Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Ketel Uap/Boiler
Boiler merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
menghasilkan steam (uap) dalam berbagai keperluan. Air di dalam boiler
dipanaskan oleh panas dari hasil pembakaran bahan bakar (sumber panas
lainnya) sehingga terjadi perpindahan panas dari sumber panas tersebut ke
air yang mengakibatkan air tersebut menjadi panas atau berubah wujud
menjaadi uap. Air yang lebih panas memiliki bera jenis yang lebih rendah
dibanding dengan air yang lebih dingin, sehingga terjadi perubahan berat
jenis air di dalam boiler. Air yang memiiki berat jenis yang lebih keci
akan naik, dan sebaliknya air yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi
akan turun ke dasar (Djokosetyardjo,,M.J.1990)
Sistem boiler ada tiga yaitu sistem air umpan (air kondensat dan
air baru), sistem uap/steam dan sistem bahan bakar. Air umpan harus
diatur otomatis untuk mengisi atau menambah bila diperlukan dan harus
memenuhi syarat tertentu. Sistem uap mengatur pengalirandan pengaturan
lewat pipa ketitik pengguna dan sistem bahan bakar memakai peralatan
sesuai dengan bahan bakar yg digunakan. Economizer utk memanaskan
awal air umpan sebelum masuk boiler

3
4

2. Bagian-Bagian Boiler

Gambar 2.1. Bagian-bagian Boiler

a. Tungku Pengapian (Furnace)


Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan
bakar yang akan menjadi sumber panas, proses penerimaan panas
oleh media air dilakukan melalui pipa yang telah dialiri air, pipa
tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran. Proses
perpindahan panas pada furnace terjadi dengan tiga cara:
1) Radiasi, dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau gas
yang akan menempel pada dinding tube.
2) Konduksi, Panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa yang
menerima panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air.
5

3) Konveksi. panas yang terjadi dengan singgungan molekul-


molekul air sehingga panas akan menyebar kesetiap aliran air.
Didalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu
ruang pertama dan ruang kedua. Pada ruang pertama akan tejadi
pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima langsung oleh
tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian
atas, panas yang diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran
dari ruang pertama.
b. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas
serta tempat terbentuknya uap, drum ini menampung uap jenuh
(saturated steam) beserta air dengan perbandingan antara 50% air
dan 50% uap. untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap,
maka dipasangi sekat-sekat, air yang memiliki suhu rendah akan
turun ke bawah dan air yang bersuhu tinggi akan naik ke atas dan
menguap.
c. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang
berasal dari steam drum masih dalam keadaan basah sehingga belum
dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan menggunakan
superheater pipe dan dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C
hingga uap benar-benar menjadi kering dan dapat digunakan untuk
menggerakkan turbin maupun untuk keperluan industri lain.
d. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk
memanaskan udara yang digunakan untuk menghembus/meniup
bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara yang akan
dihembuskan sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama
dengan suhu normal (suhu luar) yaitu 38°C namun setelah melalui
air heater suhunya akan meningkat menjadi 230°C sehingga dapat
6

menghilangkan kandungan air dalam udara yang dapat menganggu


proses pembakaran.
e. Dust Collector (pengumpul abu)
Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan
abu yang berada pada aliran pembakran sampai dengan gas buang,
keuntungan dalam penggunaan alat ini yaitu gas hasil pembakaran
yang dibuang bebas dari debu yang dapat mencemari lingkungan dan
mengurangi kemungkinan kerusakan pada alat akibat adanya
gesekan abu maupun pasir.
f. Pengatur pembuangan gas bekas (asap)
Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF
( induced draft fan) melalui dust collector selanjutnya akan dibuang
melalui cerobong asap. damper pengatur gas asap diatur terlebih
dahulu sesuai kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin
besar damper dibuka maka akan semakin besar isapan yang akan
terjadi dari dalam dapur.
g. Safety Valve (Katup pengaman)
Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap
telah melebihi standar yang telah ditentukan. katup ini terdiri dari
dua buah yaitu katup pengaman uap basah dan katup pengaman uap
kering. safety valve ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum
yang telah ditentukan, pada uap basah biasanya diatur pada tekanan
21 kg/cm2, sedangkan untuk katup pengaman uap kering diatur pada
tekanan 20,5 kg/cm2.
h. Gelas Penduga (Sight Glass)
Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang
berfungsi untuk mengetahui ketinggian air di dalam drum agar
memudahkan pengontrolan jumlah air dalam ketel selama proses
operasi berlangsung. Gelas penduga ini harus dicuci secara berkala
untuk menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level air
tidak dapat dibaca.
7

