
f) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan gizi akibat kehilangan penghasila atau jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman
dan famili serta pasangan.
2.9 Pemeriksaan medis lengkap apa yang harus dilakukan pada kasus diskenario?
Mini-Mental State Exam(MMSE)
Nilai Maksimum pasien
LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 18
- Orientasi: 5 = (tahun)(musim)(tanggal)(bulan atau sekarang?), 5 = di mana kita:
(Negara bagian)(wilayah)(kota)(rumah sakit)(lantai).
- Regristasi: 3 nama 3 objek: 1 detik untuk mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan klien ketiga onjek setelah anda mangatakan. Beri satu poin
untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia, mempelajari
ketiganya. Jumlahkan ketiganya dan catat.
- Percobaan Perhatian dan kalkulasi: 5 seri 7. 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja kata ke belakang.
- Mengingat: 3 = minta untuk mengulangi ketiga objek diatas berikan satu poin
untuk setiap kebenaran.
- Bahasa: 9 nama pensil dan melihat (2 poin) , mengulang hal berikut: tak ada jika,
dan , atau tetapi (1 poin). Ikuti perintah 3-langkah: ambil kertas ditangan kanan
anda, lipat dua, dan taruh dilantai (3poin). Baca dan turuti hal berikut:
tutup mata anda 1poin).
- Tulis satu kalimat (1poin).
- Menyalin gambar (1poin).
Nilai total Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum: sadar, mengantuk, stupor,
koma.
- Instruksi Untuk Pemberian Mini-Mental State Examination.
- Orientasi:
1) Tanyakan tanggal. Kemudian tanyakan secara khusus bagian-bagian yang
terabaikan, mis. dapatkan anda juga mengatakan pada saya musim apa
sekarang ini?.
2) Tanyakan kembali, dapatkan anda mengatakan pada saya nama rumah sakit
ini? (kota,wilayah). Satu poin untuk setiap jawaban yang benar.
- Registrasi: Tanyakan klien jika anda menguji memorinya. Kemudian sebutkan
nama tiga objek yang tak berhubungan, dengan jelas dan lambat, sediakan satu
detik untuk masing-masing. Setelah anda mengatakan ketiganya, minta klien
untuk mengulanginya. Pengulangan pertama ini menentukan nilai (0-3) tetapi
tetap mengatakan sampai ia dapat mengulang ketiganya, sampai 6 percobaan.
Jika ia akhirnya tidak mempelajari ketiganya, ingatan tidak dapat diuji secara
berarti.

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 19


- Perhatian dan kalkulasi klien Minta untuk mulai dengan 100 dan hitung mundur
dikurangi dengan 7. Hentikan setelah lima pengurangan (93,86,79,72,65). Nilai
jumlah total pada jawaban yang benar.
Jika klien tidak dapat atau tidak akan melakukan tugas ini, minta padanya
untuk mengeja kata dunia dengan mundur. Nilai adalah jumlah huruf dalam
susunan yang benar, mis: ainud = 5, ainud = 3.
- Mengingat: Tanyakan klien jika ia dapat mengingat tiga kata yang sebelumnya
anda tanyakan padanya. Nilai 0-3.
- Bahasa Penamaan: tunjukan pada klien jam tangan dan tanyakan padanya apakah
ini. Ulangi untuk pensil. Nilai 0-2.
- Pengulangan: tanyakan pada klien untuk mengulangi kalimat yang anda sebutkan.
Mungkinkan hanya satu kali percobaan. Perintah tiga langkah: berikan klien
secarik kertas kosong dan ulangi perintah.
Nilai 1 poin untuk setiap bagian yan dikerjakan dengan benar. Inventaris
Depresi Beck, berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan sikap yang
berhubungan dengan depresi (Beck dan Deck, 1972). Setiap hal direntang dengan
menggunakan skala 4 -poin untuk menandakan intensitas gejala. Alat dengan
mudah dinilai dan dapat dilakukan sendiri atau diberikan oleh perawat dalam kira-
kira 5 menit. Penilaian nilai-nilai dengan cepat membantu dalam memperkirakan
beratnya depresi.
Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu
gambaran diagnostik. Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis:
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang
menanggung beban seperti lutut ).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
c. Kista pada tulang.
d. Osteofit pada pinggir sendi.
e. Perubahan struktur anatomi sendi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi apakah masih dalam batas batas normal atau tidak,
Pemeriksaan imunologi masih dalam batas batas normal atau tidak. apabila ada
peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m )
dan peningkatan nilai protein.
LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 20
Status Nutrisi
Gangguan nutrisi :
- mempengaruhi status imun & keadaan umum.
- sering tidak terdeteksi secara dini.
Pengkajian status nutrisi
- Anamnesis gizi (asupan kalori, protein, lemak, vitamin, mineral, serat).
- Antropometrik (IMT dengan TL).
- Biokimiawi (albumin dan Hb).
Pemeriksaan Bioelectrical Impedance Analysis /BIA ( mengetahui komposisi
tubuh).
Pemeriksaan densitas massa tulang (Bone Mass densitometry/BMD).

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 21


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil diskusi kelompok dapat disimpulkan keluhan yang dialami pasien pada
skenario masih dikatakan dalam kondisi fisiologis. Karena, umur pasien berkaitan erat
dengan keluhan yang pasien alami. Pada umur 68 tahun sudah dikategarikan dalam fase
lansia menurut WHO dan Depkes RI. Oleh karena itu, semua organ dan sel mengalami
degenerasi yang menyebabkan penurunan pada keadaan yang seharusnya. Sehingga
menyebabkan beberapa system didalam tubuh terganggu.

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 22


DAFTAR PUSTAKA

Boedhi, darmojo, R. 2015.Buku Ajar Geriatri (IlmuKesehatanUsiaLanjut). Edisi. 5.


Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.

LBM I SAKIT APA SUAMIKU Page 23

Anda mungkin juga menyukai