Anda di halaman 1dari 1

Harta Warisan Mencangkup Hibah

Kepada Anak
Posted on March 6, 2014 by ranec

Penanya:
Assalamualaikum wr.wb.

Numpang tanya Gan, Saya 7org bersaudara 3/L.4/P. Ibu sudah tiada,dlm keadaan yg masih sehat
Bpk kami membagi2kn tanah kpd kami,namun saudara tertua saya tdk mendptkan bagian saat
itu,dg alasan(bpk)krn sudah menghabiskan banyak harta. Setelah itu Bpk kami meninggal
dunia,sesudah Bpk tiada saudara tertua kami marah2 minta bagian atas tanah tsb,bahkan
mengancam bila suatu saat tanah tsb dijual atau disertifikatkn tdk akan bisa tanpa tanda
tangannya..? Mohon penjelasan Gan..,baik menurut Islam maupun UU.

Jawaban:

Waalaikumsalam wr. wb.

Hukum waris Islam diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Sebagaimana ketentuan dalam
Pasal 211 KHI menyebutkan bahwa “Hibah dari orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan
sebagai warisan.” Dalam artian apabila sebelum almarhum meninggal dunia telah membagi-
bagikan hartanya kepada anak-anaknya dan salah satu ahli waris merasa keberatan maka dia
dapatlah menuntut haknya sebagaimana hukum waris islam. Cara pengajuannya sebagaimana
yang telah saya jelaskan di blog saya terdahulu. Dalam konteks ini, apabila mau mengalihkan
hak atas tanah tersebut kepada pihak lain, maka pihak yang menerima pembagian warisan tidak
dapat mengalihkannya tanpa tanda tangan seluruh ahli waris.

Berbeda halnya, apabila harta tanah tersebut dibagi-bagikan kepada anak-anaknya sebelum
almarhum meninggal dunia dengan ditandatanganiya “AKTA HIBAH” dan seluruh anak-
anaknya beserta ahli warisnya menandatangani akta hibah yang menandakan persetujuan atas
hibah tersebut, maka atas hibah tersebut tidak dapat dituntut untuk dijadikan harta warisan
pewaris yang harus dibagi, sehingga pengalihan hak atas tanah tersebut tidak memerlukan
persetujuan dari seluruh ahli waris.

Demikian penjelasan dari saya, dan semoga bermanfaat.

Oleh: Ranec ^^

Anda mungkin juga menyukai