i. Pembuangan Air Ketel


Pada komponen ini berfungsi untuk membuang air dalam
drum bagian atas, pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat
yang tidak dapat terlarut, contoh sederhananya ialah munculnya busa
yang dapat menganggu pengamatan terhadap gelas penduga. Untuk
mengeluarkan air dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang
terpasang pada drum atas, katup ini bekerja bila jumlah busa sudah
melewati batas yang ditentukan.
Adapun bagian-bagian boiler/ketel uap menurut Undang-undang
Uap Tahun 1930 harus memiliki perlengkapa sebagai berikut :
a. Dua buah klep pengaman.
b. Sedikitnya satu manometer.
c. Sedikitnya dua kran penguukur air atau kran percobaan dan satu
alat pengukur air dengan kran terusan yang dapat diterobos dengan
uap.
d. Sedikitnya dua pesawat pengisi air yang terlepas satu sama lain.
e. Suatu alat yang bekerja sendiri sehingga kekurangan air di dalam
ketel terlepas dari masinis atau setoker dapat diketahui.
f. Suatu tanda bagi keadaan air terendah yang diperbolehkan.
g. Lobang lalu orang dan lunbang untuk lumpur yang diperlukan.
Satu kran pembuang.
h. Ditempatkan plat yang berisi :
1) Tekanan uap tinggi yang diperbolehkan kg/cm².
2) Tahun dan tempat pembuatan dan nama pembuatnya.
3. Jenis-Jenis Boiler
a. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa :
1) Ketel pipa api (fire tube boiler)
Pada boiler jenis ini, gas panas melewati pipa-pipa dan air
umpan ketel ada didalam shell untuk dirubah menjadi steam.
Ketel pipa api biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang
relative kecil dengan tekanan steam rendah dan sedang. Sebagai
8

pedoman, ketel pipa api kompetitif untuk kecepatan steam


sampai 14.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Ketel
pipa api dapat menggunakan bahan bakar minyak, gas atau
bahan bakar padat dalam 6 operasi. Untuk alasan ekonomis,
sebagian besar ketel pipa api dikonstruksi sebagai “paket” boiler
( dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar.

Gambar 2.2 Ketel pipa api (fire tube boiler)


2) Ketel pipa air (water tube boiler)
Pada Ketel pipa air seperti tampak pada Gambar 2.3, air umpan
boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk kedalam drum. Air
yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk
steam pada daerah uap dalam drum. Ketel ini dipilih jika
kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada
kasus ketel untuk pembangkit tenaga listrik.Untuk ketel pipa air
yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik ketel pipa air sebagai berikut:
a) Force, induce dan balance draft membantu untuk
meningkatkan effisiensi.
b) Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari
pengolahan air.
9

c) Memungkinkan untuk tingkat effisiensi panas yang lebih


tinggi.

Gambar 2.3 Ketel pipa air (water tube boiler)


b. Berdasarkan pemakaiannya :
1) Ketel Stasioner (Stasionary boiler) atau ketel tetap
Merupakan ketel-ketel yang didudukan di atas fundasi yang
tetap, seperti ketel untuk pembangkit tenaga, untuk industri dan
lain-lain sebagainya.
2) Ketel mobil ( mobil boiler) , ketel pindah atau portable boiler
Merupakan ketel yang dipasang fundasi yang berpindah-pindah
(mobil), seperti boiler lokomotif, lokomobil, dan ketel panjang
serta lain yang sebagainya termasuk ketel kapal (marine Boiler).
c. Bedasarkan pada poros tutup drum (shell) :
1) Ketel Tegak
Ketel Tegak atau vertical steam boiler) adapun contoh ketel
tegak adalah ketel Cocharn, Ketel Clarkson dan lain-lainnya.
2) Ketel mendatar (horizontal steam Boiler),
Adapun yang termasuk jenis ketel ini adalah ketel Cornish,
Lancashire.
10

d. Berdasarkan bentuk dan letak pipa :


