Anda di halaman 1dari 5

5 cara menjadi guru

yang kreatif
ON 31 MARET 2009 BY AGUSAMPURNODALAM STRATEGI GURU KREATI F

Pak Agus, met ketemu lagi pertemuan kita di pelatihan guru kreatif di
semarang, masih ada yang kurang maka saya tanyakan kepada bapak, guru
kreatif itu guru yang bagaimana ? sementara dengan program sekolah gratis
berdampak pada sekolah kurang kreatif yang mengimbas pada gurunya,
mohon pak agus kami beri solusinya, trim

Surat dari bapak Agus Suyono di Semarang yang dikirim melalui surat elektronik.

Bagaimana cara menjadi guru kreatif? wah ini baru pertanyaan yang seru.
Dikarenakan sejak blog ini dibuat tidak ada satu artikel pun yang mengarah
langsung kesana. Hal yang saya lakukan adalah banyak-banyak menulis artikel
tentang metode pembelajaran tanpa memberi cap pembelajaran kreatif.

Tetapi membaca pertanyaan pak Agus Suyono di atas seperti menyadarkan saya
bahwa menjadi guru kreatif bukannya sekedar membuat anak senang dan
enjoy oleh permainan (games) yang seru, segar dan lucu selama pembelajaran
berlangsung. Tapi juga selayaknya guru mencari metode pembelajaran yang
bermakna dan membuat anak bisa semakin mengerti apa yang guru ajarkan
dikelas

Dalam artikel ini akan saya tuliskan, kondisi apa saja yang membuat guru bisa
menjadi kreatif bahkan tanpa harus menggunakan metode pembelajaran yang
terbaru. Sumber saya dapatkan dari http://www.edutopia.com

Guru menciptakan susasana kelas yang aman dan nyaman secara


emosional dan intelektual
Terkadang siswa punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam
perasaan malu dan takut, dikira bodoh jika melontarkan pertanyaan. Sebagai
guru, kerja keras kita salah satunya adalam menciptakan kelas yang memberikAN
keamanan secara emosional bagi siswa. Memang agar menjadi siswa yang
percaya diri mereka perlu mengambil resiko, tetapi di lingkungan yang tidak
mendukung kenyamanan secara emosional, siswa akan berpikir 1000 kali untuk
mau bertanya dan berpendapat.

Anda juga bisa membuat peraturan kelas yang isinya antara lain ‘Tidak boleh
merendahkan atau meremehkan pendapat orang lain’ Jangan lupa anda juga
memberi contoh dahulu kepada siswa untuk mengucapkan terima kasih dan
menghargai untuk setiap pertanyaan, atau pendapat dari siswa anda. Jika ini
terjadi dikelas anda dijamin kelas akan berubah menjadi kelas yang setiap
individu didalamnya saling mendukung dan mudah untuk berkolaborasi dalam
berpengetahuan.

Tidak hanya sampai disitu saja, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif
semestinya juga aman secara intelektual. Siswa bisa mandiri dan mengerti
dimana letak alat tulis, dikarenakan semua hal dikelas sudah disiapkan dengan
rapih dan terorganisir. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan dikarenakan
intruksi penugasan yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga menantang
dengan demikian siswa bisa mengekpresikan kemampuannya dalam
mengerjakan tugas yang guru berikan.

Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan


(engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan.

Saya jadi ingat sebuah pertanyaan yang bersifat reflektif mengenai cara kita
mengajar dan membelajarkan siswa. Pertanyaan nya begini “Jika saya adalah
murid saya sekarang, seberapa senang saya diajar oleh guru seperti saya? ”
Seorang guru yang ahli mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dalam
pembelajaran di kelas yang diajarnya dalam presentasi keterlibatan yang penuh
alias 100 persen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit,
maka selama 40 menit itu pulalah, siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh
dalam pembelajaran.

Tentu tidak dalam semalam semua guru bisa 100 persen menciptakan kelas yang
aktif. Namun membutuhkan latihan dan latihan. Tetapi jalan kesana akan lebih
cepat apabila kita mau jujur bertanya pada diri sendiri “Seberapa besar siswa
aktif atau terlibat penuh dalam pembelajaran yang saya lakukan?”.

5 menit terakhir yang menentukan

Jadikan 5 menit terakhir pembelajaran anda untuk merangkum, berbagi atau


berefleksi mengenai hal yang siswa sudah lakukan selama pembelajaran.

Bagilah menjadi dua pertanyaan besar, misalnya bagian mana yang paling berat
dilakukan dan susah dimengerti. Pertanyaan selanjutnya, pengetahuan baru apa
yang kamu dapatkan hari ini? Dengan demikian membuat siswa berdialog
dengan dirinya sendiri mengenai proses belajar yang telah dilakukannya.

Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal


menjawab dengan betul.

Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaannya hanya satu tetapi
mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis pertanyaan yang
hanya mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan berlomba menjawab
dengan benar dengan segala cara. Termasuk mencontek misalnya.

Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau percakapan akademis di kelas kita.
Saat mendengarkan rekan mereka berbicara dan berargumen, mereka akan
belajar memilih dan membandingkan pendekatan atau cara yang orang lain
lakukan untuk menjawab sebuah masalah yang guru berikan.

Sebagai guru saat memberikan soal berikanlah siswa beberapa peluang


kemungkinandalam menjawab sebuah soal. Misalnya soal yang bapak berikan ini
punya tiga alternative, bisa kah kamu menemukan ketiga-tiganya?

Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah


pengetahuan.

Saat membelajarkan siswa, dikarenakan keterbatasan kita, terkedang kita sudah


membuat mereka menebak atau mengarang-ngarang sebuah jawaban demi
mendapatkan hasil yang benar. Hal ini siswa lakukan secara sadar atau tidak
sadar. Untuk itu mari kita letakkan gambar dibawah ini disamping soal yang kita
berikan kepada siswa di kertas soal.

Dengan demikian sebagai guru kita menjadi tahu saat siswa menjawab soal
dengan salah tapi dengan keyakinan (for sure) atau menjawab soal dengan benar
tapi dengan tidak yakin (confused). Menarik bukan ?

Biarkan siswa memberi tanda silang (X) pada tempat dimana dia merasa cocok.

Credit: Courtesy of Tristan de Frondeville

Anda mungkin juga menyukai