Anda di halaman 1dari 60

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-

Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas laporan penelitian. Tidak lupa

juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen sosiologi dan antropologi yaitu bapak Drs.

Jumarianto dan Ibu Dewi Korastati yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang

bagaimana cara menyusun laporan penelitian ini.

Laporan penelitian ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang perhatian ibu

terhadap konsumsi makan anak. Dengan penuh kesabaran dan trutama pertolongan dari Allah

SWT akhirnya laporan ini dapat terselesaikan semoga laporan penelitin ini dapat bermanfaat

bagi para pelajar khususnya pada diri kami sendiri dan smua yang membaca laporan penelitian

ini, dan semoga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Dalam penyelesaian tugas penelitian ini kami banyak menerima bantuan serta dukungan dari

banyak pihak dan kesempatan ini kami berterimakasih kepada kedua orang tua kami yang telah

memberikan kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materiil sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan penelitan ini.

Akhir kata kami sebagai penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca. Kami menyadari mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena

iti kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan

laporan penelitian ini.

BanjarBaru, 15 Mei 2017

Kelompok 5

KELOMPOK 5 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ 1

Daftar Isi ........................................................................................................................2

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang .....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................7

D. Manfaat Penelitian ...............................................................................................7

E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................7

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................................8

Bab III Metode Penelitian

A. Lokasi Penelitian ................................................................................................31

B. Waktu Penelitian ................................................................................................31

C. Variabel Dan Indikator Penelitian ......................................................................31

D. Populasi Dan Sampel ...........................................................................................32

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................32

F. Analisis Data ......................................................................................................34

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

A. Hasil ....................................................................................................................50

B. Pembahasan ........................................................................................................54

KELOMPOK 5 2
Bab V Kesimpulan Dan Saran

A. Kesimpulan ..........................................................................................................58

B. Saran ....................................................................................................................59

Daftar Pustaka ...........................................................................................................60

KELOMPOK 5 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tumbuh kembang yang normal pada seorang individu sangat dipengaruhi oleh

interaksi yang kompleks antara pengaruh hormonal, respons jaringan dan gizi. Tingkat

perkembangan yang dicapai seorang anak sangat bergantung kepada banyak faktor. Faktor

penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah faktor genetik yang sangat berhubungan erat

dengan faktor lingkungan. Faktor lain yang juga mempengaruhi tumbuh kembang adalah

gizi, sosio, ekonomi, emosi dan lain-lain. Hal lain lagi yang juga berpengaruh adalah

kualitas hubungan antara anak dan orang tua dan perhatian ibu terhadap pola makan anak.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang

merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang

anak salah satu diantaranya yaitu gizi.

Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus sesuai

dengan kebutuhan tubuh. Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi sangat

mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan, dan aktivitas anak.

Pemenuhan zat gizi dapat dilakukan dengan teraturnya pola makan anak serta

memperhatikan sarapan anak.

KELOMPOK 5 4
Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu

kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan

dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat

dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik (Martianto,

2006). Oleh karena itu untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik pada

saat sarapan pagi harus diperhatikan pemilihan menu serta kandungan gizi yang baik untuk

pemenuhan zat-zat gizi pada pagi hari.

Sarapan hanya memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pada pagi hari saja dengan

pemenuhan asupan zat gizi 25% dari kebutuhan sehari-hari. Anak usia sekolah mengalami

peningkatan kebutuhan zat gizi. Disamping untuk pertumbuhan, zat gizi juga diperlukan

untuk menjalankan aktivitas yang umumnya meningkat. Pertumbuhan anak usia sekolah

dasar berlangsung secara terus menerus, bersamaan dengan peningkatan asupan makanan

secara konstan (Mahan & Escott-Stump, 2004). Agar stamina anak akan tetap terjaga

selama mengikuti kegiatan disekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler, maka anak perlu

ditunjang dengan pangan yang bergizi dan berkualitas.

Peran orang tua terutama ibu memiliki pengaruh besar dalam membentuk

kebiasaan sarapan anak. Anak-anak memerlukan bimbingan orang tua dalam membentuk

kebiasaan mereka. Sarapan pada anak memerlukan seseorang yang lebih dewasa untuk

menyiapkan dan pada umumnya adalah tugas ibu. Diharapkan seorang ibu menganjurkan

anak makan pagi dirumah sebelum memuali aktivitas. Selain berperan dalam membentuk

kebiasaan sarapan, ibu juga berperan dalam menentukan menu sarapan yang baik untuk

anak. Pendidikan dan pengetahuan gizi ibu dapat mempengaruhi dalam mendorong dan

membiasakan anak untuk sarapan dan mempengaruhi dalam menentukan menu sarapan

KELOMPOK 5 5
pagi. Seorang ibu yang pendidikannya tinggi dan pengetahuannya baik diharapkan dapat

memotivasi anak untuk sarapan pagi dan menyiapkan sarapan pagi yang cukup mengandung

energi dan protein serta zat gizi lainnya.

Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema

makan dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Semua nutrisi

penting bagi anak dalam usia pertumbuhan. Prof. Ali berpesan untuk memperhatikan asupan

sayur dan pangan hewani (lauk pauk), konsumsi susu tetap dipertahankan, jangan terlalu

banyak makanan cemilan (junk food) yang akan menyebabkan anak kurang nafsu makan.

Karna kebanyakan anak lebih menyukai junk food dari pada makanan rumahan.

Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti perlu melakukan penelitian terhadap

masyarakat yang berjudul PERHATIAN IBU TERHADAP KONSUMSI MAKAN

ANAK

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengawasan orang tua terhadap konsumsi makan anak ?

2. Apakah ibu mengetahui tentang makanan sehat ?

3. Apakah Tingkat Pendidikan memengaruhi pola makan anak ?

KELOMPOK 5 6
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengawasan orang tua terhadap pola makan anak di

daerah Banjarbaru dan sekitarnya.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu tentang makanan sehat.

3. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pola makan anak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagi Peneliti

Peneliti Mendapat pengalaman dalam melakukan penelitian serta memperkaya

pengetahuan tentang peran ahli gizi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan

pentingnya sarapan dan pola makan sehat.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bacaan bagi mahasiswa lain sebagai acuan.

c. Bagi Keluarga

Memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya perhatian ibu terhadap

konsumsi makan anak.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi variabel yang akan ditelitiya itu tentang peran Ibu

(variabel bebas) dan konsumsi makan anak. Responden penelitian ini adalah orang tua dan

anak usia sekolah TK SD dan SMP di wilayah Banjarbaru dan Sekitarnya. Peneliti

melakukan penelitian pada orang tua dan anaknya karena peran Ibu sebagai pendidik dan

KELOMPOK 5 7
penyedia serta dalam memperhatikan konsumsi makan anak sangat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan anak.

KELOMPOK 5 8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pola Makan Sehat

Pengertian Pola Makan Sehat dan Seimbang Menurut Harper (1986), pola makan

adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan

mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan

sosial. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam

jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna

pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan

perkembangan (Almatsier, 2004). Ilmuwan memperkirakan 75% kanker bisa dicegah

melalui diet yang lebih baik. Konsumsi makanan yang salah dapat membuat tubuh

kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik.

(Weekes, 2008).

Pola makan sehat pada anak:

Anak usia 4 6 tahun

Anak-anak pada usia 4-6 tahun cenderung susah untuk makan dan lebih suka

bermain. Agar kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi maka ibu harus memberikan

makanan yang beragam dan menarik agar nafsu makan anak meningkat sehingga

anak mau makan. Ketika anak hanya makan sedikit maka solusinya adalah dengan

memberikan makan dalam jumlah yang sering sehingga kebutuhan nutrisinya tetap

terpenuhi.