1) Ketel dengan pipa lurus, bengkok dan terlekak-lekuk (straight,
bent and sinous tubuler heating surface).
2) Ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak ( horizontal,
inclined or vertical tubuler heating surface).
e. Berdasarkan tekanan kerjanya :
1) Ketel dengan peredaran alami ( natural circulation steam boiler)
Merupakan boiler dengan peredaran air didalam ketel terjadi
secara alami yaitu air yang ringan naik, sedangkan air yang berat
turun, sehingga terjadi aliran conveksi alami. Umumnya ketel
beroperasi secara aliran alami, seperti ketel Lancashire, Babcock
& Wilcox dan lain-lain.
2) Ketel dengan peredaran paksa ( force circulation steam boiler)
Merupakan Boiler dengan aliran paksa, aliran paksa diperoleh
dari pompa sentrifugal yang digerakan secara electric motor,
misalnya system aliran paksa pada ketel-ketel bertekanan tinggi
misalnya La-mont Boiler, Benson Boiler, Loeffer Boiler dan
Velcan Boiler.
f. Berdasarkan kapasitasnya :
1) Tekanan kerja rendah : ≤ 5 atm
2) Tekanan kerja sedang : > 5-40 atm
3) Tekanan kerja tinggi : > 40-80 atm
4) Tekanan kerja sangat tinggi : > 80 atm
g. Berdasarkan pada sumber panasnya :
1) Ketel uap dengan bahan bakar alami.
2) Ketel uap dengan bahan bakar buatan.
4. Baku Mutu Air Umpan Boiler
Uap atau steam merupakan gas yang dihasilkan dari proses yang
disebut penguapan. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan steam
adalah air. Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan boiler
adalah air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya
11

endapan yang dapat membentuk kerak pada boiler, air yang tidak
mengandung unsur yang dapat menyebabkan korosi terhadap boiler.
Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler
diperoleh dari air sungai, air waduk, sumur bor, dan sumber mata air lainnya.
Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis,
hal ini dipengaruhi oleh lingkungan asal air tersebut. Sumber mata air sungai
umumnya sudah mengalami pencemaran oleh aktivitas penduduk dan
kegiatan industri, oleh sebab itu perlu dilakukan pemurnian. Dengan cara
treatment hingga memenuhi standar karakteristik air umpan boiler. Berikut ini
merupakan persyaratan baku mutu air umpan boiler :
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Umpan Boiler

Parameter Satuan Ukuran

Ph unit 10,5-11,5

Conductivity µmhos/cm 5000, max


TDS ppm 3500, max
P-Alkalinity ppm -
M-Alkalinity ppm 800, max

O-Alkalinity ppm 2,5 x SiO2, min

T Hardness ppm -

Silika ppm 150, max

Besi Ppm 2, max

Phospat residual Ppm -

Sulfite ressidual Ppm 20-50

Ph condensate Unit 8,0-9,0


12

5. Parameter kualitas air umpan boiler


Hal-hal yang mempengaruhi effisiensi boiler adalah bahan bakar
dan kualitas air umpan boiler. Parameter-parameter yang mempengaruhi
kualitas air umpan boiler antara lain :
a. Oksigen terlarut; Dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan
korosi pada peralatan boiler.
Jumlah oksigen yang terlarut di dalam air boiler juga wajib
dimonitor, karena oksigen tersebut sangat berpotensi menimbulkan
korosi jenis oxygen pitting. Jika jumlah oksigen terlarut terlalu besar,
maka dapat menggunakan daerator dan deactivator untuk mengontrol
jumlah tersebut yang dapat kita pergunakan.
Mengukur jumlah oksigen terlarut di dalam air boiler tidak
berbeda dengan pengukuran pH, sama-sama terdapat dua metode
yakni secara manual dan otomatis kontinyu. Secara manual kita
membutuhkan DO meter. Yang paling mudah adalah tipe probe.
Penggunaannya juga cukup mudah yakni dengan jalan mencelupkan
ujung sensor probe DO meter ke dalam sampel air boiler, menunggu
hingga temperatur antara probe sensor dengan air sama, dan
memastikan air dalam kondisi diam/tidak mengalir.

