Pemanas Sensor Panas
Pemanas Sensor Panas
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan tentang sensor
thermal sebagai alat kontrol dan sensor panas dalam pemakaian listrik di rumah tangga maupun industri
dan memahami jenis jenis elemen pemanas dalam pemakaian listrik rumah tangga dan industri.
Setelah mempelajari topik per topik pada bab ini mahasiswa diharapkan :
1. Mengerti peranan dan fungsi sensor thermal dalam sistem pengaturan otomasi.
2. Mengerti tentang bimetal sebagai sensor thermal.
3. Mengerti tentang termistor sebagai sensor thermal.
4. Mengerti tentang RTD sebagai sensor thermal.
5. Mengerti tentang Termokopel sebagai sensor thermal.
6. Mengerti tentang Dioda (IC Hybrid) sebagai sensor thermal.
7. Mengerti tentang Infrared Pyrometer sebagai sensor thermal.
8. Memahami jenis jenis dan karakteristik elemen pemanas.
o
F = 9/5 oC + 32 atau oC = 5/9 (oF-32) atau oR = oF + 459,69
Yayan I.B, (1998), mengatakan temperatur adalah kondisi penting dari suatu substrat. Sedangkan
panas adalah salah satu bentuk energi yang diasosiasikan dengan aktifitas molekul-molekul dari suatu
substrat. Partikel dari suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan partikel inilah yang
kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperatur adalah ukuran perbandingan dari panas
tersebut.
Pergerakan partikel substrat dapat terjadi pada tiga dimensi benda yaitu:
1. Benda padat,
2. Benda cair dan
3. Benda gas (udara)
Aliran kalor substrat pada dimensi padat, cair dan gas dapat terjadi secara :
1. Konduksi, yaitu pengaliran panas melalui benda padat (penghantar) secara kontak langsung
2. Konveksi, yaitu pengaliran panas melalui media cair secara kontak langsung
3. Radiasi, yaitu pengaliran panas melalui media udara/gas secara kontak tidak langsung
Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor
dengan pertimbangan :
1. Penampilan (Performance)
2. Kehandalan (Reliable) dan
3. Faktor ekonomis ( Economic)
1.3.2. Pemilihan Jenis Sensor Suhu
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis sensor suhu adalah: (Yayan
I.B, 1998)
1. Level suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur.
2. Jangkauan (range) maksimum pengukuran
3. Konduktivitas kalor dari substrat
4. Respon waktu perubahan suhu dari substrat
5. Linieritas sensor
6. Jangkauan temperatur kerja
Selain dari ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan aspek phisik dan kimia dari sensor seperti
ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap guncangan, pengkabelan (instalasi), keamanan
dan lain-lain.
1.3.3. Tempertur Kerja Sensor
Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang berbeda, untuk pengukuran suhu disekitar
kamar yaitu antara -35oC sampai 150oC, dapat dipilih sensor NTC, PTC, transistor, dioda dan IC hibrid.
Untuk suhu menengah yaitu antara 150 oC sampai 700oC, dapat dipilih thermocouple dan RTD. Untuk
suhu yang lebih tinggi sampai 1500oC, tidak memungkinkan lagi dipergunakan sensor-sensor kontak
langsung, maka teknis pengukurannya dilakukan menggunakan cara radiasi. Untuk pengukuran suhu
pada daerah sangat dingin dibawah 65oK = -208oC ( 0oC = 273,16oK ) dapat digunakan resistor karbon
biasa karena pada suhu ini karbon berlaku seperti semikonduktor. Untuk suhu antara 65 oK sampai -35oC
dapat digunakan kristal silikon dengan kemurnian tinggi sebagai sensor.
Gambar 1.1. berikut memperlihatkan karakteristik dari beberapa jenis sensor suhu yang ada.
V R R V, I
T T T T
Advantages
1.3.4. Bimetal
Bimetal adalah sensor temperatur yang sangat populer digunakan karena kesederhanaan yang
dimilikinya. Bimetal biasa dijumpai pada alat strika listrik dan lampu kelap-kelip (dimmer). Bimetal adalah
sensor suhu yang terbuat dari dua buah lempengan logam yang berbeda koefisien muainya ( ) yang
direkatkan menjadi satu.
Bila suatu logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian, besarnya pemuaian tergantung dari
jenis logam dan tingginya temperatur kerja logam tersebut. Bila dua lempeng logam saling direkatkan
dan dipanaskan, maka logam yang memiliki koefisien muai lebih tinggi akan memuai lebih panjang
sedangkan yang memiliki koefisien muai lebih rendah memuai lebih pendek. Oleh karena perbedaan
reaksi muai tersebut maka bimetal akan melengkung kearah logam yang muainya lebih rendah. Dalam
aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklar Normally Closed (NC) atau Normally Open (NO).