KELOMPOK 5 9
Anak usia 7 12 tahun

Pada usia ini anak-anak cenderung sudah mengenal makanan dan jajanan di

lingkungan sekolah maupun lingkungan bermainnya sehingga mereka akan lebih

suka membeli jajanan daripada makan makanan yang di sediakan. Dalam hal ini

ibu bisa memberikan penjelasan pada anak tentang pentingnya mengkonsumsi

makanan yang benar dan sehat. Selain itu, ibu juga wajib memberikan pengertian

agar anak tidak jajan sembarangan.

Berikut merupakan cara mengatur pola makan anak agar tumbuh kembang anak terjaga

dan menjadi anak-anak yang sehat dan cerdas:

1. Tingkatkan pengetahuan orang tua tentang kebutuhan gizi anak-anak seperti jenis

makanan, kebutuhan gizi anak berdasarkan usia dan lainnya.

2. Buatlah menu makanan yang kreatif, sederhana, menarik bagi anak agar nafsu anak

meningkat dan tentunya jangan lupa kandungan gizi dalam setiap makanan yang

disajikan.

3. Buatlah menu makanan yang variatif agar anak tidak bosan dan perkenalkan rasa baru

buat anak.

4. Makanlah bersama anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

5. Jadilah orang tua yang menyukai banyak makanan seperti sayuran dan tunjukkan

kepada anak-anak jika orang tua juga makan sayuran.

6. Berilah apresiasi dari setiap makanan yang di makan anak, misalnya hari ini anak mau

makan sayur bayam, besok makan wortel dan seterusnya. Pujilah anak dengan apa yang

dimakan, khusus makanan yang mengandung banyak gizi.

7. Perhatikan dan atur suasana tempat makan atau lingkungan sekitar, buatlah senyaman

mungkin agar nafsu makan anak meningkat.

KELOMPOK 5 10
8. Jangan memaksa dan melarang anak untuk makan makanan tertentu.

9. Berilah ruang khusus yang mudah di jangkau untuk mengkonsumsi makanan sehat

yang disimpan.

10. Berilah kebebasan anak dalam memilih, menentukan dan mengkonsumsi makanan

yang mereka inginkan yang penting tetap dijaga kebutuhan gizinya.

11. Jangan menyerah jika anak tidak mau makan makanan tertentu seperti sayuran. Jika

anak tidak mau, ulangi lagi pemberiannya tapi jangan dipaksa. Jika tetap tidak mau,

olah makanan menjadi bentuk lain namun tetap memiliki kandungan gizi yang sama

dengan makanan yang ditolak tersebut.

2. Pengertian Sarapan Pagi

Sarapan pagi adalah makanan yang di konsumsi yang mengandung seluruh gizi

lengkap yang diperlukan tubuh menjadi pemasok kebutuhan kalori tubuh sedikitnya 30

% (selama 4-6 jam) dari total kebutuhan energi setiap hari (siagian, 2011).

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan

glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi, selain itu dapat

berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan

memudahkan penyerapan pelajaran. Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam

sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam

pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak

mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar

karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan

tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya. Seseorang

yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada dalam keadaan yang cocok untuk

KELOMPOK 5 11
melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan

kadar gula darah dengan

mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang

diambil (Moehji, 2009).

Mengapa Sarapan Pagi Itu Penting?

Setelah hampir 8-10 jam saluran pencernaan beristirahat selama anak tidur,

tubuh membutuhkan asupan makanan untuk menyokong energi untuk beraktivitas dan

konsentrasi belajar. Sarapan pagi sangat penting diberikan kepada anak di usia sekolah,

maka dari itu orangtua harus selalu memberikan dan juga membiasakan anak untuk

sarapan

setiap pagi. Karena dengan sarapan pagi banyak manfaat yang bisa diperoleh dan dapat

melatih anak untuk disiplin. Sarapan mungkin terdengar sepele, namun sangat vital bagi

tubuh, apalagi bila dituntut untuk beraktivitas seharian. Seringkali orang mengabaikan

sarapan dengan alasan kurangnya waktu, atau bosan dengan menu sarapan yang itu-itu

saja. Padahal, sarapan bukan sekedar pengganjal perut, tapi juga memberikan energi

agar kita bisa beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal, dan tidak cepat

mengantuk. Sarapan juga dapat mengembalikan fungsi metabolisme tubuh, dan

membiasakan sarapan pada anak setiap pagi ternyata membantu anak-anak fokus

mengerjakan tugas-tugas di sekolah.

Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk

otak, hal ini didukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sarapan

berhubungan erat dengan kecerdasan mental, dalam artian, sarapan memberikan nilai

positif terhadap aktivitas otak, otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah untuk

KELOMPOK 5 12
berkonsentrasi. Hal ini secara tidak langsung akan mendatangkan pengaruh positif

terhadap anak sekolah dalam beraktivitas di sekolah.

Manfaat sarapan pagi

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang.Bagi orang dewasa, sarapan

pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja

dan meningkatkan produktivitas kerja.Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat

meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga

prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).

Ulasan manfaat sarapan di pagi hari :

1. Sarapan dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan

Menunda sarapan membuat Anda sulit memperoleh asupan nutrisi dan vitamin

yang direkomendasikan. Menu sarapan seperti sereal dengan susu atau yogurt rendah

lemak plus granula akan memberi cukup kalsium dan serat.

2. Sarapan bisa menurunkan berat badan

Ketika Anda beraktivitas dengan perut kosong, tubuh akan membakar kalori

secara lambat. Menurut ahli nutrisi penulis buku The F-Factor Diet Tanya Zuckerbrot,

R.D., sarapan pagi setelah perut kosong semalaman dapat meningkatkan metabolisme,

yang artinya pembakaran kalori sepanjang hari menjadi lebih efisien. Namun

Zuckerbrot menekankan bahwa kunci dari semuanya adalah jenis makanan yang Anda

konsumsi. Makanan dengan kandungan karbohidrat sederhana seperti donat akan

membuat glukosa melonjak, kemudian turun drastis. Cara yang lebih baik adalah

dengan mengkonsumsi jenis berkarbohidrat kompleks seperti oatmeal atau roti gandum

KELOMPOK 5 13
murni. Makanan dengan kadar serat tinggi dan rendah gula akan dicerna dengan lambat,

sehingga menyediakan energi yang konstan dan membuat Anda tidak cepat lapar.

3. Sarapan tingkatkan kemampuan otak

Riset para ahli dari Universitas Swansea Wales membuktikan bahwa pelajar

yang selalu sarapan mencatat rata-rata skor 22 persen lebih tinggi ketimbang rekannya

yang tidak sarapan.Ketika Anda bangun pagi sebagian besar energi dalam bentuk

glukosa dan glikogen telah habis terkuras oleh aktivitas sehari sebelumnya.Menurut

para ahli, glukosa adalah satu-satunya bahan bakar yang dibutuhkan otak.Tanpa

glukosa yang cukup, Anda merasa lelah dan berkunang-kunang.

4. Perlindungan terhadap sakit jantung

Riset menunjukkan, wanita sehat yang melewatkan sarapan selama dua pekan

memiliki kadar kolesterol buruk LDL (Low density lipoprotein) lebih tinggi ketimbang

mereka yang menyantap semangkuk sereal dengan susu di pagi hari. Zuckerbrot

menjelaskan, serat dapat mengikat kolesterol dan mempercepat eksresi sebelum

mencapai pembuluh arteri.Oleh sebab itu, penelitian 10 tahun yang dilakukan Harvard

Nurses Health menyimpulkan bahwa asupan serat tinggi berkaitan dengan penurunan

risiko penyakit jantung hingga mencapai 50 persen.

