Intrusi PDF
Intrusi PDF
Heru Hendrayana
Geological Engineering Dept., Faculty of Engineering, Gadjah Mada University
Email : heruha@ugm.ac.id
Website : www.heruhendrayana.staff.ugm.ac,id
Tahun 2002
I. PENDAHULUAN
Air bawah tanah atau Air Bawah Tanah yang merupakan sumberdaya alam
terbarukan (renewable natural resources) saat ini telah memainkan peran penting pada
penyediaan pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan, sehingga hal tersebut
menyebabkan terjadinya pergeseran nilai terhadap air bawah tanah itu sendiri.
Masyarakat, baik perseorangan maupun kelompok membutuhkan air untuk keperluan
sehari-hari dan untuk kebutuhan lainnya. Dari berbagai macam kebutuhan tersebut,
maka air untuk keperluan air minum merupakan prioritas utama, di atas segala
keperluan yang lain. Hal ini berarti fungsi air sebagai air minum harus diupayakan sebaik-
baiknya agar memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitasnya, serta digunakan sebaik-
baiknya bagi kebutuhan mahkluk hidup. Mengingat peran air bawah tanah semakin
penting, maka pemanfaatan air bawah tanah harus didasarkan pada keseimbangan
dan kelestarian air bawah tanah itu sendiri, atau dengan kata lain pemanfaatan air
bawah tanah harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
II. PERMASALAHAN
Pada dekade terakhir ini telah terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat pesat
di dunia, dan hal tersebut menyebabkan eksploitasi air bawah tanah terus meningkat
dengan pesat. Fenomena ini telah menyebabkan dampak negatif terhadap kuantitas
maupun kualitas Air bawah tanah, antara lain penurunan muka Air bawah tanah,
fluktuasi yang semakin besar serta penurunan kualitas air bawah tanah, serta terjadinya
intrusi air laut di beberapa wilayah. Dengan demikian perlu dilakukan upaya nyata dan
Amblesan Tanah
Permasalahan amblesan tanah timbul akibat pengambilan air bawah tanah
yang berlebihan dari lapisan akuifer, khususnya akuifer tertekan.
Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya
adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan
atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses terdesaknya air bawah tanah
tawar oleh air asin/air laut di dalam akuifer pada daerah pantai.
Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah
tanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi pergerakan air bawah tanah
asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut.
Terminologi intrusi pada hakekatnya digunakan hanya setelah ada aksi, yaitu
pengambilan air bawah tanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik. Adanya
intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di
daerah pantai, karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah.
Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum, karena
adanya intrusi air laut, maka terjadi degradasi mutu, sehingga tidak layak lagi digunakan
untuk air minum.
Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai
pada keadaan statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben - Herzberg. Dengan
adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah tawar, maka
bidang batas (interface) tergantung pada keseimbangan keduanya. Hubungan antara
air asin dengan air bawah tanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai seperti
ditunjukkan pada gambar 1.
PA = PB
s .g.h s = f .g.h f + f .g.h s
f
hs = hf
s - f
h s = 40 hf
Pada kondisi yang dinamis, hukum Ghyben - Herzberg tidak sepenuhnya berlaku.
Gambar 2 menunjukkan garis batas sesungguhnya antara air asin dengan air
bawah tanah tawar pada kondisi dinamis. Pada gambar tersebut juga tampak, bahwa
garis aliran air bawah tanah ada yang berarah cenderung naik.
Pada kondisi pantai yang landai perbedaan bidang batas yang sesuai dengan
Hukum Ghyben - Herzberg dengan bidang batas yang sebenarnya relatif kecil,
sedangkan pada pantai yang curam perbedaan tersebut cukup besar. Bentuk bidang
batas tersebut miring ke arah daratan, seperti pada gambar 3. Dan secara matematis
dapat diterangkan sebagai berikut :
Gambar 3 : Bentuk bidang batas antara air asin dengan air bawah tanah tawar.
Dengan,
V = kecepatan
K = Koefisien kelulusan air
(s - f ) kb 2
q = 1/ 2
f L
Kb2
L =
80q
Kh2
L =
80q
Dengan demikian panjang penyususpan air laut pada akuifer pantai tergantung :
1. Tebal akuifer atau tebal zone jenuh air.
2. Koefesien kelulusan air (harga K)
3. Debit air bawah tanah per satuan luas akuifer.
Yang dimaksud dengan pulau kecil pada pembahasan ini, adalah pulau yang
berada ditengah lautan dan biasanya berbentuk relatif bulat yang tersusun oleh batuan
lulus air / permeable. Di bagian sisi atau pinggir pulau akan terjadi kontak langsung
antara air bawah tanah tawar dengan air laut, seperti gambar 5.
R = jari-jari pulau
Q = debit
K = koefesien kelulusan air
W = recharge (air hujan)
3. Q = r2W
Wr dr
1& 3 = h dh.
0,00512 K
W (R 2 - r 2 )
h2 =
0,00512 K
Dengan demikian batas kedalaman air bawah tanah tawar di suatu tempat di pulau
kecil tergantung :
1. Banyaknya air hujan.
2. Ukuran pulau.
3. Koefesien kelulusan air.
Gambar 6 : Penurapan air bawah tanah dengan sumur bor di suatu pulau kecil.
