Anda di halaman 1dari 4

7.

Introyeksi (penyatuan nilai & norma) -1


Menyatukan nilai dan norma luar dengan struktur ego.

Walaupun merupakan bagian penting dalam proses perkembangan mental seorang


manusia, introyeksi juga bekerja sebagai mekanisme pembelaan ego yang spesifik. Disini,
introyeksi dapat menghilangkan perbedaan antara diri sendiri (subyek) dengan pihak lain
(obyek).

Melalui introyeksi obyek yang disayangi, kenyataan yang menyedihkan karena


perpisahan atau karena kemungkinan akan kehilangan akan sesuatu dapat diatasi.
Introyeksi(penyatuan nilai & norma) obyek (orang atau masyarakat, benda, keadaan) yang
ditakuti akan menghindari rasa cemas karena karakteristik obyek itu yang mengancam
berhasil diinternalisasikan(disatukan menjadi bagian orang bersangkutan); jadi,
menempatkan hal menakutkan itu dalam kendali orang bersangkutan.

Contoh : kamu tau mencuri itu tidak baik, jadi kamu tidak mencuri.

7. Introyeksi (penyatuan nilai & norma) -2


Mekanisme tersebut dimuka merupakan contoh klasik (biasa terjadi) dari identifikasi
dengan obyek yang merupakan ancaman(introyeksi dapat disebut identifikasi berbentuk
primitif). Identifikasi dengan korban juga dapat terjadi. Disini, nilai-nilai yang
menghukum diri sendiri dari objek itu diambil alih dan menetap didalam diri orang
bersangkutan sebagai gejala atau ciri perilaku.

Mekanisme introyeksi dimulai sejak usia sangat muda, sewaktu bayi belajar
mematuhi dan menerima menjadi bagian dalam dirinya berbagai nilai, norma dan aturan
keluarga dan masyarakatnya. Kemudian, berbekal hal-hal itu, individu tsb.dapat
mengawasi perilaku dan perbuataanya, sehingga terhindar dari hukuman dan akibat tidak
menyenangkan lainnya.

Dalam pemerintahan dan kekuasaan diktatorial, banyak orang mengintroyeksi nilai,


norma, dan keyakinan baru, yang umumnya tidak benar dipandang dari berbagai hal yang
lebih universal seperti agama (dengan penafsiran yang tak memihak) dan HAM, tetapi
diperlukan untuk menghindari hal-hal tak menyenangkan.

8. Perilaku Pasif-Agresif
Menyatakan ancaman terhadap orang lain secara tidak langsung melalui sikap pasif,
menyiksa diri sendiri (masochism), dan menyerang diri sendiri. Manifestasi perilaku pasif-
agresif meliputi (pada pelaku berangkutan); kegagalan, penundaan, dan penyakit yang
lebih merugikan orang lain dibandingkan pelaku.
9. Regresi (Kemunduran)
Regresi adalah usaha individu mundur ketingkat perkembangan fungsi psikoseksual
yang lebih awal untuk menghindari ketegangan dan konflik yang timbul pada tingkat
perkembangan sekarang. Kejadian itu memperlihatkan kecenderungan dasar manusia
untuk memperoleh kepuasaan naluriah yang ada pada periode yang kurang berkembang.

Regresi juga merupakan gejala yang normal, mengingat Sejumlah teretentu regresi
sangat diperlukan (essential) untuk santai, tidur, dan orgasme pada hubungan intim.
Regresi juga dianggap sebagai unsur yang sangat diperlukan pada proses kreatif.

10. Lamunan Skizoid


Menarik diri kedalam dunianya sendiri untuk menyelesaikan konflik dan memperoleh
kepuasan. Keakraban dihindari, dan sengaja berlaku aneh supaya orang menjauhinya.
Pelaku tidak sepenuhnya percaya lamunannya, dan tidak benar-benar ingin
mewujudkannya.

Contoh : Ana benci pada dosennya, dia melamunkan dosennya ditabrak truk dan
tubuhnya terbelah menjadi tiga. Dengan lamunan itu, kekesalah Ana terlampiaskan.

11. Somatisasi (pengubahan ke keluhan fisik)


Mengubah masalah atau keluhan kejiwan menjadi keluhan fisik dan cenderung
bereaksi dengan gejala-gejala badaniah, bukan gejala-gejala kejiwaan.

Pada desomatisasi, keluhan/gejala kekanan-kanakan pada tubuh diganti oleh pikiran


dan afek (bagian emosi).

Pada Resomatisasi, bila menghadapi konflik yang tidak dapat diselesaikannya, pelaku
memperlihatkan keluhan/gejala fisik yang biasa pada usianya yang lebih awal.