Beberapa manfaat sarapan bagi anak usia sekolah adalah meningkatkan

kemampuan otak. Schroll (2006) mengemukakan bahwa terdapat efek sarapan dengan

retensi memori siswa di tingkat perguruan tinggi.Sarapan juga bermanfaat untuk

meningkatkan daya tahan tubuh. Hasil penelitian epidemiologis dan klinis menyebutan

bahwa kekurangan gizi menghambat respon imunitas dan meningkatkan resiko

KELOMPOK 5 14
penyakit infeksi (Siagian,2006). Selain itu sarapan juga bermanfat untuk pertumbuhan

dan perkembangan anak.sarapan berkontribusi terhadap keadekuatan nutrisi dan

meningkatkan gambaran diet, sebagai elemen penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal (Rampersaud (2009).

Menu Sarapan Sehat

Sarapan sehat untuk anak sebaiknya mengikuti pola gizi seimbang yakni terdiri

dari sumberkarbohidrat (60-68%), protein (12-15%), lemak (15-25%), dan

vitamin/mineral. Porsi sarapan sebaiknya tidak terlalu banyak karena akan mengganggu

sistem pencernaan dan aktivitas anak.

Bagi anak-anak sekolah, sarapan merupakan sumber energi sebelum berangkat

ke sekolah dan diperlukan untuk aktivitas dan belajar di sekolah. Menurut Saidin (1991)

dengan sarapan, lambung akan terisi kembali setelah 8-10 jam kosong sehingga kadar

gula dalam darah meningkat lagi. Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak

terutama konsentrasi belajar pada pagi hari.

Dampak melewatkan sarapan selain menurunkan konsentrasi belajar yang

nantinya mengarah pada penurunan prestasi belajar anak, juga berdampak pada

timbulnya tekanan darah rendah.Glukosa yang terdapat dalam makanan sarapan sangat

berperan dalam mekanisme daya ingat (kognitif) memori seseorang, meskipun tidak

memengaruhi tingkat kecerdasan.

3. Pengertian Makanan Jajanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman

yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai

KELOMPOK 5 15
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah

makan/restoran, dan hotel. Sedangkan Menurut Winarno (1987), makanan jajanan

adalah makanan jadi yangsudah siap dikonsumsi dan tidak memerlukan pengolahan

lagi, yang di jual di kaki lima, pinggir jalan, di stasiun, di pasar dan tempat-tempat

umum yang strategis lainnya.

Manfaat Makanan Jajanan

Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu

sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga dapat melengkapi atau menambah

kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk mengisikekosongan lambung, karena

setiap 3-4 jam sesudah makan, lambung mulai kosong. Akhirnya apabila tidak beri

jajan, si anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya kepada pelajaran yang

diberikan oleh Guru dikelasnya. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak

dalam memilih jajan menurut 4 sehat 5 sempurna (Yusuf, dkk, 2008).

Namun, jajan yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara

lain nafsu makan menurun, makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai

penyakit, dapat menyebabkan obesitas pada anak, kurang gizi karena kandungan gizi

pada jajanan belum tentu terjamin dan pemborosan. Permen yang menjadi kesukaan

anak-anak bukanlah sumber energi yang baik sebab hanya mengandung karbohidrat.

Terlalu sering makan permen dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan gigi

(Irianto, 2007).

Jenis Makanan Jajanan

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), jenis makanan jajanan

dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu makanan jajanan yang berbentuk

KELOMPOK 5 16
panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue putu, kue bugis dan sebagainya.

Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso, nasi goreng,

mie goreng, mierebus dan sebagainya. Dan makanan jajanan yang berbentuk

minuman,seperti es krem, es campur, jus buah dan sebagainya. Selain itu penjualan dan

penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi 3 golongan, antara lain penjaja

diam, yaitu makanan yang di jual sepanjang hari pada warung-warung yang lokasinya

tetap di satu tempat. Penjaja setengah diam, yaitu mereka yang berjualan dengan

menetap di satu tempat pada waktu-waktu tertentu. Dan penjaja keliling, yaitu mereka

yang berjualan keliling dan tidak mempunyai tempat mangkal tertentu.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/MENKES/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan

adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan

dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan

sampai dengan penyajian. Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan

pelayananpenanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain:

tidak menderita penyakit mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza,

diare, penyakit perut sejenisnya; menutup luka (pada luka terbuka/ bisul

atauluka lainnya

menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; memakai celemek, dan

tutup kepala; mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan

menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan, atau dengan alas tangan

tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau

bagianlainnya)

KELOMPOK 5 17
tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau

tanpa menutup mulut atau hidung. Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan

jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup.

Pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam

keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.

4. Definisi Anak

Pengertian anak dalam UUD 1945 terdapat di dalam pasal 34 yang berbunyi:

Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara Hal ini mengandung

makna bahwa anak adalah subjek hukum dari hukum nasional yang harus dilindungi,

dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak. Dengan kata lain anak

tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Terhadap pengertian

anak menurut UUD 1945 ini, Irma Setyowati Soemitri, SH menjabarkan sebagai

berikut. ketentuan UUD 1945, ditegaskan pengaturanya dengan dikeluarkanya UU

No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang berarti pengertian anakyaitu

seseorang yang harus memproleh hak-hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat

menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rahasia,

jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga berahak atas pelayanan untuk

mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial.Anak juga berhak atas pemelihraan

dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesuadah ia dilahirkan .

Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang

berbunyi: Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8

(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (deklapan belas) tahun dan

KELOMPOK 5 18
belum pernah menikah . Jadi dalam hal ini pengertian anak dibatsi dengan syarat

sebagai berikut: pertama, anak dibatasi dengan umur antara 8 (delapan) sampai dengan

18 tahun. Sedangkan syarat kediua si anak belum pernah kawin.Maksudnya tidak

sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah kawin dan kemudian cerai. Apabila si

anak sedang terikat dalam perkawinan atau perkawinanya putus karena perceraian,

maka sianak dianggap sudah dewasa walaupun umurnya belum genap 18 tahun.

5. Karakteristik Anak

Karakteristik anak usia dini yang khas tersebut seperti yang dikemukakan oleh

Richard D, Kellough (1996) adalah:

1. Anak itu bersifat egosentris

Pada umumnya anak masih bersifat egosentris. Ia cenderung melihat dan

memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini dapat

dilihat dari perilakunya seperti masih berebut alat-alat mainan, menangis bila

menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya, atau memaksakan

sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan

kognitifnya yang menurut Piaget disebutkan bahwa anak usia dini sedang berada

pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional konkret

(7-11 tahun). Pada fase operasional pola berfikir anak bersifat egosentrik dan

simbolik sementara pada fase operasional konkret anak sudah mulai menerapkan

logika unutuk memahami persepsi-persepsi. Menurut Berg (1988) anak pada masa

transisi ini masih berfikir menurut kedua pola tersebut di atas secara bergantian atau

kadang-kadang secara simultan. Dalam memahami suatu fenomena, anak sering

memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri sehingga seringkali ia merasa

KELOMPOK 5 19
asing dalam lingkungannya. Karena tugas guru adalah membantu anak dalam

memahami dan menyesuaikan diri dengan dunianya dengan cara positif.

Keterampilan yang sangat diperlukan dalam mengurangi egosentris di antaranya

adalah dengan mengajarkan anak untuk mendengarkan orang lain, serta dengan cara

memahami dan berempati pada anak.

2. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar

Menurut presepsi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan

menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Rasa

keingintahuan sangatlah bervariasi, tergantung dengan apa yang menarik

perhatiannya. Sebagai contoh, anak lebih tertarik dengan benda yang menimbulkan

akibat daripada benda yang timbul dengan sendirinya. Dalam Brooks and Brooks,

dikemukakan bahwa keuntungan yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya

adalah dengan menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak biasa. Kejadian

yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan ketidakcocokan kognitif, sehingga

dapat memancing keinginan anak untuk tekun memecahkan permasalahan atau

ketidakcocokan tersebut. Meskipun terkadang sulit dikenali hubungan di antara

ketidaksesuaian tersebut, namun hal ini dapat membantu mengembangkan motivasi

anak untuk belajar sains. Untuk membantu mengembangkan kemampuan anak

dalam mengelompokan dan memahami dunianya sendiri, guru perlu untuk

membantu untuk menemukan masalahnya.

3. Anak adalah makhluk sosial

Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka senang

bekerja sama dalam membuat rencana dan menyalesaikan pekerjaanya. Mereka

KELOMPOK 5 20
secara bersama saling memberikan semangat dengan sesama temannya. Anak

membangun konsep diri melalui interaksi sosial disekolah. Ia akan membangun

kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberiakn kesempatan untuk bekerja sama

dengan temannya. Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk membantu anak dalam

perkembangan penghargaan diri. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara

menyatukan strategi pembelajaran sosial seperti bekerja sama, simulasi guru dari

teman sebaya, dan pembelajaran silang usia.

4. Anak bersifat unik

Anak merupakan individu yang unik di mana masing-masing memiliki

bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama

lain. Disamping memiliki kesamaan, menurut Bredekamp (1987) anak juga memiliki

keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, latar belakang keluarga.

Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang da dan

belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.

5. Anak umumnya kaya dengan fantasi

Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada

umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalama-

pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini

disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagai

contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang

bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan seterusnya. Jika dibimbing dengan

KELOMPOK 5 21
beberapa pertanyaan, maka ia dapat menceritakan melebihi apa yang mereka dengar

dan lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita

atau dongeng merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat

melatih mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak.

6. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek

Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dlam jangka

waktu yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, kecuali

memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervariasi dan tidak

membosankan. Menurut Berg disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu yang

wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu

secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk

duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap

hal-hal yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan, sehingga tidak membuat anak

terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu lama.

7. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial

Masa anak usia dini disebut sebagai masa golden age atau magic years.

NAEYC (1992) mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan tersebut sebagai

masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut: early years are Learning

years. Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini, anak mengalami

berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan berpusat pada

berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka

KELOMPOK 5 22
untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa

ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya.

Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfsilitasi pertumbuhan

dan perkembangan anak guna mencapai tahapan sesuai dengan tugas

perkembangannya.

Adapun karakteristik yang terdapat pada anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah

sebagai berikut :

1. Anak SD senang bermain

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan

yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD sebaiknya

merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di

dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi

santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran

serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsure

permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

2. Anak SD senang bergerak

Orang dewasa dapat duduk berjamjam, sedangkan anak SD dapat duduk

dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya

merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.

Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak

sebagai siksaan.

KELOMPOK 5 23
3. Anak SD senang bekerja dan berkelompok

Anak senang bekerja dalam kelompok maksudnya sebagai seorang manusia,

anak-anak juga mempunyai insting sebagai makhluk social yang bersosialisasi dengan

orang lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelomppok

tertentu untuk bermain. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi aturan

aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya

dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang

lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga, belajar keadilan dan demokrasi.

Hal ini dapat membawa implikasi sebagai calon guru agar menetapkan metode

atau model belajar kelompok agar anak mendapatkan pelajaran seperti yang telah

disebutkan di atas, guru dapat membuat suatu kelompok kecil misalnya 3-4 anak agar

lebih mudah mengkoordinir karena terdapat banyak perbedaan pendapat dan sifat dari

anak-anak tersebut dan mengurangi pertengkaran antar anak dalam satu kelompok.

Kemudian anak tersebut diberikan tugas untuk mengerjakannya bersama, disini anak

harus bertukar pendapat anak menjadi lebih menghargai pendapat orang lain juga.

4. Senang merasakan atau melakukan secara langsung

Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap

operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan

konsep konsep baru dengan konsep-konsep lama. Jadi dalam pemahaman anak SD

semua materi atau pengetahuan yang diperoleh harus dibuktikan dan dilaksanakan

sendiri agar mereka bisa paham dengan konsep awal yang diberikan. Berdasarkan

pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu,

fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Dengan demikian kita

KELOMPOK 5 24
sebagai calon guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan

anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih

memahami tentang arah mata angina, dengan cara membawa anak langsung keluar

kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit

menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.

5. Anak cengeng

Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin

diperhatikan dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus

selalu dibimbing. Di sini sebagai calon guru SD maka kita harus membuat metode

pembelajaran tutorial atau metode bimbingan agar kita dapat selalu membmbing dan

mengarahkan anak, membentuk mental anak agar tidak cengeng.

6. Sulit memahami isi pembicaraan orang lain

Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang

diberikan guru, disini guru harus dapat membuat atau menggunakan metode yang

tepat misalnya dengan cara metode ekperimen agar anak dapat memahami pelajaran

yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan

sedangkan dengan ceramah yang dimana guru Cuma berbicara didepan membuat anak

malah tidak pmemahami isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.

7. Senang diperhatikan

Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian teman atau

gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara

dilakukan agar orang memperhatikannya. Di sini peran guru untuk mengarahkan

KELOMPOK 5 25
perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak

yang ingin diperhikan akan berusaha menjawab atau bertantya dengan guru agar anak

lain beserta guru memperhatikannya.

8. Senang meniru

Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat dan dia

temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang

ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh acara

televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smac down yang

dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang

melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat

temannya terluka.

6. Pengetahuan Ibu tentang Gizi

Menurut Depdikbud (1994), pengetahuan adalah segala sesuatu

yang diketahui; kepandaian. Gizi adalah zat makanan pokok yang

diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Depdikbud, 1994).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu sebagai berikut :

1.Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini 30 adalah mengingat

kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahun ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

KELOMPOK 5 26
2.Memahami

Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3.Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipejari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4.Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5.Sintesisi

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6.Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Menurut Suhardjo (1989), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya

pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

1)Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

KELOMPOK 5 27
2)Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,

pemeliharaan dan energi.

3)Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar

menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Berdasarkan penelitian Wahyuningsih (2004) didapatkan bahwa ibu yang

berpengetahuan kurang dan cukup sebesar 50%. Penelitian lain yang dilakukan

Munawaroh (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu

tentang gizi dengan kebiasaan makan anak.

7. Sikap Ibu tentang Gizi

Sikap pada dasarnya tidak bisa dilihat secara langsung. Guna mengetahui sikap

seseorang terhadap objek tertentu, maka harus dilihat dari ketiga komponen sikap yaitu

pengetahuan (kognisi), perasaan (afeksi) dan perilakunya (konasi). Pengukuran sikap

dapat dilakukan

dengan menggunakan metode Likert (Purwanisari, 2005).

Ciri-ciri dari sikap menurut Sarwono (2000) adalah :

1)Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek objek.

2)Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui

pengalaman.

3)Sikap dapat berubah-ubah sesuatu dengan keadaan lingkungan di sekitar individu.

4)Sikap tidak menghilang meskipun kebutuhan sudah terpenuhi.

KELOMPOK 5 28
Beberapa anggapan dan kondisi orang tua dan masyarakat yang justru merugikan

penyediaan makanan bagi anak pra sekolah yaitu :

1)Anak prasekolah masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang

dewasa sehingga masih memerlukan adaptasi.

2)Anak balita dianggap kelompok umur yang belum berguna bagi keluarga, karena

belum sanggup ikut dalam membantu menambah pendapatan keluarga. Anak tidak

begitu diperhatikan baik kebutuhan gizinya ataupun kebutuhan lainya.

3)Ibu sudah mengandung atau mempunyai anak kecil lagi, atau sudah bekerja secara

penuh sehingga kurang perhatian kepada anak.