Logam A
Logam B
RT R A e T (1.3)
o
Koefisien temperatur didefinisikan pada temperature tertentu, misalnya 25 C sbb.:
(1.4)
Gambar 1.3 . Konfigurasi Thermistor: (a) coated-bead (b) disk (c) dioda case dan (d) thin-film
Teknik Kompensasi Termistor:
Karkateristik termistor berikut memperlihatkan hubungan antara temperatur dan resistansi
seperti tampak pada gambar 1.4
Gambar 1.4. Grafik Termistor resistansi vs temperature: (a) logaritmik (b) skala linier
Untuk pengontrolan perlu mengubah tahanan menjadi tegangan, berikut rangkaian dasar untuk
mengubah resistansi menjadi tegangan.
Gambar 1.7. Dua buah Termistor Linier: (a) Rangkaian sebenarnya (b) Rangkaian Ekivalen
RTD adalah salah satu dari beberapa jenis sensor suhu yang sering digunakan. RTD dibuat dari
bahan kawat tahan korosi, kawat tersebut dililitkan pada bahan keramik isolator. Bahan tersebut
antara lain; platina, emas, perak, nikel dan tembaga, dan yang terbaik adalah bahan platina karena
dapat digunakan menyensor suhu sampai 1500 o C. Tembaga dapat digunakan untuk sensor suhu
yang lebih rendah dan lebih murah, tetapi tembaga mudah terserang korosi.
Kumparan
kawat platina
Kabel keluaran
Gambar 1.11. Jenis RTD: (a) Wire (b) Ceramic Tube (c) Thin Film
Rangkaian Penguat untuk three-wire RTD
Gambar 1.12. (a) Three Wire RTD (b) Rangkaian Penguat
Ekspansi Daerah Linier
Ekspansi daerah linear dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Menggunakan tegangan referensi untuk kompensasi nonlinieritas
2. Melakukan kompensasi dengan umpan balik positif
Gambar 1.13. Kompensasi non linier (a) Respon RTD non linier; (b) Blok diagram
rangkaian koreksi
1.3.7. Termokopel
Pembuatan termokopel didasarkan atas sifat thermal bahan logam. Jika sebuah batang
logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada ujung tersebut elektron-elektron dalam
logam akan bergerak semakin aktif dan akan menempati ruang yang semakin luas, elektron-
elektron saling desak dan bergerak ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian
pada ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan positif.
Ujung panas +
e Arus elektron
akan
mengalir dari
ujung panas
- ke ujung
dingin
Ujung dingin
Kerapatan electron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam. Jika dua
batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan, maka elektron dari batang
logam yang memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke batang yang kepadatan elektronnya rendah,
dengan demikian terjadilah perbedaan tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak
disatukan atau dipanaskan. Besarnya termolistrik atau gem ( gaya electromagnet ) yang dihasilkan
menurut T.J Seeback (1821) yang menemukan hubungan perbedaan panas (T1 dan T2) dengan gaya
gerak listrik yang dihasilkan E, Peltir (1834), menemukan gejala panas yang mengalir dan panas
yang diserap pada titik hot-juction dan cold-junction, dan Sir William Thomson, menemukan arah
arus mengalir dari titik panas ke titik dingin dan sebaliknya, sehingga ketiganya menghasilkan rumus
sbb:
E = C1(T1-T2) + C2(T12 T22) ()
Ujung dingin
Bila ujung logam yang tidak dipanaskan dihubung singkat, perambatan panas dari ujung
panas ke ujung dingin akan semakin cepat. Sebaliknya bila suatu termokopel diberi tegangan listrik
DC, maka diujung sambungan terjadi panas atau menjadi dingin tergantung polaritas bahan (deret
Volta) dan polaritas tegangan sumber. Dari prinsip ini memungkinkan membuat termokopel menjadi
pendingin.
Thermocouple sebagai sensor temperatur memanfaatkan beda workfunction dua bahan
metal
Gambar 1.16. Hubungan Termokopel (a) titik beda potensial (b) daerah pengukuran dan titik referensi
Pengaruh sifat thermocouple pada wiring
Gambar 1.17. Tegangan referensi pada titik sambungan: (a) Jumlah tegangan tiga buah metal (b) Blok
titik sambungan
Sehingga diperoleh rumus perbedaan tegangan :
- tipe E (chromel-konstanta)
- tipe J (besi-konstanta)
- tipe T (tembaga-Konstanta)
- tipe K (chromel-alumel)
- tipe R atau S (platina-pt/rodium)
Dimanfaatkan juga pada sensor temperatur rangkaian terintegrasi (memiliki rangkaian penguat dan
kompensasi dalam chip yang sama).
Contoh rangkaian dengan dioda sebagai sensor temperature
Contoh rangkaian dengan IC sensor
Rangkaian alternatif untuk mengubah arus menjadi tegangan pada IC sensor temperature
Gambar 1.22. Perbandingan karakteristik resistivitas elemen keramik dengan elemen logam. [9]
Gambar 1.23. Konstruksi elemen pemanas pada oven dan tungku pemanas: (i) elemen metalik; (a)
belitan koil; (b) strip; (c) elemen plat; (d) elemen pipa; (ii) elemen pemanas non-metalik:
(e) elemen silikon karbida batangan dan pipa; (f) elemen molibdenum disilisida; (g)
elemen grafit. [9]