Perubahan total hanya terjadi pada item yang ketiga, yaitu terjadinya pelarutan
dan pengendapan. Pada kasus ini akan diketahui, bahwa ion Cl dan Na lebih dominan
pada air laut, sedang pada air bawah tanah tawar ion yang dominan adalah CO3 dan
HCO3. Komposisi kimiawi air bawah tanah akan bertambah dengan kandungan ion Cl.
Untuk mengetahui adanya penyusupan tersebut dapat ditentukan dengan analisis kimia
yang disebut perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratio") ;
Cl -
yaitu = satuan dalam bpj
CO =3 + HCO-3
Pengendalian intrusi air laut pada akuifer pantai dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain :
1. Dengan mengurangi pemompaan di aderah pantai.
2. Membuat pengisian buatan ("artificial recharge") pada akuifer pantai.
3. Memompa air laut yang berada pada akuifer pantai.
4. Membuat penghalang di bawah tanah di daerah pantai.
Cara Spreading adalah cara pengisian air bawah tanah secara buatan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan kelebihan air permukaan melalui parit-parit yang
dibuat di daerah pantai, sehingga melalui parit tersebut terjadi penambahan air bawah
tanah.
Cara sumur injeksi adalah cara pengisian air bawah tanah secara buatan
dengan membuat sumur dalam yang menembus akuifer dan menginjeksi atau
memasukkan air permukaan ke dalam akuifer tersebut.
Gambar 8 : Membuat penghalang di bawah tanah dengan injeksi air tawar me-
lalui sumur bor dalam pada akuifer tertekan.
Selain dengan berbagai cara seperti tersebut di atas dapat pula dilakukan
dengan membuat semacam bendungan di bawah tanah yang membatasi antara air
bawah tanah tawar dengan air asin. Bendungan tersebut dapat berupa lapisan kedap
air atau lapisan aspal dan sebagainya. Cara ini tentunya sangat mahal dan
memerlukan teknologi, maka perlu dipertimbangkan dari segala sisi.
Intrusi air laut telah terdeteksi di daerah pantai Jakarta, Semarang, Denpasar,
Medan dan daerah-daerah pantai lainnya, dimana telah terjadi pemanfaatan air
bawah tanah secara berlebihan.
Batas sebaran zona air bawah tanah payau/asin pada setiap sistem akuifer (Juni-
Agustus 1993) berikut perubahannnya selama 2 tahun terakhir, yakni antara periode
1991 1993 adalah sebagai berikut :
Zona Air bawah tanah Payau/Asin pada Sistem Akuifer tidak tertekan (< 40 m)
Batas antara air bawah tanah payau/asin dengan air bawah tanah tawar pada
sistem akuifer ini kurang lebih melewati daerah Pakuaji Salembaran
Cengkareng Grogol Pulogadung Tambun Rawarengas selatan Babelan.
Sebaran zone ini secara umum relatif meluas ke arah timur.
Pada periode Juni-Agustus 1993, jarak batas zona air bawah tanah payau/asin
dengan air bawah tanah tawar di beberapa lokasi adalah :
Selama dua tahun terakhir, yakni antara 1991 hingga 1993 garis batas ini
menunjukkan pergeseran ke arah darat. Dibandingkan dengan hasil survei pada
Juni-Agustus 1993, pergeseran yang mencolok terjadi dibagian barat dataran
pantai, yaitu antara daerah Pekayon sampai Cengkareng (Bandara Soekarno
Hatta). Namun hal ini disebabkan perluasan daerah studi pada periode 1993
dan penambahan perolehan data. Adapun pergeseran batas zona yang
disebabkan oleh perubahan salinitas air bawah tanah adalah :
Zona Air bawah tanah Payau/Asin pada Sistem Akuifer tertekan bawah (>140 m)
Sebaran zona ini hanya terbatas di dataran pantai antara Kapuk, Jakarta Kota,
dan Cilincing. Sebaran di bagian barat, yakni antara Kapuk dan Jakarta Kota
relatif lebih luas dibandingkan di bagian timur. Jarak batas zona air bawah tanah
payau/asin dengan air bawah tanah tawar, didaerah Kapuk Jakarta Kota
mencapai 5,75 km, sementara didaerah Walang- Cilincing sekitar 2,5 km.
Pergeseran batas zona air bawah tanah payau/asin ke arah darat di dataran
antara Kapuk dan Jakarta Kota, pada periode antara 1991-1993 mencapai
sekitar 0,50 km. Namun antara periode 1992-1993, sebarannya cukup meluas
mulai dari Tamansari sampai daerah Cilincing.
Daerah Semarang bagian utara penyusupan air asin semakin meningkat sejak
beberapa tahun terakhir, terutama pada daerah pemukiman pusat perkotaan, dan di
beberpa wilayah industri di bagian utara, miksalnya daerah sekitar Muara Kali Garang,
Tanah Mas, Pengapon, Simpang Lima. Data penyusupan air asin tersebut diatas adalah
berdasarkan hasil pemantauan dari beberapa sumur gali penduduk yang tersebar,
maupun dari kualitas sumur bor di beberapa tempat. Didaerah Semarang penyusupan
air asin ini diperkirakan sudah mencapai sejauh 2 km ke arah selatan garis pantai.
VI. PENUTUP