4)Berbagai pantangan mengenai makanan banyak dikenalkan pada anak jauh di bawah

kebutuhannya.

5)Ibu sering menyamakan makanan anak dengan yang lain, seringkali makanan diolah

dengan bumbu pedas dan merangsang sehingga anak tidak dapat mengkonsumsinya.

Anak pra sekolah umumnya bersikap aktif, mereka sangat tertarik untuk

mencoba makanan baru dan menikmati rasa tekstur yang berbeda.

Para orang tua dalam hal ini dijadikan modal dalam membuka pikiran anak untuk

memperkenalkan berbagai jenis makanan dan menjelaskan bahaya yang ditimbulkan

jika anak tidak mengkonsumsi.

Tingkatan sikap (Sarwono, 2000) yaitu :

1)Menerima (receiving)

Diartikan bahwa anak (subyek) mau dan memperhatikan stimulus diberikan obyek.

2)Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3)Menghargai (valving)

KELOMPOK 5 29
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendistribusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah.

4)Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilih dengan segala resikonya.

Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman dan respon-

respon yang diperlihatkan orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak.

Pengalaman yang diperoleh ada yang dirasakan menyenangkan atau sebaliknya,

sehingga setiap individu dapat

mempunyai sikap suka dan tidak suka terhadap makanan. Para ibu mengatakan

sikapnya terhadap anaknya melalui pemberian makanan, kasih sayang, memberi

dorongan, memarahi, mencemaskan memberi perlindungan, di mana hal tersebut

meninggalkan inpresi yang lama hilangnya dalam memori anak (Suhardjo, 1989). Dari

hasil penelitian Herawati (1998) didapatkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan

makan anak dengan sikap ibu tentang gizi. Penelitian lain yang dilakukan

Wahyuningsih (2004) menyatakan bahwa sebagian besar ibu memiliki sikap yang

positif tentang gizi dan sebagian kecilnya bersikap negatif tentang gizi.

KELOMPOK 5 30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini kami lakukan di daerah Banjarbaru dan sekitarnya. Agar

penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan maka kami membatasi ruang lingkup

penelitian, yaitu beberapa anak TK, SD,SMP dan beberapa ibu rumah tangga yang ada

di daerah Banjarbaru dan sekitarnya.

Adapun penelitian dilokasi tersebut dilakukan untuk memenuhi tugas sosiologi

pada semester II, dan lokasi yang kami gunakan berdekatan dengan lokasi tempat

tinggal kami sehingga memudahkan kami untuk melakukan penelitian.

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 bulan, dimulai dari

pertengahan bulan maret 2017 sampai dengan pertengahan bulan mei 2017.

C. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel didalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek

yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok

tersebut. Variabel pada penelitian ini adalah peran ibu.

Indikator pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Pembiasaan sarapan untuk anak.

2. Penyediaan makanan sehat untuk anak.

3. Penyedian bekal untuk anak.

KELOMPOK 5 31
4. Penyediaan buah setiap hari.

5. Pemberian uang saku yang sesuai dengan tingkat pendidikan anak.

D. Populasi dan Sampel

- Populasi

Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan

dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu

riset khusus. Dalam penelitian ini, kami menggunakan populasi dari TK, SD, SMP

dan Ibu-ibu rumah tangga diwilayah Banjarbaru.

- Sampel

Sampel yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

penelitian ini kami menggunakan sampel dari beberapa anak TK,SD,SMP dan

berberapa ibu rumah tangga.

- Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini kami melakukan penelitian dengan metode kuantitatif

(menyebar kuisioner) dalam melakukan survey lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini kami menggunakan teknik penumpulan data secara kuantitatif

yaitu dengan menyebarkan kuisioner.

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

KELOMPOK 5 32
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti

variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

- Kuisioner

a. Untuk Ibu

1. Apakah anda lebih menyukai makanan cepat saji atau masakan rumah? Mengapa?

2. Apakah menurut anda makanan yang biasa anda konsumsi termasuk dalam kategori

makanan sehat?

3. Apakah anda selalu menyiapkan buahuntuk dikonsumsi keluarga setiap hari?

Mengapa?

4. Apakah ibu mengetahui akan pentingnya sarapan?

5. Apakah anda membiasakan keluarga anda untuk sarapan setiap pagi? Mengapa?

6. Apa jenis makanan yang anda sajikan untuk keluarga anda saat sarapan?

7. Berapa banyak uang saku yang anda berikan kepada anak anda?

8. Apakah anda selalu menyiapkan bekal untuk anak anda? Jika tidak mengapa? Jika

iya, apakah makanannya habis?

9. Apakah anda suadah mencari solusi jika anak anda menolak untuk sarapan maupun

membawa bekal?

b. Untuk Anak

1. Apakah orang tua anda membiasakan anda untuk sarapan ?

2. Apakah anda jika pergi ke sekolah di siapkan bekal ?

3. Apakah anda lebih menyukai membeli makanan atau memakan bekal yang sudah

disiapkan ?

4. Apa yang biasa anda beli saat jam istirahat ?

KELOMPOK 5 33
5. Apakah anda suka memakan sayur ? Mengapa ?

6. Apakah anda suka memakan buah ? Mengapa ?

F. Analisis Data

- Untuk Ibu-ibu

1. Penyajian Data

Uraian data penelitian ini meliputi tentang penjabaran data penelitian yang

didapatkan dari hasil kuesioner penelitian yang diberikan kepada 12 orang ibu-ibu

di daerah Banjarbaru dan sekitarnya, uraian data penelitian yang akan diuraikan ini,

dalam bentuk tabel tunggal atau tabel frekuensi, yang berisi tentang frekuensi

jawaban responden yang selanjutnya akan dipersentasekan hingga menunjukkan

besarnya persentase jawaban responden.

a. Distibusi Responden Menurut Makanan yang disukai

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Cepat Saji 0 0%

2 Masakan Rumah 11 91,66%

3 Keduanya 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu - ibu di daerah Banjarbaru dan

Sekitarnya lebih banyak menyukai masakan rumah dibandingkan makanan cepat saji,

hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang menyukai makanan cepat saji, masakan

rumah dan yang menyukai keduanya adalah berturut-turut 0%, 91,66% dan 8,33%.

KELOMPOK 5 34
b. Distibusi Responden Menurut Kategori Makanan yang Biasa di konsumsi

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Sehat 11 91,66%

2 Tidak Sehat 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu ibu di Daerah Banjarbaru dan

sekitarnya menganggap bahwa makanan yang biasa mereka konsumsi termasuk dalam

kategori makanan sehat. Hal itu dibuktikan dari persentase ibu yang menganggap

makanan yang dikonsumsi sehat adalah 91,66%.

c. Distibusi Responden Menurut Penyediaan Buah

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Iya 3 25%

2 Tidak 2 16,66%

3 Kadang-Kadang 7 58,33%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu ibu di Daerah Banjarbaru dan

sekitarnya jarang menyediakan buah untuk dikonsumsi keluarga setiap harinya, bahkan

ada beberapa ibu-ibu yang tidak menyediakan buah setiap harinya. Hal tersebut

dibuktikan dari persentase ibu-ibu yang menyediakan buah, tidak menyediakan buah

dan terkadang menyediakan buah adalah berturut-turut 25%,16,66% dan 58,33%.

KELOMPOK 5 35
d. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu tentang Pentingnya Sarapan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Iya 12 100%

2 Tidak 0 0%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu ibu di Daerah Banjarbaru dan

sekitarnya mengetahui akan pentingnya sarapan, hal tersebut ditunjang dengan hasil

persentase yang menjawab mengetahui pentingnya sarapan adalah 100%.

e. Distribusi Responden Menurut Pembiasaan Keluarga untuk Sarapan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Ya 12 100%

2 Tidak 0 0%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu ibu di Daerah Banjarbaru dan

sekitarnya membiasakan keluarga untuk selalu sarapan di pagi hari, hal tersebut

ditunjang dengan hasil persentase yang menjawab membiasakan keluarga selalu

sarapan pagi adalah 100%.

