Anda di halaman 1dari 1

Take Mie, Rumah Makan Penuh Inovasi

Oleh Muh Dhani Saputra Amir (145020207111096)

Berangkat dari niat dan kegigihan untuk menjadi seorang wirausaha, Mbak Iren namanya.
Lulusan S1 Universitas Brawijaya Jurusan Manajemen ini telah malang melintang dalam dunia
wirausaha. Berawal dari membuka toko sepatu di Malang Town Square lalu berpindah lokasi ke Jalan
Bandung sampai membuka usaha rumah makan di lokasi yang sama. Berpindah aliran dari fashion ke
kuliner tentunya butuh banyak pembelajaran, seperti itu juga yang dialami Mbak Iren. Awalnya
Mbak Iren dan suami berencana untuk membuka rumah makan dengan kulinernya bakso namun
tidak jadi setelah memperhitungkan dari segi biaya operasioanal yang cukup besar bagi usaha bakso
maka Mbak iren mengurungkan niatnya. Bersama dengan suami akhirnya mereka sepakat untuk
membuka rumah makan dengan nama Take Mie.

Mbak Iren memilih Mie sebagai menu utama dari usahanya dikarenakan melihat dari sisi
operasionalnya yang tidak sulit dan selain itu tidak memakan biaya banyak dan mudah untuk
dilakukan inovasi. Take Mie ini sendiri awalnya dibuat khusus untuk pelanggan yang memesan take
away saja makanya untuk meja makan dan kursinya terbilang sangat sedikit disaat baru buka karena
harapannya pelanggan yang datang hanya take away saja sehingga yang disediakan pun sebenarnya
hanya tempat menunggu tapi tidak menutup kemungkinan juga bagi yang ingin makan ditempat.
Konsep take away inilah yang mengilhami terciptanya nama Take Mie. Semakin berkembangnya
waktu berkembang juga lah usaha Take Mie ini. Pelanggan yang awalnya hanya take away berubah
orientasi untuk lebih memilih memakan makannya langsung ditempat saja. Maka dari itu, Take Mie
terus melakukan renovasi pada tempatnya agar mampu memenuhi kebutuhan konsumennya yang
semakin banyak dan ingin untuk makan ditempat saja.

Sesuai dengan prinsip Mbak Iren yaitu mencoba terlebih dahulu dan belajar sembari
berjalan maka usaha Take Mie juga telah banyak mengalami perubahan dari segi sistem dan konsep.
Salah satunya adalah wadah makanan yang dulu menggunakan mangkok yang harus dicuci sampai
menggunakan mangkok sekali pakai yang bisa langsung dibuang. Inilah yang paling menarik apabila
dilihat dari alasan Mbak Iren mengganti konsep mangkok biasa ini, penyebab utamanya adalah
karena kekurangan karyawan yang awalnya dari sepuluh orang menjadi tiga orang. Usaha untuk
mencari penggantinya tentu saja terus dilakukan, namun keluhan dari Mbak Iren bahwa kesulitan
terbesar yang dihadapinya adalah karyawan. Akibat dari kesulitan untuk mencari pengganti akhirnya
Mbak Iren mencoba untuk mencari solusi lain, yaitu bagaimana cara mengefisiensikan beban kerja
untuk sepuluh orang menjadi tiga orang. Salah satu solusi yang muncul adalah mangkok sekali pakai
itu. Benar saja akhirnya selain menghemat biaya cuci piring, waktu penyajian juga menjadi lebih
cepat. Hal ini membuat Mbak Iren ingin mencoba membuat warung makan mie dengan konsep self-
service sehingga bisa mengurangi lagi karyawannya serta memberikan ciri khas khusus bagi Take
Mie. Dimana lagi bisa makan mie di rumah makan namun serasa membuat dirumah sendiri?
Ketangguhan Mbak Iren disertai Keinginannya untuk terus melakukan perbaikan disetiap bidangnya
membuat penulis percaya bahwa Take Mie akan memiliki ciri khas tersendiri yang membuat hal
tersebut menjadi competitive advantage-nya.

Anda mungkin juga menyukai