Contoh: desomatisasi = anak suka panas tinggi, dan hal itu dialihkan jadi sikap
murungnya.

Resomatisasi = anak merasa kesal dengan ibunya, hal itu dialihkan jadi panas tinggi.

III. Pembelaan Ego NEUROTIK

12. Mengendalikan (controlling)


Mencoba mengelola atau mengatur kejadia-kejadian atau benda-benda di
lingkungannya untuk mengurangi kecemasan dan menyelesaikan konflik dalam diri
sendiri.
13. Salah-Pindah (displacement) -1 tidak disadari

Melampiaskan beban emosi dengan memindahkannya ke obyek atau gagasan lain


yang menyerupai/berhubungan dengan obyek atau gagasan orisinil (yang menimbulkan
beban itu) dalam beberapa hal.

Obyek atau gagasan yang menjadi sasaran itu sering merupakan simbol dari
obyek/gagasan asal. Sering, pelampiasan kepengganti itu menimbulkan akibat (pada
emosi maupun pada hal lain) yang jauh lebih ringan daripada pelampiasan ke yang
orisinal.

Contoh : kesal dengan teman, menendang kucing yang menghalangi jalan.

13. Salah-Pindah (displacement) -2


Contoh klasik : istri yang dongkol kepada suami, tetapi tidak berani melampiaskan ke
suami; akibatnya, pintu rumah dibanting, piring terbang. Kritik yang merusak, fitnah,
desas-desus, yang sering melupakan cara terselubung dalam menyatakan permusuhan,
mungkin adalah salah pindah. Pada tindakan mengkambinghitamkan orang lain salah
pindah digabung dengan proyeksi (pembelaan ego).

Anak yang pernah terkunci dalam kamar yang gelap mungkin akan takut terhadap
semua kamar yang tertutup. Keinginan bunuh diri yang direpresi mungkin akan
berkembang menjadi takut terhadap semua benda tajam. Kedua contoh itu sudah
merupakan fobi yang timbul karena salah pindah.

13. Salah-Pindah (displacement) -3


Mekanisme salah-pindah dapat sangat tidak efisien dan mengorbankan banyak hal.
Masalah tidak diselesaikan tetapi dihindari dan dipindahkan ke hal lain, yang dapat
menimbulkan masalah baru yang mungkin lebih merugikan. Misalnya, seorang laki-laki
yang memindahkan marahnya ke istrinya padahal majikannya yang membangkitkan
marahnya itu. Atau, sekelompok masyarakat yang mengkambinghitamkan kelompok
lain, memindahkan frustasi, marah, atau kecewa karena kesulitan hidup ke kelompok lain
yang lebih lemah, atau minoritas yang tak bersalah apa-apa. Akan jauh lebih sehat dan
bermanfaan terutama bagi kelompok yang bermasalah, bila mereka menghadapi dan
menyelesaikan keadaan yang menimbulkan masalah, dibandingkan menghindarinya
melalui salah pindah.

14. EKSTERNALISASI (Memindahkan ke luar diri)


Cenderung melihat di dunia luar dan pada obyek pada dirinya, hal-hal yang
merupakan bagian dari kehidupan mentalnya, seperti dorongan-dorongan naluriah,
konflik, suasana perasaan (mood), sikap, dan gaya berpikir.

Eksternalisasi adalah istilah yang lebih banyak digunakan daripada proyeksi.


Contoh : orang yang suka iri, dia akan berpikir bahwa orang lain juga suka iri, dan dengan
begitu rasa bersalahnya berkurang.

Catatan : proyeksi untuk orang-orang tertentu, lebih spesifik dibandingkan eksternalisasi.

Eksternalisasi untuk sembarang orang.

15. PENGHAMBATAN (inhibition)


Dengan sadar membatasi atau menolak beberapa fungsi ego, sendiri-sendiri atau
bersama-sama, untuk menghindari kecemasan yang timbul dari konflik dengan dorongan
naluriah, superego, atau kekuatan/orang di lingkungan.

Contoh : orang sedang berpuasa pasti ada keinginan makan dan minum, namun ia
menolak keinginan itu.

16. RASIONALISASI -1
Secara rasional berusaha membenarkan sikap, perilaku, keyakinan, atau kenyataan
yang salah atau tak dapat diterima (oleh diri sendiri dan / atau orang lain).

Misalnya, tidak mau disalahkan karena perbuataan korupsinya dengan mengemukakan,


bahwa ia hanya menerima uang jasa (ia sudah digaji untuk pekerjaan itu); atau saya
tidak meminta.

Contoh : datang terlambat kuliah, alasannya motornya mogok. Tetapi faktanya ia selalu
berangkat kuliah naik bus.

Anda mungkin juga menyukai