KELOMPOK 5 36
f. Distribusi Responden Menurut Jenis Makanan untuk Sarapan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Nasi + Lauk 5 41,67%

2 Nasi + Lauk +Sayur 5 41,67%

3 Roti/Kue 2 16,67%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu ibu di Daerah Banjarbaru dan

sekitarnya lebih banyak sarapan dengan nasi + lauk atau nasi + lauk + sayur

dibandingkan roti/kue.

g. Distribusi Responden Menurut Pemberian Uang Saku Kepada Anak

No Uraian Frekuensi Persentase

1 >Rp10.000 6 50%

2 <Rp10.000 6 50%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu ibu di Daerah Banjarbaru dan

sekitarnya memberi uang saku >Rp10.000 dan <Rp10.000 berturut-turut adalah 50%,

50% hal tersebut karena perbedaan umur anak mereka.

KELOMPOK 5 37
h. Distribusi Responden Menurut Penyediaan Bekal untuk Anak

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Ya 4 33,33%

2 Tidak 6 50%

3 Kadang-kadang 2 16,66%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu ibu di Daerah Banjarbaru dan

sekitarnya banyak yang tidak menyidiakan bekal untuk anaknya. Hal tersebut

dibuktikan dengan persentase ibu yang menyediakan bekal, tidak menyediakan bekal,

dan terkadang menyediakan bekal adalah berturut-turut 33,33%, 505, dan 16,66%

i. Distribusi Responden Menurut Sudah atau Belumnya Ibu untuk Mencari Solusi

Jika Anak Menolak untuk Sarapan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Sudah 8 66,66%

2 Belum 4 33,33%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa ibu ibu di Daerah Banjarbaru dan

sekitarnya sudah banyak yang mencari solusi jika anak mereka menolak untuk sarapan,

tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa ada beberapa ibu-ibu yang tidak mencari solusi

jika anak mereka menolak untuk sarapan. Hal tersebut dibuktikan dari persentase yang

sudah mencari solusi ketika anaknya menolak untuk sarapan adalah 66,66% dan yang belum

mencari solusi ketika anknya menolak untuk sarapan sebanyak 33.33%.

KELOMPOK 5 38
- Untuk Anak

1. Penyajian Data

Uraian data penelitian ini meliputi tentang penjabaran data penelitian yang

didapatkan dari hasil kuesioner penelitian yang diberikan kepada 9 orang anak pada

tingkat TK, 9 orang anak pada tingkat SD, dan 5 orang anak pada tingkat SMP di

daerah Banjarbaru dan sekitarnya. Uraian data penelitian yang akan diuraikan ini,

dalam bentuk tabel tunggal atau tabel frekuensi, yang berisi tentang frekuensi

jawaban responden yang selanjutnya akan dipersentasekan hingga menunjukkan

besarnya persentase jawaban responden.

Untuk lebih jelasnya, uraian data penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) bagian

utama yaitu penelitian pada:

1. Anak-anak pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK)

2. Anak-anak pada tingkat Sekolah Dasar (SD)

3. Anak-anak pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Untuk lebih jelasnya, uraian data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Taman Kanak-kanak (TK)

Anak-anak pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) yang berada di

daerah Banjarbaru dan sekitarnya menjadi responden dalam penelitian ini,

meliputi tentang :

KELOMPOK 5 39
a. Distibusi Responden Menurut Kebiasaan Sarapan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Iya 9 100%

2 Tidak 0 0%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Taman

Kanak-kanak (TK) yang diteliti, responden yang memiliki kebiasaan sarapan

sebanyak 9 orang (100%), dan tidak ada responden yang tidak memiliki

kebiasaan sarapan (0%).

b. Distibusi Responden Menurut Kebiasaan Membawa Bekal

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Iya 9 100%

2 Tidak 0 0%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Taman

Kanak-kanak (TK) yang diteliti, responden yang memiliki kebiasaan membawa

bekal sebanyak 9 orang (100%), dan tidak ada responden yang tidak memiliki

kebiasaan membawa bekal (0%).

KELOMPOK 5 40
c. Distibusi Responden Menurut Kesukaan Makanan Yang Dimakan Pada

Jam Istirahat

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Membeli Jajanan 2 22,22%

2 Memakan Bekal 7 77,78%

3 Keduanya 0 0%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Taman

Kanak-kanak (TK) yang diteliti, responden yang menyukai membeli jajanan

pada jam istirahat sebanyak 2 orang (22,22%), dan responden yang menyukai

memakan bekal pada jam istirahat sebanyak 7 orang (77,78%), serta tidak ada

responden yang menyukai keduanya/membeli jajanan dan memakan bekal (0%)

d. Distribusi Responden Menurut Makanan Yang Dibeli Pada Jam Istirahat

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Jajanan Sehat 3 33,33%

2 Jajanan Tidak Sehat 5 55,56%

3 Tidak berbelanja 1 11,11%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Taman

Kanak-kanak (TK) yang diteliti, responden yang membeli jajanan sehat pada

jam istirahat sebanyak 3 orang (33,33%), responden yang membeli jajanan tidak

KELOMPOK 5 41
sehat pada jam istirahat sebanyak 5 orang (55,56%), dan responden yang tidak

berbelanja 1 orang (11,11%).

e. Distribusi Responden Menurut Kesukaan Mengonsumsi Sayur

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Suka 8 88,89%

2 Tidak Suka 1 11,11%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Taman

Kanak-kanak (TK) yang diteliti, responden yang suka mengonsumsi sayur

sebanyak 8 orang (88,89%), dan responden yang tidak suka mengonsumsi sayur

sebanyak 1 orang (11,11%).

f. Distribusi Responden Menurut Kesukaan Mengonsumsi Buah

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Suka 9 100%

2 Tidak Suka 0 0%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Taman

Kanak-kanak (TK) yang diteliti, responden yang suka mengonsumsi buah

sebanyak 9 orang (100%), dan tidak ada responden yang tidak suka

mengonsumsi buah (0%).

KELOMPOK 5 42
2. Tingkat Sekolah Dasar (SD)

Anak-anak pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yang berada di daerah

Banjarbaru dan sekitarnya menjadi responden dalam penelitian ini, meliputi

tentang :

a. Distibusi Responden Menurut Kebiasaan Sarapan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Iya 8 88,89%

2 Tidak 1 11,11%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat

Sekolah Dasar (SD) yang diteliti, responden yang memiliki kebiasaan sarapan

sebanyak 8 orang (88,89%), dan responden yang tidak memiliki kebiasaan

sarapan sebanyak 1 orang (11,11%).

b. Distibusi Responden Menurut Kebiasaan Membawa Bekal

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Iya 5 55,56%

2 Tidak 4 44,44%

Jumlah 9 100%

KELOMPOK 5 43
Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat

Sekolah Dasar (SD) yang diteliti, responden yang memiliki kebiasaan

membawa bekal sebanyak 5 orang (55,56%), dan responden yang tidak

memiliki kebiasaan membawa bekal sebanyak 4 orang (44,44%).

c. Distibusi Responden Menurut Kesukaan Makanan Yang Dimakan Pada Jam

Istirahat

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Membeli Jajanan 1 11,11%

2 Memakan Bekal 5 55,56%

3 Keduanya 3 33,33%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Dasar (SD) yang diteliti, responden yang menyukai membeli jajanan pada jam

istirahat sebanyak 1 orang (11,11%), dan responden yang menyukai memakan

bekal pada jam istirahat sebanyak 5 orang (55,56%), serta responden yang

menyukai keduanya/membeli jajanan dan memakan bekal sebanyak 3 orang

(33,33%)