Gambar 2.4 DO meter tipe otomatis


13

b. Kekeruhan; Dapat mengendap pada perpipaan dan peralatan proses


serta mengganggu proses.
Kekeruhan air pada air boiler dapat terjadi jika air boiler
tercampur dengan produk korosi. Sehingga mengetahui hasil
pengukuran tingkat kekeruhan air dapat digunakan sebagai deteksi
awal adanya korosi pada boiler.
Pengukuran kekeruhan air secara manual dapat dilakukan
menggunakan turbidity meter. Sedangkan metode pengukuran yang
lebih kompleks membutuhkan sensor yang lebih canggih dan sistem
sampling panel yang modern.
c. pH;
pH menjadi satuan ukuran yang menunjukkan jumlah
konsentrasi ion H+ di dalam air boiler. Nilai pH memiliki skala
paling rendah 1 dan paling tinggi 14. Semakin rendah nilai pH maka
semakin tinggi konsentrasi ion H+. Sedangkan semakin tinggi nilai
pH, maka konsentrai ion OH– semakin dominan. Angka 7
menunjukkan keseimbangan jumlah ion H+ dan OH– sehingga air
bersifat netral.
Air boiler yang bersifat asam memiliki sifat yang sangat
korosif, sedangkan jika bersifat terlalu basa akan menyebabkan
caustic embrittlement. Nilai ideal pH air boiler disesuaikan dengan
kapasitas tekanan boiler. Sehingga, memonitor nilai pH air boiler
menjadi kewajiban demi menjaga keawetan boiler.
Mengukur tingkat keasaman air boiler dapat dilakukan
dengan dua cara, yakni secara manual dan otomatis. Secara manual
yakni operator mengambil sampel air boiler dan membawanya ke
laboratorium untuk diukur nilai pH-nya. Untuk mendapatkan hasil
akurat, air boiler perlu didinginkan hingga bertemperatur 25oC.
Portable pH meter banyak dijual dipasaran dengan harga yang
bervariasi. Sehingga jika Anda pemilik boiler kecil, wajib untuk
mengontrol nilai pH air boiler demi menghindari korosi yang parah.
14

d. Kesadahan; merupakan kandungan ion Ca dan Mg yang dapat


menyebabkan kerak pada peralatan dan perpipaan boiler sehingga
menimbulkan local overheating.
e. Fe; Fe dapat menyebabkan air berwarna dan mengendap di saluran
air dan boiler bila teroksidasi oleh oksigen.
f. Asiditas; Kadar asiditas yang tinggi dapat menyebabkan korosi.
Nilai-nilai parameter sifat air di atas berbeda untuk setiap tekanan
kerja boiler. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tekanan kerja boiler, maka
akan semakin tinggi pula temperatur didih air boiler. Sifat-sifat air sangat
dipengaruhi oleh temperatur kerjanya. Semakin tinggi temperatur air,
semakin tinggi pula korosifitasnya. Sehingga semakin tinggi tekanan dan
temperatur air, akan semakin ketat batasan parameter sifat air yang
diijinkan.

B. Perundang-undangan
1. Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-Undang dan Peraturan Uap tahun 1930
a. Undang-Undang Uap 1930 (Stoom Ordinatie 1930) Stbl. No 225
Tahun 1930
b. Peraturan Uap 1920 (Stoom Verodening 1930) Stbl No. 339 Tahun
1930
3. Permenaker No.04 Tahun 1971 (Mengatur biaya pemeriksaan dan
pengawasan keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan).

Anda mungkin juga menyukai