Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia, yaitu berjudul
Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam Dunia Industri dan Manfaat Koloid
Dalam Dunia Industri tepat pada waktunya.
Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu
keberhasilan jalannya tulisan ini.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetauan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat meperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang, oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-sifatnya
sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.
Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan
masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.
BAB II
LANDASAN
2. Gerak Brown
3. Elektroforesis
4. Absorpsi
5. Koagulasi
7. Dialisis
8. Koloid Pelindung
2.3 Cara pembuatan Koloid
1. Cara Kondensasi
Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S)
dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan
SO2.
2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirnya gas H2S:
2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S
2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu
koloid berupa gel.
Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa
terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.
Misalnya;
o untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih dahulu
dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol
tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga
belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan
belerang dalam air.
o Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan
terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol
maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara
dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik
(cara busur Bredig).
Cara Dispersi
Prinsip : Partikel Besar -> Partikel Koloid
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:
Cara Mekanik
Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling
koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium
dispersi.
Contoh : sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama
dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu
dengan air.
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan
dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan.
Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya
digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam
medium pendispersinya untuk membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat
dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.
Cara Busur Bredik
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang
akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium
dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-
atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami
kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi cara busur ini merupakan
gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam,
sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-
partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan
ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling
berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang
timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi
dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-
pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam,
maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan
dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh
enzim peptin.
Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin,
dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung
ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk
dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan
positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid.
Contohnya; gelatin dalam air.
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system koloid dengan
penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama
yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada
endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis)
maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga,
endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-
partikel koloid.
Beberapa contoh lain :
- Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
- Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl
- Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3
2.4 Jenis jenis koloid
Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, zat cair, atau zat gas
ke dalam zat pendispersi dalam fase padat, cair, atau gas. Gas yang terdispersi dalam
gas tidak disebut koloid karena selalu bersifat homogen (menghasilkan larutan, bukan
koloid).
Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.
1) Koloid Sol
Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat.
Koloid sol ada tiga jenis, yaitu:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat
pendispersi padat. Contoh sol padat adalah logam paduan, kaca berwarna, intan hitam,
dan baja.
b. Sol cair (padat-cair )
Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat padat
terdispersi dan fase zat pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat
terdispersi dalam zat fase gas. Contoh: asap dan debu.
Berdasarkan sifat adsorbsi yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan menjadi
2, yaitu sol liofil dan sol liofob.
a. Sol Liofil
ol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengadsorpsi
molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka
disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen,
dan gelatin.
b. Sol Liofob
Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengadsorpsi
molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka
disebut hidrofob. Contoh sol hidrofob adalah sol sulfida, sol logam, sol belerang, dan
sol Fe(OH)3.
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika ditambah
sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan koloid
liofob. Untuk mtnggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak
sebab selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus
dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya dari koloid liofil dapat
kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguapan. Akan tetapi, jika zat
mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain,
koloid liofil bersifat reversibel. Koloid liofob mempunyai sifat yang brelawanan
dengan koloid liofil
sifat liofob:
1 Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan tidak
mengadsorpsi molekul mediumnya.
2 Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar Afinitas fase terdispersi
terhadap medium pendispersi kecil
3 Jika mediumnya air disebut hidrofil Jika mediumnya air disebut hidrofob
4 Lebih kental daripada mediumnya Medium lebih kental
5 Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi jika ditambah
sedikit elektrolit.
6 Lebih stabil Kurang stabil
7 Reversibel Irreversibel
2) Koloid Emulsi
Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair.
Koloid emulsi ada tiga jenis, yaitu:
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair
terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Gel (dari bahasa Latin gelu - membeku,
dingin, es atau gelatus - membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda
fase padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti
jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir).
Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga
memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, mentega,
mutiara, dan, gel rambut
Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi adalah beras
dan air. Seblum dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase cair. Setelah
dicampur melalui proses memasak, diperoleh nasi yang merupakan koloid dan fasenya
padat. Dari pengertian fasek continue dan discontinue tersebut, maka fase padat
merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase discontinue.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi cairan ketika
digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga
menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan
pula untuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang
khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator
panas yang sangat baik.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair
ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu, minyak
ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi Gas (cair-gas)
Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat fase cair
terdispersi dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida (semprot),
kabut, awan, dan hair spray.
3) Koloid Buih
Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid
emulsi ada dua jenis, yaitu:
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat
pendispersi padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga
(surfaktan).
Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat dalam proses
pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk
lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida (CO2) untuk
membentuk buih padat.
2) Batu apung terbentuk dari proses solidifikasi gelas vulkanik.
3) Busa jok
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:
Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau
lebih zat yang bersifat homogen.
Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:
Koloid Sol (fase terdispersi padat):
1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja.
2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.
3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.
Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):
1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar, mentega, mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair spray.
Koloid buih (fase terdispersi gas):
1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk, roti, Styrofoam, dan
busa jok.
2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan putih telur, Buih hasil
akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran, buih sabun, soda, pasta, dank
rim kocok.
Sistem Koloid digunakan dalam industri:
a. Industri kosmetika
b. Industri tekstil
c. Industri sabun dan deterjen
d. Cotrell Pabrik Industri
e. Penjernihan Air
f. Pemutihan Gula
4.2 Saran
Koloid merupakan hal yang penting dalam industri, karna sangat banyak
digunakan dalam industri, sebagai contoh yaitu untuk pembuatan kosmetik,
pembuaatan makanan, pembuatan pupuk dll. Oleh sebab itu saya sebagai penulis
mengharapkan agar kita semua untuk mempelajari tentang koloid supaya wawasan
kita semakin bertambah dan mempermudah kita dalam berkehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta:
Erlangga
Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2. Jakarta:
Erlangga.
Parning, Horale, dan Tiopan (anggota IKAPI). 2006. Kimia 2B SMA Kelas XI
Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira.
Pratiwi, Dra. D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta:
Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid11.blogspot.com/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/
http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem koloid.
http://kylite.blogspot.com/2010/10/koloid.html
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Emulsihttp://tugasgw.wordpress.com/2009/07/24/pembua
tan-sistem-koloid/