KELOMPOK 5 44
d. Distribusi Responden Menurut Makanan Yang Dibeli Pada Jam Istirahat

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Jajanan Sehat 6 66,67%

2 Jajanan Tidak Sehat 3 33,33%

3 Tidak Berbelanja 0 0%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Dasar (SD) yang diteliti, responden yang membeli jajanan sehat pada jam istirahat

sebanyak 6 orang (66,67%), responden yang membeli jajanan tidak sehat pada jam

istirahat sebanyak 3 orang (33,33%), dan tidak ada responden yang tidak

berbelanja.

e. Distribusi Responden Menurut Kesukaan Mengonsumsi Sayur

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Suka 5 55,56%

2 Tidak Suka 4 44,44%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Dasar (SD) yang diteliti, responden yang suka mengonsumsi sayur sebanyak 5 orang

KELOMPOK 5 45
(55,56%), dan responden yang tidak suka mengonsumsi sayur sebanyak 4 orang

(44,44%).

f. Distribusi Responden Menurut Kesukaan Mengonsumsi Buah

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Suka 9 100%

2 Tidak Suka 0 0%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Dasar (SD) yang diteliti, responden yang suka mengonsumsi buah sebanyak 9

orang (100%), dan tidak ada responden yang tidak suka mengonsumsi buah (0%).

3. Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Anak-anak pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di

daerah Banjarbaru dan sekitarnya menjadi responden dalam penelitian ini, meliputi

tentang :

a. Distibusi Responden Menurut Kebiasaan Sarapan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Iya 4 80%

2 Tidak 1 20%

Jumlah 5 100%

KELOMPOK 5 46
Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang diteliti, responden yang memiliki kebiasaan

sarapan sebanyak 4 orang (80%), dan responden yang tidak memiliki kebiasaan

sarapan sebanyak 1 orang (20%).

b. Distibusi Responden Menurut Kebiasaan Membawa Bekal

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Iya 2 40%

2 Tidak 3 60%

Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang diteliti, responden yang memiliki kebiasaan

membawa bekal sebanyak 2 orang (40%), dan responden yang tidak memiliki

kebiasaan membawa bekal sebanyak 3 orang (60%).

c. Distibusi Responden Menurut Kesukaan Makanan Yang Dimakan Pada Jam

Istirahat

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Membeli Jajanan 2 40%

2 Memakan Bekal 2 40%

3 Keduanya 1 20%

Jumlah 5 100%

KELOMPOK 5 47
Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang diteliti, responden yang menyukai membeli

jajanan pada jam istirahat sebanyak 1 orang (11,11%), dan responden yang

menyukai memakan bekal pada jam istirahat sebanyak 5 orang (55,56%), serta

responden yang menyukai keduanya/membeli jajanan dan memakan bekal

sebanyak 3 orang (33,33%)

d. Distribusi Responden Menurut Makanan Yang Dibeli Pada Jam Istirahat

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Jajanan Sehat 2 40%

2 Jajanan Tidak Sehat 3 60%

3 Tidak Berbelanja 0 0%

Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang diteliti, responden yang membeli jajanan sehat pada

jam istirahat sebanyak 2 orang (40%), responden yang membeli jajanan tidak sehat

pada jam istirahat sebanyak 3 orang (60%), dan tidak ada responden yang tidak

berbelanja (0%).

KELOMPOK 5 48
e. Distribusi Responden Menurut Kesukaan Mengonsumsi Sayur

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Suka 5 100%

2 Tidak Suka 0 0%

Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang diteliti, responden yang suka mengonsumsi sayur

sebanyak 5 orang (100%), dan tidak ada responden yang tidak suka mengonsumsi

sayur (0%).

f. Distribusi Responden Menurut Kesukaan Mengonsumsi Buah

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Suka 5 100%

2 Tidak Suka 0 0%

Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel diatas, terbukti bahwa anak-anak pada tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang diteliti, responden yang suka mengonsumsi buah

sebanyak 5 orang (100%), dan tidak ada responden yang tidak suka mengonsumsi

buah (0%).

KELOMPOK 5 49
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Wilayah

Penelitian ini dilakukan di daerah Banjarbaru dan sekitar nya, Banjarbaru

adalah sebuah kota yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan tepatnya diantara

Banjarmasin dan Martapura. Kami Tidak hanya melakukan penelitian di sekolah-

sekolah yang berada di Banjarbaru, tetapi juga desa yang berada di Martapura.

Untuk Tk kami melakukan Penelitian di TK Teratai, TK Teratai terletak di Jalan

UNLAM 1 dan disamping Asrama WASAKA II Banjarbaru, untuk SD kami

melakukan penelitian di SDN Indrasari 1, SDN Indrasari 1 terletak di jalan SMPN

3 Martapura disamping stadion Demang Lehman, untuk SMP kami melakukan

penelitian di SMP 1 Maratapura tepatnya di jalan Ahmad Yani Km.39 No.44,

Cindai Alus Martapura, diseberang Kodim 1006, sedangkan untuk ibu-ibu kami

melakaukan penelitian di desa yang berada di Martapura, tepatnya pada di desa

Bincau Indah 3, Martapura.

2. Data yang didapatkan

a. Untuk Ibu-ibu

No Distribusi Responden Persentase

1. Menurut Makanan yang disukai

- Cepat Saji 0%

KELOMPOK 5 50
- Masakan Rumah 91,66%

- Keduanya 8,33%

2. Menurut Makanan yang biasa dikonsumsi

- Sehat 91,66%

- Tidak Sehat 8,33 %

3. Menurut Penyediaan Buah di rumah

- Menyediakan 25%

- Tidak Menyediakan 16,66%

- Terkadang Menyediakan 58,33%

4. Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Pentingnya

Sarapan

- Mengetahui 100%

- Tidak Mengetahui 0%

5. Menurut Pembiasaan Keluarga Untuk Sarapan

- Membiasakan 100%

- Tidak Membiasakan 0%

6. Menurut Jenis Makanan untuk Sarapan

- Nasi + Lauk 41,67%

KELOMPOK 5 51
- Nasi + Lauk + Sayur 41,67%

- Roti/Kue 16,67%

7. Menurut Pemberian Uang Saku Kepada Anak

- >Rp10.000 50%

- <Rp10.000 50%

8. Menurut Penyediaan Bekal untuk Anak

- Menyediakan 33,33

- Tidak Menyediakan 50%

- Terkadang Menyediakan 16,66

9. Menurut Pencarian Solusi Ketika Anak

Menolak untuk Sarapan

- Sudah Mencari Solusi 66,66%

- Belum Mencari Solusi 33,33%

KELOMPOK 5 52
b. Untuk anak-anak

Persentase (%)
No. Distribusi Responden
TK SD SMP

1 Menurut kebiasaan sarapan

Iya 100% 88,89% 80%

Tidak 0% 11,11% 20%

2 Menurut kebiasaan membawa bekal

Iya 100% 55,56% 40%

Tidak 0% 44,44% 60%

Menurut kesukaan yang dimakan pada jam

3 istirahat

Membeli jajanan 22,22% 11,11% 40%

Memakan bekal 77,78% 55,56% 40%

Keduanya 0% 33,33% 20%

Menurut makanan yang dibeli pada jam

4 istirahat

Jajanan sehat 33,33% 66,67% 40%

jajanan tidak sehat 55,56% 33,33% 60%

Tidak berbelanja 11,11% 0% 0%

5 Menurut kesukaan mengonsumsi sayur

Suka 88,89% 55,56% 100%

Tidak suka 11,11% 44,44% 0%

KELOMPOK 5 53
6 Menurut kesukaan mengonsumsi buah

Suka 100% 100% 100%

Tidak suka 0% 0% 0%

KELOMPOK 5 54
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa perhatian ibu

terhadap pola makan anak sudah termasuk baik, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa

perlakuan ibu terhadap anaknya seperti banyaknya ibu yang sudah menyediakan

sarapan dirumah, dibuktikan dari persentase ibu yang mengetahui akan pentingnya

sarapan ialah 100%, dan ditunjang lagi dengan persentase ibu yang menyediakan

sarapan juga 100%. Beberapa ibu juga telah menyediakan makanan yang menurutnya

sehat untuk dikonsumsi anak hal ini dapat dilihat dari persentasenya yaitu 91,66%,

tetapi ada juga ibu yang tidak membiasakan anaknya untuk mengkonsumsi makanan

yang menurut sebagian besar ibu tergolong makanan sehat sehingga makanan yang

sering dikonsumsi termasuk dalam kategori tidak sehat hal itu dibuktikan dengan

persentase dari penelitian kami yaitu 8,33%. Penyebab terjadinya hal tersebut karena

minimnya pengetahuan ibu tentang pentingnya mengkonsumsi makanan sehat padahal

menurut rizky. 2010, makanan sehat sangat penting bagi kesehatan tubuh dan sebagai

penunjang tumbuh kembang anak. Menurut Sandro Kiyanno.2012, makanan sehat

adalah makanan yang mengandung gizi seimbang, seperti karbohidrat, protein, mineral,

vitamin, dan sedikit lemak tak jenuh, atau lebih tepatnya disingkat dengan nama 4 sehat

5 sempurna. Tetapi, menurut pengetahuan para ibu yang menjadi responden dalam

penelitian ini, makanan sehat ialah makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk

pauk, dan sayur. Padahal makanan 4 sehat 5 sempurna terdiri dari makanan pokok, lauk

pauk, sayur, buah-buahan dan susu sebagai pelengkap. Hal tersebut dibuktikan dari

KELOMPOK 5 55
persentase ibu yang menyediakan buah hanya 25%. Kurangnya pengetahuan ibu

terhadap makanan sehat dikarenakan ketidakpeduliannya ibu terhadap nilai gizi pada

makanan, kurangnya sosialisasi dari ahli gizi sehingga ibu menganggap bahwa

makanan yang mereka konsumsi sudah mencukupi gizi seimbang. Karena ibu telah

menyiapkan sarapan beberapa ibu tidak menyiapkan bekal untuk anaknya, hal tersebut

dibuktikan dengan tingginya persentase yang tidak menyiapkan bekal ialah 50%.

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan memengaruhi kebiasaan sarapan, anak-anak pada tingkat pendidikan

Taman Kanak-kanak (TK) memiliki kebiasaan sarapan yang lebih baik dibandingkan

anak-anak pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP), hal ini disebabkan anak-anak pada tingkat pendidikan Taman Kanak-

kanak (TK) lebih mudah diatur dan belum mengetahui banyak jenis makanan sehingga

mereka mau mengonsumsi jenis makanan apapun yang disediakan oleh ibunya.

Persentase menurut kebiasaan sarapan pada anak-anak di tingkat pendidikan Taman

Kanak-kanak (TK) yaitu 100%, pada anak-anak di tingkat pendidikan Sekolah Dasar

(SD) yaitu 88,89% dan pada anak-anak di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

yaitu 80%.

Begitu pula dengan kebiasaan membawa bekal, anak-anak pada tingkat

pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) lebih baik dibandingkan anak-anak pada tingkat

pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), hal tersebut

dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan anak maka semakin tinggi pula perasaan

gengsi mereka untuk membawa bekal, sehingga mereka lebih memilih membeli

makanan di sekolah. Persentase menurut kebiasaan membawa bekal pada anak-anak di

tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) yaitu 100%, pada anak-anak di tingkat

KELOMPOK 5 56
pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 88,89% dan pada anak-anak di tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yaitu 80%.

Kebiasaan membawa bekal memberikan dampak positif pada anak karena

dengan membawa bekal, anak-anak tidak membeli berbagai jenis makanan dan jajanan

yang tidak dapat dipastikan tingkat kesehatannya di sekolah, hal ini terlihat dari

persentase menurut makanan yang dibeli pada jam istirahat yaitu pada anak-anak di

tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) yang tidak membeli makanan di sekolah

yaitu 77,78%, pada anak-anak di tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 55,56%

dan pada anak-anak di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu 40%.

Sedangkan persentase yang membeli makanan yang di sekolah di tingkat pendidikan

Taman Kanak-kanak (TK) yang tidak membeli makanan di sekolah yaitu 22,22%, pada

anak-anak di tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 11,11% dan pada anak-anak

di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu 40%.

Saat di sekolah sang ibu tidak dapat memantau apa yang dibeli oleh anaknya,

sehingga sang anak dapat membeli makanan dengan bebas tanpa mengetahui tingkat

kebersihan dan kesehatan makanan yang mereka beli. Persentase anak yang membeli

jajanan tidak sehat pada jam istirahat yaitu di tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak

(TK) yaitu 55,56%, pada anak-anak di tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu

33,37% dan pada anak-anak di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu 60%.

Perhatian ibu kepada anak dapat terlihat dari kebiasaan anak mengonsumsi

makanan sehat saat di rumah. Persentase anak yang menyukai sayur di tingkat

pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) yaitu 88,89%, pada anak-anak di tingkat

pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 55,56% dan pada anak-anak di tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yaitu 100%. Dan anak yang menyukai buah di tingkat

pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) yaitu 100%, begitu pula halnya dengan anak-

KELOMPOK 5 57
anak di tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

yaitu 60%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KELOMPOK 5 58
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang Perhatian Ibu Terhadap Konsumsi

Makan Anak, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perhatian ibu terhadap konsumsi makan anak sudah termasuk baik.

2. pengetahuan ibu tentang makanan sehat masih kurang.

3. Tingkat pendidikan pada anak memengaruhi konsumsi makan anak.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, maka dapat dikemukakan saran

sebagai berikut :

1. Hendaknyaadadorongandanperhatianibuterhadappolamakananak.

2. Bagipeneliti, semogahasilpenelitianinidapatbermanfaat di kemudianhari.

3. Bagi orang tua, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan evaluasi

untuk menjaga pola makan anak agar dapat tumbuh kembang lebih optimal.

4. Bagi anak-anak agar terus menjaga pola makan agar tumbuhkembangdapatlebih

optimal serta terhindar dari masalah gizi buruk.

5. Bagi pembaca, kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk semua orang tua

demi kesehatan anak-anaknya.

KELOMPOK 5 59
Daftar Pustaka

http://www.academia.edu/7006987/LAPORAN_PENELITIAN_GIZI_ANAK

Diaksespadatanggal 15 April 2017

http://ahmadramlanozil.blogspot.co.id/2015/01/cara-penyusunan-laporan-

hasil-penelitian.html?m=1

Diaksespadatanggal 16 April 2017

https://karyatulisilmiah.com/format-dan-konsep-dasar-menyusun-laporan-

penelitian/

Diaksespadatanggal 19 April 2017

https://endang965.wordpress.com/thesis/2-kepemimpinan-iklim-

organisasi/bab-3-metode-penelitian/

Diaksespadatanggal 21 April 2017

http://farichinfarich.blogspot.co.id/2011/05/menulis-bab-iii-metodologi-

penelitian.html?m=1

Diaksespadatanggal 25 April 2017

https://kelompok24bgr.wordpress.com/2011/06/30/karya-tulis-ilmiah-

hubungan-perhatian-orang-tua-terhadap-hasil-blajar-siswa/

Diaksespadatanggal 27 April 2017

KELOMPOK 5 60

Anda mungkin juga menyukai